You are on page 1of 27

Halaman 9

Pemeriksaan pada Bayi dan Anak-anak


1. Pengukuran occipitofrontal circumference (OFC) dan melihat hasil pengukuran
pada grafik pertumbuhan (Lampiran 1 dan 2 halaman 454-455).
2. Mencatat kejadian penting selama masa pertumbuhan pada bayi atau anak (Tabel
2.1)
3. Pemeriksaan tengkorak untuk menilai turgor anterior fontanelle, yang merupakan
tanda penting untuk menentukan adanya intracranial pressure (ICP) pada anak.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan saat anak sedang santai atau lebih baik lagi
saat anak sedang tidur. Garis sutura dapat dipalpasi, dimana bila terdapat tekanan
pada intracranial garis ini akan melebar dan terdapat distensi vena. Tanda
“matahri terbenam” pada bayi dengan hidrosefalus merupakan tanda lain yang
mudah dikenali; hal ini merupakan indikasi adanya tekanan pada batang otak
bagian atas dan menyebabkan kelumpuhan bagian upgaze, sehingga mata akan
mengarah ke bawah seperti matahari yang terbenam (lihat Bagian 4).
4. Pemeriksaan tingkat kesadaran pada anak-anak (Tabel 2.2 dan Lampiran 3
halaman 456).

Anak-anak yang Lebih Tua dan Orang Dewasa


Riwayat Neurologis
Riwayat penyakit sebaiknya didapatkan dari pasien atau kerabatnya. Hal ini penting
untuk mempertimbangkan aspek yang terdapat pada daftar di halaman 12.

Pemeriksaan Neurologis
Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran, dinilai menggunakan Glasgow Coma Scale (Teasdale dan
Jennett, 1974), merupakan 15 poin pengukuran klinis objektif sederhana yang
diterima secara universal dan dibagi menjadi 3 bagian – membuka mata, respon
motorik dan respon verbal (lihat Tabel 2.2 dan Lampiran 4 halaman 459).
Menilai respon sakit: gunakan tekanan pada prosesus mastoid atau kuku
dengan menggunakan pensil. Ketika menilai respon terhadap rasa sakit menggunakan
anggota tubuh, pastikan bahwa pasien tidak quadriplegic karena cedera pada leher
atau tulang belakang.
Halaman 16
4. Penglihatan
Pasien mungkin memiliki keluhan diplopia atau penglihatan kabur.
Penghitungan jari dan membaca untuk pasien yang tidak buta huruf akan membentuk
penilaian yang kurang baik untuk ketajaman visual yang mungkin dibutuhkan pada
pasien yang mengalami trauma. Pemeriksa harus menanyakan kepada pasien secara
spesifik apabila pasien mengalami diplopia dalam beberapa arah dan atau bila
terdapat abnormalitas pada pergerakan mata (ophthalmoplegia). Bila pemeriksa
berusaha untuk menentukan lokasi lesi intracranial makan pemeriksa harus
memeriksa lapang pandang pasien. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan meminta
pasien untuk melihat kepada pemeriksa dan memeriksa pasien dengan menggunakan
pemeriksa sebagai standar normal dan pemeriksa menggerakkan bolpoin atau jari dari
tepi ke dalam. Pemetaan lapang pandang berada diluar ruang lingkup bab ini namun
sebaiknya direncanakan pemeriksaan ini bila dicurigai adanya lesi pada fossa pituitary
atau penglihatan yang memburuk.
Jalur penglihatan dan efek lesi pada beberapa titik tertentu ditunjukkan pada
Gambar 2.8. Penglihatan Kabur yang terjadi secara akut dibahas pada Bab 9.

Halaman 17

Saraf Trigeminal
Sensasi wajah diuji dalam distribusi tiga divisi: dahi sebagai divisi pertama, regio pipi
infraorbital sebagai divisi kedua, dan mandibula sebagai divisi ketiga. Refleks kornea
dinilai dengan cara memilin cotton wool dan meminta pasien untuk melihat ke arah
lain dari pemeriksa dan kemudian pemeriksa menyentuh sisi lateral kornea, jauh dari
arah penglihatan. Adanya kedipan merupakan tanda reflek positif.

Saraf Wajah
Lesi pada upper motor neuron akan menyebabkan kelumpuhan pada bagian bawah
wajah akibat inervasi bilateral di bagian atas wajah, otot occipitofrontalis (gerakan:
mengerutkan dahi) tetap utuh. Lesi pada lower motor neuron menyebabkan
kelumpuhan pada seluruh wajah pada sisi ipsilateral. Facial palsy dijelaskan lebih
lengkap pada Bab 9.
Pendengaran
Pendengaran diuji di samping tempat tidur dengan mendorong berulang kali pada
tragus setiap telinga secara bergantian untuk memblokir pendengaran, dan
membisikkan kata-kata atau angka di telinga lain pada jarak yang bervariasi, untuk
menentukan apakah subjek dapat mengidentifikasinya.

Nervus Aksesorius
Kepada diarahkan melawan resistensi pada setiap sisi dan kekuatan otot
sternocleidomastoid dicatat, pada sisi berlawanan pada arah putaran. Elevasi bahu
untuk menguji otot trapezius bagian atas.

Nervus Hipoglosal
Lesi pada nervus hipoglosal akan menyebabkan kelemahan pada sisi lidah yang
terkena dan deviasi lidah pada sisi lesi saat lidah menjulur keluar.

Pemeriksaan Saraf Tepi, serebral dan fungsi cerebellar


Sistem saraf tepi dapat diperiksa berdasarkan urutan berikut:

 Inspeksi  fungsi autonomik


 tonus  koordinasi dan keseimbangan
 kekuatan  uji spesial – fungsi lobus parietal
 refleks  gaya jalan (lihat Bab 9 halaman
 sensasi 306)

Halaman 18
Untuk sarap perifer pelajari kunci utama untuk tes saraf ulnar, median, radial,
femoral, obturator dan sciatic. Lakukan tes pada sebagian besar fungsi saraf motorik
perifer dan sensorik. Bila saraf tersebut bekerja maka saraf tersebut masih utuh.
Carilah otot yang mengalami kelemahan pada otot yang terkena. Lihat Tabel 2.5. Lesi
saraf perifer dibahas pada Bab 10 (halaman 335).
Untuk memeriksa sistem saraf tepi pemeriksa harus mengetahui hal-hal
berikut ini:
 Pemetaan dermatom (Gambar 2.9),
 Pemetaan myotome (Tabel 2.7) dan refleks (Tabel 2.8),
 Fungsi saraf (Tabel 2.5),
 Jalur saraf: lihat pada buku anatomi

Fungsi Motorik
Tingkat kekuatan oto 0 – 5 (Tabel 2.6). Lakukan tes kekuatan pada seluruh sendi
utama pada anggota tubuh atas dan bawah. Pemeriksa akan menguji kekuatan pada
anggota tubuh yang terkena dan membandingkannya dengan sisi satunya dan anggota
tubuh lainnya. Jangan lupa untuk mencari lesi proksimal (kelemahan pinggul atau
bahu) begitu juga dengan uji kekuatan pada sebagian besar myotome perifer
(pergerakan jari tangan dan kaki)
Saat pasien mengeluhkan hilangnya fungsi, pemeriksa harus membedakan
antara lesi pada saraf pusat atau saraf tepi dan lesi pada upper/lower motor neuron
(Tabel 2.9). Lesi pada upper motor neuron lambat untuk diketahui dalam gambaran
sepenuhnya. Dengan demikian pada cedera tulang belakang terdapat periode syok
spinal dimana terdapat flaksiditas, kelumpuhan dan arreflexia (penampakan dari lesi
yang terjadi pada lower motor neuron) dan hal ini membutuhkan beberapa hari atau
minggu agar spasitisitas untuk berkembang sepenuhnya. Pada lesi lower motor
neuron butuh beberapa saat agar kelemahan otot tampak jelas. Tanda Babinski negatif
contohnya jempol kaki mengarah kebawah atau tidak bereaksi sama sekali.

