Professional Documents
Culture Documents
Lapsus Andin
Lapsus Andin
PENDAHULUAN
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Hilangnya
kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat
total maupun yang parsial. Tulang bersifat relative rapuh, namun cukup
mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat
lutut. Perkembangan pada femur proximal khususnya pada epifisis dan diafisis
Mansjoer, 2000)
yang berkisar 1,6% pada semua fraktur pada anak. Rasio anak laki-laki dan
perempuan adalah 2:1. Angka kejadian tahunan fraktur batang femur adalah 19
tulang femur relative lemah dan mungkin patah karena beban karena terguling.
Pada usia anak taman kanak-kanak dan usia sekolah, sekitar setengah dari fraktur
dari ketinggian, misalnya dari sepeda, pohon, tangga atau sesudah tersandung dan
terjatuh pada level yang sama dengan atau tanpa tabrakan. Seiring dengan
dibutuhkan biaya perawatan yang sangat besar, angka kematian tinggi, hilangnya
waktu kerja yang banyak, kecacatan sementara dan permanen. ( Apley, 1995)
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis ingin menyajikan laporan kasus
bedah ortopedi tentang Close Fraktur Femur 1/3 Media Dextra sebagai hasil
pemeriksaan kasus pasien yang bernama Ny. Dhofuwah di Ruang Dahlia RSUD
1. Tujuan Umum
masyarakat sekitar.
2
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapkasa. (Wim De Jong,
2006)
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersifat tota;l maupun yang parsial. (Richard Snell, 1998)
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
1. Klasifikasi Etiologio
a. Fraktur traumatik
b. Fraktur Patologis
didalam tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau
tulang itu lemah (misalnya tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (
4
c. Fraktur Stres
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia, atau fibula
atau metatarsal, terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang
2. Klasifikasi Klinis
dengan dunia luar, dimana kulit di atasnya masih utuh. (Wim De Jong,
2006)
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
form within (dari dalam) atau from without (dari luar). Kuliat atau
ekstensif
5
Tipe IIIA : Tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat ditutupi secara
Tipe IIIC : Terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tak peduli berapa
3. Klasifikasi Radiologis
1. Lokasi :
a. Diafisial
b. Metafisial
c. Intra-artikular
2. Konfigurasi :
a. Fraktur transversal
b. Fraktur oblik
c. Fraktur spinal
d. Fraktur Z
e. Fraktur segmental
fraktur patela
6
i. Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak
j. Fraktur impaksi
l. Fraktur epifisis
a. Fraktur total
a. Bersampingan
b. Angulasi
c. Rotasi
d. Distraksi
e. Over-riding
f. Impaksi.
2.3 Anatomi
7
berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi
panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, 8 ligament dan otot. Suplai darah
ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai
darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler
posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju
daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur. (Sobotta, 2008)
(Sumber : www.anatomyatlases.org)
8
Gambar 2.2 Femur Dorsal View
(Sumber : www.anatomyatlases.org)
9
Gambar 2.3 Femur Medial View
(Sumber : www.anatomyatlases.org)
1. Sistem Otot
Otot yang akan dibahas ialah yang berhubungan dengan kondisi pasien pre
operasi fraktur femur 1/3 proximal dextra pada anak dengan pemasangan
plate dan screw adalah otot yang berfungsi ke segala arah untuk gerakan
2007)
10
Tabel 2.1 Otot tungkai Atas Bagian Anterior (Richard S. Snell, 1998)
11
Tabel 2.2 Otot Tungkai Bagian Posterior (Richard S. Snell, 1998)
A. Nervus Femoralis
Merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis (L2, L3, L4). Saraf ini
keluar dari pinggir lateral M. Psos didalam abdomen dan berjalan kebawah
didalam celah antara M. Psoas dan M. Iliacus. Terletak dibelakang fascia iliaca
dan memasuki tungkai atas dilateral arteri femoralis dan vagina femoralis,
devisi posterior. Devisi anterior memberi cabang kulit dan dua cabang otot.
