You are on page 1of 22

1. Jelaskan anatomi, histologi, fisiologi, dan biokimia organ terkait!

1.1. Anatomi Sistem Uropoetika


Ginjal (Ren) merupakan salah satu organ dari sistem urinaria, yang dimana
secara lengkap organa urinaria terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan urethra.
1.1.1. Morfologi, Struktur, dan Lokalisasi
Ren (L, Gk = nefros, I = kidney) ada dua buah, berada disebelah kiri
dan kanan columna vertebralis, retroperitoneal, setinggi vertebra lumbalis
1-4 pada posisi berdiri. Ren dexter terletak lebih rendah dari yang sinister
disebabkan karena adanya hepar yang berada disebelah cranial dari ren.
Pada wanita kedudukan dari ren kira-kira setengah vertebra lebih rendah
daripada pria.

Gbr.1: Lokalisasi ginjal (ren)

Berbentuk seperti kacang merah dengan ukuran rerata pada orang


dewasa yaitu dengan panjang 11 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm. Ukuran
berat kira-kira 135 – 150 gram dengan warna agak kecoklat-coklatan.
Mempunyai extremitas cranialis (= polus cranialis) dan extremitas inferior
(= polus caudalis), facies anterior dan facies posterior, kedua permukaan
ini bertemu pada margo lateralis dan margo medialis. Kira-kira pada
pertengahan margo medialis terbentuk suatu cekungan yang dinamakan
hilum renale, yang merupakan tempat masuk arteria renalis dan serabut-
serabut saraf serta tempat keluarnya vena renalis dan ureter. Kedua buah
ren dibungkus oleh suatu jaringan ikat yang membentuk capsula fibrosa,
dan membungkus juga struktur-struktur yang masuk dan meninggalkan
hilum renale. Capsula fibrosa ini dibungkus oleh jaringan lemak yang
bersama-sama dengan jaringan ikat membentuk fascia renalis.
Gbr.2: Struktur ren

Struktur ren terdiri atas cortex renalis dan medulla renalis, yang
masing-masing berbeda dalam warna dan bentuk. Cortex renalis berwarna
pucat, mempunyai permukaan yang kasar. Medulla renalis terdiri dari
pyramidales renale (= pyramis renalis malpighii) berjumlah antara 12-20
buah, berwarna agak gelap. Basis dari bangunan pyramid ini, disebut basis
pyramidis berada pada cortex, dan apexnya yang dinamakan papilla
renalis, terletak menghadap ke arah medial, bermuara pada calyx minor.
Pada basis dari setiap pyramid terdapat deretan jaringan medulla yang
meluas kearah cortex, disebut medullary rays. Pada setiap papilla renalis
bermuara 10-40 ductus yang mengalirkan urine ke calyx minor.

Gbr.3: Ginjal kanan dipotong beberapa lapisan, menampakkan parenkim dan pelvis renalis
1.1.2. Vaskularisasi Ren
Arteri Renalis dipercabangkan oleh aorta abdominalis di sebelah
caudal dari pangkal arteriao mesenterica superior, berada setinggi discus
invertebralis antara vertebra lumbalis I dan II, arteri renalis dextra berjalan
di sebelah dorsal vena cava inferior, memberikan percabangan yang
berjalan menuju ke glandula suprarenalis dan ureter. Di dalam sinus renale
arteria renalis mempercabangkan ramus primer yang disebut ramus
anterior yang besar dan ramus posterior yang kecil. Masing-masing arteri
tersebut berjalan masuk kedalam belahan anterior dan belahan posterior
ren. Ramus primer mempercabangkan arteri interlobaris , berada didalam
pyramid atau berjalan pada basis pyramid membentuk arcus yang disebut
arteria arcuata. Dari arteria arcuata dipercabangkan anteri interlobularis.
Arteri interlobularis berakhir sebagai arteriola glomerularis afferens
membentuk glomerulus. Pembuluh darah yang meninggalkan glomerulus
disebut arteriola glomerulus efferens, selanjutnya membentuk plexus
arteriosus dan dari plexus tersebut dipercabangkan arteriola recta yang
berjalan menuju pelvis renalis.