Fungsi sensorik (lihat anatomi jalur rasa sakit (Bab 10 halaman 343) (Gambar 2.9)
 Rasa sakit dan suhu (tusukan peniti dan objek metal yang dingin untuk
fungsi traktus spinothalamic)
 Fungsi kolum dorsal – sentuhan ringan (cotton wool atau kertas), getaran dan
joint position sense. Kurangnya sensasi yang dirasakan saat diberikan
sentuhan ringan dapat menjadi tanda lesi tulang belakang yang belum lengkap
karena sensasi sentuhan ringan disalurkan oleh saraf tulang belakang pada
kedua kolum lateral dan posterior.
 Sacral sparing merupakan poin penting dalam penilaian pemeriksaan
sensorik. Hal ini dapat terjadi secara luas pada hilangya fungsi sensoris yang
disebabkan oleh lesi intramedullary dan hal ini akibat pengaturan laminar
serabut saraf pada traktus spinothalamic. Segmen sacral terletak secara lateral
pada traktus yang berarti adanya cedera tulang belakang yang inkomplit dan
mungkin menjadi satu-satunya tanda pada cedera ini.

Koordinasi dan Keseimbangan


Lakukan pemeriksaan proprioception, finger to nose, heel to toe, tanda Romberg
(berdiri tegak, kaki rapat, lengan direntangkan dan mata ditutup, pasien seperti mau
jatuh karena hilangnya sensasi postural (fungsi kolum dorsal)).

Fungsi autonomik
 Berkeringat
 Vasokonstriksi (tidak terlalu membantu)
 Konstriksi pupil (parasimpatetik), dilatasi pupil (simpatetik)
 Suhu kulit, warna, sensitivitas (lihat bagian sympathetic maintained pain pada
Bab 10 halaman 350)

Halaman 20
Saraf tulang belakang pada orang dewasa berakhir pada L1-2. Kemudian serabut saraf
cauda equina keluar dari saraf tulang belakang bawah pada conus medularis, yang
berada pada L1-2 dan dibawahnya adalah serabut saraf cauda equina (gambar 2.10).
lesi pada conus menyebabkan tercampurnya tanda lesi pada upper dan lower motor
neuron sedangkan lesi dibawah conus merupakan lesi lower motor neuron. Lesi pada
cauda equina menyebabkan lesi lower motor neuron namun dengan adanya
keterlibatan kandung kemih dan usus. Reflek cremasteric dapat diuji pada laki-laki
baik dengan mengusap bagian dalam paha yang akan menyebabkan kontraksi otot
dartos pada skrotum dan elevasi testis. Bila utuh hal ini mengindikasi adanya lesi
dibawah level 1.1.
Refleks anal (S4,5) – kontraksi portion subkutaneus dari sfingter eksternal
sebagai respon dari menggores kulit perianal.
Reflek cremasteric (L1) – goresan ringan di sepanjang paha atas bagian dalam
menyebabkan kontraksi cremaster dan elevasi testis.
Halaman 21
Reflek Bulbocavernosus (S2, 3, 4): kontraksi otot bulbocavernosus
(diidentifikasi melalui palpasi) saat memijat glans

1. Proses Miksi
Terdapat tiga fungsi kandung kemih: pengisian, berkemih, dan kontrol.
Nervus pelvis parasimpatetik bertanggung jawab terhadap kontraksi otot halus. Serat
otot halus pada sfingter eksternal memungkinkan kontinesi dapat diatur saat tidur
melalui kontrol parasimpatetik. Saraf pudendal (juga S2, 3, 4) bertanggung jawab
untuk kontinensi volunter menginervasi sfingter eksternal dan otot-otot pada dasar
pelvis.
Kandung kemih merupakan organ penyimpanan tekanan rendah dengan otot
halus destrukter berelaksasi untuk memungkinkan kandung kemih dapat terisi. Leher
kandung kemih (sfingter internal) tetap tertutup saat kandung kemih diisi. sfingter
internal lebih baik disebut mekanisme leher kandung kemih dan terdiri dari trigonal

Halaman 23
dan bundle otot detrusor. Ketika refleks stretch distimulasi dengan meningkatkan
impuls afferent volume kandung kemih melewati spinal cord (S2, 3, 4) dan impuls
parasimpatetik (saraf pelvis dari S2, 3, 4) menyebabkan kontraksi detrusor,
terbukanya mekanisme leher kandung kemih dan proses miksi. Kontrol kortikal
mencegah relaksasi sfingter eksternal dan menghambat aktivitas motorik
parasimpatetik.
 Kandung kemih neurogenik. Istilah kandung kemih neurogenik digunakan
untuk menggambarkan fungsi kandung kemih pada pasien dengan lesi tulang
belakang. Banyak istilah yang membingungkan dan digunakan untuk
menjelaskan masalah-masalah seperti automatis, autonomous, tidak terhalangi,
upper motor neuron, lower motor neuron. Satu klasifikasi yang cukup
sederhana dan praktis adalah untuk membagi kandung kemih neurogenik
menjadi sacral dan suprasacral.
 Cedera sacral. Bila sacral cord rusak maka pasien hanya mampu
mengosongkan kandung kemihnya melalui tekanan manual dan/atau
abdominal. Sensai kandung kemih yang penuh mungkin masih dapat diterima
melalui jalur simpatetik, yang mencapai cord setinggi midthoracic
 Cedera suprasacral. Setelah cedera spinal, kondisi ‘spinal shock’ baik terjadi
pada saat adanya pemulihan atau perkembangan fungsi kandung kemih
melalui refleks spinal pada S2, 3, 4. Tekanan manual mampu mengatasi
kontraksi dan spastisitas pada pelvis dan sfingter eksternal. Namun, refleks
spinal dapat diinsiasi dengan menggores area perinium atau anal dan kandung
kemih menjadi kosong. Bila hal ini dilakukan setiap 2 – 3 jam maka pasien
dapat memiliki kontrol untuk mengosongkan kandung kemih. Pasien akan
mampu menggunakan tangannya untuk melaksanakan hal ini.

Pengosongan kandung kemih sering tidak tuntas dan volume residual menjadi
tinggi. Volume residual hingga 50 ml adalah normal, 100 ml masih dapat diterima.
Volume residual yang tinggi menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi saluran
kemih dan pembentukan batu kandung kemih. Katerisasi intermiten yang dilakukan
oleh pasien atau kerabatnya akan meminimalisasi masalah-masalah ini. Kateter dapat
digunakan dan tidak perlu steril, hanya dibersihkan dengan sabun dan air keran biasa.

POIN UTAMA:
Saluran ginjal sebaiknya selalu diperiksa apakah ada infeksi dan batu pada pasien
dengan spinal cord paralysis. Periksa kultur urin dan lakukan ultrasound.

