Professional Documents
Culture Documents
Bebas Etanol PDF
Bebas Etanol PDF
Evi Kurniawati
kental jernih. Media disterilkan di autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit, bila
mulai dingin (belum menjadi agar) dituang ditujukkan oleh terbentuknya endapan apabila
pada beberapa plate. filtrat sampel ditambah garam gelatin.
Inokulasi bakteri dilakukan dengan Apabila filtrat sampel ditambah pereaksi
menggunakan prosedur sebagai berikut. FeCl3 dan menunjukkan warna hijau
Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, kecoklatan maka menunjukkan adanya tannin
lalu ditanamkan pada media agar miring terkondensasi dan terbentuk warna selain
dengan cara menggore, selanjutnya diinkubasi wana ini menunjukkan adanya senyawa
dalam inkubator pada suhu 37˚C selama 24 polifenol6.
jam. Perlakuan yang sama dilakukan pada
setiap jenis bakteri uji. Bakteri uji yang telah HASIL PENELITIAN
diinokulasi diambil dengan kawat ose steril Hasil ekstraksi yang diperoleh dalam
lalu disuspensikan kedalam tabung yang penelitian ini awalnya diuji adanya etanol. Uji
berisi 2 ml larutan NaCl 0,9%. Uji aktivitas bebas etanol dilakukan untuk membebaskan
antibakteri dengan metode Kirby bauer. ekstrak dari etanol sehingga didapatkan
Pengujian golongan senyawa aktif ekstrak yang murni tanpa ada kontaminasi,
berupa uji flavonoid, uji saponin, dan uji selain itu etanol sendiri bersifat sebagai
polifenol. Adanya senyawa flavonoid sampel antibakteri dan antifungi sehingga tidak akan
ditunjukkan oleh terbentuknya warna merah menimbulkan positif palsu pada perlakuan
kuat atau violet setelah sampel dilarutkan sampel. Hasil uji bebas etanol ekstrak tunas
dalam etanol dan ditambah HCl pekat. bambu apus menunjukkan bahwa ekstrak
Senyawa saponin ditunjukkan dengan tersebut bebas etanol sehingga dapat
terbentuknya buih yang tidak menghilang disimpulkan bahwa diperoleh ekstrak yang
selama 30 menit setelah sampel dikocok. dapat digunakan untuk tahap selanjutnya
Adanya senyawa polifenol, yaitu tannin, (Tabel 1).
Ekstrak yang diperoleh selanjutnya flavonoid. Selain itu, ekstrak juga diketahui
diidentifikasi kandungan senyawanya. Hasil mengandung polivenol tepatnya senyawa
yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak tannin (Tabel 2).
positif mengandung saponin, tetapi negative
Tabel 2. Hasil kandungan senyawa
8,58; pada konsentrasi 100mg/ml adalah 9,74 ion logam seperti Cu dan Fe. Saponin sebagai
dan pada konsentrasi 150mg/ml adalah 10,9. antibakteri mengandung zat yang mampu
Diameter daya hambat Staphylococcus aureus menghemolisis sel darah16. Membran sel
yang ditunjukkan pada konsentrasi 12,5 darah menyerupai membran sel pada bakteri
mg/ml adalah 3,06; pada konsentrasi 25mg/ml sehingga proses yang terjadi pada sel bakteri
adalah 3,3; pada konsentrasi 50mg/ml adalah sama seperti yang terjadi oleh sel darah.
6,74; pada konsentrasi 100mg/ml adalah 7,94
dan pada konsentrasi 150mg/ml adalah 9,50. SIMPULAN
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak 1. Ekstrak Tunas bambu apus mempunyai
tunas bambu apus mampu menghambat aktivitas antibakteri terhadap bakteri
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Escherichia coli dan Staphylococcus
Staphylococcus aureus. aureus.
Uji statistik dengan menggunakan 2. Ekstrak Tunas bambu apus yang paling
one way Anova didapat F hitung pada efektif sebagai antibakteri bakteri
Escherichia coli sebesar 50.339 dan Escherichia coli dan Staphylococcus
Staphylococcus aureus sebesar152.180, harga aureus adalah konsentrasi 150 mg/ml.
signifikan sebesar 0.00 kurang dari
signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05. Hasil SARAN
tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak Perlu dilakukan penelitian tentang
tunas bambu apus mempunyai aktivitas uji aktivitas ekstrak tunas bambu apus
antibakteri, selanjutnya dilakukan uji terhadap bakteri lainnya, dengan metode
ANOVA dan uji Kruskal walis untuk lain dan mencari senyawa aktif lainnya
mengetahui bahwa adanya perbedaan dari dalam tanaman tunas bambu apus.
data tersebut.
