You are on page 1of 10

PENGGUNAAN INSTAGRAM DI KALANGAN MAHASISWA

SEBAGAI BENTUK EKSISTENSI DIRI

Oleh: Firdha Nurhikmah


Departemen Teknik Lingkungan
Firdhanurhikmah@GMAIL.COM

Abstrak

Saat ini, perkembangan teknologi dan informasi berkembang dengan


pesat. Muncul berbagai media sosial yang mempengaruhi kehidupan manusia
khususnya para kaum muda dalam hal ini mahasiswa. Salah satu media sosial
yang menjadi trend dikalangan mahasiswa adalah instagram. Instagram
merupakan salah satu media sosial yang dapat berbagi foto dan video yang dapat
menampilkan citra diri individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman penggunaan
instagram dikalangan mahasiswa untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Cara
penulis mengumpulkan data dengan cara observasi dan wawancara. Informan
dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari beberapa perguruang tinggi yang
menggunakan instagram
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
melatarbelakangi mahasiswa melakukan pencitraan diri melalui media sosial
instagram meliputi, pengungkpan identitas diri, ingin mendapatkan perhatian
orang lain, membangun popularitas, menciptakan status sosialnya serta ingin
mendapat pujian dari orang lain.

Kata Kunci : Eksistensi, Instagram, Sikap

Pendahuluan

Di era globalisasi seperti saat ini, perkembangan teknologi dan informasi

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keberadaan teknologi memberikan

pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia terutama fenomena semakin

meningkatnya keinginan masyarakat untuk memiliki teknologi komunikasi seperti

mobile phone berbasis internet; tablet, iphone, ipad, smartphone android, selain
untuk memenuhi kebutuhan juga sebagai ajang kesenangan dan gengsi jika tidak

memiliki mobile phone.

Hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)

kerjasama dengan Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Universitas Indonesia,

memaparkan data bahwa 85% dari total pengguna internet di setiap kepulauan di

Indonesia, baik daerah rural maupun urban Indonesia, mengakses internet dengan

menggunakan mobile phone. Sementara bila dilihat dari kategori usia, mobile

phone paling tinggi digunakan oleh mereka yang berusia 18-25 tahun. Sebanyak

60% pengguna internet dari kategori usia ini mengakses internet dari telpon

seluler.1

Seiring dengan perkembangan internet, kini bermunculam ragam situs-

situs baru yang dikenal dengan istilah situs jejaring sosial atau media sosial,

antara lain media sosial Twitter, Friendster, MySpace, Youtube,

Yahoo!Messanger, Skype, Kaskus, Facebook, BBM dan akhir-akhir ini media

sosial yang fenomenal di masyarakat adalah Instagram. Seperti yang diketahui,

media sosial berfungsi menghubungkan atau menjalin hubungan pertemanan.

Tetapi saat ini, masyarakat mengalih fungsikan media sosial sebagai tempat untuk

menunjukkan eksistensi serta citra diri yakni dengan cara update status atau

check-in.

Tujuan dari semua itu, hanyalah untuk mendapatkan penghargaan sosial

dan menunjukkan eksistensi semata. Inilah yang dimaksud oleh Guy Debord

sebagai “masyarakat tontonan” yang segalanya hanya untuk menampilkan citra,

1
Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia. 2015. Profil Pengguna Internet Indonesia
2014. Jakarta, Puskakom Universitas Indonesia, hlm. 3.
penampilan, permukaan artifisial tanpa kedalaman makna.2 Para pengguna akun

instgaram seakan-akan ingin menampilkan gambaran terbaik dari dirinya dengan

selalu meng-upload foto-foto diri, tempat-tempat nongkrong yang kekinian dan

check-in hanya ketika berada di restoran mewah dan mahal.

Kecendurungan menggunakan instagram juga membuat tidak ada batasan

privacy seseorang. Pengguna instagram terkadang mempublikasi foto dengan

memberi komentar yang cukup bersifat pribadi. Bahkan, apa yang terjadi di dunia

nyata tiak sesuai dengan yang digambarkan di instagram.

Kecenderungan ini juga tampak pada sebagian pengguna bahwa mereka

selalu ingin menonjolkan kehidupan yang serba sempurna di dalam instagramnya.

