You are on page 1of 47

Wantiyah

 Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar PD
2. Melakukan perawatan pada pasien yang
menjalani PD
 PD:suatu proses dialisis dalam rongga abdomen
yang bekerja sebagai penampung cairan dialisis,
dan peritoneum sebagai membran semi permeabel
yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan
tubuh yang berlebihan dan solute yang berisi racun
ureum yang akan dibuang (Gutch, Stoner & Corea,
1999 dalam Pelatihan HD 2010)
 Membran peritoneum mrp membran
semipermeable  ada 2: parietal dan
visceral
 Luas membran peritoneum kira-kira: 1-2 m2
 Parietal menerima suplai dari arteri-artei
dinding abdomen, yg kmd mengalir ke
sirkulasi sistemik.
 Visceral menerima darah dari arteri
mesenterika dan celiac yang mengalir ke
vena portae.
 Prinsip: diffusi dan osmosis
 DIFFUSI: perpindahan solute dari daerah
konsentrasi tinggi ke rendah  ketika cairan
dialisat dimasukkan ke rongga peritoneum
 Perpindahan dipengaruhi oleh kualitas
membran, ukuran, karakteristik larutan,
volume dialisat, serta aliran darah ke
membran peritoneum.
 OSMOSIS: perpindahan air melalui membran
semipermeabel dari daerah solute yang
berkonsentrasi rendah ke tinggi 
dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan
tekanan osmotik gradien antara darah dan
cairan dialisat.
2 jenis:
1. Continuous Ambolatory Peritoneal Dialysis
(CAPD)  regimen paling sederhana dan
paling sering digunakan, menggunakan gaya
gravitasi untuk inflow dan outflow yang
dilakukan secara manual
2. Automated Peritoneal Dialysis (APD) 
memerlukan mesin terprogram untuk
mengatur inflow, dwell time, dan outflow.
 CAPD dilakukan 3-4
kali penggantian
cairan sebanyak 2 liter
setiap hari dan 7 kali
dalam seminggu.
 Penggantian cairan
dilakukan setiap 4 -6
jam pada siang hari
dan 8 – 10 jam pada
malam hari
 JENIS:
1. Continuous Cyclic Peritoneal Dialysis
(CCPD)  umumnya malam hari,
menggunakan mesin terprogram 4 x 2 -2,5
liter. Penggantian cairan selama 8-10 jam.
Pada akhir terapi, kantong cairan yang
terakhir berisi 2 L didiamkan di abdomen
selama siang hari.
2. Night Intermitten Peritoneal Dyalisis (NIPD)
 dilakukan malam hari saat px tidur,
seperti CCPD, siang hari rongga
peritoneum dikosongkan.
3. Tidal PD  cairan tidak seluruhnya dikeluarkan, dan
diikuti inflow volume parsial.  dilakukan pada Px
dg drainase lambat atau rasa sakit waktu drainase.
4. Intermittent Peritoneal Dialysis (IPD)
 PD berbasis RS, ada siklus pergantian yang teratur.
Dwell time biasanya 40 menit setiap terapi,
frekuensi 1-2 hari, 2x1 minggu, atau tergantung
kebut. Px.
5. PD plus  sama dg CCPD dan mendapat tambahan
terapi pada siang hari dengan siklus manual 
meningkatkan clearance Px.
 Mengeluarkan cairan = Drain = outflow  proses
pengeluaran cairan dari rongga peritoneal,
berlangsung dengan bantuan gaya gravitasi.
Berlangsung sekitar 20 menit
 Pembilasan = FLUSH  butuh 5 detik untuk
melakukan proses pembilasan yang bertujuan
untuk membilas dan mengeluarkan udara dari
selang.
 Memasukkan cairan = FILL =INFLOW  cairan
dialisat
 Waktu tinggal = DWELL TIME  cairan dialisis
disimpan/didiamkan di dlm rongga peritoneal
selama 4-6 jam pada siang hari dan 8-10 jam
pada malam hari atau tgt kebut. Px.
Exch 4 exchange 5 6

