You are on page 1of 16

Vol. 1 No.

1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 13

TEORI KEAGENAN DAN MANAJEMEN LABA

Oleh: Sunarto
Fakultas Ekonomi Unisbank Semarang

Abstract

The aim of this is to paper explained management motive in reporting earning


based on agency theory. There are two motives underlying management in reporting
earning. If the motive fully reflect how to meet principles maximum wealth, called
signaling motive.
By opportunistic motives, management conducting earning management in
reporting earning. While, by signaling motive management effort to apply
accounting method that result earning more persistence.

Keywords: agency theory, earnings management, opportunistic and signaling.

PENDAHULUAN pendekatan neraca (balance sheet) atau


pendekatan laba-rugi (income
Teori keagenan menyatakan bahwa
statement). Pada pendekatan pertama
perusahaan yang memisahkan fungsi
(pendekatan neraca), accounting rule
pengelolaan dan kepemilikan akan
menentukan nilai yang terbawa dalam
rentan terhadap konflik keagenan
neraca, dan perubahan nilai ini mengarah
(Jensen and Mackling, 1976). Pada
pada pengukuran revenue dan expenses.
model keagenan dirancang sebuah
Pada pendekatan kedua (pendekatan
sistem yang melibatkan kedua belah
laba-rugi) adalah menentukan secara
pihak yaitu manajemen dan pemilik.
langsung revenue dan expenses, dan hal
Selanjutnya, manajemen dan pemilik
ini akan bermanfaat untuk meng-update
melakukan kesepakatan (kontrak) kerja
nilai balance sheet periode sebelumnya
untuk mencapai manfaat (utilitas) yang
(Ohlson, 2006).
diharapkan. Lambert (2001) menyatakan
Pernyataan Standar Akuntansi
bahwa dalam kesepakatan tersebut
Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan
diharapkan dapat memaksimumkan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah
utilitas pemilik (principal), dan dapat
memberikan informasi tentang posisi
memuaskan serta menjamin manajemen
keuangan, kinerja dan arus kas
(agent) untuk menerima reward.
perusahaan yang bermanfaat bagi
Manfaat yang diterima oleh kedua belah
sebagian besar kalangan pengguna
pihak didasarkan pada kinerja
laporan dalam rangka membuat
perusahaan. Pada umumnya, kinerja
keputusan-keputusan ekonomi serta
perusahaan diukur dari profitabilitas
menunjukkan pertanggungjawaban
(Penman, 2003). Besarnya profitabilitas,
manajemen atas penggunaan sumber-
selanjutnya diinformasikan oleh
sumber daya yang dipercayakan kepada
manajemen kepada pihak pemilik
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan
melalui penyajian laporan keuangan.
tersebut, suatu laporan keuangan
Penyajian laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai
merupakan produk akhir dari akuntansi
perusahaan yang meliputi: aktiva,
keuangan. Hal penting dalam akuntansi
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan
keuangan adalah penilaian/ pengukuran
beban termasuk keuntungan dan
(valuation/measurement) melalui
kerugian, dan arus kas (paragraf 05).
14 Sunarto Kajian Akuntansi

Selanjutnya, dinyatakan bahwa keinformasian laba, maka kebijakan


perusahaan harus menyusun laporan tersebut akan meningkatkan kualitas
keuangan atas dasar akrual, kecuali laba, sehingga laba semakin persisten.
laporan arus kas (paragraf 19). Kedua, jika kebijakan tersebut tidak
Sesuai dengan agency theory, membawa keinformasian laba
motivasi manajemen akrual dapat (uninformative earnings), maka
dikelompokkan ke dalam dua kategori: kebijakan tersebut akan menurunkan
opportunistic dan signaling (Beaver, kualitas laba, sehingga laba menjadi
2002). Pada motivasi opportunistic, kabur (opaque).
manajemen melalui kebijakan Artikel ini bermanfaat untuk
aggressive accounting menghasilkan memberikan arah secara konseptual
angka laba lebih tinggi daripada laba mengenai hubungan antara teori
yang sesungguhnya. Apabila laporan keagenan dan manajemen laba. Pada
laba tidak dapat menggambarkan laba teori keagenan, manajemen menyajikan
yang sesungguhnya, maka laporan laba laporan keuangan dapat dimotivasi oleh
mengarah pada overstate earnings. Laba dua motivasi: opportunistic dan
yang mengarah pada overstate earnings signaling. Motivasi tersebut mendorong
mengakibatkan laba menjadi kabur manajemen melakukan manajemen laba
(opaque). Motivasi opportunistic yang (earnings management). Pada motivasi
dilakukan oleh manajemen berhubungan opportunistic, manajemen cenderung
dengan kompensasi berdasarkan kontrak manyajikan laba lebih tinggi daripada
yang disepakati dengan pihak pemilik. yang sesungguhnya, karena
Pada motivasi signaling, berhubungan dengan kompensasi.
manajemen menyajikan informasi Sementara pada motivasi signaling,
keuangan (khususnya laba) diharapkan manajemen cenderung menyajikan laba
dapat memberikan sinyal kemakmuran yang mempunyai kualitas, karena
kepada para pemegang saham. Laporan berhubungan dengan evaluasi kinerja
laba yang dapat memberikan sinyal dan selanjutnya digunakan sebagai
kemakmuran adalah laba yang relatif sinyal kepada para pemegang saham.
tumbuh dan stabil (sustainable). Penman
dan Zhang (2002) menyatakan bahwa PEMBAHASAN
sustainable earnings adalah laba yang Pada pembahasan ini disajikan
mempunyai kualitas tinggi dan sebagai beberapa konsep meliputi: agency
indikator future earnings; dan theory, earnings management, earnings
selanjutnya disebut sebagai persistensi persistence, dan earnings opacity.
laba (Sloan, 1996; Dechow dan Dichev, Secara rinci konsep-konsep tersebut
2002; Francis, LaFond, Olsson dan disajikan berikut.
Schipper, 2004).
Berdasarkan PSAK No. 1 dan
pernyataan Beaver (2002) dapat Teori Keagenan (Agency Theory)
dinyatakan bahwa manajemen laba yang Teori keagenan menyatakan bahwa
dilakukan oleh manajemen lebih banyak antara manajemen dan pemilik
didasarkan pada manajemen akrual, dan mempunyai kepentingan yang berbeda
lebih khusus lagi akrual diskresi. (Jensen dan Meckling, 1976).
Kebijakan akrual diskresi yang Perusahaan yang memisahkan fungsi
dilakukan oleh manajemen membawa pengelolaan dan kepemilikan akan
dua konsekuensi. Pertama, jika rentan terhadap konflik keagenan
kebijakan tersebut membawa (Lambert, 2001). Dalam model keagenan
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 15

dirancang sebuah sistem yang yang akan diterima oleh manajemen


melibatkan kedua belah pihak, sehingga (agent). Karena kepentingan yang
diperlukan kontrak kerja antara pemilik berbeda sering muncul konflik
(principal) dan manajemen (agent). kepentingan antara pemegang saham/
Dalam kesepakatan tersebut diharapkan pemilik (principal) dengan manajemen
dapat memaksimumkan utilitas (agent).
principal, dan dapat memuaskan serta Pada dasarnya agency theory
menjamin agen untuk menerima reward merupakan model yang digunakan untuk
dari hasil aktivitas pengelolaan memformulasikan permasalahan
perusahaan. Perbedaan kepentingan (conflict) antara manajemen (agent)
antara pemilik dan manajemen terletak dengan pemilik (principal). Model
pada maksimalisasi manfaat (utility) principal-agent dapat digambarkan
pemilik (principal) dengan kendala dalam gambar-1 sebagai berikut
(constraint) manfaat (utility) dan insentif (Lambert, 2001):
Gambar-1
Model Principal-Agent
…………
Contract s(x,y) Agent selects Performance measures Agent is paid s(x,y)
Agreed Upon action (a) (x,y,etc.) observed Principal keeps x-s(x,y)

