You are on page 1of 9

Teknik Penyaringan Limbah Cair Laundry….

(Rizky Aji Saputra) 213

TEKNIK PENYARINGAN LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM


FAS (FILTRASI, ABSORBSI DAN SEDIMENTASI)

FILTRATION TECHNIQUE OF LAUNDRY LIQUID WASTE USING FAS (FILTRATION,


ABSORPTION, AND SEDIMENTATION) SYSTEM

Oleh: Rizky Aji Saputra1, Suparno2


1
Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA UNY
2
Dosen Program Studi Fisika FMIPA UNY
milanrizky10@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui pengaruh volume dan jenis absorbent pada penyaringan
limbah cair laundry terhadap tegangan permukaan, viskositas, intensitas transmisi cahaya, pH, dan TDS, (2)
mengetahui pengaruh jenis absorbent pada penyaringan limbah cair laundry terhadap kadar fosfat, (3) mengetahui
komposisi variasi jenis absorbent pada penyaringan limbah cair laundry terhadap tegangan permukaan, viskositas,
intensitas transmisi cahaya, TDS, pH, dan kadar fosfat. Metode yang digunakan dalam proses penjernihan limbah
cair laundry adalah sistem FAS. Proses absorbsi dilakukan dengan melewatkan air kotor (sampel limbah cair
laundry) ke dalam sistem FAS, kemudian hasil penyaringan ditampung untuk selanjutnya diteliti. kemudian hasil
penyaringan ditampung untuk selanjutnya diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfat dipengaruhi
oleh banyaknya karbon yang digunakan dalam proses penyaringan. Untuk semua absorbent, kadar fosfat terbaik
diperoleh pada saat volume maksimal karbon aktif pada volume 2.450 ml (0,44 mg/l), pasir pada volume 3.300 ml
(2,59 mg/l) dan kerikil pada volume 2.700 ml (21,65 mg/l). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa volume
absorbent berpengaruh terhadap kejernihan dan kandungan deterjen. Absorbsi maksimum terdapat pada karbon
akif bambu pada volume 2.450 ml dengan nilai efisiensi transmisi (89,90 ± 1,61) %, tegangan permukaan (72 ± 2)
mN/m, viskositas (0,89 ± 0,01) cP dan pH (6,9). Sedangkan untuk nilai TDS maksimum terdapat pada pasir pada
volume 3.300 ml (220,0 ± 0,5) ppm. Bahan absorbent berupa karbon aktif bambu memiliki daya serap yang terbaik
dibandingkan pasir pantai Indrayanti dan kerikil sungai Krasak.
Kata Kunci: karbon aktif bambu, pasir pantai Indrayanti, kerikil sungai Krasak, fosfat, efisiensi transmisi (A),
sistem FAS.

Abstract
This research is aimed to (1)determine the effect of volum andy type of absorbent in laundry liquid waste
filtration toward surface tension, visvosity, light transmission effeciency, pH, and TDS, (2) determine the effect of
type of absorbent in laundry liquid waste filtration toward level of phospate, (3) determine composition of varied
type of absorbent in laundry liquid waste filtration toward surface tension, viscosity, light transmission effciency,
pH, TDS, and level of Phospate The method used in laundry liquid waste purification process is FAS system.
Absorption process occured when soiled water (laundry liquid waste sample) entering FAS system, while the result
of purification process is collected for investigation. The result of research shows that the level of phospate is
affected by the amount of carbon used in purification process. Among all absorbent, the best phospate level is
gained when the maximum volum of activated carbon is 2.450 ml (0,44 mg/l), sand 3.300 ml (2,59 mg/l), and
pebble 2.450 ml (21,65 mg/l). The result also indicates that absorbent volum affects the purity and the level of
contained detergent. Maximum absorption is gained when the volum of activated carbon is 2.450 ml with
transmission efficiency value (89,90 ± 1,61) %, surface tension (72 ± 2) mN/m, viscosity (0,89 ± 0,01) cP, and pH
(6,9). While for maximum value of TDS is gained when the volum of sand is 3.300 ml (220,0 ± 0,5) ppm. Activated
bamboo carbon as absorbent material has best level in absorption compared with Indrayanti beach sand and
Krasak river pebble.
Keywords: Activated bamboo carbon, sand of Indrayanti beach, pebble of Krasak river, absorption efficiency (A),
FAS system, Phospate

