You are on page 1of 18

501| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No.

1, Maret - Juni 2014

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATAS TINDAKAN PEGAWAI BANK YANG


MELANGGAR SISTEM PROSEDUR BANK DAN MENGAKIBATKAN TERJADINYA
SUATU TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN

M. Rizal Situru, SH., MBL.


Dosen Perbanas Jakarta

ABSTRAK

Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (untuk
selanjutnya disebut “UU Perbankan”) sangat krusial bagi perekonomian suatu negara. Masalah
paling berat yang dihadapi industri perbankan dan badan pengawas bank adalah mengawasi atau
mengetahui secara cepat kelalaian atau kesengajaan pengurus bank dan atau pegawai bank dan
atau pemegang saham dan atau pihak terafiliasi dalam melakukan kesalahan atau tindak kejahatan,
misalnya penipuan dan penggelapan yang dilakukan. Permasalahan penelitian yang teridentifikasi
adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana praktek pelanggaran sistem prosedur bank yang dilakukan
pegawai bank dan mengakibatkan terjadinya tindak pidana perbankan? (2) Bagaimana
tanggungjawab pidana pegawai bank yang melakukan pelanggaran sistem prosedur bank? (3)
Bagaimana pertanggungjawaban korporasi dari bank atas pelanggaran sistem prosedur bank?
Adapun tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengkaji praktek pelanggaran sistem prosedur bank
yang dilakukan pegawai bank dan mengakibatkan terjadinya tindak pidana perbankan, (2) Untuk
menentukan tanggungjawab pidana pegawai bank yang melakukan pelanggaran sistem prosedur
bank, dan (3) Untuk menentukan pertanggungjawaban korporasi dari bank atas pelanggaran sistem
prosedur bank. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif. Hal
ini berarti bahwa penelitian ini mengacu terhadap norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan, keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku dan mengikat
masyarakat atau juga menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Penelitian ini dilakukan
dengan memfokuskan terhadap analisa yuridis terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
pegawai bank atas kelalaian atau kesalahan dalam mematuhi sistem prosedur bank yang berlaku
di bank. Adapun penelitian ini berdasarkan pada perspektif hukum pidana perbankan. Penelitian
ini akan meninjau kesesuaian putusan hakim dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, terutama terkait hukum pidana. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan melakukan pengelolaan data-
datanya yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini untuk
mengumpulkan dan mengelola data-data sekunder yang berasal dari bahan-bahan hukum. Proses
pengumpulan data-data bersifat kualitatif.
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|502

PENDAHULUAN perbankan makin beragam dan banyak


timbul di masyarakat sebagai akibat dari
Masalah paling berat yang dihadapi semakin beragamnya juga produk
industri perbankan dan badan pengawas perbankan. Adanya kerjasama antar sesama
bank adalah mengawasi atau mengetahui penegak hukum ini dapat membuat proses
secara cepat kelalaian atau kesengajaan pencegahan dan penanggulangan tindak
pengurus bank dan atau pegawai bank dan pidana perbankan menjadi lebih efektif dan
atau pemegang saham dan atau pihak efisien untuk dilaksanakan. Proses
terafiliasi dalam melakukan kesalahan atau penegakkan hukum terhadap kesalahan atau
tindak kejahatan, misalnya penipuan dan kejahatan yang dilakukan oleh orang dalam
penggelapan yang dilakukan. Bentuk-bentuk terkait dengan pencurian dana masyarakat
pelanggaran atau kejahatan hukum yang pada bank ini perlu dilengkapi dengan
dilakukan oleh pengurus, pegawai bank dan ketentuan peraturan perundang-undangan
pemegang saham seringkali berkaitan erat yang memadai. Salah satu pranata hukum
dengan tanggungjawab dan tugas yang dapat dipergunakan untuk
pengurusan oleh para pengurus bank dalam menanggulangi kelalaian, kesalahan dan
mengelola kegiatan usaha bank, teutama kejahatan yang dilakukan oleh orang dalam
terkait dengan penyaluran kredit terhadap tersebut adalah hukum pidana. Berbagai
para debitur. Pemberian kredit kepada pihak macam peraturan perundang-undangan telah
afiliasi bank tersebut sering kali tidak diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka
diiringi dengan analisis pemberian kredit melakukan penanggulangan kesalahan,
yang sehat sehingga menyebabkan banyak kelalaian, dan kesengajaan terhadap
dana bank yang tidak kembali kepada bank. tindakan orang dalam tersebut, seperti
Hal ini berarti bahwa dana masyarakat yang Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (‘UU
dipercayakan kepada bank disalahgunakan Perbankan”), Undang-Undang No. 15 Tahun
oleh orang-orang yang tidak 2002 sebagaimana telah diubah dengan
bertanggungjawabkan, sehingga bank dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003
masyarakat yang mempercayakan dananya Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,
mengalami kerugian atas kehilangan dana KUHP, dan peraturan perundang-undangan
tersebut. lainnya.
Bank Indonesia, pemerintah, dan
kepolisian sebagai aparatur penegak hukum Identifikasi Masalah
wajib bekerjasama untuk menanggulangi Berdasarkan uraian pada Latar
berbagai tindak kejahatan pencurian dana Belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
masyarakat pada bank di Indonesia. Apabila permasalahan sebagai berikut :
masyarakat sudah tidak percaya pada para 1. Bagaimana praktek pelanggaran
penegak hukum di Indonesia dalam sistem prosedur bank yang dilakukan
mencegah dan menindaklanjuti berbagai pegawai bank dan mengakibatkan
kejahatan perbankan di Indonesia, maka terjadinya tindak pidana perbankan?
juga akan berdampak secara tidak langsung 2. Bagaimana tanggungjawab pidana
kepercayaan masyarakat kepada perbankan pegawai bank yang melakukan
akan tererosi. pelanggaran sistem prosedur bank?
Kerjasama diantara penegak hukum 3. Bagaimana pertanggungjawaban
tersebut sangat diperlukan, karena hal ini korporasi dari bank atas pelanggaran
mengingat modus-modus tindak pidana sistem prosedur bank?
503| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.


Tujuan Penelitian: Apabila pelaku tidak memenuhi salah satu
1. Untuk mengkaji praktek pelanggaran unsur yang didakwakan, maka tidak dapat
sistem prosedur bank yang dilakukan dipidana. Adapun unsur-unsur
pegawai bank dan mengakibatkan pertanggungjawaban pidana adalah:
terjadinya tindak pidana perbankan
2. Untuk menentukan tanggungjawab 1. melakukan perbuatan yang melawan
pidana pegawai bank yang hukum atau perbuatan pidana;
melakukan pelanggaran sistem 2. untuk adanya pidana harus mampu
prosedur bank. bertanggungjawab;
3. Untuk menentukan 3. mempunyai suatu bentuk kesalahan;
pertanggungjawaban korporasi dari 4. tidak adanya alasan pemaaf.
bank atas pelanggaran sistem
prosedur bank. Ad. 1. Melakukan perbuatan yang
melawan hukum atau perbuatan