Pada gambar tersebut “s”


merupakan fungsi kompensasi yang keuangan. Dalam sistem desentralisasi,
akan dijadikan dasar dan bentuk fungsi manajemen mempunyai informasi yang
yang menghubungkan pengukuran superior dibandingkan dengan pemilik,
kinerja dengan kompensasi agen; “y” karena manajemen telah menerima
menunjukkan vector pengukuran kinerja pendelegasian untuk pengambilan
berdasarkan kontrak. Berdasarkan keputusan/ kebijakan perusahaan. Ketika
kontrak tersebut agen akan menyeleksi pemilik tidak dapat memonitor secara
dan atau melakukan aktivitas (action sempurna aktivitas manajemen, maka
“a”) yang meliputi kebijakan secara potensial manajemen dapat
operasional (operation decisions), menentukan kebijakan yang mengarah
kebijakan pendanaan (financing pada peningkatan level kompensasinya.
decision), dan kebijakan investasi Pada model hubungan principal-agent,
(investment decisions). Sedangkan “x” seluruh tindakan (actions) telah
menunjukkan “outcome” atau hasil yang didelegasikan oleh pemilik (principal)
diperoleh perusahaan, dan selanjutnya kepada manajer (agent). Rajan dan
digunakan sebagai dasar pengukuran Saouma (2006) menunjukkan bahwa
kinerja dan kompensasi agen. arus informasi hubungan antara
Kinerja perusahaan yang telah principal-agent dapat digambarkan pada
dicapai oleh pihak manajemen gambar-2 berikut.
diinformasikan kepada pihak pemilik
(principal) dalam bentuk laporan
16 Sunarto Kajian Akuntansi

Gambar- 2
Urutan Arus Informasi - Model Hubungan Principal-Agent
Time Line
0 1 2 3
..…….......….
s contract contract efforts π compensation
revealed menu offered selected chosen realized made
by owner by manager

Berdasarkan gambar 2.2 tersebut, dinyatakan bahwa besarnya kompensasi


maka urutan arus informasi dapat yang diterima oleh pihak manajemen
dijelaskan berikut. Pertama, pada (agent) tergantung pada besarnya laba/
periode nol (time 0) manajer menerima profit (π) yang dihasilkan sesuai dengan
sinyal, s dan pada periode satu (time 1) kontrak yang telah disepakati dengan
pemilik menawarkan kepada manajer pihak pemilik.
satu menu kontrak. Jika manajer setuju,
maka manajer mengkomunikasikan Manajemen Laba (Earnings
pilihan kontraknya kepada pemilik; Management)
sebaliknya jika manajer menolak, maka Scott (2000) menyatakan bahwa
hubungan berakhir. Kedua, pada periode “earnings management is the choice by
dua (time 2), manajer memilih level a manager of accounting policies so as
aktivitas (effort) dan konsekuensinya to achive some specific objective”.
dengan profit yang dihasilkan (π). Berdasarkan pernyataan tersebut
Ketiga, pada periode tiga (time 3), menunjukkan bahwa manajemen laba
pemilik membayar kompensasi kepada merupakan pilihan kebijakan akuntansi
manajer berdasarkan kontrak yang telah oleh manajer untuk berbagai tujuan
disepakati. spesifik. Kebijakan akuntansi
Model hubungan principal-agent dikelompokkan ke dalam dua kategori.
diharapkan dapat memaksimumkan Pertama, pilihan kebijakan akuntansi itu
utilitas principal, dan dapat memuaskan sendiri, seperti straight-line versus
serta menjamin agen untuk menerima declining-balance amortization, atau
reward dari hasil aktivitas pengelolaan kebijakan untuk pengukuran revenue;
perusahaan. Ketika pemilik tidak dapat dan kedua akrual diskresi, seperti provisi
memonitor secara sempurna aktivitas kerugian kredit, biaya jaminan, nilai
manajemen, maka secara potensial persediaan, waktu dan jumlah pos luar
manajemen dapat menentukan kebijakan biasa. Ada dua cara untuk melihat
yang mengarah pada peningkatan level perilaku manajemen laba. Pertama,
kompensasinya. Rajan dan Saouma perilaku opportunistic manajemen untuk
(2006) menyatakan bahwa besarnya memaksimumkan utilitas mereka
kompensasi yang diterima oleh pihak mengenai kompensasi, debt contract,
manajemen (agent) tergantung pada dan political cost; dan kedua,
besarnya laba/ profit (π) yang dihasilkan manajemen laba dari perspektif efficient
sesuai dengan kontrak yang telah contracting.
disepakati dengan pihak pemilik Healy (1985) menyatakan bahwa
(owner). Besarnya laba yang ada dua pendekatan yang dapat
diinformasikan melalui laporan digunakan untuk mendeteksi perilaku
keuangan, tidak terlepas dari kebijakan manajemen me-manage laba. Pertama,
akuntansi yang dibuat oleh manajemen. mengontrol jenis akrual, dimana akrual
Berdasarkan uraian tersebut, dapat secara luas didefinisikan sebagai porsi
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 17

