You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

Jamur Candida spp, terutama C. albicans pada manusia bersifat komensal dan berubah
menjadi patogen pada kondisi daya tahan tubuh pejamu terhadap infeksi menurun; lokal maupun
sistemik. Infeksi kandida dapat bersifat superficial, lokal invasive maupun diseminata.8 Masalah
yang timbul pada mukosa dan candidiasis sistemik mencerminkan peningkatan resiko pasien
terjangkit candida, yang seharusnya jaringan normal biasanya resisten terhadap invasi candida.
Peningkatan prevalensi kelainan lokal dan sistemik yang pada dasarnya berhubungan dengan
sistem imun pasien.Infeksi candida menghasilkan kelainan spectrum luas, mulai dari kelainan
superficial mucocutaneous sampai invasif. 1

Sebagian besar infeksi mucocutaneous tidak menyebabkan kematian, namun pada pasien
dengan immunodeficiency yang diakibatkan oleh infeksi HIV, dapat menyebabkan infeksi yang
refrakter terhadap terapi anti jamur dan akhirnya menyebabkan kematian.Candidemia dan
Disseminated Candidiasis angka kematian terkait infeksi ini belum membaik beberapa tahun
terakhir dan tetap di kisaran 30-40%. Peneliti melaporkan dampak ekonomi berperan besar
terhadap infeksi sistemik candidiasis. Tidak ada perbedaan predisposisi jenis kelamin pada
koloni candida. Umur yang ekstrim terjadi pada neonatus, bayi dengan berat badan rendah dan
usia> 65 tahun.1

Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus
gastrointestinal, dan vagina.Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6 um.Dan
dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni sangat
menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di mulut 18 %,
vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %.2

Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus).Pada vagina
sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies kandida
komensal oral berkisar pada 30 – 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.3
Infeksi yang tersering oleh candida albicans 37%, candida glabrata 31%, candida
parapsilosis 17%, candida tropicalis 7%, candida krusei 6%, candida lusitaniae 1%. Kematian
sering disebabkan oleh candida glabrata 60%, candida tropicalis 75%, candida albicans 44%.4
BAB II

KANDIDOSIS KUTIS

A. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur dari
genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis profunda dan
kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial kandidosis atau infeksi
kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa. Berdasarkan letak gambaran
klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi dan generalisata.2,4

Predileksi Candida albicans pada daerah lembab atau adanya faktor predisposisi yang
mendukung, misalnya pada daerah lipatan kulit, orang yang memiliki daya tahun tubuh yang
menurun. Dan organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab seperti
selangkangan, vagina..2,4

Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida spp misalnya spesies
C. albicans. Infeksi dapat mengenai kulit, kuku, membrane mukosa, traktus gastrointestinal
juga dapat menyebabkan kelainan sistemik.8

B. ETIOLOGI

Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C.
lusitaneae.5,6.

C. FAKTOR RESIKO

1.Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut

2.Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian

3.Gangguan fungsi imun

a. Primer; penyakit kronik granulomatosa

b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid

4.Kemoterapi
5. Imunosupresif

6.Antibiotik

7.Penyakit endokrin; diabetes mellitus

8.Karsinoma

9.Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku.2

D. PATOGENESIS

Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predispose baik endogen maupun eksogen:

1. Perubahan fisiologik : Usia, kehamilan, dan haid


2. Faktor mekanik: trauma (luka bakar, aberasi), oklusi lokal, kelembaban, maserasi,
kegemukan
3. Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
4. Penyakit sistemik: penyakit endrokin (missal: diabetes mellitus, sindrom Cushing), Down
syndrome acrodermatitis enteropatika, uremia, keganasan dan imunodefisiensi.
5. Iatrogenic: penggunaan kateter, iradiasi sinar X, penggunaan obat-obatan( missal:
glukokortikoid, agen imunosupresi, antibiotika.dll)7

E. GEJALA KLINIS
1. Kandidosis intertriginosa

Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genitokrural, intergluteal, lipat payudara, interdigital dan
umbilicus serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,
dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul
kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosive dengan pinggiran yang kasar
dan berkembang seperti lesi primer.

2. Kandidosis perianal

Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus
ani.

3. Vulvovaginitis

Biasanya sering terdapat pada penderita DM karena kadar gula darah dan urin yang tinggi
dan pada perubahan hormonal (kehamilan dan silus haid). Rekurensi dapat terjadi juga
karena penggunaan cairan pembersih genital, antibiotik, imunosupresi.Keluhan utama ialah
gatal didaerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi dan
dispareunia.

4. Balanitis atau balanopostitis

Faktor predisposisi adalah kontak seksual dengan pasangan yang menderita vulvovaginitis,
diabetes militus dan kondisi nonsirkumsisi. Lesi berupa erosi, pustule dengan dindingnya
tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius glandis.