Hasil di atas dapat dilihat bahwa REFERENSI
aktivitas antibakteri tunas bambu apus 1. Andoko, A. 2007. Budidaya Bambu
terhadap bakteri Escherichia coli dan Rebung. Penerbit Kasinus.Yogyakarta.
Stapylococcus aureus mempunyai daya 2. Singhal, P., Bal, L. M., Satya, S.,
hambat dengan konsentrasi maksimal 150 Sudhakar, P., dan Naik, S. N. 2013.
mg/ml, dengan demikian dapat dikatakan Bamboo Shoots: A Novel Source of
bahwa daya antibiotika dipengaruhi oleh Nutrition and Medicine. Critical Reviews
konsentrasi. Konsentrasi semakin besar akan in Food Science and Nutrition 53(5).
menyebabkan daya hambat terhadap bakteri 3. Croxen M., Law R.J., Scholz R., Keeney
uji juga besar14. K.M., Wlodarska M, dan Finlay B.B.
Mekanisme kerja flavonoid sebagai 2013. Recent Advances in Understanding
antibakteri dapat membentuk kompleks Enteric Pathogenic Escherichia coli.
dengan protein ekstraseluler dan dinding sel Clinical Microbiology Review 26 (4).
bakteri, selain itu flavonoid bersifat lipofilik 4. Otto, M. 2013. Staphylococcal Infections:
yang dapat merusak membran mikroba15. Mechanisms of Biofilm Maturation and
Tannin juga memiliki mekanisme kerja Detachment as Critical Determinants of
sebagai antibakteri, tannin bersifat astrigen Pathogenicity*. Annual Review of
(zat yang dapat menciutkan). Tannin mampu Medicine Annu. Rev. Med. 64(1).
merusak membran sel dengan mengikat ion-
5. Zhang, Y., Wu, X., Ren, Y., Fu, J., & 12. Lewis, K. 2013. Platforms for antibiotic
Zhang, Y. 2004. Safety Evaluation of a discovery. Nature Reviews Drug
Triterpenoid-Rich Extract from Bamboo Discovery Nat Rev Drug Discov 12(5).
Shavings. Food and Chemical 13. Peach, K. C., Bray, W. M., Winslow, D.,
Toxicology 42(11) Linington, P. F., & Linington, R. G.
6. Samsumaharto, R.A. 2009. Uji Aktivitas 2013. Mechanism of action-based
Antibakteri Ekstrak N-Heksan, Etil Classification of Antibiotics Using High-
Asetat Dan Etanol 70 % Daun Rosella Content Bacterial Image Analysis. Mol.
(Hibiscus Sabdariffa L) terhadap BioSyst. Molecular BioSystems 9(7).
Staphylococcus aureus ATCC 25923. 14. Bernier, S. P., & Surette, M. G. 2013.
Fakultas Farmasi Universitas Setia Concentration-dependent activity in
Budi. Surakarta. natural environments. Front. Microbio.
7. Mustarichie., 2011. Penelitian Kimia Frontiers in Microbiology 4
Tanaman Obat. Cetakan Pertama, 15. Romano, B., Pagano, E., Montanaro, V.,
Bandung. Fortunato, A. L., Milic, N., & Borrelli, F.
8. Zanbar, A. 2005. Ilmu Statistik. 2013. Novel Insights into the
Cetakan Pertama. Rekayasa Sains Pharmacology of Flavonoids. Phytother.
Bandung. Bandung, Res. Phytotherapy Research 27(11)
9. Depkes.R.I, 1979. Farmakope 16. Lorent, J. H., Quetin-Leclercq, J., &
Indonesia, edisi ketiga, Jakarta. Mingeot-Leclercq, M. 2014. The
10. Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Amphiphilic Nature of Saponins and
Penuntun Cara Modern Menganalisis Their Effects on Artificial and Biological
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Membranes and Potential Consequences
11. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran for Red Blood and Cancer Cells. Org.
Teknologi Farmasi, edisi ke-5, Gajha Biomol. Chem. 12(44)
Mada University Press. Yogyakarta.