item penerimaan dan pengeluaran optimistic menjamin klaim terhadap


(revenue and expenses) pada laporan produknya.
laba-rugi yang tidak direpresentasikan Kebijakan manajemen yang
oleh arus kas; dan kedua, perubahan didasari oleh motivasi opportunistic
kebijakan akuntansi. Selanjutnya, Healy cenderung melakukan manipulasi laba
menyatakan bahwa akrual diskresi melalui berbagai macam dimensi, seperti
digunakan sebagai proxy total akrual. dimensi-dimensi earning opacity:
Asumsi yang digunakan adalah akrual earnings aggressiveness, loss avoidance,
non-diskresi relatif kecil terhadap akrual dan earnings smoothing (Bhattacharya
diskresi, sehingga total akrual tinggi et al., 2003). Earnings aggressiveness
mengandung akrual diskresi tinggi. Total adalah output dari kebijakan aggressive
akrual dapat dihitung dengan dua cara. accounting dan merupakan cara terbaik
Pertama, menghitung perubahan setiap yang digunakan oleh manajemen dalam
akun neraca yang merupakan subyek memanipulasi laba, terutama dengan
akrual; dan kedua, menghitung cara meningkatkan laba secara temporer
perbedaan antara net income dan cash (Penman, 2003). Kothari (2001)
flow. menyatakan bahwa dampak dari
Manajemen melakukan perusahaan yang melakukan aggressive
peningkatan laba melalui kebijakan accounting adalah nilai buku sekarang
akrual dapat dideteksi dari empat items (current book value) aktiva dan laba
akrual yaitu: biaya amortisasi, lebih tinggi daripada nilai yang
peningkatan net accounts receivable, sesungguhnya.
peningkatan inventory, dan penurunan Beaver (2002) juga menunjukkan
accounts payble and accrual liabilities. bahwa dalam manajemen akrual,
Biaya amortisasi merupakan akrual non- perusahaan dapat melakukan manajemen
diskresi, diasumsikan bahwa kebijakan laba melalui beberapa karakteriksik
mengenai amortisasi adalah given. perusahaan (seperti: overstate earnings,
Peningkatan piutang dagang loss avoidance, dan income smoothing).
diasumsikan berasal dari penurunan Motivasi manajemen akrual
penyisihan piutang (allowance for dikelompokkan ke dalam motivasi
doubtful account) yang merupakan hasil opportunistic dan signaling. Motivasi
dari estimasi yang kurang konservatif. opportunistic mendorong manajemen
Hal ini merupakan akrual diskresi, menyajikan laporan keuangan
karena manajemen secara fleksibel dapat (khususnya laporan laba) lebih tinggi
mengendalikan jumlah penyisihan daripada yang sesungguhnya (Penman,
piutang tersebut; atau karena kebijakan 2003). Sedangkan pada motivasi
kredit dan pencatatan saldo piutang pada signaling, manajemen cenderung me-
awal dan akhir periode. Namun, jika manage akrual yang mengarah pada
peningkatan piutang disebabkan oleh persistensi laba (Sloan, 1996; Dechow
peningkatan volume bisnis, maka akrual dan Dichev, 2002). Hal ini dapat
tersebut merupakan akrual non-diskresi. dilakukan dengan cara memperbaiki
Demikian pula peningkatan inventory kualitas laporan keuangan melalui
yang tidak disebabkan oleh perubahan angka-angka akuntansi yang mengarah
volume merupakan akrual diskresi. pada kualitas laba.
Penurunan utang dagang dan kewajiban Motivasi opportunistic mendorong
akrual juga merupakan akrual diskresi, perilaku manajemen untuk menyajikan
dengan asumsi bahwa penurunan ini laporan laba secara smooth. Manajemen
berasal dari manajemen yang lebih melakukan smoothing laba mempunyai
18 Sunarto Kajian Akuntansi

harapan bahwa kompensasi (reward) manajemen juga mempunyai harapan


yang diterima dapat memuaskan dan untuk meningkatkan utilitas dan insentif
adanya jaminan kompensasi dalam yang akan diterima oleh manajemen
jangka panjang. Sesuai dengan literatur melalui kompensasi. Pada motivasi
income smoothing, manajemen lebih signaling, manajemen melakukan
banyak menggunakan metode akuntansi manajemen laba dalam rangka
untuk mengurangi fluktuasi laba memberikan sinyal kemakmuran
daripada memaksimalkan atau pemegang saham. Pada motivasi
meminimalkan laba (Moses, 1987). signaling ini, manajemen harus dapat
Tindakan ini dilakukan untuk menjaga menyajikan laporan yang mempunyai
stabilitas laporan laba dari waktu ke kualitas tinggi (persisten). Persistensi
waktu dengan harapan kinerja laba mengandung makna bahwa laba
perusahaan dipandang sustainable. saat ini dapat digunakan sebagai
Motivasi opportunistic dapat dilakukan indikator laba periode berikutnya.
oleh manajemen melalui kebijakan Berbagai konsep tersebut disajikan
aggressive accounting yang mengarah secara mendalam berikut.
pada overstate earnings (earnings
aggressiveness) dan earnings smoothing. Persistensi Laba (Earnings
Bhattacharya et al. (2003) menyatakan Persistence)
bahwa earnings aggressiveness dan Persistensi laba merupakan laba
earnings smoothing akan menciptakan yang dapat digunakan sebagai indikator
earnings opacity. future earnings. Persistensi laba yang
Pada motivasi signaling, sustainable dinyatakan sebagai laba
manajemen melakukan kebijakan akrual yang mempunyai kualitas tinggi;
yang mengarah pada persistensi laba. sebaliknya jika laba unusual dinyatakan
Motivasi signaling mendorong sebagai laba yang mempunyai kualitas
manajemen menyajikan laporan laba jelek (Penman dan Zhang, 2002).
yang dapat mencerminkan laba Penman (2003) membedakan laba ke
sesungguhnya. Beberapa literatur dalam dua kelompok: sustainable
menyatakan bahwa signaling theory earnings (earnings persistent atau core
merupakan effect yang timbul dari earnings), dan unusual earnings atau
pengumuman laporan keuangan yang transitory earnings. Persistensi laba
ditangkap oleh para pemakai laporan merupakan laba yang mempunyai
keuangan (terutama investor). Signaling kemampuan sebagai indikator laba
effect dihasilkan oleh informasi baru, periode mendatang (future earnings)
dan bukan oleh issue yang terjadi yang dihasilkan oleh perusahaan secara
(Penman, 2003). Atas dasar motivasi berulang-ulang (repetitive) dalam jangka
signaling, manajemen terdorong untuk panjang (sustainable). Sedangkan
menyajikan laporan laba yang mengarah unusual earnings atau transitory
pada persistensi laba. earnings merupakan laba yang
Berdasarkan uraian tersebut dihasilkan secara temporer dan tidak
menunjukkan bahwa perilaku dapat dihasilkan secara berulang-ulang
manajemen (khususnya manajemen (non-repeating), sehingga tidak dapat
laba) dimotivasi oleh motivasi digunakan sebagai indikator laba periode
opportunistic dan signaling. Pada teori mendatang.
keagenan, manajemen berkewajiban Ketika para pemakai laporan
meningkatkan kemakmuran pemegang keuangan (terutama investor)
saham (principals); dan pada sisi lain, memandang laba perusahaan
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 19