Ironinya banyak foto-foto mahasiswa yang kadang tidak begitu penting namun

tetap dipublikasi. Misalnya foto diri sendiri (selfie) dengan gesture, gaya-gaya dan

senyum yang dibuat-buat itu dipublikasi. Selain itu apapun bentuk visual objek

atau peristiwa yang bernuansa hedonistik dan sensasional, contohnya ketika

mahasiswa berada di tempat-tempat mewah atau sedang shoping di mall, tamasya

di tempat wisata, dan semua bentuk visual pencitraan diri dituangkan di

instagram. Ciri mahasiswa sebagai kalangan intelektual kemudian menjadi

tereduksi apabila melihat realitas pencitraan diri mahasiswa di instagram.

Kecenderungan yang terjadi justru mempertontonkan identitas lain yang bukan

mencerminkan citra mahasiswa.

Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk

menganalisis bagaimana penggunaan instagram di kalangan mahasiswa daalam

menunjukkan eksistensi diri mereka dengan membuat citra dirinya. Tujuannnya

2
Yasraf Amir Piliang, Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan
(Bandung: Matahari, 2011), hlm. 160.
untuk mengidentifikaasi penggunaan instagram sebagai bentuk eksistensi diri

serta dampak yang ditimbulkan terhadap mahasiswa.

Tinjauan Pustaka

Eksistensi berarti kesatuan dengan dunia luar. Dunia masuk dalam struktur

eksistensi (Driyarkara, 2006).3 Hal ini membuktikan bahwa eksistensi diri

seseorang dapat dipengaruhi oleh dunia luar. Dengan adanya pengaruh dari luar,

menjadi eksistensi seseorang dapat pula dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi. Penjelasan tentang eksistesi manusia dengan menggunakan konsep-

konsep seperti diri, suatu energi psikis atau fisik yang tak sadar, atau kekuatan-

kekuatan lain seperti insting, gelombang otak, dorongan, dan arkhetipe juga

dikesampingkan.4

Dalam eksistensi diri, biasanya seseorang juga akan melakukan

pencitraan agar selalu terkesan baik. Secara etimologi, kata citra dalam kamus

Bahasa Indonesia adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai

pribadi.5 Citra diri berasal dari istilah self concept, atau kadang-kadang disebut

self image. Istilah ini merujuk pada pandangan atau pengertian seseorang terhadap

dirinya sendiri. Pietrofesa sebagaimana yang dikutip oleh Dachyang secara

singkat menuliskan, “ The self-Concept includes feeling about self-both physical

self and psychological self-in relation to the environment“.6 Artinya bahwa

3
Fisher, D. H. 1987. Knowledge Acquisition via Incremental Conceptual Clustering.
Machine Learning 2. hlm. 13.

4
Mulyana, Dedy. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. hlm. 25.
5
Kamus bahasa Indonesia, hlm. 286
6
Mursalin Dachyang, Hubungan Citra Diri dan Presepsi Diri dengan Kemampuan
Akademik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
konsep dari citra diri meliputi perasaan tentang diri secara fisik dan diri psikologis

dalam hubungan dengan lingkungan.

Dari pernyataan di atas bahwa konsep dari sebuah citra diri itu berkenaan

dengan pandangan seseorang terhadap dirinya baik tentang fisik maupun

psikisnya dan pandangan terhadap diri ini adalah unik sifatnya. Lebih lanjut

Mappiare sebagaimana yang dikutip oleh Dachyang mengatakan bahwa ada

kekhasan dari orang ke orang dalam citra dirinya secara fisik dan citra dirinya

secara psikologis, dan hal demikiian ini tidak lepas dari pandangan lingkungan

terhadap diri seseorang.7

Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan

merupakan dasar bagi semua tingkah laku, dijelaskan oleh Ariety (1967)

sebagaimana yang dikutip Dachyang bahwa “ The self concept is basic in all

behavior “. Diartikan konsep citra diri adalah dasar dalam semua perilaku.