Gbr.4: Vaskularisasi Ren, Arteri Intrarenal dan Segmen Ren

Arteriola rectae membentuk plexus dan dari plexus ini darah mengalir
kedalam venulae rectae lalu menuju ke venae interlobulares, dari sini
menuju ke venae arcuatae dan selanjutnya bermuara ke dalam venae
interlobaris . vena interlobaris bermuara kedalam vena cava inferior.
Gbr.5: Arteri Renalis dan Vena, dan Innervasi In Situ

1.1.3. Innervasi Ren

Plexus renalis dibentuk oelh percabangan dari plexus coeliacus.


Serabut-serabut dari plexus tersebut berjalan bersama-sama dengan vena
renalis. Plexus suprarenalis juga dibentuk oleh percabangan dari plexus
coeliacus. Kadang-kadang mendapatkan percabangan dari nervus
splanchnicus major dan dari plexus lienalis. Plexus renalis dan plexus
suprarenalis mengandung komponen sympathis dan parasympathis yang
dibawa oleh nervus vagus.

Sumber : Iqbal Basri, Sitti Rafiah, Harfiah Djayalangkara, John Irwan, Nikmawati
Latief dkk. Buku Ajar Anatomi Biomedik 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. 2015
1.2.Histologi Sistem Uropoetika

Gbr.6: Ginjal; korteks, medula, piramid, dan papila renalis pandangan menyeluruh

Dalam potongan sagital, ginjal dibagi menjadi korteks terpulas gelap di


sebelah luar dan medulla terpulas terang di sebelah dalam. Korteks di lindungi
kapsul ginjal berupa jaringan ikat padat tidak teratur.

Unit fungsional ginjal disebut tubulus uniferus jumlahnya lebih dari satu juta
pada tiap ginjal. Tiap tubulus uniferus terdiri dari :

 Nefron
 Duktus koligentes
1.2.1. Nefron
Tiap nefron mulai dengan ujung buntu yang lebar yang melekuk
kedalam diisi oleh kumparan kapiler seperti jambul untuk membentuk
bangunan bulat kecil di sebut “korpuskel ginjal”.
Korpuskel ginjal ini berhubungan dengan tubulus ginjal yang terbagi
lagi menjadi sejumlah segmen dengan fungsi dan struktur berbeda.
Segmen – segmennya yaitu:
 Segmen pertama di sebut tubulus proksimalis, tubulus yang berjalan
berkelok-kelok disebut juga tubulus kontortus proksimalis, terdapat
pada korteks ginjal.
 Segmen tengah di sebut “ansa henle” merupakan bagian yang berjalan
lurus ke arah medula lalu melengkung (seperti jepitan rambut) dan
kembali berjalan lurus ke korteks sehingga di sebut lekungan Henle
segmen ini sangat tipis.
 Segmen terakhir di sebut tubulus dstalis yang juga berjalan berkelok –
kelok tetapi kelokan disini hanya sedikit saja ia juga di sebut tubulus
kontortus distalis yang terletak di korteks ginjal, bagian ini dimulai
dari makula densa.

 Korpuskel Ginjal
Merupakan bangunan permulaan dari nefron yang di temukan
di korteks ginjal. Inilah menyebabkan korteks tampak granular,
bentuknya bulat paa manusia diameternya 200 mm. Tiap korpuskel
terdiri dari jumbaian kapiler yaitu “ glomerulus” yang di bungkus
kapsula di sebut “kapsula bowman” terdiri dari dua lapisan, yaitu :
 Lapisan luar kapsula bowman disebut “lapisan parietalis” yang
terdiri dari epitel selapis gepeng yang duduk di atas membran
basalis.
 Lapisan dalam di sebut “lapisan viseralis: membungkus kapiler
glomerulus yang terdiri dari epitel selapis. Lapisan ini terdapat
ruangan antara kedua lapisan yang disebut “ruang kapsula” (ruang
urine)
Gbr.7: Korteks ginjal dan medula bagian atas

 Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal terdiri dari dua segmen yaitu segmen yang
jalan berkelok – kelok disebut juga bagian kontarta dan segemen yang
jalan lurus merupakan bagian akhir dari tubulus proksimalis dan juga
akan melanjutkan diri membentuk segmen awal dari lingkungan Henle.
Segmen kontorta ini semuanya terdapat pada korteks ginjal.
Mikroskopik tubulus proksimal yaitu :
 Di bentuk oleh dua jenis sel yaitu sel epitel selapis kubis renah dan
epitel selapis kubis tinggi (selapis torak rendah)
 Inti bulat di tengah
 Bersifat asidofil
 Permukaan sel menghadap lumen yang terdapat brush border
berupa mikrovili yang panjang dan tersusun sejajar dan rapat.
 Sitoplasma :
 Lisosom yang besar
 Mitokondria pada basal sel
 Vakuol banyak pada apikal sel
 Kompleks golgi terletak di sekitar inti
 R.E kasar dan halus
 Ansa Henle
Ansa henle ini panjangnya tergantung dari letak badan malpighi
dimana:
 Badan malpigi dekat dengan medulla (juksta medular) mempunyai
ansa henle yang panjang dan menembus jauh kedalam meulla
 Baan malpighi dekat kapsula yang mempunya ansa henle pendek
dan tidak masuk jauh kedalam medula.
Ansa henle terdiri dari tiga bagian :
1.2.1.3.1. Bagian lurus, jalan ke arah medula merupakan lanjutan dari
tubulus proksimal
1.2.1.3.2. Bagian yang melengkung
1.2.1.3.3. Bagian lurus jalan kearah korteks untuk kemudian
melanjutkan diri sebagai bagian lurus tubulus kontotus
distalis

Mikroskopik ansa henle:


 dibentuk oleh selapis gepeng
 inti gepeng
 sitoplasma menuju kelumen pada daerah inti dan hanya
mengandung sedikit organel
 Tubulus Kontortus Distalis
terdiri dari tiga bagian, yaitu
 bagian lurus, merupakan lanjutan dari pars asending ansa henle
 makula densa
 bagian kontorta = bagian berkelok – kelok

Mikroskopik bagian lurus tubulus distalis


 sel kubis rendah
 sitoplasma :
 asidofil
 mitokondria tersusun vertikal
 R.E kasar atau halus disekitar inti

Mikroskopik makula densa:


 Sel kubis rendah
 Inti sel besar
 Organel banyak.
Mikroskopik pars kontorta tubulus distalis:
 Sl berbentuk kubis
 Inti ditengah
 Kurang asidofil

 Ductus Koligentes
Ductus koligentes berjalan mulai dari korteks ke setiap ductus
koligentes ini menerima beberapa tubulus distalis, di alam medulla
ductus koligentes bergabung dengan ductus koligentes lainnya.
Mikroskopik ductus koligentes :
 Sel kubis sampai kolumnair
 Inti bulat di tengah
 Sitoplasma pucat
 Batas sel jelas
 Brush borer tidak di temukan
 Dianatara sel pucat terdapat sel yang gelap yang merupakan sel
sisipan yang jumlahnya makin sedikit di medula.
Gbr.8: Korteks ginjal: aparatus jukstaglomerular

Di dekat korpuskosum ginjal dan tubulus kontortus distal terdapat kelompok


khusus sel yang di sebut aparatus jukstaglomerular. Aparatus ini terdiri dari dua
komponen, sel jukstaglomerular dan makulla densa.

Sel jukstaglomerular adalah sekelompok sel otot polos modifikasi yang


terletak di dinding arteriol aferen tepat sebelum pembuluh ini masuk ke kapsul
glomerulus untuk membentuk glomerulus. Sitoplasma sel ini mengandung
granula sekretorik terbungkus – membran yang berisi enzim renin. Makula
densa adalah sekelompok sel tubulus kontortus distal yang mengalami
modifikasi. Sel makula densa dan sel juxtaglomerular di pisahkan oleh
membrana basalis yang tipis

Gbr.9: Korteks ginjal: korpuskulum ginjal, aparatus jusktaglomerular, dan tubulus kontortus.

