You are on page 1of 18

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi proses transpirasi pada
suatu tanaman. Iklim mikro mempengaruhi transpirasi antara lain radiasi
cahaya mempengaruhi membukanya stomata, sehingga transpirasi berjalan
lancar. Stomata sangat berperan dalam proses transpirasi pada tanaman
karena organ lubang stomata inilah yang menjadi tempat keluarnya hasil
transpirasi. Transpirasi juga dipengaruhi oleh letak dan bentuk stomata. Salah
satu tanaman tropis yang dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah adalah waru
(Hibiscus tiliaceus). Perbedaan keadaan diberbagai habitat waru akan
mempengaruhi morfologi stomata pada daunnya.
Kondisi ideal untuk daun waru agar proses transpirasi lancar tentunya
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seperti kelembapan, suhu, angin,
ketersediaan air dalam tanah, dan tentunya cahaya matahari. Transpirasi
sangat mengandalkan stomata pada daun sehingga morfologi serta jumlah
stomata yang ada akan menopang proses transpirasi pada tanaman.
Jika morfologi dan jumlah stomata pada daun waru di habitat tertentu
tidak sesuai atau tidak memenuhi untuk proses transpirasi maka pohon waru
ini bisa saja tidak dapat survive akibat banyaknya air yang tidak dapat di
uapkan, hal ini akan menyebabkan sel-selnya lisis ataupun tumbuhan menjadi
layu akibat banyaknya air.
Maka diperlukan adanya penelitian mengenai karakteristik morfologi
stomata pada daun waru di berbagai habitat nya yang berbeda sehingga dapat
diketahui bagaimana morfologi stomata yang ideal pada habitat daun waru
agar proses transpirasi nya dapat berjalan dengan baik. Hasil penelitian ini
kemudian akan dipublikasikan dalam bentuk flipchart sebagai media
pembelajaran.
1.2 Batasan Masalah

1. Penelitian ini difokuskan pada pengamatan stomata daun waru (Hibiscus


tiliaceus) saja sehigga dapat diketahui karakteristik morfologi bentuk dan
jumlah stomata pada daun waru di berbagai habitat yang berbeda.
2. Daun waru dipilih karena dapat tumbuh di banyak habitat sehingga mudah
untuk mendapatkan variasi tempat yang berbeda.
3. Pengamatan stomata dipilih karena berkenaan dengan pentingnya stomata
terhadap proses transpirasi tumbuhan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk stomata pada daun waru (Hibiscus tiliaceus) di
berbagai habitat yang berbeda ?
2. Bagaimana jumlah stomata pada daun waru (Hibiscus tiliaceus) di
berbagai habitat yang berbeda ?
3. Bagaimana lingkungan di berbagai habitat mempengaruhi karakteristik
morfologi stomata daun waru (Hibiscus tiliaceus)) ?

1.4 Tujuan
1. Menguji perbedaan bentuk stomata pada Daun waru (Hibiscus tiliaceus) di
berbagai habitat yang berbeda.
2. Menguji perbedaan jumlah stomata pada Daun waru (Hibiscus tiliaceus) di
berbagai habitat yang berbeda.
3. Menguji pengaruh lingkungan di berbagai terhadap karakteristik morfologi
stomata daun waru (Hibiscus tiliaceus).
1.2 Manfaat
Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui manfaat penelitian sebagai
berikut:
1. Untuk para peneliti lain dalam bidang yang sama, dapat digunakan sebagai
acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan.
2. Untuk lembaga pengetahuan, penelitian ini dapat memberikan informasi
megenai bentuk dan jumlah stomata pada daun waru (Hibiscus tiliaceus)
yang dipengaruhi oleh lingkungan di berbagai habitat.
3. Untuk masyarakat, penelitian ini dapat menambah wawasan dan sumber
informasi bahwa bentuk dan jumlah stomata sangat mempengaruhi proses
transpirasi pada daun waru (Hibiscus tiliaceus).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transpirasi

Transpirasi oleh tanaman yang muncul memerlukan pengangkutan air dari


sistem akar ke permukaan daun, mengatasi gravitasi dan ketahanan hidrolik di
dalam jaringan tanaman. Air bergerak masuk dan keluar dari akar secara pasif
berdasarkan gradien potensial air pada sistem tanaman-tanah. Sebaliknya, serapan
hara umumnya merupakan proses enzimatik yang mengikuti kinetika Michaelis-
Menten (Pugnaire dan Fernando, 2007: 157). Iklim mikro mempengaruhi
transpirasi antara lain radiasi cahaya mempengaruhi membukanya stomata,
sehingga transpirasi berjalan lancar. Kenaikan suhu udara akan mempengaruhi
kelembaban. Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap air di udara,
makin banyaknya uap air di udara, akan makin kecil perbedaan tekanan uap air
dalam rongga daun dengan di udara maka makin lambat laju transpirasi (Pantilu
et.all.,2012: 4).