1.4. Kerangka Pikir Unsur pertanggungjawaban pidana dalam


Dalam sistem hukum pidana terdapat bentuk melakukan perbuatan melawan
prinsip bahwa seseorang dapat hukum “wederrechtelijkheid” sebagai syarat
dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang mutlak dari tiap-tiap melakukan perbuatan
telah dilakukannya. Namun seseorang yang pidana. Jika sifat melawan hukum perbuatan
melakukan suatu perbuatan melawan hukum pidana tersebut tidak dilakukan, maka
dan dikualifikasi sebagai tindak pidana menurut Vos, Jonkers dan Langemeyer
tersebut belum tentu dapat dikutip dari bukunya Moeljatno dalam hal
dipertanggungjawabkan secara pidana. ini harus dilepas dari tuntutan hukum
Seseorang dapat dipertanggungjawabkan (onstlag van recht-vervolging).
secara pidana atas perbuatan yang telah
dilakukannya apabila memenuhi syarat: Sifat melawan hukum dari tindak pidana
pertama, perbuatan tersebut merupakan yang terdapat pada KUHP merumuskan
perbuatan melawan hukum, dan kedua, delik tersebut secara tertulis dan juga tidak
orang tersebut patut dicela atau tertulis. Jika rumusan delik tidak
dipersalahkan atas perbuatan yang mencantumkan adanya sifat melawan
dilakukannya tersebut. hukum suatu perbuatan pidana, maka unsur
Pertanggungjawaban pidana delik tersebut dianggap dengan diam-diam
berkaitan dengan penindakan pelaku jika telah ada, kecuali jika pelaku perbuatan
telah melakukan suatu tindak pidana dan dapat membuktikan tidak adanya sifat
memenuhi unsur-unsur yang telah melawan hukum tersebut.
i
ditentukan dalam undang-undang. Hal ini
berarti bahwa pertanggungjawaban pidana Ad. 2. Untuk Adanya Pidana Harus
pelaku tindak pidana terjadi jika pelaku telah Mampu Bertanggungjawab.
terbukti secara sah melakukan tindak pidana Kemampuan bertanggungjawab merupakan
karena telah memenuhi keseluruhan unsur- unsur yang diwajibkan guna memenuhi
unsur yang didakwakan oleh jaksa penuntut pertanggungjawaban suatu perbuatan
umum dan pelaku dapat pidana. Menurut Moeljatno, yang menjadi
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|504

dasar adanya kemampuan a. kesengajaan dengan maksud (dolus


bertanggungjawab adalah: derictus);
1. kemampuan untuk membeda-bedakan b. kesengajaan sebagai kepastian,
antara perbuatan yang baik dan yang keharusan, dan
buruk, yang sesuai hukum dan yang c. kesengajaan sebagai kemungkinan
melawan hukum; (dolus eventualis).
2. kemampuan untuk menentukan Menurut Moeljatno, Orang
kehendaknya menurut keinsyafan tentang dikatakan mempunyai kesalahan jika dia
baik dan buruknya perbuatan tadi. pada waktu melakukan perbuatan pidana,
Sedangkan batasan-batasan mengenai dilihat dari segi masyarakat dapat tercela
pembuatan perbuatan pidana (dader) karenanya, yaitu kenapa melakukan
dianggap tidak mampu bertanggungjawab perbuatan yang merugikan masyarakat
menurut KUHP adalah: padahal mampu untuk mengetahui makna
1. kurang sempurna akalnya atau sakit (jelek) perbuatan tersebut dan karenanya
berubah akalnya (pasal 44 ayat (1) dapat bahkan harus menghindari untuk
KUHP); berbuat demikian
2. anak yang belum dewasa (pasal 45 Pertanggungjawaban pidana
KUHP). seseorang yang melakukan perbuatan pidana
dapat dibatalkan demi hukum jika terdapat
Dengan dasar ketentuan KUHP tersebut di alasan pemaaf atau
atas, maka pembuat perbuatan pidana “verontschukdigingsgrond”. Yang
(dader) tidak termasuk mempunyai dimaksud dengan alasan pemaaf menurut
pertanggungjawaban pidana dalam teori hukum adalah alasan yang menghapus
melakukan perbuatan pidana. kesalahan. Menurut Moeljatno kalau ada
alasan-alasan yang menghapuskan
Ad. 3. Mempunyai Suatu Bentuk kesalahan (alasan pemaaf), maka masih ada
Kesalahan. perbuatan pidana, tetapi orangnya tidak
dipidana (tidak dapat
Menurut Simon sebagaimana dikutip dipertanggungjawabkan). Dampak yang
dari bukunya Moeljatno, kesalahan adalah terjadi akibat adanya alasan pemaaf bagi
“keadaan psychis yang tertentu pada orang seseorang yang melakukan perbuatan pidana
yang melakukan perbuatan pidana dan adalah perbuatan yang dilakukan oleh
adanya hubungan antara keadaan tersebut terdakwa tetap bersifat melawan hukum, jadi
dengan perbuatan yang dilakukan yang tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi
sedemikian rupa, sehingga orang itu dapat tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.
tercela karena melakukan perbuatan tadi”.
Bentuk perbuatan manusia Ad. 4. Tidak Adanya Alasan Pemaaf.
mempunyai kesalahan terdapat dua sifat Menurut Sudarto, alasan-alasan tidak
dalam hal melaksanakan perbuatan tersebut, dapat dipertanggungjawabkannya seseorang
yaitu kesengajaan (dolus) dan kelalaian atau tidak dipidananya, karena 2 hal:
(culpa). Perbuatan dilakukan dengan sengaja
adalah perbuatan yang dikehendaki dan 1) Perbuatan meskipun telah mencocoki
dilakukan dengan penuh kesadaran. Bentuk rumusan delik, namun tidak merupakan
kesengajaan menurut Moeljatno terdiri dari suatu tindak pidana karena tidak bersifat
tiga corak, yaitu: melawan hukum;
505| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