Sumber : Atlas Histologi difiore edisi 11


Diktat histologi biomedik II fakultas kedokteran universitas
hasanuddin

1.3. Fisiologi Ginjal


Unit fungsional ginjal adalah “nefron”. Setiap nefron terdiri dari dua bagian
utama yaitu glomerulus, yang sering juga disebut dengan Kapsula Bowman, dan
tubulus. Tubulus terdiri dari tiga bagian yaitu tubulus proksimal, lengkungan
Henle (Loop of Henle), dan nefron distalis (tubulus distalis). Beberapa nefron
distalis ajan bersatu pada suatu segmen yang teakhir yang disebut duktus
kolektivus (tubulus kolektivus). Glomerulus, tubulus proksimalis dan distalis
terletak pada korteks, sedangkan lengkungan Henle dan duktus kolektivus terletak
pada medulla ginjal.
1.3.1. Fungsi Masing-Masing Bagian Nefron
Fungsi dari masing – masing bagian nefron, yaitu:
 Arteriol aferen, berfungsi untuk membawa darah ke glomerulus
 Glomerulus, berfungsi sebagai suatu berkas kapiler yang menyaring
plasma bebas protein ke dalam komponen tubulus
 Arteriol eferen, berfungsi untuk membawa darah dari glomerulus
 Kapsula bowman, berfungsi untuk mengumpulkan filtrat glomerulus
 Tubulus proksimal, berfungsi untuk mereabsorpsi dan sekresi tak
terkontrol bahan – bahan tertentu terjadi di sini
 Ansa henle, berfungsi untuk membentuk gradien osmotik di medula
ginjal yang penting bagi kemampuan ginjal untuk menghasilkan urine
engan konsentrasi beragam.
 Tubulus distal dan duktus koligentes, berfungsi untuk mereabsorpsi
terkontrol dan beragam Na+ dan H2O serta sekresi K+ dan H+ terjadi di
sini, cairan yan mrninggalkan duktus koligentes adalah urin dan akan
masuk ke pelvis ginjal.

1.3.2. Fungsi dan Proses Dasar Ginjal


Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis. Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang
sebagian besar diantaranya membantu mempertahankan stabilitas
lingkungan cairan internal:
 Mempertahankan keseimbangan air
 Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama
melalui regulasi keseimbangan H2O. Fungsi ini penting untuk
mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau keluar sel, yang masing
masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang
merugikan.
 Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, Termasuk
natrium, klorida, kalium,kalsium dan ion hidrogen, bikarbonat, fosfat,
sulfat,dan magnesium. Fluktuasi kecil konsentrasi sebgian elektrolit
ini dalam CES bahkan dapat berpengaruh besar. Sebagai contoh,
perubahan konsentrasi kalium CES dapat menyebabkan disfungsi
jantung yang dapat mematikan.
 Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini
dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam kesimbangan
garam (NaCl) dan H2O.
 Membantu mempertahankan kesimbangan asam basa tubuh yang
tepat dengan menyesuaikan pengeluaran Ion hidrogen dan
bikarbonat.
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan
asam basa melalui pengeluaran urin yang asam atau basa.
Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan
ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan
basa dari cairan ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh
ginjal adalah sebagai sebagai berikut: Sejumlah besar ion bikarbonat
disaring secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila ion
bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan
basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga
disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi
menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang
disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat
kehilangan asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih
banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang
diekskresikan, akan terdapat kehilangan basa.
Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini
dilakukan oleh ginjal melalui tiga mekanisme dasar, yaitu:
 Sekresi ion-ion hidrogen
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam
sel tubulus atau dibentuk melalui metabolisme sel di dalam
epitel tubulus. CO2 akan berikatan dengan H2O membentuk
H2CO3 melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik
anhidrase. H2CO3 segera berdisosiasi membentuk H+ dan ion
bikarbonat (HCO3-). HCO3-mengikuti gradien konsentrasi
melalui membran basolateral akan pergi ke cairan intertisial
ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular. Bersama dengan
itu H+ akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung daerah
lumen, proses ini berlangsung melalui transport aktif primer
pompa HATPase, transport aktif primer pompa H, K-ATPase,
di tubulus distal dan kolligens, serta transport-imbangan Na/H
di tubulus proksimal.
 Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring
Ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus akan
bereaksi dengan ion hidrogen yang disekresikan oleh olehsel-
sel tubulus membentuk H2CO3 oleh kerja enzim karbonik
anhidrase, yang kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O.
CO2 dapat bergerak dengan mudah memlewati membran
tubulus, oleh karena itu CO2 segera berdifusi masuk ke dalam
sel tubulus, tempat CO2 bergabung kembali dengan H2O, di
bawah pengaruh enzim karbonik anhidrase, untuk
menghasilkan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian
berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen, ion
bikarbonat kemudian berdifusi melalui membran basolateral
ke dalam cairan interstisial dan dibawa naik ke darah kapiler
peritubular.
 Produksi ion-ion bikarbonat yang baru.
Bila ion-ion hidrogen disekresikan ke dalam kelebihan
bikarbonat yang difiltrasi ke dalam cairan tubulus, hanya
sebagian kecil dari kelebihan ion hidrogen ini yang dapat
diekskresikan dalam bentuk ion hidrogen dalam urin. Alasan
untuk ini adalah bahwa pH minimal urin adalah sekitar 4,5.
Bila terdapat kelebihan ion hidrogen dalam urin, ion
hidrogen akan bergabung dengan penyangga selain
bikarbonat dan ini akan menghasilkan pembentukan ion
bikarbonat baru yang dapat masuk ke dalam darah, dengan
demikian membantu mengganti ion bikarbonat yang hilang
dari cairan ekstraseluler pada keadaan asidosis. Penyangga
yang paling penting dalam mekanisme ini adalah phospat
dan amonia.
 Mengeluarkan produk produk akhir metabolisme tubuh, misalnya urea,
asam urat, kreatinin, bilirubin, dan hormon metabolit. Jika dibiarkan
menumpuk banyak bahan bahan sisa ini bersifat toksik terutama bagi
otak.
 Mengekresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, adiktif
makanan,pestisida dan bahan eksogen non nutritif lain yang masuk ke
tubuh.
 Menghasilkan eritropoetin, suatu hormon yang merangsang sel darah
merah.
 Menghasilakan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu suatu
reaksi berantai yang penting dalam konservasi garam dan ginjal.
 Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Dalam menjalankan fungsi dasarnya, ginjal melakukan 3 proses dasar,