Jumlah stomata, ada tidaknya kutikula, tebal tipisnya daun dan lebar
sempitnya daun (luas daun) mempengaruhi laju transpirasi antara lain. Tebal
tipis, luas daun dan ada tidaknya kutikula mempengaruhi laju transpirasi. Semakin
tipis dan luas daun maka laju transpirasi juga semakin cepat. Adaptasi lainnya
dapat berpartisipasi dalam meminimalkan tingkat aliran transpirasi, termasuk
perubahan dalam ketebalan dan komposisi kutikula lilin bahwa air bukti-bukti
permukaan daun dan memaksa air untuk meninggalkan pabrik melalui stomata.
Hubungan antara komponen kutikula dan keampuhan mereka untuk membatasi
kerugian air juga sudah terbukti (Simonneau et.all., 2017: 170). Faktor lain yang
sangat mempengaruhi laju transpirasi adalah jumlah stomata dan ukuran pori-pori
stomata pada daun. Stomata pada daun, terdapat lebih banyak di bagian abaksial.
2.2 Stomata Daun Waru (Hibiscus tilliaceus)
Stomata adalah komponen integral dari kontrol fisiologis terhadap
produktivitas T dan tanaman, dan penutupan stomata mencegah kehilangan
transpirasi berlebihan namun juga membatasi asupan karbon dioksida untuk
fotosintesis. Transpirasi sekitar 89,9% tejadi di daun, 10% melalui kutikula dan
0,1% melalui lentisel, karena transpirasi pada daun melalui stomata memiliki
presentase terbesar maka stomata sangatlah berperan dalam proses transpirasi.
Setiap stomata diapit oleh sepasang sel penjaga. Sel penjaga mengontrol diameter
stomata dengan mengubah bentuk, sehingga memperlebar atau mempersempit
celah diantara pasangan sel penjaga. Stomata terbuka pada siang hari dan tertutup
pada malam hari, mencegah tumbuhan kehilangan air dalam kondisi-kondisi
ketika fotosintesis tidak terjadi. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi membuka
dan menutupnya stomata yaitu cahaya, deplesi CO2 dan jam internal pada sel-sel
penjaga (Campbell, et.all., 2010: 357-359). Salah satu tanaman yang dapat hidup
di berbagai kondisi tanah dan habitat adalah tumbuhan waru (Hibiscus tilliaceus)
yang umumnya akan menampakkan perbedaan dari stomata pada daunnya
diakibatkan adanya perbedaan keadaan lingkungan pada habitat yang berbeda.
Daun waru (Hibiscus tilliaceus) merupakan tumbuhan daerah tropis
berbatang sedang ini dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah, di daerah yang
subur, batangnya lurus, namun pada tanah yang kurang subur batangnya
cenderung tumbuh membengkok, serta percabangan dan daun-daunnya lebih
lebar. Pohon bisa mencapai tinggi 5-15 m. Batangnya berkayu, bulat, bercabang
banyak, warnanya cokelat. Daun bertangkai, tunggal, serta berbentuk jantung atau
bundar telur, dengan diameter sekitar 19 cm. Pertulangan menjari dan warnanya
hijau. Pada bagian bawah daun berambut abuabu rapat (Hut dan Rina, 2014: 3).

2.3 Hubungan
Waru (Hibiscus tiliaceus) dapat hidup diberbagai kondisi tanah sehingga
hampir pada setiap habitat, waru dapat tumbuh. Hal ini dapat diasumsikan
morfologi stomata daun waru di berbagai habitat dapat berbeda diakibatkan
kondisi lingkungan yang berbeda tersebut. Morfologi stomata yang berbeda akan
mempengaruhi laju transpirasi yang berbeda juga pada tumbuhan waru, meskipun
dalam satu spesies namun perbedaan stomata dapat terlihat pada daun waru di
berbagai habitat.