2) meskipun perbuatannya itu dapat dari korporasi masih dalam kewenangan


dikualifikasikan sebagai perbuatan korporasi semata-mata dilakukan atas
pidana, namun orangnya tidak dapat kehendak pribadi, jika perbuatan pidana
dipertanggungjawabkan atas merupakan perbuatan yang sesungguhnya
perbuatannya, karena padanya tidak ada masih dalam ruang lingkup dan kewenangan
kesalahan. dari korporasi maka perbuatan itu dianggap
sebagai perbuatan korporasi sehingga ia bisa
Berhubung adanya dua hal di atas, maka dipertanggungjawabkan atas perbuatan
ilmu pengetahuan hukum pidana pidana yang dilakukan oleh anggota pegawai
membedakan adanya alasan pembenar dan atau pengurus korporasi.
alasan pemaaf. Mengenai alasan pembenar
dan pemaaf, sebenarnya pembedaan ini tidak 1.5. Metode Penelitian
penting bagi si pembuat sendiri, karena jika Penelitian ini dilakukan dengan
ternyata ada alasan penghapusan pidana, menggunakan penelitian kepustakaan.
maka teranglah ia tidak akan dipidana. Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan
Konstruksi yuridis perbuatan pidana melakukan pengelolaan data-datanya yang
yang dilakukan oleh korporasi selanjutnya berasal dari bahan-bahan kepustakaan.
dapat ditempuh dengan teori identifikasi. Penelitian kepustakaan ini untuk
Teori ini menyatakan bahwa korporasi dapat mengumpulkan dan mengelola data-data
melakukan perbuatan pidana secara sekunder yang berasal dari bahan-bahan
langsung melalui orang-orang yang hukum. Proses pengumpulan data-data
berhubungan erat dengan korporasi dan bersifat kualitatif. Data-data sekunder ini
dipandang sebagai korporasi itu sendiri. diperoleh melalui pengelolaan dari bahan-
Perbuatan yang dilakukan oleh anggota bahan hukum, sebagai berikut :
tertentu di dalam korporasi (selama 1. Bahan-bahan hukum primer, adalah
perbuatan itu berkaitan dengan korporasi) bahan hukum yang mempunyai
maka dianggap sebagai perbuatan dari kekuatan mengikat yang
korporasi itu sendiri maka jika anggota itu berhubungan dengan penulisan ini.
melakukan perbuatan pidana itu merupakan Contoh bahan-bahan hukum yang
perbuatan pidana yang dilakukan oleh digunakan dalam penelitian ini
korporasi, sehingga korporasi dapat juga adalah peraturan perundang-
diminta pertanggungjawaban atas perbuatan undangan di bidang perbankan.
pidana yang dilakukan. Syaratnya orang itu 2. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu
melakukan perbuatan dalam ruang lingkup bahan hukum yang menjelaskan
jabatannya Jika orang itu melakukan mengenai bahan hukum primer,
perbuatan pidana dalam kapasitasnya dalam hal ini berupa buku-buku,
sebagai pribadi, maka dengan sendirinya artikel, tesis, karya tulis ilmiah,
perbuatan itu bukan perbuatan korporasi. dokumen-dokumen dari internet
Mengacu pada teori tersebut, dapat yang berkaitan dengan penelitian ini.
disimpulkan bahwa korporasi juga bisa 3. Bahan-bahan hukum tersier, yaitu
melakukan perbuatan pidana dan dapat bahan yang memberikan petunjuk
dimintanya pertanggungjawaban pidana, maupun penjelasan terhadap bahan
dengan melihat apakah perbuatan pidana hukum primer dan bahan hukum
yang dilakukan oleh pegawai atau anggota sekunder.
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|506

lainnya yang dipersamakan dengan


TINDAK PIDANA DAN itu tanpa izin usaha dari Menteri
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA sebagaimana dimaksud dalam Pasal
PADA BIDANG PERBANKAN 16 dan Pasal 17, diancam dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling
2.1. Tindak Pidana Perbankan banyak Rp. 10.000.000.000,-
“Istilah tindak pidana (sepuluh miliar rupiah) dan paling
dipandang/diperjanjikan sebagai banyak Rp. 200.000.000.000,- (dua
kependekan dari tindakan yang dilakukan ratus miliar rupiah).”
oleh manusia untuk mana ia dapat dipidana.
Kepada istilah harus pula diperjanjikan Ayat (2): “Dalam hal kegiatan
pengertiannya dalam bentuk perumusan. sebagaimana dimaksud dalam ayat
Dalam perumusan tersebut harus tercakup (1) dilakukan oleh badan hukum
semua unsur-unsur dari suatu delik (tindak yang berbentuk perseorangan
pidana), atas dasar mana dapat dipidananya terbatas, perserikatan, yayasan atau
pelaku yang telah memenuhi unsur koperasi, maka penuntutan terhadap
tersebut.” badan-badan dimaksud dilakukan
baik terhadap mereka yang memberi
A. Tindak pidana Perbankan yang perintah melakukan perbuatan itu
berkaitan dengan perizinan atau yang bertindak sebagai
Tindak pidana di bidang perbankan pimpinan dalam perbuatan itu atau
yang tergolong dalam kelompok ini adalah terhadap kedua-duanya.”
tindak pidana yang berhubungan dengan
perizinan pendirian bank sebagai lembaga B. Tindak Pidana Perbankan yang
keuangan. Setiap orang yang ingin berkaitan dengan rahasia bank
mendirikan bank wajib memenuhi syarat- Sebagai lembaga keuangan yang
syarat atau ketentuan yang terdapat dalam mengelola dana masyarakat dalam jumlah
undang-undang. Apabila Pihak yang yang besar, maka salah satu hal yang harus
mendirikan bank tersebut tidak mendirikan dijaga oleh bank adalah kepercayaan
bank berdasarkan atas syarat atau ketentuan masyarakat terhadap bank. Kepercayaan
yang ditetapkan oleh undang-undang, maka masyarakat yang harus dijaga oleh bank
pihak pendiri bank tersebut dapat dikatakan tersebut adalah keterangan tentang data diri
telah melakukan tindak pidana di bidang dan keadaan keuangan nasabah. Tindak
perbankan dan bank yang telah didirikan pidana perbankan yang berkaitan dengan
tersebut dinamakan bank gelap. Pengaturan rahasia bank terdapat dalam Pasal 47 ayat
tentang tindak pidana yang berkaitan dengan (1), Pasal 47 ayat (2), dan Pasal 47A UU
perizinan tersebut diatur pada Pasal 46 UU Perbankan yang berbunyi:
Perbankan, sebagai berikut :

Ayat (1): “Barang siapa


menghimpun dana dari masyarakat Pasal 47
dalam bentuk simpanan berupa giro, Ayat (1): “Barangsiapa tanpa
deposito berjangka, sertifikat membawa perintah tertulis atau izin
deposito, tabungan, dan/atau bentuk dari Pimpinan Bank Indonesia
507| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

sebagaimana dimaksud dalam Pasal C. Tindak Pidana Yang Berkaitan


41, Pasal 41A, Pasal 42, dengan Dengan Pengawasan Dan
sengaja memaksa bank atau pihak Pembinaan Bank
terafiliasi untuk memberikan Untuk menjaga kelangsungan bank,
keterangan sebagaimana dimaksud maka setiap bank mempunyai keharusan
dalam Pasal 40, diancam dengan untuk mematuhi kewajibannya kepada pihak
pidana penjara sekurang-kurangnya yang bertanggungjawab dalam pengawasan
2 (dua) tahun dan paling lama 4 dan pembinaan bank, dalam hal ini Bank
(empat) tahun serta denda sekurang- Indonesia dan/ atau otoritas jasa keuangan.
kurangnya Rp. 10.000.000.000,- Hal tersebut mutlak diperlukan karena
(sepuluh miliar rupiah) dan paling sebagai lembaga yang mengelola uang
banyak Rp. 200.000.000.000,- (dua masyarakat dalam jumlah yang besar, maka
ratus miliar rupiah).” Bank Indonesia perlu mengetahui
bagaimana perjalanan kegiatan dan usaha
Ayat (2):“Anggota dewan komisaris, bank yang dituangkan dalam bentuk laporan.
direksi, pegawai bank atau pihak Bank yang tidak melakukan kewajiban
terafiliasi lainnya yang dengan sebagaimana dimaksud diatas, maka telah
sengaja memberikan keterangan melakukan tindak pidana di bidang
yang wajib dirahasiakan menurut perbankan. Tindak pidana yang termasuk ke
Pasal 40, diancam dengan pidana dalam jenis tindak pidana yang berkaitan
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) dengan Pengawasan dan Pembinaan Bank
tahun dan paling lama 4 (empat) terdapat dalam Pasal 48 ayat (1) dan Pasal 48
tahun serta denda sekurang- ayat (2), yang berbunyi:
kurangnya Rp. 4.000.000.000,-
(empat miliar rupiah) dan paling Ayat (1):
banyak Rp. 8.000.000.000,- (delapan “Anggota dewan komisaris, direksi,
miliar rupiah).” atau pegawai bank yang dengan
sengaja tidak memberikan
Pasal 47A keterangan yang wajib dipenuhi
“Anggota dewan komisaris, direksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
atau pegawai bank yang dengan 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34
sengaja tidak memberikan ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan
keterangan yang wajib dipenuhi pidana penjara sekurang-kurangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (dua) tahun dan paling lama 10
42A dan Pasal 44A, diancam dengan (sepuluh) tahun serta denda
pidana penjara sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya Rp.
2 (dua) tahun dan paling lama 7 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)
(tujuh) tahun serta denda sekurang- dan paling banyak Rp.
kurangnya Rp. 4.000.000.000,- 100.000.000.000,- (seratus miliar
(empat miliar rupiah) dan paling rupiah).”
banyak Rp. 15.000.000.000,- (lima
belas miliar rupiah).” Ayat (2):
“Anggota dewan komisaris, direksi,
atau pegawai bank yang lalai
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|508