Halaman 24
2. Fungsi Usus
Fungsi sfingter anal sangat tergantung pada saraf parasimpatetik pelvis dan
saraf pudendal internal (somatik). Pada fase akut syok spinal, sfingter anal menjadi
kendor dan pasien tidak mampu mengecangkan sfingter di sekitar jari pemeriksa.
Terdapat kemungkinan dimana sfingter anal tidak bisa relaksasi sebagai respon dari
distensi rectum (refleks rectoanal). Kegagalan internal sfingter untuk berelaksasi
dapat menyebabkan konstipasi dan diare yang berlebihan. Kegagalan untuk mengatur
sfingter eksternal dapat menyebabkan defekasi spontan saat terpicunya refleks
rectoanal.
Pada lesi upper motor neuron (contohnya transeksi spinal cord), kandung
kemih dan usus akan gagal untuk mengosongkan isinya. Oleh karena itu, katerisasi
awal dibutuhkan pada cedera spinal. Namun, refleks untuk mengosongkan kandung
kemih dan usus adalah refleks spinal. Bila jalurnya masih utuh, maka yang hilang
hanyalah kontrol kortikal. Enema dan supositoria mungkin dibutuhkan untuk
meningkatkan pengosongan rectal awal namun setelah refleks rectoanal kembali, usus
akan membuka secara spontan tanpa adanya kontrol volunter.

POIN UTAMA:
PEMERIKSAAN RECTAL harus dilakukan pada semua pasien, dengan potensi lesi
pada tulang belakang. Penilaian tonus anal dan fungsi sfingter eksternal sebaiknya
dilakukan. Sensasi perianal dapat diuji pada waktu yang sama.

Fungsi Cerebellar
Menguji koordinasi dengan tes finger-nose, atau pergerakan heel-shin merupakan cara
yang baik untuk menguji fungsi hemisphere cerebellar. Pergerakan tangan bolak-balik
yang digerakkan dengan cepat dan pronasi dengan cepat serta supinasi masing-masing
lengan bawah juga cukup membantu. Menguji fungsi cerebellar pusat (vermis)
melibatkan pengujian gaya jalan, dengan heel-toe walking. Penting untuk mengamati
gaya berjalan pada waktu tertentu dalam pemeriksaan neurologis (lihat bagian
gangguan gaya jalan pada Bab 9).

Fungsi Lobus Parietal


Penilaian lobus parietal dapat membantu lokalisasi lesi cerebral, namun penilaian ini
bersifat rumit. Uji sederhana ini untuk menentukan:
1. Astereognosis: pasien dapat mengenali objek yang ditempatkan pada tangan
dengan mata tertutup.
2. Parietal drift: penyimpangan lengan terjadi saat lengan diulurkan keluar
dengan telapak tangan menghadap ke atas sementara mata tertutup. Bila satu
lengan menyimpang jauh, biasanya keatas atau keluar, hal ini merupakan
indikasi adanya lesi parietal kontralateral.
3. Sensory or Visual Neglect: saat stimulus sensorik ditempatkan pada masing-
masing sisi, hal tersebut dapat dikenali oleh pasien, namun bila stimulus
bilateral ditempatkan secara terus-menerus baik dalam lapang pandang atau
kulit lengan atau kaki, pasien hanya mampu mengenali satu sisi; dan hal ini
mengindikasi adanya lesi parietal, kontralateral pada sisi hilangnya stimulus
Fungsi yang lebih tinggi dan status mental
 Orientasi tempat dan waktu
 Kemampuan untuk menjalankan perintah dan fungsi
 Kecerdasan
 Ingatan, panjang dan pendek
 Fungsi bahasa – mengenali nama objek. pengulangan kata-kata, isi
pembicaraan dan membaca, menulis atau meniru, bila relevan.

Halaman 27
Laporan Kasus
Seorang anak berusia 8 tahun datang dengan keluhan seperti orang kebingungan dan
terdapat kelumpuhan pada sisi kiri. Pemeriksaan fundoskopi menunjukkan
papiloedema. Meskipun sebelumnya anak menderita sakit kepala dan muntah-muntah,
hal diperkirakan karena malaria atau infeksi virus oleh dokter yang menangani
sebelumnya. Karena adanya epilepsi makan dilakukan pemeriksaan CT scan. Sebuah
lesi yang ditemukan tampak seperti tumor atau tuberkoloma pada lobus frontal kanan.

Melokalisasi gejala dan tanda (Gambar 2.11)


1. Lobus Frontal. Area ini secara keseluruhan merupakan silent area dari otak
dan lesi biasanya berukuran cukup besar sebelum dapat menyebabkan gejala
apapun. Lesi yang besar pada lobus frontal, khususnya bila mempengaruhi
kedua sisi, dapat mempengaruhi ingatan, kepribadian, dan tingkat kesadaran
dan/atau kemampuan bicara. Lesi frontal bilateral dapat mengakibatkan
keadaan bisu, kurangnya minat pada daerah sekitar, kurangnya dorongan dan
inisiatif, keadaan pergerakan pasif atau terkadang adanya disihibisi dengan
hiperseksualitas dan/atau agresi dengan kurangnya kontrol sosial; dan
kurangnya menjaga penampilan. Inkontinesia urin dan/atau feses dapat
menjadi hasil dari patologi lobus frontal. Kemunduran fungsi mental dapat
menjadi hasil dari lesi lobus frontal. Lesi sub-frontal dapat mempengaruhi
traktus olfaktorius dan menyebabkan kehilangan daya penciuman baik secara
unilateral atau bilateral. Hal ini tidak jarang terjadi setelah cedera kepala
yang parah. Perubahan ini hampir tidak terlihat dan berkembang secara
lambat, dan oleh karena itu sulit diketahui oleh kerabat pasien sampai benar-
benar terlihat jelas.
2. Lobus Temporal. Lesi pada lobus temporal kadang tidak memberikan gejala
namun bila lesi terbut mengenai bagian medial lobus temporal, contohnya
hippocampus dan amygdala maka dapat menyebabkan gangguan ingatan dan
epilepsi lobus temporal (kejang kompleks parsial), yang dapat menjadi
keseluruhan secara umum.
3. Area sensorimotorik bagian atas. Lesi pada area ini dapat menyebabkan
kelemahan anggota tubuh bagian bawah pada sisi kontralateral, atau
kelumpuhan anggota tubuh bawah bilateral bila lesi mengenai kedua sisi
otak, yang tidak biasa, namun terkadang terjadi dengan meningioma
parasagittal pada daerah ini. Defisit sensorik dapat terjadi pada sisi yang
berlawanan.
4. Korteks sensorimotor bagian bawah. Hal ini cenderung menyebabkan
kelumpuhan kontralateral pada wajah, lidah dan lengan; dengan demikian
menyebabkan bicara cadel, serta kelemahan lengan dan jari. Bila lesi
melebar sampai area kemampuan bicara yang berdekatan, pasien dapat
mengalami kesulitan untuk mengekspresikan dan memahami pembicaraan
bila lesi terdapat pada sisi dominan otak, yang biasanya terdapat pada sisi
kiri. Defisit sensori dapat terlihat pada sisi yang berlawanan.
5. Lobus parietal. Lesi pada lobus parietal menyebabkan kurangnya
koordinasi, kurangnya apresiasi dimana anggota badan kontralateral berada
pada ruang tiga dimensi, kurangnya orientasi tempat, contohnya tersesat di
lingkungan yang dikenal sebelumnya, gangguan sensoris dengan kurangnya
apresiasi terhadap apa yang dipegang di tangan (astereognosis), kelalaian
sensoris pada sisi yang berlawanan, terkadang adanya gangguan pergerakan
mata, dengan kesulitan mengikuti objek, receptive dysphasia dengan lesi
parietal inferior, dan gangguan kognitive.
6. Lobus occipital. Lesi pada daerah ini secara relatif tidak memberikan gejala
namun lesi pada medial occipital akan menyebabkan kerusakan lapang
pandang homonimus.
7. Batang otak. Lesi pada batang otak akan menyebabkan banyaknya defisit
saraf kranial, kelumpuhan piramidal pada kedua sisi, inkoordinasi karena
gangguan jalur celebellar, dan defisit sensoris pada salah satu atau kedua sisi.
8. Cerebellum. Lesi pada vermis cerebellum cenderung menyebabkan ataksia
truncal sedangkan lesi pada hemisfer cerebellar cenderung menyebabkan
ataksia perifer pada lengan atau kaki. Memiringkan kepala dapat
berkembang pada anak-anak dengan herniasi celebellar tonsillar dan
nistagmus dapat berkembang bila jalur pergerakan mata mengalami
gangguan.
9. Spinal cord (tulang belakang). Tergantung letaknya, bila lesi secara
progresif berkembang pada upper motor neuron maka akan timbul
kelemahan dibawah level tersebut, terkadang kelemahan lower motor neuron
pada level tersebut, dan berbagai kehilangan sensoris dibawah level tersebut
dengan level sensoris truncal dermatomal pada letak lesi. Rasa nyeri
radikuler dapat berkaitan dengan lesi, bila melibatkan serabut saraf pada
level ini contohnya serabut saraf pada lengan akan menyebabkan rasa nyeri
pada lengan, serabut saraf pada area intercostal akan menyebabkan rasa nyeri
dada, dan lain-lain. Gangguan sfingter juga dapat menjadi hasil dari lesi
intrinsik pada spinal cord atau lesi kompresif.
10. Regio suprasellar. Tumor pada regio pituitari atau struktur sekitarnya akan
menyebabkan gangguan pada sistem endokrin (pituitari anterior –
acromegaly, prolactinoma dengan galactorrhea, amenorrhoea atau impoten,
penyakit Cushing dengan sekresi hormon adrenocorticotrophic (ACTH),
hipopituitarism, disfungsi pituitari posterior dengan diabetes insipidus),
kiasma optik atau kompresi saraf optikal yang menyebabkan hilangnya
lapang padang, penglihatan kabur dan terkadang nistagmus. Bila tumor
tersebut sangat besar, akan melibatkan ventrikel ketiga dan menyebabkan
hidrosefalus bilateral.
11. Regio Pineal. Lesi massa pada regio ini akan menyebabkan hidrosefalus
dengan cara menghambat aqueduct, gangguan pergerakan mata terutama
sindrom Parinaud dengan kegagalan melakukan upgaze dan terkadang
gangguan endokrin atau pubertas sebelum waktunya.