In drain dwell In drain dwell In drain dwell

1 07.00 11.30 4.5 07.00 07.00 3.0

2 12.00 16.30 11.00 3.0

3 17.00 4.5 15.00 3.0

4 06.30 19.00 2.5

5 23.00 2.0

6 7.5

Total 22 21.5
 Standar cairan PD berisi:
a. Elektrolit dengan kadar seperti pada
plasma darah normal
b. Umumnya tidak mengandung kalium
c. Mengandung glukosa sebagai osmotic agent
d. Tersedia konsentrasi: 1.5 %, 2.3 %, 2.5 %,
4.25%
Cairan
Sodium (meq/l) 132
Calsium (meq/l) 3.5
Magnesium (meq/l) 1.5
Chlorida (meq/l) 102
Lactate (meq/l) 3.5
pH 5.2 -5.5
Osmolality (mOsm/l)
1,5 % Dextrose 347
2,5 % Dextrose 398
4,25 % Dextrose 486
Darah: 280 – 295 mOsm/l
 Lebih baik dalam mempertahankan fungsi
ginjal sisa
 Peningkatan jumlah Hb dan hematokrit
 Gula darah pasien DM dapat dikontrol dengan
menggunakan insulin
 Tekanan darah lebih stabil
 Pembuangan sisa metabolik lebih stabil
 Jadwal yang fleksibel
 Pasien masih memungkinkan untuk
beraktivitas saat dialisis
 PD dilakukan pada pasien dengan:
1. DM
2. Penyakit kardiovaskuler: angina, katub
jantung buatan, aritmia
3. Penyakit kronis: hepatitis, HIV (+), kelainan
perdarahan
 Absolut:
a. Hilangnya fungsi membran peritoneum
b. Pasien tidak mampu merawat diri sendiri
baik secara fisik maupun mental
c. Mechanical defect yang tidak dapat
dikoreksi atau dapat meningkatkan infeksi.
 Relatif: kebocoran peritoneal, penyakit
peradangan pada bowel, infeksi dinding
abdomen atau infeksi berat, malnutrisi
berat.
NURSING
MANAGEMENT
1. Resiko Infeksi
2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
3. Resiko kerusakan integritas kulit
4. Kurang Pengetahuan
5. PK: Peritonitis
 Bahan: cilicon atau polyurethane
 Exite site: lokasi tempat keluarnya sebagian
kateter pada abdomen
 Pemeriksaan:
1. PF pasien
2. X-ray dada
3. EKG
4. Test darah: darah lengkap dan kimia darah
5. Nasal swab
6. Pem cross-match
7. Konsul anestesi
8. Dilakukan HD satu hari sebelum, k/p
9. Pastikan umbilikus dalam keadaan bersih
10. Idealnya  Hb > 8, Albumin > 3, GDS terkontrol
 Persiapan:
1. Informed consent
2. Puasa 8 -12 jam sebelum operasi (tgt anestesi)
3. Pasien mandi dengan antiseptik, misal:
clorhexidine
4. Skeren: dada bagian bawah sampai daerah pubic
5. Kosongkan kandung kemih
6. Cek kelengkapan status, administrasi, alat, dll.
 Pasien bed rest selama 24 jam post op,
istirahat biasa selama satu minggu.
 Hindari gerakan yang dipaksakan, seperti
batuk
 Hindari terjadinya konstipasi
 Secara ideal PD bisa mulai dilakukan hari ke-
14 post op, kecuali emergensi.
 Jika PD segera digunakan, lakukan dengan
volume sedikit secara bertahap  pasien
posisi supine
1. Pre operasi:
a. Identifikasi daerah exit site  tandai
b. Lakukan pemeriksaan nasal swab
c. Cukur bulu-bulu sekitar abdomen
d. Lakukan bowel enema
e. Kosongkan bladder
f. Pemberian antibiotika profilaksis
2. Post operative – early management
Kateter:
a. Fiksasi kateter
b. Bilas kateter segera dengan heparin sampai cairan
yang keluar jernih
Dialisis:
a. Tunda dialisis minimal 2 minggu
b. Jika perlu dialisis pada hari ke-3, lakukan dengan
vol. Sedikit, secara IPD, px supine  mengurangi
tek. Intraabdomen dan kebocoran kateter
Balutan:
a. Gunakan teknik aseptik
b. Biarkan balutan min. 7 hari, kec. Ada