sustainable, maka expected dividend informativeness) dipengaruhi oleh


yield tumbuh secara stasioner (Fama dan interaksi antara income smoothing (IS)
French, 2002). Persistensi laba dan accrual quality (ACC). Perusahaan
didefinisikan sebagai laba yang dapat yang melaporkan laba lebih smooth akan
digunakan sebagai pengukur laba itu memberikan informasi yang lebih
sendiri. Artinya, laba saat ini dapat kepada para pemegang saham. Interaksi
digunakan sebagai indikator laba periode antara IS dan ACC memberikan
mendatang (future earnings). Laba yang keinformasian laba yang lebih besar
semakin persisten menunjukkan laba daripada interaksi IS dan CFO.
semakin informatif; sebaliknya jika laba Penman (2003) menyatakan bahwa
kurang persisten, maka laba menjadi core operating income diperoleh dari
kurang informatif (Tucker dan Zarowin, core operating income from sales plus
2006). Persistensi laba sebagai salah satu core other operating income. Core
pengukuran kualitas laba diukur dari operating income from sales diperoleh
slope coefficient regresi current dari core operating income from sales
earnings pada lagged earnings. before tax minus tax on core operating
Disamping persistensi laba, kualitas laba income from sales. Core operating
juga dapat diukur dari kualitas akrual income from sales before tax diperoleh
dan smoothness (Dechow dan Dichev, dari core gross margin minus core
2002; Francis et al., 2004). Francis operating expenses. Core gross margin
menyatakan bahwa atribut-atribut laba diperoleh dari core sales revenue minus
berbasis akuntansi dapat digunakan core cost of sales.
sebagai pengukur kualitas laba. Core operating income (COI)
Sedikitnya ada tiga atribut laba yang merupakan komponen-komponen
mempunyai pengaruh kuat memberikan pembentuk persistensi laba, secara
sinyal positif yaitu accruals quality, matematis dapat dirumuskan berikut
earnings persistence, dan smoothness. (Penman, 2003).
Nichols dan Wahlen (2004)
menyatakan bahwa teori tentang angka COI = COI from sales + Core other OI
laba akuntansi yang mengarah pada (COI from sales before tax – tax on COI
from sales) + Core other OI
persistensi laba tergantung pada tiga (Core GM – COExp – tax on COI from
asumsi. Pertama, teori mengasumsikan sales) + Core other OI
bahwa laba (atau lebih luas lagi laporan (Core SR–Core CS – COExp – tax on
keuangan) memberikan informasi COI from sales) + Core other OI
kepada para pemegang saham tentang
Core other OI = Equity income in subsidiaries +
profitabilitas saat ini dan ekspektasi Earnings on pension assets +
periode mendatang. Kedua, teori Other income not from sales
mengasumsikan bahwa profitabilitas saat
ini dan periode mendatang memberikan GM : Gross Margin;
informasi kepada para pemegang saham COExp : Core Operating Expenses;
SR : Sales revenue;
tentang dividen saat ini dan periode CS : Cost of Sales.
mendatang. Ketiga, teori
mengasumsikan bahwa harga saham Konsep tersebut juga diterapkan di
sama dengan nilai sekarang (present Indonesia sebagaimana diatur dalam
value) dari ekspektasi dividen periode PSAK No. 1 sebagai laba atau rugi dari
mendatang. Sementara, Tucker dan aktivitas normal perusahaan. Secara
Zarowin (2006) menyatakan bahwa rinci, PSAK No. 1 (paragraf 56)
keinformasian laba (earnings menyatakan bahwa laporan laba rugi
20 Sunarto Kajian Akuntansi

perusahaan disajikan sedemikian rupa current dan future earnings berdasarkan


yang menonjolkan berbagai unsur interaksi antara earnings per share dan
kinerja keuangan yang diperlukan bagi income smoothing. Jika income
penyajian secara wajar. Laporan laba smoothing memperbaiki keinformasian
rugi minimal mencakup pos-pos berikut: laba, maka hubungan antara current dan
(a) pendapatan; (b) laba rugi usaha; (c) future earnings semakin kuat (laba
beban pinjaman; (d) bagian dari laba semakin persisten). Sedangkan, Dechow
atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi dan Dichev (2002) mengukur persistensi
yang diperlakukan menggunakan metode laba berdasarkan kualitas akrual.
ekuitas; (e) beban pajak; (f) laba atau Kualitas akrual didefinisikan sebagai
rugi dari aktivitas normal estimasi error dari hasil regresi modal
perusahaan; (g) pos luar biasa; (h) hak kerja akrual.
minoritas; dan (i) laba atau rugi bersih Berdasarkan konsep dan proxy
untuk periode berjalan. persistensi laba yang telah digunakan
Mengacu konsep dan PSAK oleh para peneliti terdahulu, maka
tersebut, maka pengukuran persistensi konsep persistensi laba dapat diukur
laba dapat didasarkan pada konsep core berdasarkan laba dari aktivitas normal
operating income (COI) atau laporan perusahaan (net income before
laba rugi khususnya pos laba atau rugi extraordinary items, NIBE); dan
dari aktivitas normal perusahaan [PSAK persistensi laba berbasis kualitas akrual.
No. 1 paragraf 56 ayat (f)]. Dengan kata Persistensi laba berbasis NIBE
lain, persistensi laba diukur dari laba didasarkan pada argumentasi bahwa laba
bersih sebelum pos luar biasa (net dari aktivitas normal merupakan hasil
income before extraordinary items, yang didapat oleh perusahaan selama
NIBE). Para peneliti terdahulu perusahaan beroperasi secara
mengukur persistensi laba (earnings berkelanjutan. NIBE yang dicapai oleh
persistence) dengan proxy yang berbeda- perusahaan saat ini sangat tergantung
beda. Misalnya, Sloan (1996) mengacu dari total assets yang digunakan oleh
pada Freeman et al. (1982) perusahaan (total asset periode
menunjukkan bahwa persistensi laba sebelumnya dan saat ini). Dengan kata
merupakan hubungan antara current lain, NIBE yang dihasilkan saat ini
earnings performance dan future adalah hasil aktivitas dari total assets
earnings performance. Earnings periode sebelumnya (TAt-1) dan total
didefinisikan sebagai laba operasi dibagi assets saat ini (TAt). Dengan demikian
total assets. Sedangkan Francis et al. persistensi laba berbasis NIBE dapat
(2004) mengukur persistensi laba dari diukur sebagai berikut (Francis et al.,
slope koefisien hasil regresi current 2004): NIBEt / TAt = α + β NIBE t / TAt-1
earnings pada lagged earnings. + ε. Asumsi yang digunakan bahwa
Earnings didefinisikan sebagai laba dari NIBE dinyatakan sebagai laba yang
aktivitas normal (net income before persisten, apabila regresi menghasilkan
extraordinary items, NIBE). Sementara, standar deviasi error (σε) kecil (≤ 0,05).
Tucker dan Zarowin (2006) dan Ecker et Sebaliknya, jika menghasilkan standar
al. (2006) mengukur persistensi laba dari deviasi error (σε) > 0,05 dinyatakan
parameter hasil regresi current earnings NIBE tidak dapat digunakan sebagai
per share pada lagged earnings per pengukur persistensi laba.
share. Tucker dan Zarowin (2006) Pendekatan lain dalam mengukur
mengembangkan analisisnya dengan persistensi laba adalah kualitas akrual.
melakukan estimasi hubungan antara Dechow dan Dichev (2002) menyatakan
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 21