yaitu glomerulus, reabsoprsi tubulus, dan sekresi tubulus.

1.3.3. Filtrasi Glomerulus


Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas-protein
tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Dalam
keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses
ini, dikenal sebagai filtrasi glomerulus. Filtrasi glomerulus adalah langkah
pertama pembentukan urine, secara rata rata 125 ml/menit filtrat
glomerulus secara kolektif melalui glomerulus setiap hari,jumlah ini sama
dengan 180 liter per hari.
 Laju Filtrasi Glomerulus (Glomerular Filtration Rate)
Kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) adalah jumlah filtrat yang
terbentuk dari seluruh nefron pada ginjal setiap menit. faktor penting
yang menentukan kecepatan filtrasi glomerulus yaitu;
 Tekanan darah kapiler glomerulus
adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah didalam kapiler
glomerulus, tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung dan
resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol
dengan nilai rata rata 55 mmHg. Prinsip dari Hukum Starling dapat
digunakan untuk melihat keseimbangan tekanan ini. Pada kapiler
glomerulus, persamaan (equasi) Starling dapat dituliskan sebagai
berikut:
GFR = Kf [(Pg – Pb) – (𝜋g – 𝜋b)
Kf = koefisien filtrasi
Pg = Tekanan hidrostatik dalam kapiler glomerulus
Pb = Tekanan hidrostatik dalam kapsula Bowman
𝜋g = Tekanan onkotik plasma glomerulus
𝜋b = Tekanan onkotik cairan interstitial dalam Kapsula Bowman
 Tekanan osmotik koloid plasma
ditimbulkan distribusi tak seimbang protein-protein plasma kedua
sisi membran glomerulus, gaya osmotik yang melawan ini
memiliki tekanan 30 mmHg.
 Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Tekanan ini ditimbulkan oleh cairan dibagian awal tubulus,
tekakan ini cenderung mendorong cairan keluar kapsula bowman,
melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula
bowman.tekanan ini sekitar 15 mmHg

Sehingga, gaya total filtrasi adalah tekanan darah kapiler


glomerulus pada 55 mmHg sedangkan yang melawan filtrasi adalah 45
mmHg jadi perbedaan neto yang mendorong filtrasi dalah 10 mmHg
disebut tekanan filtrasi neto. Sedangkan laju filtrasi glomerulus
bergantung pada tekanan filtrasi neto dan luas permukaan glomerulus.

