Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (untuk
selanjutnya disebut “UU Perbankan”) sangat krusial bagi perekonomian suatu negara. Masalah
paling berat yang dihadapi industri perbankan dan badan pengawas bank adalah mengawasi atau
mengetahui secara cepat kelalaian atau kesengajaan pengurus bank dan atau pegawai bank dan
atau pemegang saham dan atau pihak terafiliasi dalam melakukan kesalahan atau tindak kejahatan,
misalnya penipuan dan penggelapan yang dilakukan. Permasalahan penelitian yang teridentifikasi
adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana praktek pelanggaran sistem prosedur bank yang dilakukan
pegawai bank dan mengakibatkan terjadinya tindak pidana perbankan? (2) Bagaimana
tanggungjawab pidana pegawai bank yang melakukan pelanggaran sistem prosedur bank? (3)
Bagaimana pertanggungjawaban korporasi dari bank atas pelanggaran sistem prosedur bank?
Adapun tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengkaji praktek pelanggaran sistem prosedur bank
yang dilakukan pegawai bank dan mengakibatkan terjadinya tindak pidana perbankan, (2) Untuk
menentukan tanggungjawab pidana pegawai bank yang melakukan pelanggaran sistem prosedur
bank, dan (3) Untuk menentukan pertanggungjawaban korporasi dari bank atas pelanggaran sistem
prosedur bank. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif. Hal
ini berarti bahwa penelitian ini mengacu terhadap norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku dan mengikat
masyarakat atau juga menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Penelitian ini dilakukan
dengan memfokuskan terhadap analisa yuridis terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
pegawai bank atas kelalaian atau kesalahan dalam mematuhi sistem prosedur bank yang berlaku
di bank. Adapun penelitian ini berdasarkan pada perspektif hukum pidana perbankan. Penelitian
ini akan meninjau kesesuaian putusan hakim dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, terutama terkait hukum pidana. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan melakukan pengelolaan data-
datanya yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini untuk
mengumpulkan dan mengelola data-data sekunder yang berasal dari bahan-bahan hukum. Proses
pengumpulan data-data bersifat kualitatif.
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|502
surat-surat wesel, surat promes, cek, Pemegang Saham Bank terdapat dalam
dan kertas dagang atau bukti beberapa pasal UU Perbankan yaitu:
kewajiban lainnya, ataupun dalam
rangka memberikan persetujuan bagi Pasal 49 ayat (2) huruf b
orang lain untuk melaksanakan “Anggota dewan komisaris, direksi,
penarikan dana yang melebihi batas atau pegawai bank yang dengan
kreditnya pada bank, diancam segaja tidak melaksanakan langkah-
dengan pidana penjara sekurang- langkah yang diperlukan untuk
kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling memastikan ketaatan bank terhadap
lama 8 (delapan) tahun serta denda ketentuan dalan undang-undang ini
sekurang-kurangnya Rp. dan ketentuan peraturan perundang-
5.000.000.000,00 (lima miliar undangan lainnya yang berlaku bagi
rupiah) dan paling banyak Rp. bank, diancam dengan pidana
100.000.000.000,00 (seratus miliar penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga)
rupiah).” tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp. 5.000.000.000,00
Menurut penjelasan Pasal 49 ayat (1) (lima miliar rupiah) dan paling
dan ayat (2) butir a dan b UU Perbankan, banyak Rp. 100.000.000.000,00
istilah pengawai bank dalam pasal tersebut (seratus miliar rupiah).”
mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam
ketentuan Pasal 49 ayat (1) dan ketentuan Pasal 50:
Pasal 49 ayat (2) butir a UU Perbankan “Pihak terafilisiasi yang dengan
bahwa yang dimaksud dengan pegawai bank segaja tidak melaksanakan langkah-
adalah semua pejabat dan karyawan bank, langkah yang diperlukan untuk
sedangkan dalam Pasal 49 ayat (2) butir b memastikan ketaatan bank terhadap
UU Perbankan yang dimaksud dengan ketentuan dalam undang-undang ini
pegawai bank adalah pejabat bank yang dan peraturan perundang-undangan
mempunyai wewenang dan tanggungjawab lainnya yang berlaku bagi bank,
tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha diancam dengan pidana penjara
bank yang bersangkutan. sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
dan paling lama 8 (delapan) tahun
E. Tindak Pidana Yang Berkaitan
serta denda sekurang-kurangnya Rp.
Dengan Sikap Dan/ Atau
5.000.000.000,00 (lima miliar
Tindakan Yang Dilakukan Oleh
rupiah) dan paling banyak Rp.
Pengurus, Pegawai, Pihak
100.000.000.000,00 (seratus miliar
Terafilisiasi, Dan Pemegang
rupiah).”