Ringkasan
Bagian ini akan mengingatkan anda bahwa pemeriksaan neurosurgical bersifat rumit
dan pemeriksaan yang masuk akal terhadap keluhan pasien sebaiknya dilaksanakan
secara klinis. Sebagian besar pasien pada negara tropis menderita karena mereka tidak
diperiksa dengan benar bukan karena mereka tidak mempunyai alat CT scan. Alat-alat
yang digunakan untuk membuat penilaian klinis komprehensif tidaklah mahal.

POIN UTAMA:
Anda tidak perlu menjadi seorang ahli saraf untuk mengetahui lokasi lesi secara klinis

POIN UTAMA:
Sebagian besar lesi dapat ditentukan lokasinya dengan pemeriksaan klinis.

INVESTIGASI
Investigasi dari gangguan sistem saraf pusat (CNS) sangatlah terbatas pada negara
tropis sehingga penilaian klinis yang hati-hati menjadi lebih kritikal. Periode
observasi atau uji coba yang belum pasti harus lebih diawasi karena patologi
sebenarnya tidak bisa divisualisasi dengan mudah karena tidak adanya CT atau MR
scan. Meskipun teknologi pencitraan ini telah merevolusi praktik neurosurgery, hal
ini masih memungkinkan terjadinya masalah klinis lain tanpa adanya alat-alat
tersebut, meskipun hal ini tidak terpikirkan di negara berkembang. Myelografi
kualitas tinggi atau angiografi jarang tersedia. Dokter bedah mungkin dapat
melakukan penelitian ini sendiri karena informasi yang dikumpulkan dapat membantu
memutuskan apakah operasi tersebut dibutuhkan dan memberikan ide yang lebih baik
terhadap posisi anatomis patologi.

Halaman 44
Computed tomographic (CT) scan (gambar 2.17)
Aplikasi klinis dari computed tomography berkembang pada tahun 1970-an dan
merevolusi manajemen pasien dengan gangguan otak dan kemudian digunakan untuk
bagian tubuh lainnya. Rotasi dan pergerakan dari tabung-tabung X-ray di sekitar
kepala atau bagian tubuh lain memproduksi rangkaian informasi kubus kecil (pixels)
yang berisi atenuasi koefisien untuk jaringan tertentu, dan kemudian dirangkai oleh
komputer menjadi gambar tomographic yang memberikan potongan jaringan setebal
2 – 15 mm. Gambar-gambar tersebut biasanya diperoleh dalam dimensi axial
(horizontal) meskipun gambar koronal langsung juga dapat diperoleh. Rekonstruksi
bidang koronal atau sagital juga dapat diperoleh namun cukup kabur dengan resolusi
yang jelek. Tulang dan kalsium tampak putih, otak tampak dalam berbagai derajat
abu-abu. CSF tampak berwarna abu-abu gelap dan udara serta lemak tampak
berwarna hitam. Pemberian kontras intravena meningkatkan tampilan tumor, lesi
vaskuler, area gangguan blood-brain barrier. Rangkaian gambaran axial (‘potongan’)
menggambarkan anatomi otak cross-sectional normal (lihat gambar 2.17). Spiral CT
Scanner yang baru lebih cepat daripada CT Scanner yang dahulu dengan resolusi
yang lebih baik dan kapasitas yang meningkat untuk studi substraksi agar gambar
angiogram dapat dihasilkan berdasarkan pemberian kontras intravena.
Computed tomography masih belum tersedia secara luas pada negara
berkembang dan sebagian besar mayoritas tidak memiliki akses karena harganya.
Diagnosis dan manajemen gangguan sistem saraf pusat telah meningkat secara
signifikan dengan CT sehingga pada akhir tahun 1990an, perkembangan
neurosurgery biasanya berjalan seiring dengan pengalan CT.