bahwa kualitas akrual (terutama modal dan future earnings menggunakan


kerja) merupakan salah satu pengukur interaksi antara earnings per share dan
kualitas laba yang berhubungan dengan income smoothing. Jika income
persistensi laba. Kualitas akrual diukur smoothing memperbaiki keinformasian
dengan meregres arus kas tahun laba, maka hubungan antara current dan
sebelumnya, arus kas tahun sekarang, future earnings kuat (persisten). Pada
dan arus kas tahun berikutnya; dimana pendekatan berikutnya, persistensi laba
arus kas merupakan selisih antara laba diukur atas dasar estimasi hubungan
dan akrual. antara earnings response coefficient
Persistensi laba berbasis kualitas (ERC) dan future earnings response
akrual diformulasikan berikut (Dechow coefficient (FERC).
dan Dechiev, 2002; Francis et al., 2004). Berdasarkan konsep dan hasil-hasil
penelitian terdahulu, maka perlu
TCAt = ((ΔCA/ Assett) – (ΔCL/ Assett) – dilakukan pengujian lebih lanjut
(ΔCash/ Assett) + (ΔSTD/ Assett)) mengenai pengukuran persistensi laba.
TCAt : Total Current Accrual periode t;
Assett : Total Asset periode t;
Mengacu pada uraian tersebut, maka
ΔCA : Perubahan Current Assets (Current dalam melakukan pengujian lebih lanjut
Assett – Current Assett-1); mengenai pengukuran persistensi laba
ΔCL : Perubahan Current Liabilities (CLt – perlu dipertimbangkan beberapa hal
CLt-1); berikut. Pertama, perlu
ΔCash : Perubahan Cash (Casht – Casht-1);
ΔSTD : Perubahan Short Term Debt (STDt –
mempertimbangkan konsep persistensi
STDt-1) laba yang dinyatakan bahwa laba yang
persisten (persistence of earnings)
TCAt / Assett-1 = α + β1CFOt / Assett-1 + β2CFOt / adalah laba saat ini dapat digunakan
Assett + ε sebagai indikator laba periode
CFO = NIBE – Total Akrual
Persistensi laba = standar deviasi residual (σ ε)
mendatang, dan items laba yang terjadi
secara berulang-ulang (repetitive).
Residual dari regresi menunjukkan Kedua, hasil prediksi secara statitstik
bahwa akrual tidak berhubungan dengan harus menghasilkan error terkecil
realisasi cash flow, dan standar deviasi (misalnya < 0,05). Ketiga, laba yang
dari residual merupakan ukuran kualitas persisten harus mampu menurunkan
akrual. Diasumsikan bahwa standar kekaburan laba yang disebabkan oleh
deviasi residual tinggi (besar) kebijakan opportunistic manajemen.
menunjukkan kualitas laba rendah,
sehingga persistensi laba juga rendah. Kekaburan Laba (Earnings Opacity)
Sebaliknya, jika standar deviasi residual Bhattacharya et al. (2003)
rendah (kecil) menunjukkan kualitas memberikan definisi earnings opacity
laba tinggi, dan persistensi laba juga sebagai berikut:
tinggi. Pengukuran persistensi laba “earnings opacity of a country as the
berbasis kualitas akrual tersebut juga extent to which the distribution of
digunakan oleh peneliti lain, misalnya reported earnings of firms in that
Ecker et al. (2006) menggunakan country fails to provide information
persistensi laba sebagai salah satu faktor about the distribution of the true, but
penentu kualitas laba. unobservable, economic earnings of
Sementara, Tucker dan Zarowin firms in that country. As reported
(2006) mengukur persistensi laba earnings of a particular firm in a
menggunakan pendekatan earnings per country equals unobservable
share. Estimasi hubungan antara current economic earnings plus a noise
22 Sunarto Kajian Akuntansi

term, earnings opacity of a country tindakan manajemen yang berhubungan


is simply the average lack of dengan manipulasi laba (Bedard dan
informativeness of reported earnings Johnstone, 2004). Manipulasi laba dapat
in that country.” dilakukan dengan cara menaikkan nilai
komponen akrual (seperti inventory) dan
Berdasarkan definisi tersebut, pada saat yang sama menurunkan biaya,
dapat dinyatakan bahwa earnings sehingga laporan laba lebih tinggi
opacity merupakan distribusi laporan daripada laba sesungguhnya (Chan et
laba perusahaan gagal memberikan al., 2001). Jika perusahaan melakukan
informasi mengenai distribusi laba aggressive accounting, maka nilai buku
ekonomi yang benar, tetapi tidak terukur. sekarang dan laba lebih tinggi, tetapi
Laporan laba perusahaan (pada level forecast laba menjadi rendah dan biaya
negara) sama dengan laba ekonomi yang modal (dan atau laba normal) meningkat
tak terukur ditambah noise term; (Kothari, 2001). Kebijakan aggressive
earnings opacity (pada level negara) accounting antara lain dilakukan melalui
merupakan rata-rata sederhana dari lack kebijakan akrual. Motivasi manajemen
keinformasian laporan laba. akrual yang didasari oleh perilaku
Definisi tersebut mengacu pada opportunistic berhubungan dengan
kerangka konseptual yang dinyatakan kompensasi (Beaver, 2002).
oleh Bushman dan Smith (2001). Beberapa literatur menunjukkan
Informasi akuntansi keuangan dapat bahwa earnings aggressive diukur dari
diidentifikasi melalui tiga hal yaitu: (1) level atau total akrual (Dechow et al.,
informasi akuntansi keuangan membantu 1995; Barth et al., 2001; Bhattacharya et
investor untuk membedakan antara al., 2003). Secara khusus, Bhattacharya
investasi baik dan buruk; (2) informasi menentukan earnings aggressiveness
akuntansi keuangan membantu investor diukur berdasarkan total accruals yang
membedakan manajer yang baik dan diperoleh dari perubahan total current
buruk, menurunkan agency cost, dan assets dikurangi perubahan total current
menurunkan biaya modal perusahaan; liabilities, perubahan kas, depresiasi/
dan (3) informasi akuntansi yang amortisasi, ditambah perubahan hutang
berkualitas (accounting quality) dapat jangka panjang jatuh tempo saat ini dan
menurunkan asimetri informasi yang perubahan hutang pajak. Semua
disebabkan oleh earnings opacity. komponen akrual dibagi total assets
Secara khusus, Bhattacharya et al. tahun sebelumnya.
(2003) menggunakan tiga pengukuran Pengukuran akrual dapat
angka laba yang mengarah earnings dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu
opacity yaitu: earnings aggressiveness, kualitas akrual dan level akrual. Kualitas
earnings smoothing, dan loss avoidance. akrual merupakan estimasi dari arus kas
Masing-masing dimensi earnings operasi periode sebelumnya, saat ini, dan
opacity disajikan berikut. periode yang akan datang pada
Earnings aggressiveness perubahan modal kerja. Residual dari
didefinisikan sebagai tindakan estimasi tersebut merefleksikan akrual
manajemen yang mengarah pada yang tidak berhubungan dengan realiasi
kecenderungan menunda pengakuan rugi cash flow; dan standar deviasi dari
dan mempercepat pangakuan laba, dan residual tersebut merupakan kualitas
selanjutnya berdampak pada penurunan akrual pada level perusahaan, dimana
kualitas laba (Altamuro et al., 2005). standar deviasi tinggi menunjukkan
Earnings aggressiveness merupakan kualitas akrual rendah. Selanjutnya,
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 23