Sedangkan Hadiwibowo (2003) sebagaimana yang dikutip oleh Sunastiko

memberikan definisi citra diri sebagai gambaran seseorang terhadap diri sendiri

atau pikiran seseorang tentang pandangan orang lain terhadap dirinya, terkait

dengan bagaimana cara seseorang memandang dirinya dan bagaimana berpikir

tentang penilaian orang lain terhadapnya.8

Alauaddin Makassar Angkatan 2012 (Makassar: Jurnal Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah
Keguruan UIN Alauaddin Makassar, 2013),hlm. 132.
7
Ibid
8
Kharina Putrie Sunastiko, Hubungan Antara Citra Diri (Self Image) dengan Perilaku
Konsumtif Dalam Pembelian Produk Kosmetik Pada Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro Semarang (Semarang: Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang,
2013),h. 5
Dari uraian berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa citra

diri adalah konsep tentang diri yang dibuat individu mengenai dirinya dan selalu

mempertimbangkan pendapat orang lain.

Salah satu wadah untuk menunjukkan eksistensi diri adalah di media

soasil, contohnya instagram. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang

memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan

membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram

sendiri. Ciri khas dari Instagram adalah hasil fotonya yang berupa persegi, mirip

dengan produk Kodak Instamatic dan gambar yang dihasilkan oleh foto Polaroid -

berbeda dengan kamera modern yang biasanya memiliki bentuk persegi panjang

atau dengan rasio perbandingan bentuk 16:9.9

Dalam buku Bambang Dwi Atmoko, berjudul “Instagram Handbook”

menjelaskan hsitoris media sosial instagram pertama kali diresmikan dan dirilis

pada tanggal 6 oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, dua sarjana

dari Stanford University di Amerika Serikat. Pengguna media sosial instagram

dihari pertama perilisannya sebanyak 25 ribu jiwa.10

Situs wikipedia juga merilis data tentang layanan instagram yang tadinya

masih berupa aplikasi smartphone ini mendapatkan popularitas yang tinggi dalam

waktu cepat, dengan lebih dari 100 juta pengguna yang terdaftar (dan sekitar 90

juta pengguna aktif bulanan) per Januari 2013. Ini berarti hanya dalam kurun

waktu 3 tahun saja, jumlah pengguna Instagram sudah mencapai ratusan juta.

9
Sumber akses: https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram
10
Bambang Dwi Atmoko, Instagram Handbook (Jakarta: PT.Transmedia, 2012), hlm. 17
Instagram saat ini dapat diakses melalui Apple App Store and Google Play. Pada

awalnya Instagram hanya tersedia untuk smartphone milik Apple, seperti: iPhone,

iPad, dan iPod Touch. Kemudian sejak bulan April 2012, fasilitas Instagram

mulai diintegrasikan untuk ponsel kamera Android sehingga pengguna Android

pun bisa mulai menggunakan Instagram untuk aktivitas sharing foto mereka.11

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,12

yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan.

Pengupulan data dilakukan dengan mewawancarai beberapa mahasiswa dari

perguruan tinggi yang berbeda-beda dan kemudian diakukan analisis data untuk

membuat suatu kesimpulan mengenai penggunaan instagram di kalangan

mahasiswa sebagai bentuk eksistensi diri.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam terhadap seluruh

informan diketahui beberapa indikator yang menggambarkan latarbelakang

mahasiswa menggunakan instagram sebagai bentuk eksistensi dirinya. Hal ini

teridentifikasi dari pengalaman, motif alasan, ragam aktivitas dan persepsi

masing-masing informan untuk memilih kemudian mengakses instagram

dibanding media sosial lainnya.

11
Sumber akses: https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram
12
Lexy Johannes Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja
Rosdakarya, hlm. 3.
Kegiatan pengambilan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada

10 informan yang mencakup: alasan menggunakan instagram; seberapa sering

menggunakan instagram; hal-hal apa saja yang di share di instagram; dan perlu

tidaknya melakukan pencitraan diri di instagram. Berdasarkan data yang

diperoleh, alasan informan secara umum menggunakan instagram adalah

mengikuti trend. Beberapa informan mengatakan akan merasa ketinggalan jika

tidak mempunyai instagram. Instagram selain tempat mengekspresikan diri juga

sebagai tempat mendapat banyak informasi, seperti fashion style, tempat-tempat

baru dan juga bisa melakukan berbelanja di online shop.