Magnetic resonance (MR) imaging (Gambar 2.18)


Meskipun magnetic resonance (MR) imaging tidak secara umum tersedia di negara
berkembang, kami merasa penting untuk menggambarkan teknik ini karena saat ini
meenjadi bagian integral dari perawatan pasien neurosurgery, dan terdapat
peningkatan jumlah pasien pada tropik yang pergi keluar untuk memperoleh scan MR
dan membawanya kembali dengan harapan bahwa dokter mereka sendiri dapat
menginterpretasikannya. Oleh karena alasan inilah kami menggambarkan otak normal
pada MR imaging dan mengilustrasikan beberapa deskripsi pada bab lain dengan scan
MR.
Magnetic resonance imaging berkembang pada tahun 1970an dan tersedia
secara klinis pada tahun 1980-an. Peningkatan resolusi dan kecepatan pencitraan
terjadi pada tahun 1990-an. MR imaging bertumpu pada lapang magnet yang kuat
yang sejajar dengan axes putaran dari nuclei atom dalam lapang magnet. Axes ini
terdistorsi dengan transmisi radiofrekuensi yang kemudian dimatikan dan relaksasi
axes kembali pada pengaturan yang akan melepaskan sinyal radiofrekuensi yang
menginduksi listrik dalam coil penerima dan akhirnya memproduksi gambar. Hal ini
sangat berbeda dari X-ray standar atau mesin CT scan.
Magnetic resonance imaging menyediakan klinisi keakuratan dalam
pencitraan bagian dalam tubuh tanpa radiasi ionisasi.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF PUSAT

Ketika anda berpikir, melihat, bernapas, dan melakukan segala sesuatu sepanjang hari
anda menggunakan sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat adalah sistem tubuh yang
menerima dan memproses semua informasi dari seluruh bagian tubuh. Ini terdiri dari
otak, sumsum tulang belakang, dan neuron. Hal ini bisa dibilang sistem yang paling
penting dari tubuh.

1. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum (Telecephalon) merupakan bagian terbesar otak dan menempati fossa
cranial tengah dan anterior. Cerebrum juga disebut dengan cerebral cortex, forebrain
atau otak depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan fisual. Kecerdasan
intelektual atau IQ manusia juga ditentukan oleh kualitas cerebrum.
Cerebrum dibagi oleh suatu celah yang dalam, fisura serebri longitudinal, menjadi
hemisferkiri dan kanan, dimana setiap hemisfer ini berisi satu ventrikel lateral. Di
otak bagian dalam, hemisfer dihubungkan oleh massa substansi albikan (serat saraf)
yang disebut korpus kalosum (corpus callosum). Bagian superfisial cerebrum terdiri
atas badan sel syaraf atau substansi grisea, yang membentuk korteks serebri,dan
lapisan dalam yang terdiri atas serat syaraf atau substansi albikan.
Secara umum, belahan belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan
orak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan
kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

Cerebrum dibagi menjadi 4 bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut girus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Ke-
4 lobus tersebut yaitu :
Lobus Lokasi Fungsi

Lobus Frontal
Lobus frontal, Emosi,kreativitas, gerakan dan masalah
terletak di dikendalikan di lobus frontal. Lobus frontal dibagi
daerah otak lagi ke dalam korteks prefrontal, area premotor,
sekitar dahi dan area motor. perencanaan, penilaian,
Anda. pemecahan

Lobus Parietal Lobus parietal Pengaturan suhu, rasa,

tekanan, sentuhan dan rasa sakit


dikendalikan di lobus parietal.
terletak di belakang lobus
Beberapa fungsi
frontal dan di bagian
bahasa juga dikendalikan
belakang atas otak.
parietal.
dapat di lobus

Lobus Temporal Kebanyakan pendengaran


dan fungsi dikendalikan di
Sesuai namanya, lobus
temporal. Proses
temporal terletak di setiap
belajar dan pendengaran juga
sisi otak
terletak di lobus temporal.
bahasa lobus emosi,

Lobus oksipital terletak di Penglihatan dan kemampuan


Lobus Oksipital bagian punggung bawah mengenali
otak di bagian belakang dikendalikan oksipital.
kepala. mengirimkan masukan ke lobus
oksipital otak yang kemudian
menafsirkan sinyal sebagai
gambar
di Retina dan untuk obyek lobus
mata