PENDAHULUAN sumber daya air harus dilindungi agar tetap


Air merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
diperlukan untuk hajat hidup manusia, bahkan serta makhluk yang lain. Pemanfaatan air untuk
oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, berbagai kepentingan harus dilakukan secara
214 Jurnal Fisika Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

bijaksana, dengan memperhitungkan Upaya untuk menjernihkan kembali limbah


kepentingan generasi yang akan datang cair laundry dapat dilakukan dengan
(Effendi, H., 2003). Namun kini banyak air menggunakan sistem FAS (Filtrasi, Absorbsi,
yang tercemar oleh berbagai industri termasuk dan Sedimentasi). Filtrasi adalah suatu proses
industri laundry. pemisahan zat padat dari fluida (gas maupun
Industri laundry menghasilkan limbah yang cair) yang membawanya menggunakan medium
berubah secara fisika (intensitas transmisi berpori atau bahan berpori lain untuk
cahaya, tegangan permukaan, viskositas, dan menghilangkan sebanyak mungkin zat padat
TDS) dan kimia (pH dan kadar fosfat). Pada halus yang tersuspensi dan koloid (Droste,
limbah cair laundry, fosfat berperan sebagai 1997), filtrasi terjadi pada semua bahan
builder (pembentuk) yang berfungsi absorbent dan dipengaruhi oleh ukuran bahan
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan absorbent, semakin kecil ukuran absorbent
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab maka hasil filtrasi akan semakin baik. Absorbsi
kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium merupakan proses terjebaknya partikel atau
dan magnesium (Rahayu, 2007). Baku mutu absorbat oleh bahan yang berpori/absorbent
fosfat menurut Peraturan Pemerintah No. 82 (Nurhidayati, 2009). Proses ini terjadi pada
Tahun 2001 adalah 5 mg/L.). Fosfat merupakan semua jenis absorbent dan dipengaruhi oleh
senyawa ionik yang dapat mengikat darah dan besarnya pori yang mana semakin besar pori
memungkinkan terjadinya penggumpalan darah maka penyaringan akan semakin baik hasilnya.
pada pembuluh darah apabila asupan air minum Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan
atau makanan manusia mengandung fosfat cairan menggunakan pengendapan secara
dengan kadar berlebih (Wimpenny dkk., 2000). gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi
Fosfat juga dapat membuat suatu tumbuhan (Reynolds, 1996). Proses ini terjadi terutama
tumbuh dengan sangat cepat dibandingkan pada saat air mengalir ke atas di dalam kolom
dengan pertumbuhan normal yang disebabkan ke 2 dan ke 4. Pada saat itu logam berat yang
pengayaan nurtrien atau unsur hara berupa massa jenisnya lebih besar dari air akan
nitrogen (N) dan fosfor (P) yang merupakan cenderung melakukan sedimentasi ke dalam
bahan anorganik yang dibutuhkan oleh kolom. Dalam sistem FAS ini digunakan bahan
tumbuhan. Dengan perkembangan tumbuhan absorbent berupa karbon aktif bambu, pasir
pada perairan yang sangat cepat menyebabkan pantai Indrayanti, dan kerikil sungai Krasak.
perairan tertutupi oleh tumbuhan sehingga sinar METODE PENELITIAN
matahari tidak dapat masuk ke dalam perairan Penelitian ini mulai dilaksanakan pada Juli
yang pada akhirnya menghambat sistem 2015 hingga Desember 2015, bertempat di
metabolisme dari organisme yang hidup di Laboratorium Fisika FMIPA UNY dengan
dalam air yang memerlukan cahaya matahari. sampel karbon aktif bambu dibuat di
Laboratorium Biologi FMIPA UNY,
Teknik Penyaringan Limbah Cair Laundry…. (Rizky Aji Saputra) 215

pengayakan bahan absorbent dilakukan di


Viskositas air yang telah diberi perlakuan
Laboratorium Bangunan FT UNY dan
ditentukan dengan Persamaan 3.
penelitian fosfat dilakukan di Laboratorium
Fisika dan Kimia STTL kampus II Yogyakarta. (3)
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
= viskositas air (poise)
eksperimen. Eksperimen dilakukan untuk
= viskositas larutan yang diuji (poise)
mengetahui volume dan komposisi variasi
= massa jenis air (g/cm3)
absorbent yang berupa karbon aktif bambu,
= massa jenis larutan yang diuji (g/cm3)
pasir pantai Indrayanti, dan kerikil sungai t1 = waktu alir air (detik)
Krasak pada penyaringan limbah cair laundry. t2 = waktu alir larutan (detik)