LFG = Kf x Tekanan filtrasi neto

Dalam keadaan normal rata rata sehari LFG 125 ml/menit.

1.3.4. Reabsorpsi tubulus


Semua konstituen plasma kecuali protein difiltrasi bersama melalui
kapiler glomerulus. Selain zat sisa dan kelebihan yang harus dikeluarkan
oleh tubuh,cairan filtrasi juga mengandung nutrien, elektrolit dan bahan
lain yang masih diperlukan tubuh. Proses penarikan kembali bahan bahan
tersebut dilakukan oleh tublus, secara umum tubulus memiliki kapasitas
reabsopsi yang besar untuk bahan yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh
karena itu tidak ada konstituen plasma yang bermanfaat bagii tubuh ada di
dalam urin. Dari 125ml/L cairan yang terfiltrasi biasanya 124 ml
direabsorpi sekitar 99%.

Proses reabsorpsi melalui:

o Transpor transepitel
Transpor transepitel terjadi pada sel sel tubulus yang disatukan
oleh taut erat. Taut erat umumnya menghambat zat mengalir antar sel
untuk masuk kedalam darah.
 Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati
membaran luminal sel tubulus
 Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sel
lainnya
 Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk
masuk ke interstitium.
 Bahan harus berdifusi melalui cairan intertisium.
 Bahan harus menembus dnding kapiler untuk masuk ke plasma
darah.
o Reabsorpsi pasif
Yaitu tidak ada pengeluaran energi pada perpindahan neto bahan
yanteradi dengan menurunya gradien elekrokimia atau osmotik.

o Reabsorpsi aktif
Perpindahan neto bahan dari lumen tubulus ke plasma terjadi
melawan gradien elektrkimia. Bahan bahan yang direabsorpsi
glukosa,asam amino, nutrien dan organik lainya. Pada proses
reabsorpsi bahan bahan yang dibutukan ditubulus bahan yang
direabsorpsi sacara aktif harus berikatan dengan karier di membran
plasma yang memindahkan mereka menembus membran. Setiap karier
bersifat spesifikuntuk jenis bahan yang dipindahkan. Contohnya SGLT
dapat memindahan glukosa tetapi tidak dapat memindahkan asam
amino. Pada keadaan semua karier tersebut tidak lgi dpaat menangani
pnumpan pada keaddan tersebut disebut maksimal tubulus atau T max.
Setiap bahan yang jumlahnya melebihi t max tidak aan direabsorpsi
kecuali natrium, jadi ginjal tidak memperlihatkan T max untuk natrium
karena aldosteron mendorong insersi karier natrium kalium.

1.3.4.1. Mekanisme multiplikasi countercurrent


Mekanisme Ini merupakan mekanisme pemekatan konsentrasi
yang dicapai di lengkung henle dan vasa rekta:
 Pars desenden
Pars desenden sangat permeabel terhadap H2O dan tidak
secara aktiv mengeluarkan Na, jadi ini adalah segmen
tubulus yang tidak melakukanya. Karena sangat oermeabel
terhadap H2O maka terjadi perpindahan H2O ke cairan
intertisium terus berlanjut hingga mencapai osmolaritas yang
sama yaitu 400 mOsm/L.
 Pars ascenden
Pada bagian bawah lengkung, massa cairan 400 mOsm/L
maka terdapat perbedaan kensentrasi 200 mOsm/L. Pompa
pars ascenden kembali memindahkan NaCl keluar,sehinnga
bila diperhatikan bahwa konsntrasi cairan tubulus meningkat
di pars desenden dan menurun di pars ascenden.
 Sewaktu darah mengalir mnyelusuri pars desenden vasa
recta, darah mengalami penyeimbangan dengan cairan
intertisium sekitar. Darah menyerap garam dan kehilangan
H2O sehinggan menjadi sangat hipertonik. Ketika darah
mengalir di pars ascenden garam berdifusi keluar intertisium.
Pertukaran tidak menciptakan gradien konsentransi tetapi
mempertahankan gradien karena darah masuk dan keluar
dengan osmaliritas yang sama.