perdarahan
c. Ganti balutan setiap minggu pada 3-4
minggu pertama
d. Gunakan non-occlusive atau absorbent
dressing sampai exit site sembuh
e. Cuci daerah exit site dengan normal saline
f. Hindari merendam kateter sampai exit site
sembuh.
3. Post operative – chronic management
a. Fiksasi kateter
b. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan
perawatan exit site
c. Cuci daerah exit site menggunakan sabun
d. Keringkan daerah exit site dengan kassa steril,
dan tutup dengan kassa steril atau
semipermeabel dressing
e. Lakukan pengamatan setiap hari pada daerah
exit site
f. Jangan melakukan pengangkatan krusta secara
paksa
g. Hindari menuang desinfektan pada exit site.
 Meliputi: perawatan exit site, pergantian
cairan , balance cairan
 Perlu ruangan khusus: bersih, kering dengan
penerangan memadai
 Pasien harus punya stok cairan untuk satu
bulan ke depan
 Kontrol rutin, hubungi perawat CAPD jika ada
masalah
 Bersihkan kulit sekitar kateter dengan
gerakan melingkar/membersihkan dari
daerah dalam (dekat exit site) ke arah luar
 Gunakan kassa steril dan cairan antiseptik
atau cairan fisiologis (NaCl 0,9 %)
 Keringkan dan tutup exit site dengan kasa
steril lalu plester
 Fiksasi kateter
 Jangan menarik atau memutar kateter.
1. Cuci tangan selama 1 menit, kerinkan (prinsip
6 langkah)
2. Gunakan masker
3. Lakukan pergantian cairan pada tempat yang
bersih, kering, dan tertutup (matikan kipas
angin dan AC)
4. Jangan ada binatang peliharaan di ruangan
saat pergantian
5. Hangatkan cairan  cairan yang terlalu dingin
dapat mengakibatkan kram dan menggigil,
gunakan penghangat kering (jangan direndam
air hangat). Jangan gunakan microwafe atau
penghangat yang terlalu panas
6. Jangan membekukan cairan
7. Jaga kesterilan alat
8. Berhati-hati, dan jangan terburu-buru
9. Jangan pernah mempersingkat sistem pergantian cairan
10. Selalu periksa keadaan cairan dialisat setiap
melakukan pergantian cairan (warna, kadaluarsa,
konsentrat, volume, dan kebocoran).
11. Pada saat pergantian cairan yang terakhir, lakukan
pergantian cairan pada saat sebelum tidur
12. Periksa exit site setiap hari
13. Catat setiap melakukan pergantian cairan pada buku
catatan  dibawa saat konsul
14. Harus selalu kontrol ke RS setiap 1 bulan sekali
15. Selalu minum obat yang diresepkan
1. Periksa adanya edema (periorbital dan
ekstremitas)
2. Jaga/monitor BB
3. Periksa tekanan darah secara berkala
4. Perhatikan pola makan  diet rendah Na
5. Asupan cairan seimbang  tergantung
status cairan:
 UF diharapkan 1,5 – 2 liter/hari
 Bila UF dicapai  asupan: 2 lt/hari
 Bila UF tidak mudah dicapai: jumlah urine
+ 500 + UF/24 jam
 Adekuasi PD didefinisikan sbb:
a. Tidak adanya gejala-gejala uremia
b. Tekanan darah stabil
c. Keseimbangan cairan adekuat
d. Penanganan anemia yang baik
e. Metabolik terkontrol
f. Status nutrisi optimal
 PD adalah salah satu bentuk terapi pengganti
ginjal dengan menggunakan peritoneum
sebagai pengganti ginjal buatan yang alami.
 Proses dialisis berjalan alami dan terus
menerus
 Dialisis dapat dilakukan secara mandiri di
rumah oleh pasien dan atau keluarga, dan
memungkinkan pasien tetap beraktivitas
selama proses berlangsung.

You might also like