Pengukuran intensitas transmisi cahaya Adapun langkah kerja penelitian ini adalah
dilakukan dengan menggunakan Luxmeter, seperti pada Gambar 1. berikut:

kandungan partikel terlarut dengan


menggunakan TDSmeter, pH menggunakan
pHmeter, tegangan permukaan menggunakan
metode cincin de Nouy, viskositas
menggunakan pipa kapiler dan kadar fosfat
menggunakan spektrofotometer.

Tahap Pengolahan Data

Efisiensi transmisi (A) dapat ditentukan


melalui Persamaan 1.

A = ( I0 / It ) x 100 % (1)

Dengan: A adalah efisiensi transmisi cahaya


(%), I0 adalah intensitas cahaya standar (Lux),
dan It adalah intensitas cahaya hasil filtrasi
(Lux).
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Tegangan permukaan air yang telah diberi
perlakuan ditentukan dengan Persamaan 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
(2) Besarnya efisiensi penyerapan (A) yang
( )
dilakukan akan dipengaruhi oleh volume dan
: Gaya permukaan larutan untuk jenis absorbent yang digunakan. Adapun
mempertahankan permukaannya (mN)
: Tegangan permukaan (mN/m) kondisi limbah cair laundry sebelum dilakukan
: Diameter dalam cincin du Nouy (m) proses penyaringan, air kran (PAM) dan air
: Diameter luar cincin du Nouy (m)
216 Jurnal Fisika Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

bersih/air mineral (I0) disajikan pada Tabel 1 menyerap polutan pengotor yang lebih kecil
berikut. Dari Tabel bisa dilihat bahwa air dibandingkan kerikil karena memiliki ukuran
limbah laundry sangat keruh. Hal ini mesh yang lebih besar. Pada penelitian ini,
ditunjukkan oleh intensitas transmisi cahaya volume antara karbon, pasir, dan kerikil
yang sangat rendah yakni (1 ± 0) Lux berbeda dikarenakan pada awal penelitian
menggunakan massa namun ternyata dalam
Tabel 1. Hasil Uji Transmisi Cahaya Air pembuatan grafik tidak dalam rentang yang
Bersih, Intensitas Air Kram, dan Air
sama. Sehingga dipilihlah volume sebagai
Selokan Mataram (SM)
variabel bebas yang memiliki rentang yang
tidak jauh berbeda.
Berdasarkan Gambar 2 tampak bahwa
dengan melakukan penambahan volume bahan
Hasil Uji Efisiensi Transmisi Cahaya Pada absorbent mengakibatkan peningkatan efisiensi
Variasi Volume dan Komposisi Absorbent
transmisi cahaya pada proses penyaringan
95 limbah cair laundry. Hal tersebut berarti bahwa
90
85
volume absorbent yang digunakan berpengaruh
80
75
70
terhadap efisiensi transmisi cahaya, karena
65
60 absorbent yang digunakan dapat menyerap
55
50 polutan pengotor.
45
40
35
Tabel 2. Hubungan Variasi Komposisi
30 Absorbent terhadap Efisiensi Transmisi
25
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Volume (ml)

Gambar 2. Grafik Perbandingan Volume


Karbon Aktif, Pasir, dan Kerikil
terhadap Nilai Efisiensi Transmisi

Pada Gambar 2 tampak bahwa karbon


aktif bambu adalah bahan absorbent yang
memiliki nilai efisiensi diatas pasir pantai
Indrayanti dan kerikil sungai Krasak. Ini
dikarenakan karbon aktif memiliki struktur pori Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa nilai
yang dapat menyerap polutan pengotor dan efisiensi absorbsi variasi bahan-bahan yang
menjernihkan air, sedangkan pasir lebih baik digunakan dipengaruhi oleh volume karbon
dalam proses penyerapan dibandingkan kerikil aktif bambu, dimana semakin banyak volume
karena pasir memiliki ukuran mesh 30 mesh karbon yang digunakan maka nilai efisiensi
dan kerikil 6 mesh yang artinya pasir dapat absorbsi semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
Teknik Penyaringan Limbah Cair Laundry…. (Rizky Aji Saputra) 217