1. Lesi-lesi di Thalamus
Penyakit Cerebrum
Lesi-lesi ini biasanya terjadi akibat thrombosis atau pendarahan salah satu arteri yang
memperdarahi thalamus. Oleh karena thalamus berkaitan dengan penerimaan implus
sensorik tubuh sisi kontralateral. Gejala yang ditimbulkan lesi hanya terbatas pada sisi
kontralateral tubuh. Terjadi gangguan pada sebagian besar bentuk sensasi, antara lain
sensasi raba ringan, lokalisasi dan dikriminasi taktil, serta hilangnya penilaian
gerakan sendi
2. Lesi-lesi subtalamik
Lesi di subthalamik menimbulkan gerakan involunter yang kuat dan mendadak pada
ekstrimitas kontralateral. Gerakan tersebut dapat berbentuk hentakan (koreiformis)
atau kasar (balismus)
3. Lesi hypothalamus
Lesi di hypothalamus disebabkan oleh infeksi, trauma, atau kelainan vaskuler. Tumor
seperti kraniofaringioma atau adenoma kromofobe glandulae pituitarie dan tumor
pineal dapat mengganggu fungsi hypothalamus, seperti mengendalikan emosi,
regulasi metabolism lemak, karbohidrat, dan air, genital, makan dan tidur. Kelainan
yang sering ditemukan antara lain hipoplasia atau atrofi genital, diabetes insipidus,
obesitas, gangguan tidur, pireksia irregular,dan kurus. Beberapa gangguan tersebut
dapat terjadi bersamaan, misalnya pada sindrom distrofi adiposgenital.
4. Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit degenerasi otak yang terjadi pada usia
pertengahan atau tua, namun saat ini telah dikenali pada bentuk dinipenyakit ini.
Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi terdapat bukti presdisposisi
genetik. Telah ditemukan beberapa gen abnormal, yang masing-masing menunjukkan
sindrom klinis dan pathologis yang sama, yang berbeda hanya pada usia mulai
timbulnya dan kecepatan progresivitasnya, yang menunjukkan adanya perbedaan
dalam mekanisme patologisnya. Beberapa kasus penyakit Alzheimer dalam satu
keluarga, misalnya ditemukan gen mutasi pada beberapa gen (App, presenilin 1
danpresenilin 2). Tanda-tanda umumnya adalah kehilangan ingatan akan hal baru,
disintegrasi kepribadian, disorientasi total.
5. Cerebral Palsy
Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi
saraf lainnya. CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih sering
ditemukan pada bayi prematur dan.10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir karena
aliran darah ke otak sebelum/selama/ segera setelah bayi lahir.Bayi prematur sangat
rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang
secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat
mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.Gejala biasanya timbul
sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat, bisa muncul pada saat anak
berumur 3 bulan. Tetapi kebanyakkan penyebabnya tidak diketahui.
2. Cerebellum (Otak Kecil) 1. Gambaran Umum Cerebellum
Cerebellum (otak kecil) terletak di fossa cranii posterior dan bagian superiornya
ditutupi oleh tentorium cerebelli. Cerebellum adalah bagian terbesar otak belakang
dan terletak posterior dari ventriculus quartus, pons, dan medulla oblongata (Gambar
2.1). Cerebellum berbentuk agak lonjong dan menyempit pada bagian tengahnya,
serta terdiri dari dua hemispherium cerebelli yang dihubungkan oleh bagian tengah
yang sempit, yaitu vermis. Cerebellum berhubungan dengan aspek
posterior batang otak melalui tiga berkas serabut saraf yang simetris, disebut
pedunculus cerebellaris superior, medius dan inferior.
(Gambar 2.1)
Cerebellum dibagi menjadi tiga lobus utama: lobus anterior(fungsi: regulasi tonus otot
dan mempertahankan sikap badan), lobus medius/ lobus posterior (fungsi: koordinasi
berbagai gerakan lincah), dan lobus flocculonodularis(fungsi: mempertahankan
keseimbangan). Lobus anterior dapat dilihat pada permukaan superior cerebellum dan
dipisahkan dari lobus medius oleh sebuh fissura yang berbentuk huruf “V”, disebut
fissura prima ( Gambar 2.2 dan 2.3). Lobus medius (kadang-kadang disebut lobus
posterior), yang merupakan bain cerebellum yang paling besar, terletak di antara
fissura prima dan fissura uvulonodularis. Lobus flocculonodularis terletak di posterior
fissura uvulonodularis (Gambar 2.4). Fissura horizontalis yang dalam ditemukan
disepanjang pinggir cerebellum dan memisahkan permukaan superior dari permukaan
inferior; tidak mempuyai arti morfologis atau fungsional yang penting.
(Gambar 2.2)
(Gambar 2.3)
2. Struktur Cerebellum
Cerebellum terdiri dari lapisan bagian luar substantia grisea yang disebut cortex, dan
lapisan bagian dalam substantia alba. Di dalam substantia alba setiap hemipsherium,
terdapat tiga masa subtantia alba yang terbentuk nuclei intracerebelli.
• Struktur Cortex Cerebelli
Cortex cerebelli dapat diumpamakan sebagai sebuah lembaran besar yang berlipat-
lipat dan terletak pada bidang koronel atau transversal. Setiap lipatan atau folium
terdiri dari substanpia alba dibagian dalam yang ditutupi oleh substantia grisea
dibagian luarnya.
Potongan yang dibuat melalui cerebellum yang sejajar dengan bidang median
membagi folia menjadi bagian-bagian yang bagus untuk
(Gambar 2.4) dipelajari, dan bentuk potongan permukaan yang bercabang-cabang
disebut arbor vitae.
Substantia grisea corticis diseluruh cerebellum memiliki struktur yang sama.
Substantia terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu :
1. Lapisan luar(lapisan molekuler), Terdiri dari dua tipe neuron ; sel stellatum yang
terletak di sebelah luar dan sel basket yang terletak disebelah dalam.
2. Lapisan tengah (lapisan sel purkinje), neuron Golgi tipe I yang besar. Berbentuk
seperti botol dan tersusun dalam satu lapis
3. Lapisan dalam (lapisan granular), Lapisan granular dipadati oleh sel-sel kecil
dengan inti berwarna gelap serta sedikit sitoplasma.
• Area Fungsional Cortex Cerebelli
Observasi klinis oleh ahli saraf dan ahli bedah saraf, serta penelitian dengan
menggunakan PET scan menunjukkan bahwa cortex cerebelli dapat dibagi menjadi 3
area berdasarkan fungsinya.
Kortex daerah vermis memperngaruhi gerakan-gerakan sumbu panjang tubuh, yaitu
leher, bahu, koraks, abdomen, dan panggul. Tepat di latecerebelli. Area ini berfungsi
mengendalikan otot-otot bagian distal eksmtremitas, terutama tangan dan kaki. Area
lateral masing-masing hemispherium cerebelli tampaknya berhubungan dengan
perencanaan serangkaian gerakan diseluruh tubuh dan terlibat dalam penilaian sadar
terhadap gangguan.
3. Fungsi Cerebellum
Fungsi otak kecil (cerebellum) adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh,
keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Cerebellum
menerima aferen mengenai gerakan volunteer dari cortex cerebri dan dari otot,
tendon, dan sendi. Cerebellum juga menerima informasi keseimbangan dari nervus
vestibularis dan mungkin juga informasi penglihatan dari tractus tectocerebellaris.
Semua informasi ini diteruskan ke cortex cerebelli.
Ahli fisiologi membuat postulat bahwa fungsi cerebellum sebagai koordinator
ketepatan gerak dilakukan dengan cara membandingkan output dari area motorik
cortex cereberii dengan informasi propioseptif yang diterima dari tempat kerja otak
secara terus-menerus. Fungsi lain cerebellum, yaitu :
1. Fungsi cellebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan
bahwa gerakan yang di cetuskan suatu tempat di system saraf pusat
berlangsung dengan halus bukan mendadak dan terorganisasi.
2. Cellebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur
Bagian ini juga membantu mempertahankan ekuilibrium tubuh. Informasi
sesorik dari telinga dalam di bawa kelabus cellebelum.
4. Penyakit-Penyakit yang Sering Mengenai Cerebellum
Satu penyakit yang paling sering mengenai cerebellum adalah keracunan alcohol akut.
Penyakit ini terjadi akibat kerja alcohol di septor GABA pada neuron- neuron
cerebellum.
Penyakit-penyakit berikut sering mengenai cerebellum: agenesis atau hypoplasia
kongenital, trauma, infeksi, tumor, sclerosis multiple, gangguan vaskuler, seperti
trombosit arteria cerebellaris, dan keracunan logam berat.
Berbagai manifestasi penyakit cerebellum dapat dipersempit menjadi dua kelainan
dasar: hipotonia dan hilangnya pengaruh cerebellum terhadap cortex cerebri.
3. Brainstem (Batang Otak) 1. Gambaran Umum Brainstem
Batang otak merupakan struktur pada bagian posterior(belakang) otak. Pada gerak
volunter, batang otak merupakan jalur yang dilalui impuls rangsang sebelum
mencapai cerebrum. Impuls rangsang diantarkan oleh traktus ascendentes ( serat-serat
saraf yang menghantarkan impuls ke otak) untuk diolah diotak, lalu impuls respons
dihantarakan oleh traktus descendentes. Pada perbatasan antara batang otak dan
sumsum tulang belakang medulla spinalis terjadi deccusatio (penyilangan) serat- serat
kortikospinal (serat-serat saraf descendentes) dari cerebrum ke modulla spinalis.
Serat-serat kortokospinal dari otak kiri menyilang kebagian kanan medula spinalis
dan serat dari otak kanan menyilang kebagian kiri. Penyilangan ini menyebabkan
bagian tubuh kanan di kendalikan oleh otak kiri dan bagian tubuh kiri dikendalikan
oleh otak kanan.
Batang otak merupakan tempat melekatnya seluruh syaraf kranial, kecuali syaraf I
dan II yang menempel pada cerebrum (otak besar).
2. Struktur Brainstem
Batang otak merupakan sebutan untuk kesatuan dari tiga stuktur yaitu medulla
oblongata, pons dan mesencephalon(otak tangah), yang menempati fossa cranii
posterior tengkorak.
a. Mesecephalon (otak tengah)
Mesecephalon membentuk wilayah tengah otak dan merupakan bagian penting dari
system syaraf pusat. mesecephalon melakukan sejumlah tugas individu sangat penting
yaitu bangun atau tidur, kecemasan, kontrol motor, pendengaran, penglihatan,
pengaturan suhu. pada ujung anterior, terhubung dengan otak depan dan diujung
posterior melekat metencephalon (pons),sehingga di tempatkan didekat pusat otak .
b. Medulla oblongata
Medulla oblongata menghubungkan pons yang teretak di superior dengan medulla
spinalis yang terletak diinferior. pertemuan medulla oblongata dan medulla spinalis
terletak ditempat pangkal radiks anterior dan posterior nervus spinalis cervicalis
pertama, yang kira-kira terletak setinggi foramen magnum. Medulla oblongata
berbentuk kerucut, ujung yang lebar mengarah ke superior. Medulla oblongata
terletak di bagian bawah batang otak. Panjangnya sekitar 2,5 cm dan terletak tepat
dibawah kranium diatas foramen magnum.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pada tiap-tiap sisi fissura mediana terdapat tonjolan yang disebut pyramis, terdiri dari
berkas serabut saraf, serabut dulla corticospinalis, yang berasal dari sel-sel saraf yang
besar di dalam gyrus precentralis cortex cerebri. Pyramis mengecil di inferior, dan di
tempat ini, sebagian besar serabut-serabut desendens menyilang ke sisi kontralateral
membentuk decussatio pyramidum. Fibrae arcuatae externae anteriores merupakan
sebagian kecil serabut saraf yang muncul dari fissura mediana anterior di atas
decussatio pyramidum dan berjalan ke lateral di permukaan medulla oblongata masuk
ke cerebellum. Posterolateral terhadap pyramis adalah oliva, merupakan peninggian
ber bentuk oval yang disebabkan oleh nuclei olivares inferiores yang terletak di
bawahnya. Posterior terhadap oliva terdapat pedunculus cerebellaris inferior yang
menghubungkan medulla oblongata dengan cerebellum. Di dalam sulcus, di antara
oliva dan pedunculus cerebellaris inferior keluar radix nervi glossopharyngeus.
c. Pons
Struktur utama di bagian atas dari batang otak yang disebut pons. Pons berada
didepan sereblum, di bawah otak tengah. Pons terdiri atas serat saraf yang membentuk
jembatan antara dua hemisfer sereblum, dan serat yang melalui antara posisi otak
yang lebih tinggi dan medula spinalis. . Pons bertugas untuk menghubungkan jalur
sensoris dari medula spinalis ke talamus dan otak kecil (serebelum). Pons memiliki
dua peran. Yang pertama adalah regulasi pernapasan . Di pons, ada struktur yang
disebut pusat pneumotaxic . Pons mengontrol jumlah udara napas dan napas per menit
, yang dikenal sebagai tingkat pernapasan . Selain itu, pons terlibat dalam transmisi
sinyal ke dan dari struktur lain di otak , seperti otak atau otak kecil. Pons merupakan
stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi
reticular Pons juga terlibat dalam sensasi seperti pendengaran, rasa, dan
keseimbangan . Akhirnya, pons juga terlibat dalam regulasi tidur nyenyak maupun
terjaga.
3. Fungsi Brainstem
Batang otak mempunyai tiga fungsi utama:
1. Sebagai tempat lewatnya traktus asendens dan desendens keberbagai pusat yang
lebih tinggi diotak depan.
2. Pusat-pusat refleks penting yang mengatur sistem respirasi dan sistem
kardiovaskular serta pengendali kesadaran.
3. Melekatnya nuclei saraf kranial III sampai XII yang penting.
Namun batang otak juga memiliki fungsi lainnya, meliputi:kewaspadaan, gairah,
pernapasan, tekanan darah, pencernaan, tingkat jantung, fungsi otonom lainnya,
menyampaikan informasi antara saraf perifer dan sumsum tulang belakang ke atas
bagian otak
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF TEPI
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh
dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor sensorik dan efektor
motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas mendeteksi perubahan
lingkungan luar atau dalam tubuh.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom (tak
sadar).Sistem saraf sadar adalah saraf yang mengatur gerakan yang dilakukan secara
sadar, di bawah kendali kesadaran kita. Contohnya tangan kita sadar bergerak untuk
mengambil gelas.
Sistem saraf sadar disusun oleh serabut saraf otak (nervus kranialis), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (nervus spinalis),
yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang (Sloane, 2003).
Saraf-saraf kranialis
Terdapat 12 pasang syaraf cranial yaitu:
1. Nervus Kranialis
No Nama Jenis Fungsi
Menerima rangsang dari hidung dan
I Olfaktorius Sensori menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai sensasi bau
Menerima rangsang dari mata dan
II Optikus Sensori menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
Sensori: Menerima rangsangan dari wajah
V Trigeminus Gabungan untuk diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorink Abduksi mata
Sensorik: Menerima rangsang dari bagian
anterior lidah untuk diproses di otak sebagai
VII Fasialis Gabungan
sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
Sensori sistem vestibular: Mengendalikan
Vestibulo
VIII Sensori keseimbangan Sensori koklea: Menerima
koklearis
rangsang untuk diproses di otak sebagai suara
Sensori: Menerima rangsang dari bagian
posterior lidah untuk diproses di otak sebagai
IX Glosofaringeal Gabungan
sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ- organ dalam
Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
X Vagus Gabungan
Motorik: Mengendalikan organ- organ dalam