Manfaat countercurrent yaitu:

 Perbedaan gradien ini pada saatnya digunakan untuk


pemekatan urin dlam keadaan dehidrasi.
 Pada saat cairan tubuh berlebih, ginjal dapat
mengeksresikan urin yang encer.

1.3.4.2. Mekanisme sistem Renin Angiotensin Aldosteron


Apparatus jukstaglomerular mengeluarkan suatu hormon
enzimatik yaitu renin yang dikeluarkan dalam darah sebagai respon
terhadap penurunan NaCl, volume CES, dan tekanan darah arteri.
Fungsi ini diperankan oleh sel makula densa:
o Sel granular berfungsi sebagai baroreceptor intrarenal, sel ini
peka tehadap perubahan tekanan arteriol aferen.
o Sel makula peka terhadap NaCl yang melewati tubular.
o Sel granular dipersarafi oleh saraf simpatis ketika tekanan
darah turun dibawah normal,refleks baroreceptor
meningkatka ktivitas simpatis untuk mengeluarkan banyak
renin.
Sinyal sinyal saling terkait untuk meningkatkan sekresi renin.
Setelah dieksresikan dalam darah, renin bekerja dengan
mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I.
Angiotenain I diproduksi oleh hati. Ketika melewati paru paru
angiotenisin I diubah menjadi angiotenain II oleh ACE.
Angiotensin II merupakan perangsang utama sekrasi hormon
aldosteron dari korteks adrenal.

Fungsi angiotensin II antara lain:

o merangsang aldosteron
o sebagai konstriktor poten arteriol sistemik yang secara
langsung meningkatkan reistensi perifeer total.
o Merangsang rasa haus untuk meningkatkan asupan cairan
o Merangsang vasopresin yaitu meningkatkan retensi H2O oleh
ginjal untuk menambah volume plasma dan tekanan arteri.

Sedangkan fungsi aldosteron antara lain:

o Meningkatkan reabsorpsi Na oleh tubulus gunjal.


o Tanpa aldosteron tidak terjadi reabsorppsi Na dependen
aldosteron ditubulus distal. Aldosteron disekresikan
bervariasi bergantung pada kebutuhan tubuh.
o Jadi dengan mengubah-ubah jumlah renin dan aldosteron
yang diseksresikan sesuai jumlah cairan tubuh,ginjal dapat
mempertahankan beban garam dan volume CES.

Fungsi Anti Diuretik Hormon (ADH)


Vasopresin diproduksi oleh beberapa badan sel saraf di
hipotalamus kemudian disimpan di kelenjar hipofisis posterior.
Hipotalamus mengontrol pelepasan vasopresin dengan
mekanisme umpan balik negatif, sekresi vasopresin di rangsang
oleh defisit atau kelebihan H2O. ADH bekerja merangsang
tubulus untuk meningkatkan reabsopsi air dan menyebabkan
kontriksi otot polos pembuluh darah sehingga meningkatkan
tekanan darah.
1.3.5. Sekresi Tubulus
Bahan-bahan yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen, K
serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa
asing bagi tubuh.
o Sekresi ion hidrogen penting bagi keseimbngan asam basa
o Sekresi ion kalium dikontrol oleh aldosteron
o Ion kalium secara kolektif berpindah dengan ah berlawanan di
berbagai bagian tubulus. Ion ini secara aktif direabsorpsi di tubulus
proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan
koligentes.

Beberapa faktor yang dapat mengubah laju sekresi kalium adalah


aldosteron. Hormon ini merangsang sekresi kalium oleh sel tubulus
prinsipal di akhir nefron sekaligus meningkatkan reabsorpsi natrium.