memberikan keterangan yang wajib laporan kegiatan usaha, laporan


dipenuhi sebagaimana dimaksud transaksi atau rekening suatu bank.”
dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2)
dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 49 ayat (1) huruf c:
diancam dengan pidana kurungan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun “Anggota dewan komisaris, direksi,
dan paling lama 2 (dua) tahun dan/ aatau pegawai bank yang denagn
atau denda sekurang-kurangnya Rp. sengaja mengubah, mengaburkan,
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) menyembunyikan, menghapus, atau
dan paling banyak Rp. menghilangkan adanya suatu
2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).” pencatatan dalam pembukuan atau
dalam laporan, maupun dalam
D. Tindak Pidana Yang Berkaitan dokumen atau laporan kegiatan
Dengan Kegiatan Usaha Bank usaha, laporan transaksi atau
Kegiatan usaha suatu bank semakin rekening suatu bank, atau dengan
banyak dan bervariasi sejalan dengan sengaja mengubah, mengaburkan,
semakin tingginya persaingan usaha antar menghilangkan, menyembunyikan
bank, oleh karenanya bank wajib menjaga atau merusak catatan pembukuan
kepercayaan masyarakat dalam tersebut diancam dengan pidana
menggunakan dana nasabahnya secara penjara sekurang-kurangnya 5 (lima)
bertanggungjawab. Untuk itu, diatur pula tahun dan paling lama 15 (lima belas)
berbagai jenis tindak pidana terkait dengan tahun serta denda
usaha bank dalam UU Perbankan yaitu : sekurangkurangnya Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
Pasal 49 ayat (1) huruf a: rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
“Anggota dewan komisaris, direksi, rupiah).”
atau pegawai bank yang dengan
segaja membuat atau menyebabkan Pasal 49 ayat (2) huruf a:
adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau dalam proses “Anggota dewan komisaris, direksi,
laporan, maupun dalam dokumen atau pegawai bank yang dengan
atau kegiatan usaha, laporan sengaja meminta atau menerima,
transaksi atau rekening suatu bank.” mengizinkan atau menyetujui untuk
menerima suatu imbalan, komisi,
Pasal 49 ayat (1) huruf b: uang tambahan, pelayanan, uang atau
barang berharga, untuk keuntungan
“Anggota dewan komisaris, direksi, pribadinya atau untuk keuntungan
atau pegawai bank yang dengan keluarganya, dalam rangka
segaja menghilangkan atau tidak mendapatkan atau berusaha
memasukkan atau menyebabkan mendapatkan bagi orang lain dalam
tidak dilakukannya pencatatan dalam memperoleh uang muka, bank
pembukuan, atau dalam laporan, garansi, atau fasilitas kredit dari
maupun dalam dokumen atau bank, atau dalam rangka pembelian
atau pendiskontoan oleh bank atas
509| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

surat-surat wesel, surat promes, cek, Pemegang Saham Bank terdapat dalam
dan kertas dagang atau bukti beberapa pasal UU Perbankan yaitu:
kewajiban lainnya, ataupun dalam
rangka memberikan persetujuan bagi Pasal 49 ayat (2) huruf b
orang lain untuk melaksanakan “Anggota dewan komisaris, direksi,
penarikan dana yang melebihi batas atau pegawai bank yang dengan
kreditnya pada bank, diancam segaja tidak melaksanakan langkah-
dengan pidana penjara sekurang- langkah yang diperlukan untuk
kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling memastikan ketaatan bank terhadap
lama 8 (delapan) tahun serta denda ketentuan dalan undang-undang ini
sekurang-kurangnya Rp. dan ketentuan peraturan perundang-
5.000.000.000,00 (lima miliar undangan lainnya yang berlaku bagi
rupiah) dan paling banyak Rp. bank, diancam dengan pidana
100.000.000.000,00 (seratus miliar penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga)
rupiah).” tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp. 5.000.000.000,00
Menurut penjelasan Pasal 49 ayat (1) (lima miliar rupiah) dan paling
dan ayat (2) butir a dan b UU Perbankan, banyak Rp. 100.000.000.000,00
istilah pengawai bank dalam pasal tersebut (seratus miliar rupiah).”
mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam
ketentuan Pasal 49 ayat (1) dan ketentuan Pasal 50:
Pasal 49 ayat (2) butir a UU Perbankan “Pihak terafilisiasi yang dengan
bahwa yang dimaksud dengan pegawai bank segaja tidak melaksanakan langkah-
adalah semua pejabat dan karyawan bank, langkah yang diperlukan untuk
sedangkan dalam Pasal 49 ayat (2) butir b memastikan ketaatan bank terhadap
UU Perbankan yang dimaksud dengan ketentuan dalam undang-undang ini
pegawai bank adalah pejabat bank yang dan peraturan perundang-undangan
mempunyai wewenang dan tanggungjawab lainnya yang berlaku bagi bank,
tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha diancam dengan pidana penjara
bank yang bersangkutan. sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
dan paling lama 8 (delapan) tahun
E. Tindak Pidana Yang Berkaitan
serta denda sekurang-kurangnya Rp.
Dengan Sikap Dan/ Atau
5.000.000.000,00 (lima miliar
Tindakan Yang Dilakukan Oleh
rupiah) dan paling banyak Rp.
Pengurus, Pegawai, Pihak
100.000.000.000,00 (seratus miliar
Terafilisiasi, Dan Pemegang
rupiah).”
Saham Bank
Pasal 50A:
UU Perbankan menyatakan bahwa
“Pemegang saham yang dengan
tindak pidana yang termasuk ke dalam jenis
sengaja menyuruh dewan komisaris,
tindak pidana yang berkaitan dengan sikap
direksi, atau pegawai bank untuk
dan/atau tindakan yang dilakukan oleh
melakukan atau tidak melakukan
Pengurus, Pegawai, Pihak Terafiliasi, dan
tindakan yang mengakibatkan bank
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|510

