You are on page 1of 23

KESIAPAN POLRI

DALAM MENJAGA KAMTIBMAS


PADA PEMILU ANGGOTA DPR, DPD,
DAN DPRD TAHUN 2014

Oleh

Jenderal Polisi Drs. Sutarman

Disampaikan
Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional
Dalam Rangka Pemantapan Pelaksanaan Pemilu 2014
Jakarta, 11 Februari 2014
1

KESIAPAN POLRI DALAM MENJAGA KAMTIBMAS


PADA PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD
TAHUN 2014

Oleh : Jenderal Polisi Drs. Sutarman

I. Pendahuluan

Reformasi 1998 menjadi tonggak bersejarah penerapan prinsip -


prinsip demokrasi di Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sejalan dengan konstitusi (UUD 1945). Kehidupan
demokrasi telah memberikan ruang kebebasan bagi masyarakat untuk
berserikat, berkumpul dan menyampaikan pendapat yang dijamin
oleh konstitusi serta diberikan hak politik yang luas untuk terlibat
dalam roda pemerintahan.

Proses pendewasaan demokrasi berlangsung mulai dari tahap


transisi demokrasi, dengan mulai melakukan pembelajaran terhadap
setiap prinsip - prinsip demokrasi, dengan menguatkan dan
mematangkan dasar - dasar dalam kehidupan berdemokrasi menuju
konsolidasi demokrasi hingga tahap pemantapan demokrasi. Pada
tahap pemantapan demokrasi ini, kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara ditandai dengan ciri - ciri akuntabilitas pemerintah,
tegaknya supremasi hukum, kuatnya partisipasi masyarakat dalam
politik, rakyat mematuhi hukum, serta terselenggaranya pemilu yang
aman dan demokratis.

Polri sebagai alat negara bersama stakeholders bertugas dan


bertanggung jawab untuk mengawal dan menjaga proses demokrasi agar
pemantapan demokrasi dapat terwujud dan menjadi landasan menuju
Indonesia menjadi negara yang aman, sejahtera, adil dan makmur.
Salah satu peran Polri adalah menjaga dan mengawal Pemilu yang
memiliki kerawanan agar berlangsung dengan aman, jujur, adil dan
demokratis.
2

II. Situasi Pemilu 2009

Selama pelaksanaan Pemilu 2009, Polri mencatat telah terjadi


beberapa kasus menonjol dan pelanggaran Pemilu, sebagaimana uraian
dibawah ini :

1. Kejadian menonjol Pemilu 2009 sebanyak 18 kasus, terdiri


dari :

a. Unjuk rasa : 1 kasus


b. Teror dan pengancaman : 2 kasus
c. Penyerangan terhadap anggota KPPS : 1 kasus
d. Penculikan / penyanderaan jurkam
dan Polri : 2 kasus
e. Pelemparan granat terhadap jurkam,
rumah pejabat daerah dan rumah elit
partai : 3 kasus
f. Pemukulan / penganiayaan terhadap
petugas penyelenggara pemilu dan
linmas : 4 kasus
g. Pengrusakan kantor KPU dan
Pemerintah : 3 kasus
h. Pembakaran gudang logistik dan kantor
KPU : 2 kasus

2. Pelanggaran Pemilu Legislatif 2009

Pada Pemilu Legislatif tahun 2009, telah terjadi berbagai


pelanggaran Pemilu yaitu sebanyak 682 kasus. Dari jumlah
kasus tersebut, telah diselesaikan sebanyak 423 kasus (P21) dan
dihentikan penyidikannya sejumlah 259 kasus (SP3). Adapun
perincian kasus pelanggaran Pemilu legislatif tersebut
meliputi :
a. Pemalsuan dokumen : 26 kasus
b. Berikan keterangan tidak benar untuk
data pemilih : 4 kasus
3