12
Devisi posterior memberikan satu cabang kulit, N. Saphenus dan cabang-
B. Nervus Obturatorius
Berasal dari plexus lumbalis (L2, L3, L4) keluar dari pinggir medial
M.Psoas didalam abdomen. Saraf ini berjalan kedepan pada di ding lateral
pervis untuk mencapai bagian atas foramen obturatorium, tempat saraf ini
Femoralis dan mempesyarafi kulit sisi medial tungkai atas. Devisi posterior
C. Nervus Ischiadicus
Merupakan cabang dari plexus sacralis (L4, L5 dan S1, S3), muncul dari
plevis melalui bagian bawah foramen ischiadicum mayor, saraf ini merupakan
saraf yang terbesar didalam tubuh dan terdiri dari N. Tibialis dan N. Peroneus
communis yang bergabung menjadi satu oleh facia. Saraf ini muncul dari
13
D. Sistem peredaran darah
peredaran darah dari sepanjang tungkai atau paha yaitu pembuluh darah arteri
Arteri Femoralis
E. James, 2013 )
Arteri Poplitea
14
Popliteus dan bercabang menjadi arteri tibialis anterior dan arteri
Vena femoralis
2013 )
Vena Obturatoria
15
saphenus ke atas, didalam fascia superficial kesisi medial tungkai
16
minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas
trochanterminor
- Tertutup
1. Tampak 2 sendi
2. Memakai 2 proyeksi
3. Tampak 2 sisi
4. Pada 2 waktu
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam
menembus keluar.
17
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena
benturan dari luar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan
lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh
darah)
2.5 Patofisiologi
besar dari yang dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul sebagai
yang sangat kuat, puntiran, kontraksi otot yang keras atau karena berbagai
penyakit lain yang dapat melemahkan otot. Pada dasarnya ada dua tipe
yang pertama mekanisme direct force dimana energi kinetik akan menekan
langsung pada atau daerah dekat fraktur. Dan yang kedua adalah
18
mekanisme indirect force, dimana energi kinetik akan disalurkan dari
Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami
kelemahan.
1. Riwayat :
c. Deformitas
d. Baal atau hilangnya gerakan, kulit pucat atau sianosis, darah dalam
1995)
2. Tanda-Tanda Umum
Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien, penting untuk mencari
c. Penyebab predisposisi.
3. Tanda-Tanda Lokal
19
2.7 Pemeriksaan Fraktur
a. Anamnesa
baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak
dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi didaerah trauma dan
mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Trauma dapat terjadi karena
kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada
oleh karena mesin atau karena trauma olahraga. Penderita biasanya datang
b. Pemeriksaan Fisik
abdomen.
20
c. Pemeriksaan Lokal
1. Inspeksi (Look)
f). Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
hari
pemendekan
i). Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ
organ lain.
2. Palpasi (Feel)
21
c).Krepitasi dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati
d). Pemeriksaan vaskular pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
3. Pergerakan (Move)
secara aktif dan pasif sendi proximal dan distal dari daerah yang
jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf. (Wim De Jong, 2006 )
4. Pemeriksaan Neurologis
atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapat harus dicatat dengan baik
De Jong, 2006)
22
5. Pemeriksaan Radiologis
c). Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya.
b). Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, diatas dan
c). Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada
d). Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada
dua daerah tulang, misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka
23
e). Dua kali dilakukan foto, pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang
b). CT-scan
c). MRI
apabila klien akan dipindahkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh
1. Penatalaksanaan Awal
diperlukan :
a. Pertolongan Pertama
24
b. Penilaian Klinis
apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah
/ saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain. (Wim De Jong,
2006 )
c. Resusitasi
iatrogenik. Hal ini perlu diperhatikan oleh karena banyak kasus terjadi
25
menentukan prognosis trauma yang dialami sehingga dapat dipilih
Menghilangkan nyeri
26
kemungkinan diperlukan usaha agar terjadi union misalnya dengan
Jong, 2006 )
Jong, 2006 )
27
A. Komplikasi segera
Komplikasi Lokal
b. Komplikasi Vaskuler
Perdarahan lokal:
Interna:
hemoperitoneal, hemartrosisi
c. Komplikasi neurologis
Otak
Saraf perifer
dan paru-paru
saluran kemih
28
d. Komplikasi diluar fraktur pada organ lain
Syok hemoragik.
B. Komplikasi Awal
Komplikasi Lokal
a. Komplikasi Lokal
trauma terbuka
- Emboli lemak
- Emboli paru
- Pneumonia
- Tetanus
- Delirium tremens.
C. Komplikasi Lanjutan
Komplikasi Lokal
29
Komplikasi pada sendi
- Atrofi sobek
- Refraktur
Komplikasi Syaraf
- Batu ginjal
- Nekrosis akiba.
30
2.10 Tahap Pembentukan Tulang
31
3. Tahap Pembentukan Kalus
setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian
kompak dan berisi sistem haversian dan kalus bagian dalam akan
32
mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.