2.4 Faktor Lingkungan Terhadap Transpirasi

Laju trasnpirasi dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor


eksternal yang mempengaruhi laju trasnpirasi antara lain intensitas cahaya, suhu,
kelembapan, angin, dan ketersediaan air di dalam tanah. Menurut Maseda dan
Fernandez (dalam Manzoni et.all., 2013: 169) menyatakan bahwa Perubahan pada
daerah daun juga berkontribusi dalam mengendalikan fluks air, namun perubahan
tersebut terjadi pada skala waktu yang lebih lama daripada regulasi stomata dan
fluktuasi harian pada defisit tekanan cahaya dan uap. Semakin besar intensitas
cahaya maka suhu udara akan meningkat dan kelembapan akan relatif rendah
sehingga laju transpirasi semakin cepat pula, maka dari itu laju transpirasi pada
siang hari lebih cepat dibandingkan dengan malam hari.
Pengaruh angin terhadap laju transpirasi. Menurut eksperimen yang
dilakukan (Schymanski dan Or, 2015: 103) menyatakan bahwa pada konduktansi
stomata yang rendah kepekaan transpirasi terhadap kecepatan angin bisa memiliki
arah yang berbeda dari potensi evapotranspirasi. Transpirasi menurun seiring
dengan meningkatnya kecepatan angin ini adalah relevansi khusus untuk tanaman
di lingkungan yang terbatas air. Dengan kecepatan angin yang lebih tinggi berarti
tumbuhan tersebut tetap mencapai jumlah asimilasi karbon yang sama dengan
penggunaan air yang lebih sedikit sehingga ini merupakan bentuk adaptasi yang
menguntungkan untuk pertumbuhan. Pengaruh ketersediaan air di dalam tanah
terhadap laju transpirasi yaitu semakin banyak ketersediaan air di dalam tanah
maka laju transpirasi juga akan semakin cepat dan begitupun sebaliknya. Menurut
(Vellame et.all., 2015: 380) berdasarkan analisis semua periode, jumlah hari
setelah menerapkan irigasi parsial di tanah memainkan peran penting dalam
pengurangan transpirasi tanaman saat mengalami pembatasan di area yang
dibasahi
2.5 Kerangka Berifkir

Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi proses transpirasi pada


suatu tanaman. Pantilu et,all. (2012) menyebutkan bahwa iklim
mikro mempengaruhi transpirasi antara lain radiasi cahaya
mempengaruhi membukanya stomata.

Stomata sangat berperan dalam Salah satu tumbuhan tropis yang


proses transpirasi pada tanaman dapat hidup hampir di semua
karena organ lubang stomata kondisi habitat adalah waru
inilah yang menjadi tempat (Suwandi dan Rina, 2014)
keluarnya hasil transpirasi.
Transpirasi juga dipengaruhi
oleh letak dan bentuk stomata
(Papuangan, et.all, 2014)

Pengaruh keadaan lingkungan tersebut memungkinkan adanya perbedaan


morfologi stomata pada daun waru di berbagai habitat yang berbeda.

2.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan bentuk stomata pada Daun waru (Hibiscus tiliaceus)
di berbagai habitat yang berbeda.
2. Terdapat perbedaan jumlah stomata pada Daun waru (Hibiscus tiliaceus)
di berbagai habitat yang berbeda.
3. Terdapat pengaruh lingkungan di berbagai terhadap karakteristik
morfologi stomata daun waru (Hibiscus tiliaceus).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitan deskriptif kualitatif.


Peneliti mencari, mengumpulkan, mengkarakterisasi, mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data penelitian yang diperoleh di lapang secara sistematis,
faktual, dan akurat. Penelitian ini menggambarkan tentang karakter morfologi
stomata daun waru (Hibiscus tillaceus). Hasil dari penelitian ini dimanfaatkan
sebagai flipchart.

3.2 Tempat dan Waktu Peneltian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini secara umum dilakukan di 2 tempat. Tempat pertama yang


merupakan tempat pengambilan sampel, yaitu di 3 habitat yang berbeda meliputi:
dataran rendah pantai papuma, dataran sedang di daerah sekitar kampus dan
dataran tinggi yaitu jalan protokol menuju kawah ijen. Tempat kedua merupakan
tempat untuk melakukan tahap pengamatan dan karakterisasi stomata yaitu di
Laboratorium Botani FKIP Biologi Universitas Jember.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan 3 tahap yang meliputi :


a. Tahap obervasi pendahuluan yang dilakukan bulan Desember 2017.
b. Tahap pengambilan sampel dan pengambilan gambar (dokumentasi) yang
dilakukan pada bulan Januari 2018.
c. Tahap pengamatan stomata bulan Januari 2018.
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
3.3.1 Alat
Alat yang diperlukan pada penelitian ini meliputi termohigrometer,
luxmeter, soil tester, kamera digital, alat tulis, kantong plastik, gelas ukur, silet,
pipet, kaca penutup, kaca benda dan mikroskop.