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala


XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

2. Nervus Spinalis
Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak.
Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum dimana ia kontinu
dengan medulla ke tingkat pertama atau kedua vertebra lumbalis
Serabut saraf sumsum tulang belakang (nervus spinalis) berjumlah 31 pasang saraf
gabungan (sensorik-motorik). Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah
dorsal, sehingga sifatnya sensorik.

Saraf-saraf spinalis
Adapun ke 31 saraf spinalis, yaitu:

1. Nervus hipoglossus, Nervus yang mempersarafi lidah dan sekitarnya.


2. Nervus occipitalis minor, Nervus yang mempersarafi bagian otak belakang dalam
trungkusnya.
3. Nervus thoracicus, Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.
4. Nervus radialis, Nervus yang mempersyarafi otot lengan bawah bagian
posterior,mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis
dan otot ekstensor lengan bawah dan mempersarafi kulit bagian posterior lengan
atas dan lengan bawah. Merupakan saraf terbesar dari plexus.
5. Nervus thoracicus longus, Nervus yang mempersarafi otot subclavius, Nervus
thoracicus longus. berasal dari ramus C5, C6, dan C7, mempersarafi otot serratus
anterior.
6. Nervus thoracodorsalis, Nervus yang mempersarafi otot deltoideus dan otot
trapezius, otot latissimus dorsi.
7. Nervus axillaris, Nervus ini bersandar pada collum chirurgicum humeri.
8. Nervus subciavius, Nervus subclavius berasal dari ramus C5 dan C6,
mempersarafi otot subclavius.
9. Nervus supcapulari, Nervus ini bersal dari ramus C5, mempersarafi otot
rhomboideus major dan minor serta otot levator scapulae,
10. Nervus supracaplaris, Berasal dari trunkus superior, mempersarafi otot
supraspinatus dan infraspinatus.
11. Nervus phrenicus, Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma.
12. Nervus intercostalis
13. Nervus intercostobrachialis, Mempersyarafi kelenjar getah bening.
14. Nervus cutaneus brachii medialis, Nervus ini mempersarafi kulit sisi medial
lengan atas.
15. Nervus cutaneus antebrachii medialis, Mempersarafi kulit sisi
medial lengan bawah.
16. Nervus ulnaris, Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan
bawah dan otot-otot kecil tangan, dan kulit tangan di sebelah medial.
17. Nervus medianus, Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus
medianus.
18. Nervus musculocutaneus, Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi otot
coracobrachialis, otot brachialis, dan otot biceps brachii. Selanjutnya cabang ini
akan menjadi nervus cutaneus lateralis dari lengan atas.
19. Nervus dorsalis scapulae, Nervus dorsalis scapulae bersal dari ramus C5,
mempersarafi otot rhomboideus.
20. Nervus transverses colli
21. Nervus nuricularis, Nervus auricularis posterior berjalan berdekatan menuju
foramen, Letakanatomisnya: sebelah atas dengan lamina terminalis,
22. Nervus Subcostalis, Mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.
23. Nervus Iliochypogastricus, Nervus iliohypogastricusberpusat pada medulla
spinalis.
24. Nervus Iliongnalis, Nervus yang mempersyarafi system genetal, atau kelamin
manusia.
25. Nervus Genitofemularis, Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis
L1-2, berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis
3⁄4.
26. Nervus Cutaneus Femoris Lateralis, Mempersyarafi tungkai atas, bagian lateral
tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.
27. Nervus Femoralis, Nervus yang mempersyarafi daerah paha dan otot paha.
28. Nervus Gluteus Superior, Nervus gluteus superior (L4, 5, dan paha, walaupun
sering dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.
29. Nervus Ischiadicus, Nervus yang mempersyarafi pangkal paha
30. Nervus Cutaneus Femoris Inferior, Nervus yang mempersyarafi
bagian (s2 dan s3) pada bagian lengan bawah.
31. Nervus Pudendus, Letak nervus pudendus berdekatan dengan ujung spina
ischiadica. Nervus pudendus, Nervus pudendus menyarafi otot levator ani, dan
otot perineum(ke kiri / kanan), sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih
rendah.
DAFTAR PUSTAKA