kualitas akrual digunakan sebagai ekonomi, sehingga menurunkan


pengukur kualitas laba (Sloan, 1996; keinformasian laporan laba, dan
Dechow dan Dichev, 2002; Francis, mengarah pada earnings opacity.
2004). Pada literatur sebelumnya,
Sedangkan level akrual didasarkan misalnya Imhoff (1977) mencoba
pada perubahan modal kerja yang memisahkan perilaku artificial
dihitung dari perubahan account smoothing dari pengaruh tindakan real
receivable ditambah perubahan smoothing atau naturally smoothing.
inventory dan assets lain, dikurangi Imhoff menyatakan bahwa sales revenue
perubahan account payble dan merupakan hasil dari real economic
perubahan taxes payble. Beaver (2002) perusahaan, dimana real economic
menyatakan bahwa total (aggregate) adalah hasil dari aktivitas real
akrual tidak dapat menangkap smoothing. Keberadaan perilaku
pertumbuhan laba jangka panjang dan artificial smoothing diukur dengan
secara potensial misspecified. Dengan membandingkan antara varian ordinary
kata lain, total (aggregate) akrual income dan varian penjualan. Eckel
mengarah pada earnings opacity (1981) menyatakan bahwa income
(Bhattacharya et al., 2003). smoothing dibedakan dalam dua
Berdasarkan konsep tersebut, maka streams: naturally smooth dan
earnings aggressiveness diukur atas intentionally smoothed by management.
dasar total (aggregate) akrual, dan Pada stream pertama, dinyatakan bahwa
diformulasikan sebagai berikut income smoothing terjadi secara alami
(Bhattacharya et al., 2003). (naturally), dan merupakan proses yang
EARN.AGRSt = (CAt – CLt – secara melekat (inherently)
CASHt + STDt – menghasilkan smooth income stream;
DEPt + TPt)/ TAt – 1 sedangkan pada stream kedua, income
EARN.AGRSt : Earnings Aggressiveness
periode t; smoothing terjadi karena manajemen
ΔCAt : Perubahan Current Assets menggunakan teknik real smoothing
(Current Assett – Current Assett- atau artificial smoothing. Real
1); smoothing terjadi ketika manajemen
ΔCLt : Perubahan Current Liabilities mengambil tindakan (actions) pada saat
(CLt – CLt-1);
ΔCasht : Perubahan Cash (Casht – Casht-1);
struktur ekonomi (revenue generating)
ΔSTDt : Perubahan Short Term Debt menghasilkan income smoothing.
(STDt – STDt-1); Sedangkan artificial smoothing terjadi
DEPt : Depresiasi dan Amortisasi ketika manajemen memanipulasi timing
periode t; akuntansi untuk menghasilkan income
ΔTPt : Perubahan Tax Payble (TPt – TPt-
smoothing.
1);
TAt-1 : Total Assets periode t-1. Albrecht dan Richardson (1990)
mencoba mengukur laba (income)
Dimensi kedua yang mengarah diprediksikan menjadi obyek smoothing
pada kekaburan laba adalah earnings antara lain: laba operasi (operating
smoothing. Earnings smoothing income, OI), laba dari operasi (income
merupakan tindakan manajemen laba from operations, IO), laba sebelum pos
dengan cara melaporkan laba secara luar biasa (income before extraordinary
smooth sepanjang waktu. Jika laba items, IE), dan laba bersih (net income,
akuntansi secara artificial smooth, maka NI). Operating income (OI)
angka laba tersebut gagal didefinisikan sebagai penjualan
menggambarkan secara benar kinerja dikurangi harga pokok penjualan dan
24 Sunarto Kajian Akuntansi

biaya operasi selain depresiasi dan sehingga mengakibatkan earnings


amortisasi; IO didefinisikan sebagai OI opacity juga semakin besar.
dikurangi depresiasi dan amortisasi. Francis et al. (2004) mengukur
Pada perkembangan selanjutnya, smoothness dari rasio antara variabilitas
tindakan manajemen yang mengarah laba dan variabilitas arus kas.
pada earnings smoothing dapat dideteksi Pengukuran ini didasarkan pada
melalui komponen-komponen akrual argumentasi atribut laba diturunkan dari
(Jones, 1991; Dechow et al. 1995; pandangan bahwa manajemen
Bhattacharya et al., 2003), dan analisis menggunakan informasi privatnya
terhadap perubahan return on net mengenai future income untuk
operating asset (Penman, 2003). “meratakan” (smooth) fluktuasi yang
Penman menyatakan bahwa semakin terjadi, sehingga laporan laba lebih
tinggi current operating income yang representative dan lebih berguna. Model
dimanipulasi manajemen, semakin pengukuran ini juga digunakan oleh
menurunkan return on net operating Ecker et al. (2006).
asset (RNOA) periode mendatang. Tucker dan Zarowin (2006)
Earnings smoothing dapat diukur mengukur income smoothing dengan
dengan berbagai pendekatan. Misalnya, korelasi negatif antara perubahan proxy
Eckel (1981) membedakan perusahaan akrual diskresi dan perubahan pre-
diklasifikasikan ke dalam smoother dan discretionary income. Pengukuran ini
non-smoother atas dasar koefisien mengasumsikan bahwa ada seri laba
variasi laba (income) terhadap penjualan, yang di-manage pada awal periode (pre-
dihitung dengan rumus: (CVΔI / CVΔS); managed income) dan manajer
dimana CV, koefisien variasi; ΔI, menggunakan akrual diskresi untuk seri
perubahan laba (income); dan ΔS, laba smooth. Korelasi negatif yang
perubahan penjualan. Perusahaan semakin besar menunjukkan income
diklasifikasikan sebagai smoother smoothing semakin besar. Laba yang
apabila koefisien variasi kurang dari satu semakin smooth (korelasi negatif yang
(< 1), dan sebagai non-smoother jika semakin kecil) menunjukkan laba
koefisien variasi sama dengan atau lebih semakin informatif, dan memberikan
dari satu (≥ 1). Model pengukuran ini sinyal positif kepada investor.
juga digunakan oleh Albrecht dan Berdasarkan literatur-literatur
Richardson (1990); dan Michelson et al. tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuai
(1995). Sementara, Moses (1987) dengan konsep artificial smoothing,
mengukur perilaku smoothing dihitung dimana manajemen dapat melakukan
dengan membanding-kan antara manipulasi timing akuntansi untuk
prechange earnings dan expected menghasilkan income atau earnings
reported earnings. smoothing; maka manajemen melakukan
Bhattacharya et al. (2003) smoothing melalui pos-pos laporan
menentukan earnings smoothing dari keuangan. Items atau pos-pos laporan
korelasi antara perubahan akrual dan keuangan yang sering menjadi obyek
perubahan arus kas dibagi lagged total smoothing adalah laba dan akrual. Laba
assets. Sesuai dengan sifat beberapa yang dijadikan obyek smoothing antara
proses akuntansi akrual, korelasi lain: laba operasi (operating income,
diharapkan negatif. Angka korelasi yang OI), laba sebelum pos luar biasa (net
semakin besar mengindikasikan income before extraordinary items,
earnings smoothing semakin besar pula, NIBE), dan laba bersih (net income, NI).
Sedangkan akrual yang sering menjadi
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 25