tidak melaksanakan langkah-langkah “Dengan tidak mengurangi


yang diperlukan untuk memastikan ketentuan pidana sebagaimana
ketaatan bank terhadap ketentuan dimaksud dalam Pasal 47, Pasal 47A,
undang-undang ini dan ketentuan Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50A,
peraturan perundang-undangan Bank Indonesia dapat menetapkan
lainya yang berlaku bagi bank, sanksi administratif kepada bank
diancam dengan pidana penjara yang tidak memenuhi kewajibannya
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun sebagaimana dimaksud dalam
dan paling lama 15 (limabelas) tahun undang-undang ini, atau Pimpinan
serta denda sekurang-kurangnya Rp. Bank Indonesia mencabut izin usaha
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar bank yang bersangkutan.”
rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000,00 (seratus miliar Ayat (2):
rupiah),” “Sanksi administratif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), antara lain
Perbedaan antara kejahatan dan adalah:
pelanggaran pada umumnya dibedakan a. Denda Uang;
berdasarkan pembedaan kuantitatif (soal b. Teguran tertulis;
berat atau entengnya ancaman pidana). c. Penurunan tingkat kesehatan
Penggolongan tindak pidana tersebut juga bank;
telah diatur dalam UU Perbankan, yaitu d. Larangan untuk turut serta
dalam Pasal 51 UU Perbankan yang dalam kegiatan kliring;
berbunyi: e. Pembekuan kegiatan usaha
tertentu, baik untuk kantor
Ayat (1): “Tindak pidana cabang tertentu maupun untuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal bank secara keseluruhan;
46, Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48 f. Pemberhentian pengurus bank
ayat (1), Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal dan selanjutnya menunjuk dan
50A adalah kejahatan.” mengangkat pengganti
sementara sampai Rapat Umum
Ayat (2): “Tindak pidana Pemegang Saham atau Rapat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Anggota Koperasi mengangkat
48 ayat (2) adalah pelanggaran.” pengganti yang tetap dengan
persetujuan Bank Indonesia;
Selain sanksi pidana, pihak-pihak yang g. Pencantuman anggota,
melakukan tindak pidana di bidang pengurus, pegawai bank,
perbankan juga akan dikenakan sanksi pemegang saham dalam daftar
tambahan, yaitu sanksi administratif. Hal ini orang tercela di bidang
sesuai dengan ketentuan yang terdapat perbankan.
dalam Pasal 52 UU Perbankan, yang
berbunyi sebagai berikut: Ayat (3):
“Pelaksanaan lebih lanjut mengenai
sanksi administrative ditetapkan oleh
Ayat (1): Bank Indonesia;”
511| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

Mengenai perbuatan melanggar


hukum yang dilakukan korporasi dalam
menjalankan bisnisnya, dijelaskan Clinard Pelanggaran Sistem Prosedur Bank dan
dan Yeager bahwa : “Ada dua pandangan Berakibat menjadi Pelanggaran Hukum
Pidana di Bidang Perbankan
yang secara umum dapat dipakai untuk
menjelaskan kejahatan bisnis, yaitu model Pelanggaran sistem prosedur yang
tujuan yang rasional, yakni yang dilakukan oleh pegawai bank pada ketiga
mengutamakan untuk mencari keuntungan, kasus sebagaimana diuraikan pada Bab III
dan model organik yang menekankan pada sebelumnya akan dibahas secara
hubungan antara perusahaan dengan menyeluruh. Adapun pada pelanggaran
lingkungan ekonomi dan politiknya. Ruang sistem prosedur bank oleh pegawai bank ini
lingkup kejahatan korporasi juga dijelaskan mempunyai persamaan sebagaimana
oleh Steven Box, dimana ruang ingkup terdapat pada ketiga kasus tersebut, yaitu
kejahatan korporasi meliputi: para pelaku tersebut lebih dari satu orang.
1. Crimes for corporation, adalah Pelanggaran sistem prosedur bank ini tidak
pelanggaran hukum dilakukan oleh dapat dilakukan oleh satu orang saja, karena
korporasi dalam usaha untuk setiap pegawai bank mempunyai
mencapai tujuan korporasi untuk keterbatasan tugas dan tanggungjawabnya
memperoleh profit; sebagaimana yang ditetapkan oleh masing-
2. Criminal corporation, yaitu masing bank. Oleh karena itu, pelanggaran
korporasi yang bertujuan semata- sistem prosedur bank dengan maksud untuk
mata untuk melakukan kejahatan; mendukung perbuatan pidana perbankan
3. Crime against corporations, yaitu memerlukan peranan dari pegawai bank
kejahatan-kejahatan terhadap lainnya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di
korporasi seperti pencurian atau bawah ini secara terperinci pada setiap
penggelapan milik korporasi, yang kasus.
dalam hal ini yang menjadi korban
adalah korporasi. Pelanggaran sistem prosedur bank
Berdasarkan ruang lingkup yang diberikan ini dapat juga memenuhi pelanggaran
oleh Steven Box di atas dapat ditetapkan hukum pidana di bidang perbankan. Hal ini
bahwa yang dimaksud dengan kejahatan dapat ditinjau dari tindakan pelanggaran
korporasi dalam penelitian ini adalah sistem prosedur bank pada setiap kasus,
kejahatan korporasi yang berupa crimes for yaitu pegawai bank yang melakukan
corporation, yaitu kejahatan yang dilakukan pelanggaran sistem prosedur bank tersebut
korporasi dalam rangka mencari dituntut dan dinyatakan bersalah
keuntungan. berdasarkan ketentuan pidana yang terdapat
pada UU Perbankan, namun ada juga
pegawai bank yang melakukan pelanggaran
sistem prosedur bank tidak ikut dituntut
berdasarkan ketentuan pidana yang terdapat
ANALISA HUKUM TERHADAP
pada UU Perbankan. Aparat penegak hukum
TANGGUNGJAWAB PIDANA PEGAWAI
melakukan penegakkan hukum terhadap
BANK YANG MELAKUKAN
PELANGGARAN SISTEM PROSEDUR
para pelaku pidana tersebut dengan mengacu
BANK pada ketentuan UU Perbankan. Namun, hal
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|512