3.3.2 Bahan
Bahan yang diperlukan yaitu sampel satu bagian daun waru utuh diambil
dari posisi keempat dari pucuk pada 3 arah percabangan yang berbeda. Daun
waru diambil dari 3 habitat yang berbeda yaitu dataran rendah pantai papuma,
dataran sedang di daerah sekitar kampus dan dataran tinggi yaitu jalan protokol
menuju kawah ijen. Sampel dari penelitian ini berupa sediaan mikroskopis
irisan paradermal semi permanen dengan bahan lain yang dibutuhkan yaitu
alkohol 70%, pewarna safranin 1%, aquades, larutan HNO 3 50%, larutan
bayclean gliserin 10%.

3.4 Definisi Operasional


Penjelasan operasional mengenai penelitian akan dijabarkan
dibawah ini untuk menghindari timbulnya pengertian ganda. Definisi
operasional dalam penelitian ini meliputi:
a. Karakterisasi yang dilakukan berupa kegiatan pengamatan anatomi daun
waru (Hibiscus tilliaceus), bentuk stomata dan kerapatan stomata daun waru
(Hibiscus tilliaceus).
b. Stomata pada daun memiliki fungsi yang sangat penting bagi tumbuhan
dalam proses transpirasi, respirasi dan fotosintesis. Stomata merupakan
komponen integral dari kontrol fisiologis terhadap produktivitas tanaman,
dan penutupan stomata mencegah kehilangan transpirasi berlebihan namun
juga membatasi asupan karbon dioksida untuk fotosintesis (Campbell, et.all.,
2010: 357-359) .
c. Daun waru (Hibiscus tilliaceus) merupakan tumbuhan daerah tropis
berbatang sedang yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah, di daerah
yang subur, batangnya lurus, namun pada tanah yang kurang subur
batangnya cenderung tumbuh membengkok, serta percabangan dan daun-
daunnya lebih lebar. Daun bertangkai, tunggal, serta berbentuk jantung atau
bulat telur, dengan diameter sekitar 19 cm. Pertulangan menjari dan
warnanya hijau. Pada bagian bawah daun berambut abu-abu rapat (Hut dan
Rina, 2014: 3) .
d. Habitat yang berbeda dalam penelitian ini adalah pengambilan daun waru di
3 tempat berbeda berdasarkan perbedaan ketinggian tempat tersebut yang
menunjukkan perbedaan lingkungan dan perbedaan faktor-faktor abiotik.
Daun waru diambil dari 3 tempat berbeda yaitu dataran rendah pantai
papuma, dataran sedang di daerah sekitar kampus dan dataran tinggi yaitu
jalan protokol menuju kawah ijen.
e. Hasil akhir dari penelitian ini akan dikembangkan menjadi sumber belajar
berupa flipchart. Flipchart merupakan salah satu media cetakan yang cukup
efektif serta mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan
praktis. Dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan. Spesifikasi
flipchart yang dibuat didesain menggunakan Aplikasi Adobe Photoshop CS4
yang kemudian akan dibuat dalam bentuk cetak. Lembaran media meliputi,
cover media (halaman judul Flip Chart), halaman silabus yang memuat KI,
KD dan tujuan pembelajaran sesuai silabus kelas XI SMA semester II,
kumpulan materi (deskripsi materi dan gambar stomata) dan halaman
kesimpulan. Kertas yang digunakan Double glossy photos paper yang
berukuran 29,7 x 21 cm dengan ketebalan 150 gsm. Font huruf yang
digunakan yaitu Times New Roman ukuran 12 pt. Materi yang digunakan
pada media pembelajaran yaitu materi tentang struktur anatomi daun yang
salah satu organ terpenting didalamnya adalah stomata.
3.5 Desain Penelitian
3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan 3 cara yang meliputi:
a. Pengambilan Gambar (Dokumentasi)
Pengambilan gambar dilakukan dengan memotret pohon waru di 3
tempat berbeda yaitu dataran rendah pantai papuma, dataran sedang di daerah
sekitar kampus dan dataran tinggi yaitu jalan protokol menuju kawah ijen.
b. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel daun waru diambil dari posisi keempat dari
pucuk pada 3 arah percabangan yang berbeda di 3 tempat berbeda yaitu
dataran rendah pantai papuma, dataran sedang di daerah sekitar kampus dan
dataran tinggi yaitu jalan protokol menuju kawah ijen dan dibuat menjadi
sediaan mikroskopis irisan paradermal dengan satu bagian daun utuh diambil
dari posisi keempat dari pucuk. Sediaan mikroskopis irisan paradermal dibuat
dalam bentuk semi permanen dengan pewarnaan safranin mengikuti metode
wholemount. 8 tahapannya sebagai berikut :
 Fiksasi dalam alkohol 70%
 Pencucian dan direndam dalam akuades
 Pelunakan dengan larutan HNO3 50% selama 24 jam,
 Pencucian dengan akuades
 Penyayatan dengan silet
 Penjernihan untuk menghilangkan klorofil dengan direndam dalam
larutan Bayclean selama beberapa 5 menit dan dibilas dengan aquades
 Pewarnaan dengan safranin 1% (aquosa) selama 3–5 menit
 Penutupan gelas benda dengan gliserin 10% dan ditutup dengan gelas
penutup
3.6 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