 Snell. Richard S. 2009. Neuroanatomi Klinik. Jakarta: Buku Kedokteran


 Grant, Allison. Anne Waugh. 2011. Ross and Wilson Anatomy and
Physiology in Health and Illness. Singapore: Elseiver Pte Ltd
 Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Klinis Eds 5. Jakarta : EGC.
 Dedy J. Asmara, Lely Sarah, M. Muluk, A. Zulfikar Fauzi, Deka Hasbiy.
2011. FISIOLOGI TUBUH MANUSIA untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi
2. Jakarta Selatan. Salemba medika.

 R. Boone, Daniel. 2000. THE VOICE AND VOICE THERAPY. Amerika. A


PEARSON EDUCATION COMPANY.
 Sherwood, Laurelee. 2001. FISIOLOGI MANUSIA dari SEL ke SISTEM
Edisi 2. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Mesencephalon (otak tengah)
tengah)
Cerebellum
Selaput Otak (meninges) Otak besar ► Pedunculus cerebri:
cerebri:
1. Tractus corticospinal & corticopontin:
corticopontin: sinyal ► Terletak di bawah lobus occipital
Ada 3 lapis selaput yg melindungi motorik ke saraf tl belakang & pons
► Alur yg membagi otak mjd 2 belahan
otak & chorda spinalis.
spinalis. 2. Substansi nigra:
nigra: bagian dr sistem kontrol ► Dihubungkan ke otak melalui pedunculus
1. durameter:
durameter: lapisan terluar,
terluar, disebut fisura longitudinal. motorik ganglia basalis cerebri.
membentuk kantong di cerebri.
sepanjang chorda spinalis.
spinalis. ► Otak kiri:
kiri: cara berpikir linier, sekuensial,
sekuensial, 3. Tegmentum:
Tegmentum: nukleus merah (merelay sinyal dr
otak kecil),
kecil), formatio reticularis (merangsang ► Fungsi:
Fungsi: gerakan (movement),
2. Arachnoid:
Arachnoid: lapisan tengah,
tengah, mengatur hal-
terdiri atas serabut kolagen
hal-hal yg bersifat rasional,
rasional, seluruh otak,
otak, kontrol tonus otot),
otot), nukleus saraf keseimbangan (balance), postur (posture).
& elastik,
elastik, dipisahkan dg berurusan dg kata-
kata-kata,
kata, bahasa,
bahasa, & III & IV (kontrol
(kontrol gerakan mata),
mata), lemniscus
durameter oleh ruang
matematika. medial (sinyal
(sinyal sensoris ke thalamus)
subdural.
subdural. matematika.
► Tectum:
Tectum: membantu kontrol gerakan mata, mata,
3. Piameter:
Piameter: lapisan terdlm,
terdlm,
transparan,
transparan, melekat erat pd
► Otak kanan:
kanan: berhubungan dg kreativitas,
kreativitas, reaksi motorik thd sinyal auditoris.
auditoris.
otak,
otak, mengandung banyak seni,
seni, musik,
musik, gambar,
gambar, warna.
warna.
pembuluh darah,
darah, dipisahkan
dg arachnoid oleh ruang
subarachnoid.
Diencephalon
Cortex cerebri (kulit Otak)
Otak) Otak besar ► Thalamus:
Thalamus: menyalurkan informasi yg masuk
otak ke bagian-
bagian-bagian lain di otak.
otak.
► Lapisan abu-
abu-abu yg melapisi seluruh permukaan otak,
otak, Fungsinya analisis sensoris (tempat
dg ketebalan yg bervariasi (1,5 mm-
mm-4,5 mm) rata- rata-
persimpangan saraf-
saraf-saraf sensoris yg
rata 2,5 mm (lobus
(lobus frontal), paling tebal 4,5 mm (area ► Bila dilihat dr atas,
atas, otak besar tampak terbelah
mjd 2 belahan (hemisfer cerebri),
menuju otak).
otak).
motorik),
motorik), & paling tipis 1,5-
1,5-2,2 mm (area visual). cerebri), yaitu otak kiri
► Dari luar tampak tidak beraturan,
beraturan, ada sungai (sulcus)
sulcus) & & otak kanan.
kanan. Keduanya dihubungkan dg ► Hipotalamus:
Hipotalamus: pusat rasa lapar,
lapar, kenyang,
kenyang,
pinggirannya meninggi (gyrus).
gyrus). semacam serat/kabel yg disebut corpus perilaku seksual.
seksual. Mengatur keseimbangan
► Terutama mengandung badan sel saraf callosum.
callosum. tubuh:
tubuh: suhu,
suhu, tekanan darah,
darah, denyut
► Paling bertanggungjawab pd proses berpikir manusia ► Bila otak dibelah secara vertikal,
vertikal, tampak bagian jantung.
jantung.
► Pusat berpikir rasional.
rasional. otak sebelah luar berwarna abu- abu-abu,
abu, & otak
bagian dlm berwarna putih.
putih.
Otak besar: Substansi putih Otak tengah Lobus-lobus otak
Otak depan
► Mengandung serabut saraf bermyelin,
bermyelin, ► Penglihatan ► Lobus frontal (di depan,
depan, dahi):
dahi): utk kegiatan
berpikir,
berpikir, perencanaan,
perencanaan, penyusunan konsep,
konsep, &
► penting:
Ada 2 bagian penting: menghubungkan berbagai bagian cerebrum ► Pendengaran perilaku sosial.
sosial.
1. Otak besar (cerebrum) & menghubungkan cerebrum dg bagian ► Gerakan mata ► Lobus temporal (di seputaran telinga):
telinga):
2. Diencephalon otak yg lain. bertanggungjawab thd persepsi suara & bunyi
► Gerakan tubuh (body movement)
► Lobus parietal (di puncak kepala):
kepala): bertanggung
► besar:
Otak besar:
jawab utk kegiatan berpikir,
berpikir, terutama pengaturan
1. Cortex cerebri (substansi abu-
abu-abu)
abu) memori.
memori.
2. Ganglia basalis ► Lobus occipital (di belakang):
belakang): bertanggungjawab
mengatur fungsi penglihatan.
penglihatan.
3. Substansia medullaris (substansi putih)
putih)

You might also like