1.4. Biokimia urin


Seperti yang diketahui, urin normal yang baru selalu jernih, pH 4,8-7,4, dan
berat jenis 1,003 – 1,030. Warna kekuning-kuningan karena pengaruh pigmen yang
berwarna kuning (urokrom, hasil metabolisme bilirubin) dan baunya tidak enak.
Air merupakan komponen terbesar dari urin yang di dalamnya terkandung garam-
garam anorganik dan senyawa organik. Senyawa-senyawa anorganik yang berupa
kation: Na+, K+, Ca+, Mg+, NH4+ sedikit Fe+3, Cu+2, Zn2+, sedangkan yang
merupakan senyawa anion: Cl-, PO4-3, SO4-2, CO3-2, dan sedikit NO3-. Sebagian
besar senyawa organik yang terdapat dalam urin merupakan sampah dari proses
metabolisme, antara lain ureum, asam urat, kreatin, kreatinin, asam hipurat,
indikan, asam-asam amino, asam-asam organik (asam asetat, asam format, asam
butirat, asam sitrat, asam oksalat, asam laktat, asam glukoronat, asam benzoat).
Beberapa enzim (amilase, tripsin, lipase), beberapa hormon (hormon-hormon
kelamin), dan vitamin (vitamin C dan vitamin B) terdapat juga dalam urin. Urin
patologis kemungkinan mengandung protein, glukosa, aseton, bilirubin,
urobilinogen, dan urobilin.
1.4.1. Urea
Biosintesis urea berlangsung dalam 4 tahap: (1) transaminasi, (2) deaminasi
oksidatif glutamat, (3) transpor amonia, dan (4) siklus urea. Penggunaan kuar
(probe) DNA komplementer menunjukkan bahwa ekspresi RNA semua enzim
siklus urea di hati meningkatkan beberapa kali lipat pada saat kelaparan.
Meskipun peran fisiologisnya belum jelas, asam L-amino oksidase di hati dan
di ginjal mengubah asam amino menjadi suatu asam amino yang mengalami
dekomposisi menjadi asam ɑ-keto disertai pembakaran amonium. Flavin
teredukso mengalami reoksidasi oleh oksigen molekular dan membentuk hidrogen
perokida (H2O2), yang kemudian mejadi O2 dan H2O oleh katalase. Sintesis 1 mol
urea memerlukan 3 mol ATP, masing-masing 1 mol ion amonium, dan 1 mol
aspartat, serta menggunakan 5 enzim.

1.4.2. Kreatin dan Kreatinin


Kreatin dibentuk di otot dari kreatin fosfat melalui dehidrasi non-enzimatik
ireversibel dan penghilangan fosfat. Karena ekskresi kreatinin dalam urin 24 jam
setara dengan massa otot, nilai ini merupakan ukuran untuk memastikan spesimen
urin 24 jam, sudah dikumpulkan dengan lengkap. Glisin, arginin, dan metionin
ikut serta dalam biosintesis kreatin. Sintesis kreatin dituntaskan melalui metilasi
guanidoasetat oleh S-adenosilmetionin.

1.4.3. Uji Fungsi Ginjal


Uji fiungsi ginjal memberikan informasi penting mengenai fungsi
ginjal. Analisis ini mencakup penilaian ciri fisik dan kimia urin. Kebanyakan
parameter ini sekarang dapat diukur di tempat (bedside) secara semikuantitatif.
Dipstick adalah strip plastik yang diisi bahan kimia tertentu. Salah satu bagian
strip yang mengandung bahan kimia dicelup ke dalam sampel urin dan
bereaksi dengan zat kimia didalamnya menghasilkan perubahan warna setara
dengan konsentrasi zat sampel dalam urin
Urea dan kreatinin serum adalah penanda fungsi ginjal. Kedua zat ini
terutama diekskresi di urin. Karena itu, penurunan fungsi ginjal dikaitkan
dengan peningkatan kadar zat-zat ini dalam serum. Kreatinin dianggap sebagai
penanda fungsi ginjal yang lebih baik dibandingkan urea karena kadar
darahnya tidak terpengaruh secara bermakna oleh faktor nonginjal sehingga
kreatinin merupakan indikator fungsi ginjal yang spesifik. Sejumlah faktor
praginjal (asupan protein dan makanan, perfusi ginjal, dll.) dan faktor
pascaginjal meningkatkan kadar urea secara bermakna.
Sumber:

Murray, Robert K. dkk. 2014. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8.


Jakarta: EGC

Sari, Mutiara Indah. 2010. Fungsi Sistem Ginjal dalam Homeostasis pH.
Jakarta: EGC

You might also like