obyek smoothing adalah akrual modal loss avoidance juga merupakan


kerja dan total akrual. hubungan antara laba dan kinerja
Mengacu pada konsep dan ekonomi, sehingga berdampak
literatur-literatur tersebut, maka meningkatkan earnings opacity
earnings smooting dapat dari rasio (Bhattacharya et al., 2003).
antara standar deviasi NIBE terhadap Berdasarkan konsep tersebut, maka
standar deviasi CFO; keduanya dibagi loss avoidance yang dilakukan oleh
total assett-1 (modifikasi Albrecht dan manajemen dalam earnings
Richardson,1990 dan Francis et al., management dapat menghasilkan dua
2004). Pengukuran ini didasarkan pada kemungkinan, yaitu loss avoid dan
argumentasi bahwa NIBE dihasilkan earnings decrease. Ketika perusahaan
selama perusahaan beroperasi pada hanya memperoleh laba yang relatif
aktivitas normal, sehingga manajemen kecil (turun), manajemen terdorong
dengan menggunakan informasi untuk melaporkan laba dengan cara
privatnya dapat melakukan “perataan” menghindari kerugian (loss avoid).
(smooth) atas fluktuasi laba yang akan Sebaliknya, jika laba perusahaan relatif
terjadi. besar (meningkat), manajemen
Pengukuran earnings smoothing terdorong untuk melaporkan laba dengan
(smoothness) diformulasikan berikut cara menurunkan laba (earnings
(Francis et al., 2004): Earnings decrease) (Burgstahler dan Eames,
Smoothing (smoothness) = σ 2003). Semakin tinggi manajemen
(NIBE/Assett-1)/ σ (CFO/Assett-1). menghindari laba negatif (higher loss
Semakin kecil rasio tersebut avoidance) semakin tinggi pula terjadi
menunjukkan laba semakin smooth, kekaburan laba (earnings opacity).
sehingga dipandang laba semakin Dengan demikian perilaku loss
sustainable. Dengan kata lain, semakin avoidance akan mengarah pada
smooth berarti semakin tinggi kualitas kekaburan laba (earnings opacity), dan
laba. Sebaliknya, jika rasio tersebut earnings opacity akan berdampak pada
semakin besar menunjukkan laba kinerja saham yang semakin menurun.
semakin fluktuatif, berarti semakin Bhattacharya et al. (2003)
rendah kualitas laba, dan dipandang mengukur loss avoidance atas dasar
sebagai earnings opacity. rasio antara earnings positif terkecil
Dimensi earnings opacity yang minus earnings negatif terkecil dibagi
ketiga yaitu loss avoidance merupakan dengan jumlah keduanya. Secara
tindakan manajemen laba dengan cara matematis dapat dirumuskan sebagai
menghindari laporan laba negatif. Secara berikut:
konseptual, loss avoidance didefinisikan (SPE – SNE)
sebagai perilaku earnings management Loss avoidance = 
yang memfokuskan pada laporan laba (SPE+SNE)
dengan cara menghindari laba negatif SPE = Small positive earnings yang
(rugi), menghindari penurunan laba didapat dari net income
(Burgstahler dan Dichev, 1997; dibagi total assets, dimana
Burgstahler dan Eames, 2003; Philips et hasilnya antara 0 sampai
al., 2003), menghindari kegagalan para dengan 1; dan
analis dalam memforecast laba (Philips SNE = Small negative earnings yang
et al., 2003), dan menghindari biaya didapat dari net income
kegagalan kontrak hutang seperti debt negatif (loss) dibagi total
covenants (Chao et al., 2004). Perilaku
26 Sunarto Kajian Akuntansi

assets; dimana hasilnya mengandung persistensi laba sehingga


antara – 1 sampai dengan < 0. laba lebih informatif. Motivasi
Sementara Burgstahler dan Eames opportunistic berhubungan dengan
(2003) mencoba mendeteksi earnings kompensasi yang akan diterima oleh
management melalui analisis loss avoid pihak manajemen; sedangkan motivasi
dan earnings decrease. Pada analisis ini, signaling berhubungan dengan
earnings management merupakan fungsi kemakmuran para pemegang saham
dari premanaged earnings dan threshold (principals).
level Dasar pemikirannya bahwa Kedua, problem pengukuran
forecast error merupakan kombinasi dari persistensi laba untuk tujuan studi
premanaged earnings, EiPRE dan empiris masih berbeda-beda. Namun
trheshold, Ti. Ketika EiPRE positif atau demikian pengukuran persistensi laba
lebih besar daripada batas kerugian, Ti perlu mempertimbangkan konsep dan
maka earnings management adalah nol, asumsi yang mendasari. Berdasarkan
M(EiPRE, Ti.); dan ketika EiPRE negatif uraian di muka, disarankan bahwa
atau lebih kecil daripada Ti maka konsep dan pengukuran persistensi laba
earnings management positif, M(EiPRE, didasarkan pada tiga hal berikut: (1) laba
Ti.) = – EiPRE. Hasil analisis yang dapat digunakan sebagai indikator
menunjukkan bahwa tidak ada laba periode mendatang dan merupakan
perbedaan yang signifikan antara laba yang didapat secara berulang-ulang
proporsi small negative earnings (repetitive) serta memenuhi konsep
forecast (atau small negative changes) sustainable of earnings; (2) hasil
dengan realisasi small negative earnings. prediksi secara statitstik harus
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa menghasilkan error terkecil; dan (3) laba
earnings management untuk yang persisten harus mampu
menghindari kerugian kecil (avoid small menurunkan kekaburan laba yang
losses) dan earnings management untuk disebabkan oleh kebijakan opportunistic
menghindari penurunan laba (avoid manajemen. Pembuktian konsep dan
earnings decreasees) tidak terbukti. pengukuran tersebut dapat diuji melalui
studi empiris.
SIMPULAN Ketiga, kekaburan laba (earnings
Berdasarkan uraian tersebut, maka opacity) yang diciptakan oleh perilaku
hubungan antara agency theory dan opportunistic manajemen dapat dideteksi
manajemen laba (earnings management) melalui tiga dimensi pengukuran laba
dapat disimpulkan sebagai berikut. yang meliputi keagresifan laba (earnings
Pertama, atas dasar agency theory maka aggressiveness), perataan laba (earnings
laporan keuangan yang disajikan oleh smoothing), dan loss avoidance.
manajemen mengandung kebijakan yang Dimensi-dimensi tersebut perlu diuji
mengarah pada manajemen laba. melalui bukti empiris, misalnya
Manajemen dimotivasi oleh perilaku menghubungkan antara earnings opacity
opportunistic dan signaling. Pada dengan pertumbuhan kinerja perusahaan
motivasi opportunistic, manajemen dan reaksi pasar.
cenderung menyajikan laba lebih tinggi
daripada laba yang sesungguhnya REFERENSI
sehingga mengarah pada kekaburan laba
(earnings opacity). Pada motivasi Albrecht, W.D. and F.M. Richardson. 1990.
signaling, manajemen cenderung “Income Smoothing by Economy
menyajikan laporan laba yang Sector.” Journal of Business Finance
Vol. 1 No. 1, Pebruari 2009 Kajian Akuntansi 27