c. Tidak berikan salinan berita acara


pungut hitung suara : 5 kasus
d. Halangi orang lakukan haknya : 5 kasus
e. Sebabkan orang lain hilang hak pilih : 8 kasus
f. Laksanakan pungut suara dua kali : 23 kasus
g. Beri uang saat pungut suara : 19 kasus
h. Tidak menjaga, amankan kotak suara : 10 kasus
i. Mengaku diri sebagai orang lain : 38 kasus
j. Sebabkan surat suara tak bernilai : 35 kasus
k. Perusakan alat kampanye : 79 kasus
l. Kampanye diluar jadwal : 71 kasus
m. Kampanye gunakan fasilitas pemerintah : 95 kasus
n. Money politic :191 kasus
o. Lain - lain : 73 kasus

3. Pelanggaran Pemilu Presiden / Wapres

Jumlah pelanggaran yang terjadi selama Pemilu Presiden /


Wapres adalah sebanyak 51 kasus, dengan perincian 26 kasus
selesai disidik, dan 25 kasus dihentikan penyidikannya. Adapun
perincian kasus pelanggaran Pemilu Presiden / Wapres sebagai
berikut :

a. Sebabkan orang lain hilang hak pilih : 3 kasus


b. Rusak alat raga kampanye : 4 kasus
c. Pejabat BUMN ikut pelaksanaan kampanye : 2 kasus
d. Lakukan giat yang menganggu tertib
pungut suara : 4 kasus
e. KPPS tidak berikan ba hitung suara : 2 kasus
f. Halangi orang lakukan haknya : 5 kasus
g. Merubah berita acara hasil pungut suara : 1 kasus
h. Sebabkan rusak/hilang berita acara pungut
suara : 1 kasus
i. Memberikan suara lebih dari satu kali : 11 kasus
j. Mengaku dirinya sebagai orang lain : 8 kasus
k. Janjikan beri uang / materi saat pungut
suara : 1 kasus
4

l. Langgar larangan kampanye : 6 kasus


m. Janjikan beri uang / materi pada peserta
kampanye : 1 kasus
n. Kampanye diluar jadwal : 2 kasus
o. Buat keputusan yang untung / rugikan
pasangan calon : 2 kasus
p. Menambah / kurangi daftar pemilih : 2 kasus
q. Lain – lain : 1 kasus

III. Pemilu 2014

Pemilu tahun 2014 akan diikuti 12 (dua belas) Partai


Politik Nasional dan 3 (tiga) Partai Politik Lokal di Aceh
yang memenuhi syarat sebagai peserta Pemilu tahun 2014
dan telah ditetapkan KPU sesuai dengan undian nomor
urut Partai Politik, yaitu:

1. Partai Nasional Demokrat (Nasdem);

2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB);

3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS);

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP);

5. Partai Golongan Karya (Golkar);

6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra);

7. Partai Demokrat;

8. Partai Amanat Nasional (PAN);

9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP);

10. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura);

11. Partai Damai Aceh (PDA);

12. Partai Nasional Aceh (PNA);

13. Partai Aceh (PA);

14. Partai Bulan Bintang (PBB);

15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI);


5

IV. Kesiapan Polri Dalam Pengamanan Pemilu 2014

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang - undang Nomor 2


Tahun 2002 tentang Kepolisian, Polri bertugas melakukan
pemeliharaan kamtibmas, menegakkan hukum, melindungi, mengayomi
dan melayani masyarakat. Implementasi dari pelaksanaan tugas
tersebut diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dan
operasi kepolisian, termasuk pengamanan Pemilu tahun 2014.
Sejalan dengan hal tersebut, maka tugas Polri dalam Pemilu
tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Menjaga dan memelihara situasi kamtibmas agar tetap


kondusif sejak tahap persiapan, penyelenggaraan dan
penyelesaian Pemilu guna menjamin rasa aman para
penyelenggara, peserta Pemilu tahun 2014 dan masyarakat;

2. Melakukan pengamanan dan pengawalan terhadap setiap tahapan


pemilu sehingga mampu mengantisipasi dan mengeliminir
perkiraan gangguan dan ancaman yang muncul;

3. Melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran tindak


pidana pemilu dan tindak pidana lainnya sebagaimana yang
diatur di dalam peraturan dan perundangan yang berlaku.