(Apley,1995)
33
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTIFIKASI
Nama : Ny. X
Umur : 65 tahun
Kabupaten Gresik
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada paha kanan. Paha kanan pasien nyeri,
setelah terpeleset dan jatuh saat akan mengambil daun pisang di belakang
rumah dengan menggunakan tangga. Pasien jatuh pada hari Senin, tanggal
3 Januari 2016, pukul 10.00 Kemudian pasien datang ke IGD pada hari
Senin, 3 Januari 2016 pada pukul 24.00 WIB. Saat kejadian, pasien merasa
pusing, namun tidak disertai mual. Perdarahan dari telinga dan hidung
34
disangkal saat kejadian. Pasien masih sadar saat kejadian dan masih
1. Status Generalis
Nadi : 79 x/menit
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 20 x/menit
Kepala / Leher
Thorax
intercostalis (-)
Pulmo
35
Perkusi : Sonor +/+
Jantung
Abdomen
Pelvic
Ektremitas Superior
Extremitas Inferior
detik
< 2 detik
36
2. STATUS LOKALIS
LOOK
FEEL
MOVE
Hb 11.9 11.4-15.1 g%
40/4-8
PCV 35 37-47%
MCV 91 80-94
37
MCH 31 26-32
MCHC 34 32-36
FAAL HATI
38
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
39
3.5. DIAGNOSIS KERJA
3.6. PENATALAKSAAN
1. Umum
lainnya.
c. Diet TKTP
2. Operatif
DAHLIA
O : KU : Cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36.5 C
RR : 24 x/menit
40
Status Lokalis di Regio Femur Dextra
hangat
A : Post Operasi Plating Close fraktur femur 1/3 medial dextra hari
pertama
P : - IVFD. Ns 20 tetes/menit
- Diet TKTP
S : nyeri agak berkurang pada paha kanan post operasi, demam (-),
pusing (+)
O : KU : Cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 92 x/menit
S : 36.2 C
41
RR : 22 x/menit
hangat
A : Post Operasi Plating Close fraktur femur 1/3 medial dextra hari
kedua
P : - IVFD. Ns 20 tetes/menit
O : KU : Cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 92 x/menit
S : 36.2 C
RR : 22 x/menit
42
Status Lokalis di Regio Femur Dextra
hangat
A : Post Operasi Plating Close fraktur femur 1/3 medial dextra hari
ketiga
Posisi pasien dengan miring kekiri, desinfeksi, insisi kulit dengan lateral
APP, insisi facia, split musculus vastus lateralis, reservasi dan kauterisasi arteri
plate 10 hull, dipasang 8 cortical screw dan 2 cancelous screw. Cuci luka dengan
normal Ns 1 liter, pasang drain, jahit fasia sub kutis kulit, disebut operasi plating
43
FOTO RADIOLOGI
POST OPERASI
44
Gambar. 3.4 Foto Lateral Femur Dextra Post Operasi
45
BAB IV
PEMBAHASAN
didapatkan data bahwa penderita perempuan usia 71 tahun dengan keluhan kaki
kanan terasa nyeri tidak bisa digerakan, sebelumnya pasien terjatuh dari tangga
saat akan mengambil daun pisang. Saat kejadian pasien dalam keadaan sadar,
tidak mual, tidak muntah dan tidak pusing.tidak ada perdarahan dari hidung dan
telinga.
suhu dalam batas normal. Hal ini menunjukan bahwa kondisi ABC pasien baik.
Dari pemeriksaan fisik, pada status lokalis didapatkan pada regio femur 1/3
menggerakan kaki secara aktiv dan pasif terasa nyeri. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis dengan hasil rontgen regio femur
dextra AP/Lat menunjukan close fraktur femur 1/3 medial dextra dan pemeriksaan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosa dengan close
fraktur femur 1/3 medial dextra. Penatalaksanaan pada pasien ini direncanakan
operatif dengan posisi pasien dengan miring kekiri, desinfeksi, insisi kulit dengan
lateral APP, inisisi facia sejajar kulit, split musculus vastus lateralis, reservasi dan
46
dipasang nerroplet 10 hull, dipasang 8 cortical screw dan 2 cancelous screw. Cuci
luka dengan normal Ns 1 liter, pasang drin jahit pasia sub kutis kulit, disebut
47
BAB V
5.1 KESIMPULAN
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa, fraktur femur
adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
pada tulang.
dan terjadi secara spontan. Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan
Fase penyembuhan fraktur sendiri meliputi fase hematoma, fase proliferasi, fase
Komplikasi yang dapat terjadi yakni: komplikasi pada kulit, pembuluh darah,
5.2 SARAN
terjadi dari frakture. Oleh karen itu kita harus menguasai cara-cara perawatan
48
DAFTAR PUSTAKA
Appley, A.G., Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem
Appley.Edisi ke-7. Widya Medika.Jakarta.; p.238-285.
49