karbon aktif bambu berfungsi sebagai penjernih permukaannya jauh lebih besar dan daya
air, ini sesuai dengan teori yang menyatakan adsorpsinya lebih besar pula.
bahwa karbon aktif merupakan bahan yang baik
Tabel 3. Tabel Hubungan Variasi Komposisi
dalam melakukan proses adsorbsi dan absorbsi.
Absorbent terhadap TDS
Jika kita lihat 2 variasi bahan terbaik yaitu P-P-
Kb-Kb-Kb dan K-P-Kb-Kb-Kb memiliki
perbedaan yang sedikit, namun P-P-Kb-Kb-Kb
lebih baik dibandingkan K-P-Kb-Kb-Kb boleh
jadi dikarenakan pasir merupakan media filter
yang lebih baik dibandingkan kerikil karena
pasir memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga
luas permukaannya relatif lebih besar sehingga
dapat menyerap partikel pengotor yang lebih
banyak.

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa


Hasil Uji TDS Pada Variasi Volume dan
Komposisi Absorbent jumlah zat padat terlarut dari variasi bahan-
bahan absorbent yang digunakan dipengaruhi
600

550 Karbon Aktif Bambu


oleh volume pasir pantai Indrayanti memiliki
500
ukuran 30 mesh, ukuran ini lebih kecil
450
dibanding karbon aktif (8 mesh) dan kerikil (6
400

350 mesh) yang artinya pasir dapat menyerap lebih


300
baik untuk polutan pengotor yang berupa zat
250
padat terlarut. Jika kita lihat 2 variasi bahan
200
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Volume (ml)
terbaik yaitu P-P-Kb-Kb-Kb ( dengan TDS 234
ppm) dan P-P-P-Kb-Kb (dengan TDS 209 ppm)
Gambar 3. Grafik Perbandingan Volume
Karbon Aktif, Pasir, dan Kerikil memiliki perbedaan yang relatif, namun P-P-P-
terhadap TDS Kb-Kb lebih baik dibandingkan P-P-Kb-Kb-Kb
dikarenakan pasir yang digunakan memiliki
Pada Gambar 3 terlihat bahwa yang ukuran yang lebih kecil dari karbon sehingga
dapat menyerap zat padat terlarut lebih baik luas permukaannya menjadi besar dan adsorbsi
berturut-turut adalah pasir pantai Indrayanti, partiikelpun menjadi lebih besar.
karbon aktif bambu dan kerikil sungai Krasak.
Pasir dapat menyerap zat padat terlarut lebih
baik dibandingkan yang lain, boleh jadi
disebabkan karena ukurannya yang jauh lebih
kecil dari yang lain sehingga luas
218 Jurnal Fisika Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

Hasil Uji Viskositas Pada Variasi Volume


dan Komposisi Absorbent
0,92 Kerikil Sungai Krasak
0,90 Pasir Pantai Indrayanti
0,88
Karbon Aktif Bambu
0,86
0,84
0,82
0,80
0,78
0,76
0,74
0,72
0,70
0,68
0,66
0,64
0,62
0,60
0,58
0,56
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Volume (ml)

Gambar 4. Grafik Hubungan Variasi Volume Dalam limbah cair laundry terdapat
dan Jenis Absorbent terhadap detergen yang menyebabkan menurunnya
Viskositas
Pada Gambar 4 dapat ditunjukkan viskositas larutan. Dari Tabel 4 dapat diketahui

bahwa karbon aktif bambu memiliki daya serap bahwa penyerapan detergen yang menyebabkan

terhadap kadar detergen pada limbah cair perubahan pada viskositas cairan dengan hasil

laundry lebih tinggi yang kemudian disusul terbaik terjadi pada komposisi P-P-Kb-Kb-Kb

pasir pantai Indrayanti dan kerikil sungai (0,89±0,01) cP.

