Professional Documents
Culture Documents
Post Partum
Post Partum
0.00 / 5 5
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar,
1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002).
Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Mansjoer et.All. 1993).Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar,
1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti sedia kala sebelum
hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi,
diantaranya :
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami kesukaran dalam
buang air kecil, karena :
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan sempurna. Dinding
abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang setelah kehamilan. Perut
menggantung sering dijumpai pada multipara.
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat naik 0,50C dari
keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam pertama melahirkan. Bila
>38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak
panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2 minngu pertama
masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan peningkatan factor pembekuan yang
terjadi selama kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas
fibrinolitik.
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama persalinan,
selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita tidak
mengalami persalinan yang lama/panjang.Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah
pada awal masa nifas.
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan
perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan
penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-
kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post
partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post
partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah
trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat
duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak
buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien
belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3
hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di
rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar
dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara
teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.
E. Pathway
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran, payudara
bengkak, dan involusi uterus
2. Kurang pengetahuan tentang manejemen laktasi dan perawatan bayi b/d kurangnya
informasi
3. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya informasi
G. Intervensi
Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, proses kelahiran,
payudara bengkak, dan involusi uterus (Carpenito, 1997).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hialng,
dengan kriteria hasil pasien tidak mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang, skala nyeri dalam
batas normal (2-3).
Intervensi keperawatan :
Tujuan : Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai manajemen laktasi
dan perawatan bayi setelah dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien mampu
menjelaskan kembali mengenai informasi yang telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan informasi.
2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali pusat dan
perawatan payudara.
3. Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
4. Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
5. Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1. Anjurkan klien untuk menghindari coitus selama 4 – 6 minggu / sesuai anjuran dokter.
2. Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila ibu menyusui.
3. Tekankan pentingnya diet nutrisi.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang lebih berat dan bayi
selama 2 -3 minggu.
5. Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.
6. Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.
7. Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.
8. Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu perubahan dari merah
menjadi coklat sampai putih.
9. Beritahu menstruasi akan kembali 6 – 8 minggu setelah perawatan.
10. Tekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk pemeriksaan post pasca
partum.
11. Perawatan vagina/vulva hygiene
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penerbit Universitas Diponegoro (1991). Pelatihan Gawat Darurat Prenatal. Semarang
: CV. Grafika Karya.
Carpenito, L. J. (1997). Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta (1995). Pencegahan dan
Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. (1999). Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documentating
Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Long, Barbara. C (1996). Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I. Penerbit CV.
Mosby Company, St. Louis, USA