Untuk penggunaan instagram, kebanyakan informan menggunakan

instagram di waktu luang. 2-5 jam/hari bisa dihabiskan hanya untuk bermain

instagram. Menurut data penelitian, hal ini hampir masuk kategori berlebihan.

Apalagi, seorang mahasiswa harusnya lebih banyak melakukan hal-hal positif

daripda membuang-buang waktu.

Hal-hal yang sering di-upload di instagram adalah hal-hal menarik bagi

informan. Misalnya, tempat yang view nya bagus, makanan, dan foto baik foto

bersama maupun selfie. Mereka tidak sungkan memberitahu kepada dunia apa

yang sedang meraka lakukan atau rasakan. Bisa di lihat bahwa batas privacy

beberapa pengguna instagram hampir terhapus. Ini semua dilakukan untuk

eksistensi diri mereka dengan membawa citra yang baik. Menurut seorang

informan, pencitraan diri itu penting. Dia ingin dikenal baik dan cantik oleh orang

yang melihat profil instagramnya. Beberapa informan juga melakukan pencitraan

diri dengan selalu berfoto di tempat-tempat gaul, seperti kafe atau restoran mahal.

Mereka berharap akan mendapat penilaian bahwa mereka juga bisa makan di
restoran mahal. Bahkan ada yang ke kafe atau restoran mahal dengan hanya

memesan minuman karena hanya ingin berfoto.

Dampak akibat penggunaan instagram berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa informan salah satunya adalah informan tersebut cenderung

terjebak dalam realitas semu (hyper real), dimana penilaian cantik, hitz atau

kekinian justru ia dapatkan di media sosial meskipun orang-orang yang

menilainya itu tidak bertemu atau melihat langsung kenyataan namun hanya

melihat foto. Banyak hal manipulatif yang dilakukan beberapa pengguna

instagram, seperti meng-edit foto sebagus mungkin untuk di-upload di instagram.

Kesimpulan

Setelah pengumpulan data, dapat dikesimpulan yaitu alasan-alasan

mahasiswa menunjukkan eksistensi dirinya melalui media sosial Instagram adalah

karena adanya identitas diri yang mereka ingin ungkapkan, menciptakan status

sosial mereka, dan membangun popularitasnya di media sosial instagram, hasil

dari pencitraan diri mereka dimedia sosial instagram menciptkan citra diri yang

tampak manipulatif, ambigu dan sarat dengan perubahan yang drastis dari

kehidupan sebenarnnya didunia nyata,

Sedang dampak dari bagia mahasiswa melalui media sosial Instagram

yaitu Realitas semu (hiperealitas) dimana para informan mahasiswa cenderung

terjebak kedalam realitas semu yang diciptakannya sendiri melalui media sosial

instagram yang merupakan ruang semu mereka dijebak untuk terus mengupload

foto-foto yang berkelas, tampak glamour dan kekinian hanya untuk mendapatkan

pengakuan atas eksistensi dan status sosial.


Daftar Pustaka

Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia. 2015. Profil Pengguna Internet


Indonesia 2014. Jakarta: Puskakom Universitas Indonesia.

Fisher, D. H. 1987. Knowledge Acquisition via Incremental Conceptual


Clustering. Machine Learning 2.

Mulyana, Dedy. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Erlangga.

Kharina Putrie Sunastiko, Hubungan Antara Citra Diri (Self Image) dengan
Perilaku Konsumtif Dalam Pembelian Produk Kosmetik Pada Mahasiswi
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Jurnal
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, 2013.

Mursalin Dachyang, Hubungan Citra Diri dan Presepsi Diri dengan Kemampuan
Akademik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauaddin Makassar Angkatan 2012, Makassar: Jurnal
Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah Keguruan UIN Alauaddin Makassar,
2013.

Moleong, Lexy Johannes. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Piliang, Yasraf Amir. 2011. Sebuah Dunia yang Dilipat: Tamasya Merlampaui
Batas-Batas Kebudayaan. Bandung : Matahari.

Sumber Internet :
https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram diakses pada tanggal 6 November 2017.

You might also like