Anggota Kelompok : Yogie Rivaldy (F24160001), Zhofran Murtadho (F2416009), Tristania K
(F24160049), M Fikri Haikal (F24160067), M. Arsy Aulia R (F24160104)
KARAKTERISTIK DAGING SAPI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROBA Kontaminasi mikroba yang dapat merusak daging dapat berasal sejak ternak masih hidup yaitu yang menempel dipermukaan kulit dan dalam rumen, maupun setelah ternak disembelih. Kontaminasi mikroba pada karkas maupun daging dapat terjadi sejak saat disembelih, proses penyiapan karkas hingga daging akan dikonsumsi. Seiring dengan semakin meningkatnya asam laktat, maka pH daging akan menurun dan menyebabkan berbagai mikroorganisme berkembang dengan cepat. Asam laktat daging sangat mempengaruhi nilai pH daging, dimana daging dengan asam laktat yang tinggi akan mempunyai pH daging yang rendah (Candra-Dewi, 2006). Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh kadar air yang dikandung oleh daging sapi. Menurut Hernando, et.al 2015, kelembaban dan kadar air berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Kandungan air tersebut dinyatakan dengan water activity, yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Fardiaz pada tahun 1992 mengatakan bahwa daging sapi mudah rusak dan merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan mikroba. Hal ini didukung dengan pernyataan Soeparno tahun 2005 yang mengatakan bahwa daging memiliki kadar air yang tinggi (68-75%) sehingga memenuhi syarat bagi pertumbuhan mikroorganisme. Umumnya, kadar air dalam daging berkisar antara 60-70% (Winarno dan Fardiaz 1980). Sedangkan pada 100 gram daging sapi mengandung air sebesar 66% (Hasbullah 2004). Bahan pangan asal ternak seperti daging serta olahannya mudah rusak dan merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba. Cemaran mikroba pada pangan asal ternak yang dapat membahayakan kesehatan manusia adalah Coliform, Escherichia coli, Enterococci, Staphylococcus aureus, Clostridium sp., Salmonella sp., Champhylobacter sp., dan Listeria sp. (Syukur 2006). Daging yang tercemar mikroba melebihi ambang batas akan menjadi berlendir, berjamur, daya simpannya menurun, berbau busuk, rasa tidak enak, dan menyebabkan gangguan kesehatan bila dikonsumsi (Djaafar dan Rahayu 2007). Mikroba yang dapat mencemari daging antara lain adalah Salmonella sp., E. coli, Coliform, Staphylococcus sp., dan Pseudomonas. Sumber terjadinya kontaminasi mikroba ada daging sapi terjadi terutama saat pengolahan dan penanganan produk tersebut. Berdasarkan penelitian Sugiyoto et.al tahun 2015, Coliform yang ditemukan pada daging sapi berasal dari kurang bersihnya alat potong daging dan tidak digunakannya air mengalir saat mencuci daging sapi. Kontaminasi mikroorganisme juga dapat terjadi melalui daging telah tercemar oleh coliform dan disebarkan melalui alat potong yang tidak dibersihkan. Kontaminasi juga terjadi pada saat penyiapan daging. Penelitan yang dilakukan Sugiyoto et.al tahun 2015 menyatakan bahwa penjualan daging yang dilakukan dengan cara menjual kiloan sesuai yang diinginkan oleh konsumen akan membuat banyaknya potongan-potongan atau sayatan pada daging yang digantung sehingga membuat luas permukaan daging bertambah dan mempermudah tumbuh kembang mikroba. Kemudian kandungan Salmonella sp. Juga ditemukan pada sampel daging sapi yang berdekatan dengan penjual daging ikan yang dapat mengontaminasi daging. Narumi (2009) yang mengemukakan bahwa, ikan dan air merupakan sarana penyebaran bakteri Salmonella sp Daftar Pustaka Candra-Dewi S H. 2006. Pengaruh Pemberian Gula, Insulin dan Lama Istirahat Sebelum Pemotongan Pada Domba Setelah Pengangkutan Terhadap Kualitas Kimia Daging. Prosiding Seminar Nasional, UNDIP Semarang. Djaafar, T.F. dan S. Rahayu. 2007. Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 26(2): 67−75. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengelolaan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hasbullah. 2004. Teknologi Cepat Guna Pengolahan Pangan. http://www.iptek.net.id Hernando, D., Septinova, D., Adhianto, K. Feb 2015. Kadar air dan total mikroba pada daging sapi di tempat pemotongan hewan (TPH) Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(1): 61-67. Narumi, H. E, Zuhriansyah, Mustofa, I. 2009. Deteksi Pencemaran Bakteri Salmonella sp. Pada Udang Putih (Penaeus Merguiensis) Segar di Pasar Tradisional Kotamadya Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan kelautan. Surabaya. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Sugiyoto, Kusuma Adhianto, Veronica W. 2015. Kandungan mikroba pada daging sapi dari beberapa pasar tradisional di bandar lampung. Jurnal Peternakan. 3(2):27-30 Syukur, D.A. 2006. Biosecurity terhadap Cemaran Mikroba dalam Menjaga Keamanan Pangan Asal Hewan. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, Bandar Lampung. Winarno, F.G.S. dan Fardiaz, S. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta (ID): PT Gramedia.