Saham Bank
Pasal 50A:
UU Perbankan menyatakan bahwa
“Pemegang saham yang dengan
tindak pidana yang termasuk ke dalam jenis
sengaja menyuruh dewan komisaris,
tindak pidana yang berkaitan dengan sikap
direksi, atau pegawai bank untuk
dan/atau tindakan yang dilakukan oleh
melakukan atau tidak melakukan
Pengurus, Pegawai, Pihak Terafiliasi, dan
tindakan yang mengakibatkan bank
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|510
ini juga tidak tertutup kemungkinan untuk Perbankan yang Dilakukan oleh
aparat penegak hukum melakukan Pegawai Bank
penegakkan hukum dengan mengacu pada
Apabila ditinjau pelanggaran sistem
ketentuan pidana di luar UU Perbankan,
prosedur bank perbankan pada ketiga kasus
seperti KUHP ataupun Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak tersebut, maka modus operandi atau praktek
Pidana Pencucian Uang. pelanggaran sistem prosedur banknya
mempunyai persamaan satu sama lain.
4.1.1. Pelanggaran Sistem Prosedur Adapun penulis akan menguraikan
Bank dan Berakibat menjadi persamaan antara satu persatu kasus praktek
Pelanggaran Hukum Pidana di pelanggaran sistem prosedur bank dari
Bidang Perbankan berbagai perspektif, yaitu pelaku
pelanggaran, modus operandi pelangaran,
Kasus pencairan dana nasabah di dan tujuan yang hendak dicapai. Persamaan
Bank Kesawan Cabang Pembantu Muara
praktek pelanggaran sistem prosedur bank
Karang ini bermula dari perbuatan yang mencerminkan ciri khas pelanggaran standar
dilakukan oleh Tjoeng Ik Thin dengan operasional perbankan sekaligus tindak
maksud untuk memiliki uang nasabah secara pidana perbankan.
melawan hukum. Dalam mewujudkan
tujuannya tersebut, Tjoeng Ik Thin Pelaku pelanggaran sistem prosedur
melakukan pencairan dana nasabah dengan bank pada setiap kasus mempunyai
cara melakukan pemalsuan data dalam persamaan dalam jumlah pelaku
dokumen transaksi nasabah dan kemudian pelanggaran sistem prosedur bank tersebut.
melakukan ubah baris atas buku tabungan Berdasarkan ketiga kasus tersebut, maka hal
nasabah sehingga seakan-akan tidak terdapat ini dapat diketahui bahwa pelaku
transaksi pencairan dana pada buku pelanggaran sistem prosedur bank tersebut
tabungan nasabah. lebih dari satu orang. Setiap pelaku
pelanggaran sistem prosedur bank tersebut
Mengingat kewenangan Tjoeng Ik
saling bekerjasama sesuai dengan tugas dan
Thin sebagai teller tidak dapat melakukan kewenangannya masing-masing. Hal ini
pencairan dana nasabah pada sistem mengingat pihak internal bank mempunyai
prosedur bank tanpa persetujuan Sularto tugas dan wewenang yang terbatas, sehingga
selaku Manager Operasional, maka Tjoeng pihak internal bank kesulitan untuk
Ik Thin meminta persetujuan dari Sularto melakukan kejahatan hanya seorang diri
selaku atasannya, sedangkan tindakan saja.
selanjutnya yaitu melakukan ubah baris atas
buku tabungan nasabah dilakukan oleh Para pelaku pelanggaran sistem
Tjoeng Ik Thin dengan cara meminta User prosedur bank sekaligus tindak pidana ini
Id dan Password dari Estee selaku customer hampir keseluruhan melibatkan pihak
service sehingga Tjoeng Ik Thin dapat internal bank, termasuk pegawai bank.
mengakses sistem komputer customer Adapun para pelaku kejahatan yang
service dan melakukan ubah baris di mencakup pihak internal bank ini
melibatkan hubungan atasan dan bawahan.
4.2. Praktek Pelanggaran Sistem Hal ini berarti bahwa pelaku pelanggaran
Prosedur Bank dan Tindak Pidana sistem prosedur bank ini berjenjang, yaitu
dari pegawai bank tingkat sampai dengan
513| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014
tindakan yang dilakukan oleh bawahan atau memiliki dana tersebut adalah
memerlukan persetujuan dari atasan. melakukan transfer dana kepada
Contoh ini dapat ditinjau dari ketiga rekening pribadi atau pihak lain
kasus pada tesis ini, yaitu pegawai bank sebagaimana terdapat pada kasus
yang tingkatnya lebih rendah wajib Estee dan Fiveri Yenti.