ini juga tidak tertutup kemungkinan untuk Perbankan yang Dilakukan oleh
aparat penegak hukum melakukan Pegawai Bank
penegakkan hukum dengan mengacu pada
Apabila ditinjau pelanggaran sistem
ketentuan pidana di luar UU Perbankan,
prosedur bank perbankan pada ketiga kasus
seperti KUHP ataupun Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak tersebut, maka modus operandi atau praktek
Pidana Pencucian Uang. pelanggaran sistem prosedur banknya
mempunyai persamaan satu sama lain.
4.1.1. Pelanggaran Sistem Prosedur Adapun penulis akan menguraikan
Bank dan Berakibat menjadi persamaan antara satu persatu kasus praktek
Pelanggaran Hukum Pidana di pelanggaran sistem prosedur bank dari
Bidang Perbankan berbagai perspektif, yaitu pelaku
pelanggaran, modus operandi pelangaran,
Kasus pencairan dana nasabah di dan tujuan yang hendak dicapai. Persamaan
Bank Kesawan Cabang Pembantu Muara
praktek pelanggaran sistem prosedur bank
Karang ini bermula dari perbuatan yang mencerminkan ciri khas pelanggaran standar
dilakukan oleh Tjoeng Ik Thin dengan operasional perbankan sekaligus tindak
maksud untuk memiliki uang nasabah secara pidana perbankan.
melawan hukum. Dalam mewujudkan
tujuannya tersebut, Tjoeng Ik Thin Pelaku pelanggaran sistem prosedur
melakukan pencairan dana nasabah dengan bank pada setiap kasus mempunyai
cara melakukan pemalsuan data dalam persamaan dalam jumlah pelaku
dokumen transaksi nasabah dan kemudian pelanggaran sistem prosedur bank tersebut.
melakukan ubah baris atas buku tabungan Berdasarkan ketiga kasus tersebut, maka hal
nasabah sehingga seakan-akan tidak terdapat ini dapat diketahui bahwa pelaku
transaksi pencairan dana pada buku pelanggaran sistem prosedur bank tersebut
tabungan nasabah. lebih dari satu orang. Setiap pelaku
pelanggaran sistem prosedur bank tersebut
Mengingat kewenangan Tjoeng Ik
saling bekerjasama sesuai dengan tugas dan
Thin sebagai teller tidak dapat melakukan kewenangannya masing-masing. Hal ini
pencairan dana nasabah pada sistem mengingat pihak internal bank mempunyai
prosedur bank tanpa persetujuan Sularto tugas dan wewenang yang terbatas, sehingga
selaku Manager Operasional, maka Tjoeng pihak internal bank kesulitan untuk
Ik Thin meminta persetujuan dari Sularto melakukan kejahatan hanya seorang diri
selaku atasannya, sedangkan tindakan saja.
selanjutnya yaitu melakukan ubah baris atas
buku tabungan nasabah dilakukan oleh Para pelaku pelanggaran sistem
Tjoeng Ik Thin dengan cara meminta User prosedur bank sekaligus tindak pidana ini
Id dan Password dari Estee selaku customer hampir keseluruhan melibatkan pihak
service sehingga Tjoeng Ik Thin dapat internal bank, termasuk pegawai bank.
mengakses sistem komputer customer Adapun para pelaku kejahatan yang
service dan melakukan ubah baris di mencakup pihak internal bank ini
melibatkan hubungan atasan dan bawahan.
4.2. Praktek Pelanggaran Sistem Hal ini berarti bahwa pelaku pelanggaran
Prosedur Bank dan Tindak Pidana sistem prosedur bank ini berjenjang, yaitu
dari pegawai bank tingkat sampai dengan
513| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

pegawai tingkat tinggi dapat ikut terlibat. b. Pemalsuan Data Finansial


Adapun terdapat hubungan kerjasama antar Perbankan
pihak internal bank dengan pihak luar dalam
Pemalsuan data-data atau laporan
melakukan kejahatan yang terkait
terkait dengan finansial dilakukan oleh
pelanggaran sistem prosedur bank. Apabila
ditinjau dari perspektif modus operandi atas pegawai bank untuk menutupi transaksi
kejahatan yang dilakukan oleh pegawai bank fiktif atau tindakan pengambilan dana
pada ketiga kasus ini mempunyai persamaan pada bank tersebut, sehingga pegawai
dan ciri khas atas pelanggaran sistem bank lainnya atau nasabah tidak
prosedur bank dan kejahatan ini. mengetahui adanya transaksi fiktif
tersebut. Adanya pemalsuan data atau
a. Pencairan atau Pengambilan Dana pada laporan ini dilakukan sedemikian rupa,
Bank Secara Ilegal agar pihak pegawai bank lainnya atau
nasabah berpikir seolah-olah tidak
Para pegawai bank melakukan tindakan
pernah terjadi pengambilan dana pada
pencairan dana pada bank dengan tidak bank. Hal ini dapat ditinjau pada kasus
sesuai sistem prosedur bank yang Estee dan Endang Sri Wahyuningsih,
berlaku, yaitu pencairan dana tersebut yaitu pemalsuan laporan keuangan oleh
dicairkan tanpa sepengetahuan atau izin Tjoeng Ik Thin dan Endang Sri
dari nasabah atau pihak bank. Wahyuningsih untuk menutupi dana
Berdasarkan tinjauan kasus Estee dan bank dan atau nasabah yang telah
Fiveri Yenti, maka dapat terlihat adanya berkurang. Adanya pemalsuan laporan
upaya pencairan dana nasabah yang atau data keuangan tersebut berakibat
dilakukan oleh pegawai bank dengan bahwa dana bank atau nasabah tidak
tanpa izin dari nasabah atau bank. Untuk pernah berkurang.
kasus Estee dan Fiveri Yenti ini, proses
pencairan dan pengambilan dananya c. Persetujuan Pihak Atasan Terkait
dilakukan secara online. Hal ini dapat Kejahatan oleh Pegawai Bank
diartikan bahwa proses pengambilan
dananya tidak dilakukan secara fisik Kejahatan yang dilakukan oleh pegawai
atau langsung, melainkan melalui bank hampir didominasi melalui proses
bantuan system komputer dimana uang persetujuan dari pihak atasan, baik
tersebut diambil secara online dan pemberi persetujuan diberikan
ditransfer ke rekening pihak lain. berdasarkan faktor kelalaian atau
kesengajaan. Adapun proses
Sedangkan, proses pengambilan dana
persetujuan dari pihak atasan ini
secara fisik atau secara langsung oleh
diperlukan oleh pegawai bank yang
pegawai bank ini dapat ditinjau pada
jabatannya lebih rendah, karena hal ini
kasus Endang Sri Wahyuninsih. Endang
Sri Wahyuningsih melakukan dilatarbelakangi adanya sistem
pengambilan dana secara langsung pengawasan yang ditetapkan oleh setiap
menggunakan tangannya pada saat bank. Persetujuan pihak atasan sebagai
proses pengisiin uang pada cartridge bentuk pengawasan dari pihak atasan
ATM. terhadap bawahan, supaya segala
kesalahan atau kerugian dapat dicegah
sedini mungkin. Oleh karena itu, setiap
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|514

tindakan yang dilakukan oleh bawahan atau memiliki dana tersebut adalah
memerlukan persetujuan dari atasan. melakukan transfer dana kepada
Contoh ini dapat ditinjau dari ketiga rekening pribadi atau pihak lain
kasus pada tesis ini, yaitu pegawai bank sebagaimana terdapat pada kasus
yang tingkatnya lebih rendah wajib Estee dan Fiveri Yenti.
meminta persetujuan atas tindakan
terkait operasional bank kepada pihak 4.3. Pertanggungawaban Pidana
atasannya, termasuk tindakan yang Pegawai Bank Yang Melakukan
terkait pelanggaran sistem prosedur Pelanggaran Sistem Prosedur
bank. Bank