4. Melakukan tugas lain menurut peraturan - perundangan


yang berlaku, antara lain : melakukan tugas pelayanan
seperti pelayanan penerimaan pemberitahuan kegiatan
kampanye dan atau pemberian ijin kepada peserta pemilu

Guna mewujudkan hal di atas, Polri telah melakukan berbagai


langkah proaktif untuk mewujudkan situasi kamtibmas yang aman
dan kondusif, sebelum pelaksanaan Operasi Mantap Brata – 2014,
yaitu sebagai berikut :

1. Melaksanakan Operasi Cipta Kondisi :

a. Melaksanakan Kegiatan Kepolisian


1) Penindakan kejahatan yang meresahkan masyarakat,
street crime, premanisme, narkoba dan kejahatan
dengan menggunakan senpi;
6

2) Melaksanakan kegiatan Kepolisian dengan sasaran


pengamanan tahapan Pemilu yang tidak termasuk
dalam rencana Operasi “Mantap Brata – 2014”.

b. Melaksanakan operasi kepolisian

1) Operasi ”Simpatik – 2013” dalam rangka


menumbuhkan ketertiban berlalu – lintas.
2) Operasi ”Dian - 2013” dalam rangka menindak
pelanggaran penyalahgunaan BBM.
3) Operasi ”Patuh - 2013” dalam rangka menumbuhkan
kepatuhan berlalu – lintas.
4) Operasi “Ketupat - 2013” dalam rangka
pengamanan Hari Raya Idul Fitri.
5) Operasi “Kresna - 2013” dalam rangka menindak
penyalahgunaan senpi.
6) Operasi “Zebra - 2013” dalam rangka menindak
pelanggaran lalu – lintas.
7) Operasi “Lilin - 2013” dalam rangka pengamanan
Perayaan Natal dan Malam Tahun Baru.
8) Operasi “Jaring Nusantara - 2013” dalam rangka
penanggulangan Terorisme.
9) Operasi Mandiri “Kresna I dan kresna II tahun
2014” dalam rangka mengajak masyarakat
berpartisipasi dalam pengamanan Pemilu.
10) Melaksanakan 36 Operasi Kewilayahan yang
dilaksanakan di seluruh Polda.

2. Sinergi Polisional

Selain melaksanakan Operasi Cipta Kondisi, Polri juga


menyelenggarakan kegiatan Sinergi Polisional, antara lain :

a. Bekerjasama dengan TNI dalam pengamanan Pemilu


2014 dengan membuat Nota Kesepahaman Perbantuan
TNI kepada Polri bidang Harkamtibmas dalam Pam
Pemilu 2014.
7

b. Bekerjasama dengan penyelenggara Pemilu (KPU,


Bawaslu, DKPP, dan Pemerintah)
c. Kerja sama dalam lingkup Gakkumdu (Polri,
Kejaksaan, Bawaslu)
d. Membangun kerja sama dengan seluruh potensi
masyarakat untuk pemilu aman, lancar dan damai.

