You are on page 1of 5

BAB IV

DISKUSI

Telah dilaporkan kasus pasien atas nama Ny. NS dengan diagnosis

G3P2A0 disertai PEB dan Sindrom HELLP. Penegakan diagnosis PEB bila

terpenuhi salah satu di bawah ini:9,10

1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg

diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan

lengan yang sama

2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter

3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan

peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan

ginjal lainnya

4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan

atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen

5. Edema Paru

6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus

7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi

uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau

didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).

Pasien datang pada awalnya hanya dengan keluhan sakit kepala sejak 2

hari sebelum ke rumah sakit. Hal ini sesuai dengan salah satu gejala neurologis

pada diagnosis preeklamsia yakni nyeri kepala. Selain itu, pasien juga

mengeluhkan pandangan mata kabur sejak 2 hari SMRS. Hal ini juga

menunjukkan betapa seriusnya gangguan neurologis yang dialami pasien hingga

40
menyebabkan gangguan visus. Nyeri ulu hati juga menjadi gejala klinis sebagai

petunjuk adanya gangguan liver yang juga dialami oleh pasien. Pasien juga

merasa bahwa kakinya bengkak sejak 2 minggu terakhir. Hal ini dapat mengarah

berkurangnya fungsi ginjal dan hilang tekanan osmotik akibat kehilangan protein

melalui urin atau proteinuria.

Melalui penelusuran riwayat ANC, diketahui bahwa tekanan darah pasien

tidak pernah berada di atas normal hingga trimester 3. Hingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hipertensi yang dialami pasien baru terjadi selama kehamilan.

Berdasarkan riwayat penyakit pasien juga tidak pernah mengalami hipertensi,

diabetes melitus atau pun asma di luar kehamilan. Riwayat hipertensi dalam

kehamilan sebelumnya juga pernah dialami oleh pasien saat kehamilan kedua.

Melalui pemeriksaan tekanan darah pasien mencapai hingga 200/120

mmHg saat tiba di rumah sakit. Saat ini pasien mengalami krisis hipertensi

sehingga tekanan darah pasien harus diturunkan segera. Pasien diberikan

antihipertensi yakni Metildopa 3x500mg dan Nifedipin 3x500mg. Sebagai

langkah profilaksis pasien juga diberikan MgSO4 40% 4gr dalam larutan D5%

100cc dengan kecepatan infus 60 tpm, dilanjutkan MgSO4 40% 6gr dalam larutan

RD5 500cc dengan kecepatan 20 tpm. Pemberian MgSO4 pada PEB untuk

mencegah terjadinya kejang.12

Berdasarkan pemeriksaan penunjang yakni urinalisa didapatkan hasil

protein 3+. Hasil ini semakin memperkuat terjadinya PEB. Selain itu, pada

pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kadar

LDH yakni sebesar 1589 U/l, Peningkatan kadar SGOT yakni sebesar 107 U/l dan

41
penurunan jumlah trombosit menjadi 69ribu/ul. Hal ini menunjukkan ke arah

diagnosis Sindrom HELLP. Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia

disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan

trombositopenia.13

Berdasarkan kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi

dengan nama "Klasifikasi Mississippi".13

- Kelas 1: Kadar trombosit : ≤ 50.000/ml, LDH ≥ 600 IU/I, AST dan/atau

ALT ≥ 40IU/l

- Kelas 2: Kadar trombosit > 50.000 ≤ 100.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l, AST

dan/atau ALT ≥ 40IU/l

- Kelas 3: Kadar trombosit > 100.000 ≤150.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l, AST

dan/atau ALT ≥ 40 IU/l

Maka berdasarkan klasifikasi di atas, pasien dikategorikan dalam kelas I

Klasifikasi Mississipi.

Kehamilan itu sendiri merupakan penyebab dari PEB meskipun

mekanismenya sendiri belum dapat diketahui dengan pasti. Maka, terminasi

kehamilan dapat dipertimbangkan bila gejala-gejala PEB semakin memberat dan

membahayakan. Tabel berikut adalah kriteria terminasi kehamilan menurut

konsensus POGI tahun 2016.12

42
Tabel 5. Kriteria teriminasi kehamilan pada preeklampsia berat4
Terminasi kehamilan
Data maternal Data janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu

Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat


berkurang (nyeri kepala, pandangan
kabur, dsbnya) Oligohidramnion persisten

Penuruan fungsi ginjal progresif Profil biofisik < 4

Trombositopenia persisten atau HELLP Deselerasi variabel dan lambat pada


Syndrome NST

Edema paru Doppler a. umbilikalis: reversed end


diastolic flow
Eklampsia
Kematian janin
Solusio Plasenta

Persalinan atau ketuban pecah

Terminasi kehamilan merupakan pilihan pada pasien ini. Melalui hasil

anamnesis dan pemeriksaan fisik obstetri, didapatkan bahwa usia kehamilan

pasien adalah 34 minggu. Janin sudah viabel untuk hidup pada ekstrauterin.

Pemberian kortikosteroid dapat membantu untuk pematangan paru sebelum

persalinan.12 Pada pasien ini diberikan metilprednisolon dan deksametason.

Induksi persalinan dilakukan pada pasien dengan pemberian misoprostol

per forniks untuk membantu pematangan serviks. Kemudian dievaluasi setiap 6

jam dan dinilai Pelvic Score pasien untuk penilaian persalinan per vaginam atau

harus dilakukan tindakan sectio cesarea. Setelah pemberian misoprostol yang

kedua, pada pukul 06.00 tanggal 08 Februari 2017 terjadi pembukaan serviks 3cm

dan ibu mengeluh kencang-kencang. Pada pukul 08.45 terjadi pembukaan lengkap

dan pukul 09.00 lahir bayi perempuan dengan berat badan lahir 2200 gram,

43
panjang badan 45cm, Apgar Score 4-5-7. Placenta lahir lengkap dan dipasang

IUD. Segmen atas rahim dan segmen bawah rahim intak.

Pasca persalinan keadaan ibu stabil dan membaik. Tekanan darah di

bawah 160/100 mmHg selama 2 hari berikutnya dan pemberian antihipertensi

diteruskan. Mobilisasi ibu juga baik dan pada tanggal 11 Februari 2017 ibu

dibolehkan pulang.

44

You might also like