Peran atasan dalam setiap kegiatan oleh Kejahatan perbankan pada ketiga
pegawai bank sangat penting, terutama kasus tersebut melibatkan pelaku lebih dari
satu orang. Keterbatasan tugas dan
oleh pegawai bank yang melakukan
tanggungjawab dari para pegawai bank
kejahatan. Adanya persetujuan dari
tersebut berakibat tindak pidana perbankan
pihak atasan dapat ditafsirkan bahwa
ini hanya dapat dilakukan secara
tindakan dari bawahannya telah
diperiksa dengan baik sesuai prosedur berkelompok. Adapun hal ini dipertegas
yang berlaku, sehingga proses bahwa pelaku kejahatan tersebut
selanjutnya atau tindakan yang disetujui memerlukan peranan dari pihak
tersebut dapat dilaksanakan oleh atasan/pemimpin dan bawahan/anak buah.
pegawai bank yang bersangkutan. Peran Hal ini terlihat jelas pada ketiga kasus
tersebut bahwa para pegawai bank yang
atasan dalam tindak kejahatan bank
jabatannya masih rendah tidak dapat
dan/atau pelanggaran sistem prosedur
bertindak sendiri, akan tetapi para pegawai
bank tidak hanya mencakup
bank tersebut memerlukan persetujuan atau
memberikan persetujuan terhadap
bawahannya, melainkan juga dapat izin dari pihak atasannya.
berperan sebagai orang yang memberi Alasan tindak pidana perbankan
perintah kepada pihak bawahannya melibatkan peran atasan dan bawahan adalah
untuk melakukan tindak kejahatan. sistem prosedur bank perbankan yang
mengatur sistem pengawasan terhadap
d. Penguasaan oleh Pegawai Bank atas kinerja pegawai bank. Pihak atasan yang
Dana Secara Ilegal berperan melakukan pengawasan terhadap
kinerja anak buahnya dalam mendukung
Tahapan selanjutnya ini merupakan kegiatan usaha bank. Pelanggaran hukum
tahapan terakhir atas rangkaian oleh pegawai bank dapat dicegah, apabila
kejahatan yang dilakukan oleh sistem pengawasan yang dilakukan pihak
pegawai bank. Setelah pencairan pengawas dapat berjalan dengan baik.
dana atau pengambilan dana
tersebut berhasil dilakukan, maka Inkonsistensi penegakkan hukum
pegawai bank akan melakukan terhadap persetujuan atasan terhadap
tindakan yang aman untuk dapat tindakan bawahannya menjadi polemik atau
menguasai atau memiliki dana keragu-raguan dalam menentukan atasan
tersebut. Salah satu tindakan yang dapat dimintakan pertanggungjawaban
dapat dilakukan oleh pegawai bank pidana. Salah satu unsur penting yang harus
tersebut dalam rangka menguasai dipertimbangkan atau ditinjau terhadap
515| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

pertanggungjawaban pidana atas selanjutnya dapat digunakan sebagai suatu


persetujuan atasan adalah unsur kerangka kerja (framework) untuk dapat
kesengajaan. Adanya unsur kesengajaan membimbing suatu organisasi ke
yang dipenuhi dalam suatu tindak pidana, peningkatan kinerja. Adapun 8 (delapan)
maka seseorang dapat dimintakan prinsip manajemen mutu yang menjadi
pertanggungjawaban pidana. Namun, landasan penyusunan ISO 9000 itu adalah
pertanyaan terkait dengan kesengajaan Fokus Pada Pelanggan, Kepemimpinan,
adalah kesengajaan seperti apa yang dapat Perlibatan Orang, Pendekatan Proses,
memenuhi pertanggungjawaban pidana. Pendekatan Sistem Pada manajemen,
Evaluasi ataupun revisi atas Perbaikan Berkesinambungan, Pendekatan
kebijakan, prosedur dan instruksi agar Fakta Pada Pengambilan Keputusan,
supaya sistem prosedur bank dapat berjalan Hubungan yang Saling Menguntungkan
dengan baik tentunya harus secara regular Dengan Pemasok.
dilakukan agar selalu dapat mengikuti
perkembangan atas setiap resiko operasional 4.4. Pertanggungjawaban Korporasi
maupun resiko hukum yang terjadi. Apabila Bank Terhadap Pelanggaran Sistem
keseluruhan hal ini dilakukan, maka secara Prosedur Bank
tidak langsung setiap pegawai bank akan Pertanggungjawaban pidana
berusaha maksimal dalam melaksanakan korporasi pada Bank atas kejahatan dari
fungsi dan tanggung jawabnya masing- pegawai banknya ini sebenarnya dapat
masing sehingga akan terhindar dari resiko diartikan bahwa bank betanggungjawab
hukum manakala terjadi pelanggaran sistem pidana atas kesalahan atau pelanggaran dari
prosedur yang ternyata dilakukan oleh pegawai banknya. Adanya subyek hukum
pelaku untuk melaksanakan perbuatan dapat dimintakan pertanggungjawabkan
pidana perbankan. secara pidana, maka kondisi ini dapat
Salah satu cara untuk mengetahui diterapkan dan didukung adanya peraturan
apakah keseluruhan kebijakan perusahaan perundang-undangan yang dilanggar oleh
telah secara konsisten dilakukan dengan baik bank sebagai korporasi. Ruang lingkup
adalah dengan mendaftarkan kepada badan peraturan perundang-undangan di Indonesia
yang berkaitan dengan pertanggungjawaban
penilai sistem manajemen mutu yang diakui
pidana korporasi bank adalah KUHP dan
oleh dunia international seperti ISO 9000
UU Perbankan.
dimana didalamnya teah ditetapkan syarat
KUHP dan UU Perbankan
maupun rekomendasi untuk desain dan
penilaian sistem manajemen mutu (SMM). mempunyai persamaan terhadap pengaturan
ISO 9000 adalah merupakan standar dari terkait dengan pelanggaran hukum pidana
sistem manajemen suatu organisasi yang yang dilakukan oleh korporasi. Ketentuan
apabila diterapkan dalam organisasi tersebut dalam KUHP dan UU Perbankan tidak
mengatur tentang pelanggaran hukum yang
akan mempengaruhi bagaimana produk itu
dilakukan oleh korporasi. Adapun kedua
dihasilkan, mulai dari tingkat perencanaan,
peraturan tersebut hanya memfokuskan
perancangan, pembuatan dan perakitan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
hingga penyerahan ke pelanggan, dimana
disusun berdasarkan pada 8 (delapan) individu sebagai subyek hukumnya. Hal ini
prinsip manajemen mutu. Prinsip-prinsip ini menjadi kelemahan dalam sistem hukum di
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|516