Krasak. Air yang memiliki kandungan detergen


Hasil Uji Tegangan Permukaan Pada Variasi
lebih banyak akan lebih encer dan massa Volume dan Komposisi Absorbent
jenisnya bertambah, hal ini menyebabkan air
76 Kerikil Sungai Krasak
74 Pasir Pantai Indrayanti
akan mengalir lebih cepat sehingga memiliki 72 Karbon Aktif Bambu
70
68
nilai viskositas yang rendah. Namun dalam 66
64
62
proses penyaringan, setiap pertambahan volume 60
58
56
bahan absorbent akan mengakibatkan 54
52
50
berkurangnya kandungan detergen pada air 48
46
44
sehingga nilai viskositasnya naik. 42
40
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Tabel 4. Tabel Hubungan Variasi Komposisi Volume (ml)
Absorbent terhadap Viskositas
Gambar 5. Grafik Hubungan Variasi Volume
dan Jenis Absorbent terhadap
Tegangan Permukaan

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa


karbon aktif adalah bahan absorbent yang
paling baik dalam menaikkan tegangan
permukaan sehingga bisa mencapai nilai
tegangan permukaan air bersih yaitu 72 mN/m.
Hal ini boleh jadi disebabkan oleh kemampuan
Teknik Penyaringan Limbah Cair Laundry…. (Rizky Aji Saputra) 219

karbon aktif dalam menyerap kandungan mN/m menjadi 71 mN/m yang nilainya sama
surfaktan lebih banyak dibandingkan pasir dengan tegangan permukaan air bersih.
pantai Indrayanti dan kerikil sungai Krasak. Air
Hasil Uji Kadar Fosfat Pada Variasi Volume
yang mengandung detergen akan memiliki
dan Komposisi Absorbent
tegangan permukaan yang kecil, detergen
Tabel 6. Hubungan Variasi Jenis dan Komposisi
mengandung surfaktan yang dapat menurunkan
Absorbent terhadap Kadar Fosfat.
tegangan permukaan. Dalam proses
penyaringan, setiap bertambahnya volume
bahan absorbent akan menyebabkan kandungan
detergen pada air berkurang.
Tabel 5. Tabel Hubungan Variasi Komposisi
Absorbent terhadap Tegangan
Permukaan

Hasil dari penyaringan limbah cair


laundry menggunakan variasi bahan absorbent
berupa karbon aktif bambu, kerikil sungai
Krasak dan pasir pantai Indrayanti dapat
diketahui bahwa bahan absorbent terbaik
menyerap kadar fosfat adalah karbon aktif
bambu yakni 0,44 mg/L (lihat Tabel 6) dan
variasi bahan absorbent yang terbaik adalah P-
P-Kb-Kb-Kb (0,87 mg/L).
Berdasarkan Tabel 5, hasil dari
penyaringan limbah cair laundry menggunakan Hasil Uji pH Larutan pada Variasi Volume
variasi bahan absorbent berupa karbon aktif dan Komposisi Absorbent

bambu, kerikil sungai Krasak dan pasir pantai


7,8 Kerikil Sungai Krasak
Indrayanti dapat diketahui bahwa variasi bahan 7,7
Pasir Pantai Indrayanti
Karbon Aktif Bambu
7,6
absorbent yang memiliki nilai tegangan
7,5

permukaan terbaik adalah P-P-Kb-Kb-Kb 7,4

7,3

(71±1) mN/m. Pada limbah cair laundry 7,2

7,1

terdapat surfaktan yang berfungsi untuk 7,0

6,9
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan. 6,8

500 1000 1500 2000 2500 3000 3500


Dengan perlakuan yang diberikan telah mampu Volume (ml)

meningkatkan tegangan permukaan dari 40


220 Jurnal Fisika Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016

semakin baik kualitasnya. Hal ini dapat dilihat


Gambar 6. Grafik Hubungan Variasi Volume
dengan meningkatnya efisiensi transmisi,
dan Jenis Absorbent terhadap pH
tegangan permukaan, dan viskositas serta
8,0
menurunnya pH menjadi netral (6,90), kadar
7,8
fosfat, dan TDS sebagai indikasi berkurangnya
7,6
kandungan detergen dan polutan pengotor
7,4

lainnya dalam air hasil penyaringan dengan


7,2

7,0
sistem FAS ini.