& Accounting, 17 (5), Winter, 0306- Governance.” Journal of Accounting


686X: 713 – 730. & Economics, (32): 237– 333.
Altamuro, J.; A.L. Beatty; and J. Weber. Chan, K; L.K.C. Chan; N. Jekadeesh; and J.
2005. “The Effects of Accelerated Lakonishok. 2001. “Earnings Quality
Revenue Recognation on Earnings and Stock Returns.” Working Paper
Management and Earnings Series, National Bureau of Economic
Informativeness: Evidence from SEC Research (NBER), May: 1 – 23.
Staff Accounting Bulletin No. 101.” Chao, C.; R.L. Kelsey; S. Horng; and C.
The Accounting Review, Vol. 80, No. Chiu. 2004. “Evidence of Earnings
2, April: 373 – 401. Management from the Measurement of
Barth, M.E.; W.H. Beaver; and W.R. the Deferred Tax Allowance Account.”
Landsman. 2001. “The Relevance of The Engineering Economist, (49): 63
the Value Relevance For Financial – 93.
Accounting Standard Setting: Another Dechow, P.M.; R.G. Sloan; and A.P.
View.” Working Paper, Stanford Sweeney. 1995. “Detecting Earnings
University, January: 1 – 41. Management.” The Accounting
fbeaver@leland.stanford.edu. Review, Vol. 70, April: 193 – 225.
Beaver, W.H. 2002. “Perspectives on Recent ------- and I.D. Dichev. 2002. “The Quality
Capital Market Research.” The of Accruals and Earnings: The Role of
Accounting Review, Vol. 77, No. 2, Accrual Estimation Errors.” The
April: 453 – 474. Accounting Review, Vol. 77,
Bedard, J.C. and K.M. Johnstone. 2004. Supplement: 35 – 59.
“Earnings Manipulation Risk, Eames, M.J. and S.M. Glover. 2003.
Corporate Governance Risk, and “Earnings Predictability and the
Auditors’ Planning and Pricing Direction of Analysts’ Earnings
Decisions.” The Accounting Review, Forecast Errors.” The Accounting
Vol. 79, No. 2, April: 277 – 304. Review, Vol. 78, No. 3, July: 707 –
Bhattacharya, U; H. Daouk; and M. Welker. 724.
2003. “The World Price of Earnings Eckel, N. 1981. “The Income Smoothing
Opacity.” The Accounting Review, Hypotheses Revisited.” Abacus, June:
Vol. 78, No. 3, July: 641 – 678. 28 – 40.
Burgstahler, D.C. and I.D. Dichev. 1997. Ecker, F.; J. Francis; I. Kim; P.M. Olsson;
“Earnings Management to Avoid and K. Schipper. 2006. “A Return-
Earnings Decreases and Losses.” Based Representation of Earnings
Journal of Accounting & Economics, Quality.” The Accounting Review,
(24): 99 – 126. Vol. 81, No. 4, July: 749 – 780.
------- and M.J. Eames. 2003. “Earnings Fama, E.F. and K.R. French. 2002. “The
Management to Avoid Losses and Equity Premium.” The Journal of
Earnings Decreases: Are Analysts Finance, Vol. LVII, No. 2, April: 637
Fooled?” Contemporary Accounting – 659.
Research, Vol. 20, No. 2, Summer:
253 – 294. Francis, J.; R. LaFond; P.M. Olsson; and K.
Schipper. 2004. “Costs of Equity and
Bushman, R.M. and Smith. 2001. “Financial Earnings Attributes.” The Accounting
Accounting Information and Corporate
28 Sunarto Kajian Akuntansi

Review, Vol. 79, No. 4, Oktober: 967 – Accounting Review, Vol. LXII, No. 2,
1010. April: 358 – 377.
Freeman, R.; J. Ohlson; and S. Penman. Nichols, D.C. and J.M. Wahlen. 2004. “How
1982. “Book Rate-of-Return and Do Earnings Numbers Relate to Stock
Prediction of Earnings Changes: An Return? A Review of Classic
Empirical Investigation.” Journal of Accounting Research with Updated
Accounting Research, Vol. 20, Evidence.” Accounting Horizons, Vol.
Autumn: 3 – 42. 18, No. 4, December: 263 – 286.
Healy, P.M. 1985. “The Effect of Bonus Ohlson, J.A. 2006. “A Practical Model of
Schemes on Accounting Decisions.” Earnings Measurement.” The
Journal of Accounting & Economics, Accounting Review, Vol. 81, No. 1,
April: 85 – 107. January: 271 – 279.
Imhoff, E.A., Jr. 1977. “Income Smoothing Penman, S.H. 2003. Financial Statement
– A Case for Doubt.” Accounting Analysis and Security Valuation.
Journal, Spring: 85 – 100. Second Editon: McGraw Hill.
Jensen, M. and W. Meckling. 1976. “Theory ------ and X.J. Zhang. 2002. “Accounting
of the Firm: Managerial Behavior, Conservatism, the Quality of Earnings,
Agency Cost and Ownership and Stock Return.” The Accounting
Structure.” Journal of Financial Review, Vol. 77, No. 2, April: 237 –
Economics, (3): 305 – 360. 264.
Jones, J.J. 1991. “Earnings Management Phillips, J.; M. Pincus and S.O. Rego. 2003.
during Import Relief Investigations.” “Earnings Management: New
Journal of Accounting Research, Vol. Evidence Based on Deferred Tax
29, No. 2, Autumn: 193 – 228. Expense.” The Accounting Review,
Vol. 78, No. 2, April: 491 – 521.
Kothari, S.P. 2001. “Capital Market
Research in Accounting.” Journal of Rajan, M.V. and R.E. Saouma. 2006.
Accounting & Economics, (31): 105 – “Optimal Information Asymmetry.”
231. The Accounting Review, Vol. 81, No.
3, May: 677 – 712.
Lambert, R.A. 2001. “Contracting Theory
and Accounting.” Journal of Scott, W.R. 2000. Financial Accounting
Accounting & Economics, (32): 3 – Theory. Second Edition: Prentice Hall,
87. Canada Inc.
Michelson, S.E.; J.J. Wagner and C.W. Sloan, R.G. 1996. “Do Stock Prices Fully
Wootton. 1995. “A Market-Based Reflect Information in Accruals and
Analysis of Income Smoothing.” Cash Flow about Future Earnings?”
Journal of Business & Accounting, The Accounting Review, Vol. 71, No.
Vol. 22, No. 8, December, 0306-686X: 3, July: 289 – 315.
1179 – 1193. Tucker, J.W. and P.A. Zarowin. 2006. “Does
Moses, O.D. 1987. “Income Smoothing and Income Smoothing Improve Earnings
Incentive: Empirical Tests Using Informativeness?” The Accounting
Accounting Changes.” The Review, Vol. 81, No. 1, January: 251 –
270.

You might also like