5. Diaper- rash (candidal diaper dermatitis)

Kelainan dipicu oleh adanya kolonisasi ragi di traktus gastrointestinal. Infeksi dapat terjadi
karena oklusi kronik area popok oleh popok yang basah. Lesi berawal dari area perianal
meluas ke perineum dan lipat inguinal berupa eritema cerah

6. Kandidosis kutis granulomatosa

Penyakit ini sering diderita dan menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup
krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat
menimbulkan seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala,
kuku, badan, tungkai dan larings.7

F. PENUNJANG DIAGNOSA
1. Pemeriksaan langsung

Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20% atau dengan
pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud dapat pula agar
ini dibuahi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan
disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 derajat Celcius, koloni tumbuh setelah 2-5
hari berupa koloni mukoid putih7

G. DIAGNOSA BANDING
1. Eritrama: Infeksi bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minutissisum. Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat.
Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-
coklatan. Tidak terlihat adanya lesi satelit. Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipatan
paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita yang
gemuk. Pada pemeriksaan lampu Wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral
red).Lesi di lipatan , lesi merah batas tegas,kering tidak ada lesi satelit pemeriksaan
lampu wood positif.1,7
2. Dermatitis intertrigenosa

Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak
basah. Tidak ditemukan lesi satelit. Penderita juga mengeluh gatal.1,7

3. Dermatofitosis(Tinea)7

H. PENGOBATAN

Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.


Salah satunya dengan cara selalu mempertahankan agar daerah tubuh yang lembab selalu kering.

 Terapi topical:
o Larutan ungu gentian: -0,5 % untuk selaput lendir 1-2% untuk kulit dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari.
o Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsI (untuk kelainan kulit dan
mukokutan)
o Golongan azol(kelainan kulit) krim atau bedakmikonazol 2% bedak, larutan dan
krim klotrimazol 1% ,krim tiokonazol1% , krim bufonazol1% ,krim
isokonazol1% ,krim siklopiroksolamin 1%
o Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.7
 Terapi sistemik:

Pengobatan ini diberikan untuk berbagai kelainan antara lain kasus refrakter, kandida
diseminata, dan kandidosis mukokutan kronik. Flukonazol adalah lini pertama untuk pasien non-
neutropenik dengan kandidemia atau kandidosis invasive dosis 100-400mg/hari. Pilihan lain
adalag itrakomazol dengan dosis harian 200 mg/hari atau dosis denyut.7

I. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain:

Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit Infeksi pada kuku yang mungkin berubah
menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku Disseminated
candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang immunocompromised.8

J. PROGNOSIS

Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor
predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksi berulang
merupakan hal yang umum terjadi.6,8
K. PENCEGAHAN

Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandida, yakni
dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu
pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan kontrol
gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi tersebut.8
BAB III

KESIMPULAN

Kandidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur jenis Candida.
Jamur Candida yang sering menyerang manusia adalah Candida albicans.Jamur ini merupakan
flora normal kulit, dapat menjadi patogen tergantung pada kondisi tertentu sesuai faktor resiko
terjadinya kandidiasis. Infeksi banyak terdapat Indonesia, hal ini dikarenakan daerah Indonesia
yang beriklim tropis, sehingga memungkinkan jamur untuk bertumbuh dan berkembang biak.
Candida dapat menyerang manusia pada daerah selaput lender atau mukosa, pada daerah kulit,
dan juga sistemik.

Kandidosis kutis adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur genus
Candida.

Untuk pengobatannya dapat diberikan pengobatan topical dan juga sistemik. Pentingnya
menjaga kerbersihan diri adalah salah satu faktor pencegah terjadinya kandiosis kutis.

Prognosis dapat membaik apabila faktor predisposisi dapat dihilangkan atau dikurangi
dan pasien menggunakan obat sesuai dengan anjuran yang semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidalgo A Jose. Cunca a burke. Candidiasis. 2013 (internet) (cited : 2014 March 1) available
from http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview#5
2. Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone. 2003.
p.461-2
3. www.emedicine.com : Scheinfeld, Noah S. Candidiasis Cutaneous. [online]. 2008 [cited
2008 Juni 18] : [screens]. Available from : URL:http://www.emedicine.com
4. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. Ed 7th.
New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1822
5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company. 2007.
6. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Pp:103-6
7. Widaty, Sandra.Kandidosis,Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi VII, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
2015.
8. www.medlineplus.com : Smith, D. Scott. Cutaneous Candidiasis. [online]. 2006 [cited 2008
Juni 18] : [screens]. Available from : URL:http://www.medlineplus.com

You might also like