Melalui berbagai kegiatan di atas, diharapkan akan mendorong


terciptanya situasi kamtibmas yang kondusif dan mendukung
terselenggaranya Pemilu 2014 yang aman dan lancar. Namun demikian,
perlu disadari bahwa setiap tahapan Pemilu memiliki potensi kerawanan
yang dapat mengganggu jalannya Pemilu. Adapun potensi kerawanan
yang dapat muncul pada tahapan Pemilu 2014, sebagai berikut :

1. Protes dan unras (berakhir tindakan anarkistis);


2. Bentrok massa;
3. Sabotase;
4. Ancaman dan intimidasi yang ditujukan perorangan atau
kelompok pemilih, simpatisan, caleg, dan elit parpol, untuk
menghambat keikutsertaannya dalam Pemilu.
5. Kampanye hitam (black campaign) dan politik uang (money politic);
6. Manipulasi hasil suara / gelembung suara;
7. Pelanggaran Pemilu lainnya;
8. Permasalahan Daftar Pemilih Tetap (DPT);
9. Permasalahan distribusi logistik Pemilu pada wilayah yang
sulit dijangkau transportasi;
10. Kelompok masyarakat golput;
11. Peredaran uang palsu menjelang Pemilu 2014;
12. Politisasi birokrasi;
13. Kemacetan, langgar dan laka lantas;
14. Kejahatan konvensional seperti perusakan, pembakaran,
pengancaman, penculikan, pembunuhan, penganiayaan,
pemalsuan, pencurian;
15. Ancaman terorisme terkait penyebaran faham melalui buku
tadzkiroh Abu Bakar Ba’asyir yang menempatkan pemerintah
dan aparatnya sebagai thogut yang sah untuk diperangi.
8

Guna mengantisipasi berbagai perkiraan ancaman pada


tahapan Pemilu, Polri melaksanakan Operasi Kepolisian Terpusat
dengan sandi “Mantap Brata - 2014” yang dilaksanakan selama
224 (dua ratus dua puluh empat) hari di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mengedepankan
kegiatan preemtif dan preventif yang didukung kegiatan intelijen,
represif, kuratif dan rehabilitasi dalam rangka mengamankan setiap
tahapan inti Pemilu guna mewujudkan situasi kamdagri yang
kondusif dan kamseltibcar lantas.

Operasi terpusat ini dilakukan dengan membentuk Satuan


Tugas di tingkat Pusat (Satgaspus), Satuan Tugas di Daerah
(Satgasda), sedangkan di tingkat Polres dibentuk Satuan Tugas di
tingkat Polres (Satgasres) yang bersinergi dengan TNI dan mitra
keamanan lainnya yang meliputi pengamanan kampanye, masa
tenang, pemungutan suara dan penghitungan suara, baik Pemilu
Legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada
putaran pertama serta putaran kedua sampai dengan
penetapan hasil Pemilu, penetapan kursi dan calon, pengucapan
sumpah janji / pelantikan anggota DPR, DPD dan DPRD serta
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, sedangkan tahapan Pemilu
yang tidak masuk pada operasi ini dilakukan dengan kegiatan
Kepolisian.

Melalui pelaksanaan Operasi Mantap Brata ini, diharapkan


seluruh kegiatan tahapan inti Pemilu tahun 2014 dapat
terselenggara dengan aman, lancar dan tertib serta terjaminnya
rasa aman para penyelenggara dan peserta Pemilu tahun 2014
serta masyarakat dapat hadir ke TPS untuk menggunakan hak
pilihnya dengan tenang dan bebas dari rasa takut akan
ancaman dalam bentuk apapun dan terwujudnya situasi dan
kondisi kamtibmas yang aman, kondusif dan terkendali selama
Pemilu 2014.
9

Guna mewujudkan hal tersebut, Polri telah menetapkan beberapa


sasaran operasi yang ditujukan terhadap orang, benda, lokasi dan
kegiatan, yang meliputi :

1. Orang :

a. Personel KPU, KPU Provinsi / Kabupaten / Kota, PPK,


PPS, KPPS dan TPS;
b. Personel Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten
/ Kota / Kecamatan;
c. Personel DKPP;
d. Personel MK:
e. Panitia Pendaftaran Pemilih dan Juru Kampanye;
f. Calon anggota DPR, DPD dan DPRD serta calon
Presiden dan Wakil Presiden beserta Keluarga;
g. Pengamat / Pemantau Pemilu;
h. Masyarakat Pemilih.