6,8
Untuk semua absorbent, kadar fosfat
Air Limbah P-Kb-K-K-K P-Kb-Kb-K-K Kb-K-K-P-P K-K-Kb-Kb-Kb Kb-K-P-P-P

Variasi Komposisi Bahan Absorbent


K-P-P-Kb-Kb K-P-Kb-Kb-Kb P-P-Kb-Kb-Kb P-P-P-Kb-Kb
terbaik diperoleh pada saat volume maksimal
karbon aktif pada volume 2.450 ml (0,44 mg/l),
Gambar 7. Grafik Hubungan Variasi Komposisi
Absorbent terhadap pH pasir pada volume 3.300 ml (2,59 mg/l) dan
kerikil pada volume 2.700 ml (21,65 mg/l).
Pada limbah cair laundry terkandung Absorbsi partikel pengotor terbaik ditunjukkan
senyawa alkali (basa) yang berasal dari oleh karbon akif bambu pada volume 2.450 ml
surfaktan (Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS) dengan nilai efisiensi transmisi cahaya (89,90 ±
sehingga dapat menambah pH suatu cairan. 1,61) %, tegangan permukaan (72 ± 2) mN/m,
Sehingga wajar bila pH limbah cair laundry viskositas (0,89 ± 0,01) cP dan pH (6,9).
7,90. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa bahan Sedangkan untuk nilai TDS maksimum
absorbent karbon aktif bambu, pasir pantai ditunjukkan oleh pasir pada volume 3.300 ml
Indrayanti dan kerikil sungai Krasak dapat (220,0 ± 0,5) ppm.
menurunkan pH larutan dengan relatif cepat.
Karbon aktif dengan volume 1.470 ml sudah Saran

mampu menetralkan limbah dengan pH 6,90, Pada penelitian ini air mengalir dari sati

pasir pantai Indrayanti dengan volume 2.460 ml paralon ke paralon lain dengan sedikit lambat,

dan kerikil sungai Krasak dengan volume 2.700 untuk itu perlu digunakan pompa air agar debit

ml. Sedangkan dari Gambar 7 dapat dilihat pada alir air menjadi lebih cepat. Air proses

semua variasi komposisi absorbent memiliki pH penyaringan dengan sistem FAS ini sudah layak

6,90. digunakan kembali jika dilihat dari parameter


yang diteliti, namun perlu penelitian lebih lanjut
KESIMPULAN DAN SARAN untuk menghilangkan coliform agar air dapat
Simpulan digunakan untuk mandi maupun minum. Alat
Berdasarkan penelitian yang telah transmisi cahaya yang digunakan dalam
dilakukan diperoleh simpulan bahwa semakin penelitian ini bisa disempurnakan agar hasil
besar volume absorbent yang digunakan dalam intensitas cahaya yang dihasilkan bisa lebih
proses penyaringan menghasilkan air yang baik.
Teknik Penyaringan Limbah Cair Laundry…. (Rizky Aji Saputra) 221

DAFTAR PUSTAKA

Droste, R.L. (1997). Theory and Practice of


Water and Wastewater Treatment. USA:
John Wiley and Sons, Inc
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air.
Kanisius, Yogyakarta.
Nurhidayati. (2009). Pemanfaatan Karbon Aktif
Pasar Kayu Sengon sebagai Absorben
Logam Berat Cu pada Limbah Simulasi
Cu. Skripsi. Yougyakarta: UNY.
PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Rahayu, S.S. 2009. “Fitoremediasi Fosfat
dengan Pemanfaatan Enceng Gondok:
Studi Kasus Pada Air Limbah Cair
Industri Kecil Laundry”. Jurnal
Presipitasi, Vol. 2No 1 2007 Maret;
ISSN 1907-187X
Reynold, Tom D. & Paul A. Richards. 1996.
Unit Operation And Processes in
Environmental Engineering, 2nded.
Boston: PWS

Tjokrokusumo. (1995). Pengantar Konsep


Teknologi Bersih. Yogyakarta: STTL
“YLH”.
. Wimpenny, J., Manz, W., Szewzyk, U. (2000).
Heterogeneity in Biofilms, FEMS
Microbiol

You might also like