Indonesia, karena Indonesia masih usahanya berdasarkan sistem kepercayaan


mengakui dan memfokuskan pelanggaran dari masyarakat. Adanya hukuman pidana
hukum pidana yang diatur individu. yang berlebihan dapat juga menyebabkan
Kelemahan pengaturan pada KUHP dan UU kepercayaan masyarakat menjadi berkurang
Perbankan ini menjadi kekosongan hukum atau hilang, sehingga kegatan usaha bank
di Indonesia untuk mengatur tentang menjadi terganggu.
pelanggaran hukum pidana di bidang Pembatasan pengaturan terkait
perbankan oleh korporasi. dengan pertanggungjawaban pidana
Pengaruh ketiadaan peraturan yang korporasi ini terkait dengan tujuan dan
mengatur tentang pelanggaran hukum maksud dari tindak pidana tersebut.
pidana bagi korporasi adalah bank tidak Berdasarkan teori korporasi sebagaimana
dapat dimintakan pertanggungjawaban terdapat pada Bab 3 Tesis ini, korporasi dan
pidana secara korporasi. Apabila terjadi pegawainya merupakan satu kesatuan
pelanggaran hukum oleh pegawai bank, bagian dari suatu korporasi, sehingga tindak
maka pertanggungjawaban pidana yang pidana yang dilakukan oleh pegawainya
terjadi hanya terbatas pada wajar dapat dinyatakan sebagai tindak
pertanggungjawaban pada individu pidana korporasi. Penulis berpendapat
pengurusnya. Berkaitan dengan bank itu bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh
sendiri, maka bank sebagai korporasi pemegang saham, pihak manajemen, dan
tersebut terbebas dari tuntutan pegawai bank dapat dinyatakan sebagai
pertanggungjawaban pidana atas kelalaian tindak pidana korporasi, apabila tindak
dari pegawai bank dalam melakukan pidana yang dilakukan tersebut
kegiatan usaha bank. menguntungkan bank sebagai korporasi.
Pertanggungjawaban pidana Bank sebagai korporasi patut dimintakan
terhadap bank sebagai korporasi sebaiknya pertanggungjawaban pidana atas
perlu diterapkan untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh secara tidak
pentingnya peran pengawasan yang wajar dan melanggar hukum pidana tersebut.
dilakukan oleh seluruh pengurus internal Namun, tindak pidana yang dilakukan oleh
bank untuk lebih hati-hati dalam pihak pemegang saham, pihak manajemen,
menjalankan kegiatan usahanya. Selain itu, dan atau pegawai bank yang tidak
hal ini juga dapat meningkatkan berdampak keuntungan bagi bank, maka hal
perlindungan hukum terhadap nasabah yang ini sepatutnya bukan merupakan tindak
dirugikan oleh pegawai bank. Oleh karena pidana yang dilakukan oleh bank sebagai
itu, Pemerintah Indonesia perlu mengatur korporasi. Adapun hal ini sebagai
lebih lanjut terkait dengan tanggungjawab pidana secara individu dari
pertanggungjawaban pidana terhadap bank pemegang saham, pihak manajemen, dan
sebagai korporasi. atau pegawai bank itu sendiri.
Pengaturan hukum terhadap Terkait dengan kesalahan yang
pertanggungjawaban pidana korporasi oleh dilakukan oleh pegawai bank tersebut
bank ini juga perlu dibatasi cakupan sehingga membawa dampak kerugian
pertanggungjawaban pidana korporasinya, terhadap bank dan nasabah, maka tindakan
sehingga pengaturan hukum ini tidak hukum yang dapat dilakukan adalah
merugikan bagi bank sebagai korporasi. Hal mengajukan gugatan perdata terhadap
ini mengingat bahwa bank sebagai lembaga pegawai bank atas kerugian yang dialami
keuangan yang melakukan kegiatan oleh nasabah. Gugatan perdata ini bertujuan
517| Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol III No. 1, Maret - Juni 2014

untuk memintakan pertanggungjawaban b. Pelaku kejahatan selalu


bank sebagai korporasi secara perdata untuk membutuhkan peranan
memberikan ganti rugi kepada nasabah. pegawai lainnya yang
Ganti rugi terhadap nasabah ini untuk memiliki kewenangan dalam
menggantikan kerugian secara finansial atas alur sistem prosedur bank
dana nasabah yang dihilangkan oleh pihak agar tujuan perbuatannya
pegawai bank. Nasabah dapat mengajukan tidak dapat diketahui secara
gugatan perdata untuk meminta langsung.
pertanggungjawaban perdata kepada bank c. Pegawai bank lainnya yang
sebagai korporasi atas tindak kejahatan yang terlibat secara alur sistem
dilakukan oleh pegawai bank, karena prosedur bank belum tentu
hubungan hukum yang terbentuk terkait memiliki niat yang sama
tindakan penyimpanan dana pada bank dengan pelaku kejahatan.
adalah hubungan hukum antara bank sebagai d. Modus operandi yang
korporasi dengan nasabah. Hal ini menjadi dilakukan oleh pelaku
wajar bagi nasabah untuk memintakan tersebut dimaksudkan untuk
pertanggungjawaban perdata, agar dana melakukan pencairan atau
nasabah tersebut dapat dikembalikan secara pengambilan dana pada bank
utuh kepada nasabah. Selain itu, Pasal 1367 secara illegal dengan cara
KUHPER mengatur majikan melanggar sistem prosedur
bertanggunjawab atas kesalahan yang bank, antara lain pemalsuan
dilakukan oleh anak buah dalam rangka data pada dokumen
menjalankan perintah dari majikannya. perbankan.
Apabila dikaitkan dengan kejahatan yang
dilakukan oleh nasabah ini, maka bank 2. Pegawai bank dapat dimintakan
sebagai pemberi kerja dari pegawai bank pertanggungjawaban pidana atas
bertanggungjawab atas kerugian yang tindakan pelanggaran sistem
dilakukan oleh pegawainya. prosedur bank dengan syarat
pelanggaran sistem prosedur bank
PENUTUP tersebut dimaksudkan untuk
melakukan kejahatan yaitu untuk
menguasai atau memiliki dana yang
Kesimpulan disimpan pada bank secara illegal
1. Praktek atau modus pelanggaran atau melawan hukum, sedangkan
sistem prosedur bank yang dilakukan pegawai bank lainnya yang secara
pegawai bank dan mengakibatkan alur sistem prosedur bank juga
terjadinya tindak pidana perbankan melakukan pelanggaran sistem
dilakukan dengan ciri-ciri, sebagai prosedur bank namun tidak memiliki
berikut: niat untuk melakukan kejahatan
a. Tindak pidana perbankan tidak dapat dimintakan
selalu diikuti oleh pertanggungjawaban pidana.
pelanggaran sistem prosedur 3. Dalam hal terjadi pelanggaran sistem
bank. prosedur bank dan mengakibatkan
tindak pidana di bidang perbankan,
Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank…|518

bank secara korporasi tidak dapat 2. Aparat penegak hukum perlu memiliki
dimintakan pertanggungjawaban pengetahuan transaksi perbankan
pidana atas kejahatan yang dilakukan sehingga dapat konsisten dalam
pegawai bank karena peraturan melakukan penegakkan hukum di bidang
perundang-undangan perbankan perbankan terhadap penerapan
khususnya Pasal 49 Undang-Undang pertanggungjawaban pidana yang
No.10 tahun 1998 membatasi pelaku dilakukan oleh pegawai bank dengan
secara individu saja, yaitu Direksi, melihat secara jeli peranan maupun niat
Komisaris atau Pegawai Bank. yang dilakukan oleh pegawai bank yang
Dalam hal dampak atas perbuatan melakukan pelanggaran sistem prosedur
tersebut merugikan nasabah bank bank. Berbagai aspek untuk seseorang
yang bersangkutan, maka dapat dimintakan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban yang dapat pidana tersebut perlu diperhatikan
dituntut kepada bank selaku dengan baik, terutama ada tidaknya niat
korporasi adalah melakukan kejahatan.
pertanggungjawaban secara perdata. Pemerintah perlu mengatur lebih lanjut
peraturan perundang-undangan atas
Saran pertanggungjawaban bank selaku korporasi
khususnya dalam hal terdapat nasabah yang
1. Perlu adanya peraturan dari Bank
dirugikan sebagai akibat pelanggaran sistem
Indonesia yang mewajibkan bank untuk prosedur bank yang dilakukan oleh pegawai
selalu memastikan fungsi pengawasan bank dan mengakibatkan tindak pidana di
atas penerapan peraturan internal bank bidang perbankan.
telah dijalankan dengan baik dan benar
dan atau peran aktif Bank agar dapat
mendaftarkan kepada badan penilai
sistem manajemen mutu yang diakui
oleh dunia international seperti ISO 9000
sehingga konsistensi penerapan
kebijakan bank dapat terus dilakukan.

You might also like