meminta persetujuan atas tindakan
terkait operasional bank kepada pihak 4.3. Pertanggungawaban Pidana
atasannya, termasuk tindakan yang Pegawai Bank Yang Melakukan
terkait pelanggaran sistem prosedur Pelanggaran Sistem Prosedur
bank. Bank
Peran atasan dalam setiap kegiatan oleh Kejahatan perbankan pada ketiga
pegawai bank sangat penting, terutama kasus tersebut melibatkan pelaku lebih dari
satu orang. Keterbatasan tugas dan
oleh pegawai bank yang melakukan
tanggungjawab dari para pegawai bank
kejahatan. Adanya persetujuan dari
tersebut berakibat tindak pidana perbankan
pihak atasan dapat ditafsirkan bahwa
ini hanya dapat dilakukan secara
tindakan dari bawahannya telah
diperiksa dengan baik sesuai prosedur berkelompok. Adapun hal ini dipertegas
yang berlaku, sehingga proses bahwa pelaku kejahatan tersebut
selanjutnya atau tindakan yang disetujui memerlukan peranan dari pihak
tersebut dapat dilaksanakan oleh atasan/pemimpin dan bawahan/anak buah.
pegawai bank yang bersangkutan. Peran Hal ini terlihat jelas pada ketiga kasus
tersebut bahwa para pegawai bank yang
atasan dalam tindak kejahatan bank
jabatannya masih rendah tidak dapat
dan/atau pelanggaran sistem prosedur
bertindak sendiri, akan tetapi para pegawai
bank tidak hanya mencakup
bank tersebut memerlukan persetujuan atau
memberikan persetujuan terhadap
bawahannya, melainkan juga dapat izin dari pihak atasannya.
berperan sebagai orang yang memberi Alasan tindak pidana perbankan
perintah kepada pihak bawahannya melibatkan peran atasan dan bawahan adalah
untuk melakukan tindak kejahatan. sistem prosedur bank perbankan yang
mengatur sistem pengawasan terhadap
d. Penguasaan oleh Pegawai Bank atas kinerja pegawai bank. Pihak atasan yang
Dana Secara Ilegal berperan melakukan pengawasan terhadap
kinerja anak buahnya dalam mendukung
Tahapan selanjutnya ini merupakan kegiatan usaha bank. Pelanggaran hukum
tahapan terakhir atas rangkaian oleh pegawai bank dapat dicegah, apabila
kejahatan yang dilakukan oleh sistem pengawasan yang dilakukan pihak
pegawai bank. Setelah pencairan pengawas dapat berjalan dengan baik.
dana atau pengambilan dana
tersebut berhasil dilakukan, maka Inkonsistensi penegakkan hukum
pegawai bank akan melakukan terhadap persetujuan atasan terhadap
tindakan yang aman untuk dapat tindakan bawahannya menjadi polemik atau
menguasai atau memiliki dana keragu-raguan dalam menentukan atasan
tersebut. Salah satu tindakan yang dapat dimintakan pertanggungjawaban
dapat dilakukan oleh pegawai bank pidana. Salah satu unsur penting yang harus
tersebut dalam rangka menguasai dipertimbangkan atau ditinjau terhadap
515| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014
bank secara korporasi tidak dapat 2. Aparat penegak hukum perlu memiliki
dimintakan pertanggungjawaban pengetahuan transaksi perbankan
pidana atas kejahatan yang dilakukan sehingga dapat konsisten dalam
pegawai bank karena peraturan melakukan penegakkan hukum di bidang
perundang-undangan perbankan perbankan terhadap penerapan
khususnya Pasal 49 Undang-Undang pertanggungjawaban pidana yang
No.10 tahun 1998 membatasi pelaku dilakukan oleh pegawai bank dengan
secara individu saja, yaitu Direksi, melihat secara jeli peranan maupun niat
Komisaris atau Pegawai Bank. yang dilakukan oleh pegawai bank yang
Dalam hal dampak atas perbuatan melakukan pelanggaran sistem prosedur
tersebut merugikan nasabah bank bank. Berbagai aspek untuk seseorang
yang bersangkutan, maka dapat dimintakan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban yang dapat pidana tersebut perlu diperhatikan
dituntut kepada bank selaku dengan baik, terutama ada tidaknya niat
korporasi adalah melakukan kejahatan.
pertanggungjawaban secara perdata. Pemerintah perlu mengatur lebih lanjut
peraturan perundang-undangan atas
Saran pertanggungjawaban bank selaku korporasi
khususnya dalam hal terdapat nasabah yang
1. Perlu adanya peraturan dari Bank
dirugikan sebagai akibat pelanggaran sistem
Indonesia yang mewajibkan bank untuk prosedur bank yang dilakukan oleh pegawai
selalu memastikan fungsi pengawasan bank dan mengakibatkan tindak pidana di
atas penerapan peraturan internal bank bidang perbankan.
telah dijalankan dengan baik dan benar
dan atau peran aktif Bank agar dapat
mendaftarkan kepada badan penilai
sistem manajemen mutu yang diakui
oleh dunia international seperti ISO 9000
sehingga konsistensi penerapan
kebijakan bank dapat terus dilakukan.