3.6.1 Persiapan Logistik Penelitian

Logistik penelitian merupakan segala sesuatu (alat dan bahan) yang


diperlukan dalam penelitian. Studi pustaka juga dilakukan untuk memulai
penelitian ini. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari sumber-sumber
informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat mendukung
keberhasilan penelitian. Pustaka yang menjadi acuan peneliti adalah buku
mengenai morfologi daun waru, jurnal, foto, dan sumber internet yang valid.

3.6.2 Pemilihan Pohon Waru dan Sampel Daun


Pohon waru yang dipilih adalah pohon waru yang dalam keadaaan segar,
baik dan daunnya masih segar atau tidak kering Daun waru diambil pada setiap
habitat dengan ukuran yang relatif sama. Pengambilan sampel daun yaitu diambil
satu bagian daun utuh diambil dari posisi keempat dari pucuk pada 3 arah
percabangan yang berbeda.

3.6.2.1 Pengukuran Faktor Abiotik


Karakter morfologi stomata dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik,
sehingga guna mengetahui pengaruh faktor tersebut terhadap karakter
morfologi stomata daun waru maka diperlukan pengukuran terhadap faktor-
faktor tersebut yang meliputi:
a. Suhu yang diukur dengan menggunakan termohigrometer.
b. Kelembaban udara yang diukur dengan menggunakan
termohigrometer.
c. Intensitas cahaya yang diukur dengan menggunakan luxmeter.
d. Kelembapan dan pH tanah yang diukur dengan soil tester.

3.6.2.2 Pengambilan Sampel


a. Sampel daun waru berupa sediaan mikroskopis irisan paradermal yang
dibuat dalam bentuk semi permanen dengan pewarnaan safranin
mengikuti metode wholemount.
b. Melakukan proses pengamatan karakter morfologi stomata dengan
mengamati dibawah mikroskop sediaan yang telah dibuat. Pengamatan
dilakukan pada bentuk stomata dan kerapatan stomata.

3.6.3 Penyusunan Flipchart

Adapun tahapan penyusunan flipchart yang dilakukan adalah sebagai


berikut:
a. Tahap Pendefinisian
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat penyampaian informasi atau publikasi
kepada sasaran. Penentuan dan penetapan syarat-syarat tersebut diawali
dengan analisis tujuan pengembangan produk dari hasil penelitian.
Tahap ini dikatakan selesai apabila tujuan instruksional dirumuskan
sebagai petunjuk dalam proses pengembangan produk berupa media
informasi atau publikasi.
b. Tahap Perancangan
Tahap perancangan bertujuan untuk menyiapkan rancangan produk
flipchart yang akan disusun dan dikembangkan. Tahap ini dimulai setelah
ditetapkannya tujuan instruksional. Flipchart yang akan disusun pada
penelitian ini dikembangkan sesuai dengan outline sebagai berikut :
 Lembar 1. Judul
 Lembar 2. Latar belakang
 Lembar 3. Metode Penelitian
 Lembar 4. Hasil penelitian
 Lembar 5. Kesimpulan
c. Tahap Uji Kelayakan Flipchart
Tahap uji kelayakan flipchart bertujuan untuk menghasilkan produk
pengembangan yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar.
Tahap ini meliputi validasi oleh pakar dan diikuti dengan revisi, simulasi
rencana, dan uji coba terbatas dengan sasaran yang sesungguhnya. Hasil
simulasi dan uji coba digunakan sebagai bahan revisi. Uji ini bertujuan
untuk menilai kelayakan produk flipchart yang akan digunakan sebagai
salah satu bahan ajar. Uji validitas ini dilakukan oleh 5 validator, yaitu 1
dosen ahli materi, 1 dosen ahli media dan pengembangan produk, dan 3
dari masyarakat umum sebagai pengguna.
d. Revisi Flipchart
Revisi flipchart dilakukan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan masukan-masukanbaik dari validator. Revisi bertujuan
untuk menghasilkan flipchart yang benar-benar layak untuk digunakan.

3.7 Analisis Data

Flipchart disusun untuk menjadi bahan bacaan bagi masyarakat umum,


sehingga sampel yang digunakan harus mampu mewakili keberagaman
masyarakat yang ada. Flipchart yang dihasilkan akan divalidasi oleh 5 validator,
yaitu 2 dosen FKIP Biologi Universitas Jember, 1 mahasiswa
Pendidikan Biologi Universitas Jember dan 2 masyarakat umum. Analisis data
yang diperoleh dari validator bersifat deskriptif yang berupa saran-saran serta
komentar-komentar dan bersifat kuantitatif yang berupa data hasil perkalian
antara skor dan bobot pada tiap aspek penilaian.
Analisis data berupa data kuantitatif yang merupakan data hasil perkalian
antara skor dan bobot yang terdapat pada setiap aspek, sebagian kecil bersifat
deskriptif yaitu berupa saran dan komentar tentang kelemahan dan keunggulan
flipchart. Analisis data yang dipakai dalam flipchart ini merupakan data
kuantitatif dengan menggunakan 4 tingkatan penilaian, dengan tingkatan sebagai
berikut :
- Skor 4 = apabila validator memberikan nilai sangat baik

- Skor 3 = apabila validator memberikan nilai baik


- Skor 2 = apabila validator memberikan nilai kurang

- Skor 1 = apabila validator memberikan nilai kurang sekali

Presentase capaian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


P = Skor yang didapat
x 100 %
Skor maksimal

Tahap selanjutnya yaitu data presentase penilaian yang telah diperoleh


dirubah menjadi data kuantitatif deskriptif dengan menggunakan kriteria validasi
seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Flipchart

No. Nilai Kualifikasi Keputusan


Produk baru siap dimanfaatkan di
1 81% - 100% Sangat layak
lapangan sebenarnya.
Produk dapat dilanjutkan dengan
menambahkan sesuatu yang kurang,
2 61% - 80% Layak melakukan pertimbangan tertentu,
penambahan yang dilakukan tidak
terlalu besar dan tidak mendasar.
Merevisi dengan meneliti kembali
secara seksama dan mencari kelemahan-
3 41% - 60% Kurang layak
kelemahan produk untuk
disempurnakan.
Merevisi secara besar-besaran dan
4 20% - 40% Tidak layak
mendasar tentang isi produk.

(Sudjana dalam Hakim, 2012)


Apabila hasil yang telah diperoleh dari validasi mencapai skor 61% maka
flipchart yang dibuat dapat diaplikasikan lebih lanjut.
3.8 Bagan Alur Penelitian
Melakukan observasi awal

Melakukan persiapan logistik penelitian

Mengukur parameter lingkungan meliputi intensitas cahaya, suhu dan


kelembapan udara, kelembapan tanah dan pH tanah

Melakukan pengamblan sampel daun waru

Melakukan pembuatan sediaan mikroskopis irisan paradermal

Melakukan pengamatan pada sediaan mikroskopis irisan paradermal


menggunakan mikroskop meliputi pengamatan bentuk stomata dan
kerapatan stomata

Melakukan pembuatan produk flipchart


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, neil A., Jane B. Reece., Lisa A. Urry., Michael L. Cain., Steven A.
Wasserman., Peter V. Minorsky., dan Robert B. Jackson. 2010. Biologi
Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

You might also like