2. Benda

a. Kantor KPU, KPU Provinsi / Kabupaten / Kota, PPK,


PPS, KPPS dan TPS;
b. Kantor Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten /
Kota / Kecamatan;
c. Kantor DKPP;
d. Kantor MK;
e. Kantor Parpol;
f. Sarana prasarana Pemilu seperti kotak suara, surat
suara serta kelengkapan lainnya (logistik Pemilu).

3. Lokasi

a. Lokasi percetakan surat suara;


b. Lokasi atau tempat yang digunakan sebagai penyimpanan
logistik Pemilu;
c. Lokasi kampanye;
d. Area TPS dan tempat - tempat lainnya (titik rawan dan
strong point);
10

e. Lokasi atau tempat untuk rekapitulasi, penghitungan


suara, sidang / rapat pleno dan penetapan hasil
Pemilu oleh KPU / KPUD;
f. Lokasi atau tempat dan gedung yang digunakan
untuk pelantikan / sumpah janji Presiden / Wakil
Presiden, Anggota DPR, DPD dan DPRD terpilih;

4. Kegiatan:

a. Proses cetak, pengambilan dari percetakan, simpan


dan distribusi surat suara serta kelengkapan
administrasi ke tempat tujuan;
b. Distribusi logistik Pemilu ke tujuan;
c. Tahapan inti Pemilu 2014;
d. Pengiriman hasil penghitungan suara.

Operasi ini dilaksanakan di seluruh wilayah Republik


Indonesia yang meliputi 34 Provinsi, 413 Kabupaten, 98 Kota, 5.524
Kecamatan, 79.075 Kelurahan / Desa dengan jumlah TPS
sementara sebanyak 545.778 dan jumlah pemilih sementara
sebanyak 186.172.508. Untuk pemilih di luar negeri, pengamanan
dilakukan di negara Malaysia, Singapura, Hongkong dan Arab
Saudi.

Sebagai upaya untuk meminimalisir potensi gangguan dan


ambang gangguan tidak berkembang menjadi gangguan nyata,
maka cara bertindak yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemetaan potensi kerawanan berdasarkan wilayah dan


kegiatan pada tahapan Pemilu;
2. Melaksanakan deteksi dini dengan mengumpulkan bahan
keterangan atau informasi guna mengantisipasi dan mencegah
adanya ancaman dari pihak - pihak yang akan
mengganggu serta menggagalkan Pemilu;
3. Melaksanakan penangkalan dengan kegiatan melakukan
bimbingan, penyuluhan atau penerangan kepada masyarakat
11

dalam upaya membentuk opini yang menguntungkan bagi


kegiatan operasi serta meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat guna mewujudkan dan memelihara situasi
kamtibmas sehingga Pemilu dapat berjalan dengan aman,
tertib, lancar dan demokratis;
4. Melaksanakan pencegahan dengan kegiatan penjagaan
pengaturan, pengawalan dan patroli;
5. Melaksanakan penindakan terhadap setiap pihak yang
melakukan perbuatan yang dapat mengganggu atau
menggagalkan pelaksanaan Pemilu baik yang dilakukan secara
perorangan maupun secara kelompok;
6. Melaksanakan penegakan hukum dengan kegiatan penyidikan
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, terutama
peraturan perundang - undangan tentang Pemilu sehingga
dapat mengungkap dengan tuntas setiap tindak pidana
Pemilu;
7. Kuratif yaitu melakukan, pencarian, penyelamatan dan
pertolongan terhadap korban konflik / bencana;
8. Rehabilitasi korban akibat konflik / bencana selama Operasi
“Mantap Brata 2014”.

Dalam rangka Operasi Mantap Brata tersebut, kegiatan


pengamanan Pemilu 2014, diselenggarakan di 31 wilayah Polda,
yang meliputi 4 wilayah Polrestabes, 6 Polres Metro, 20 wilayah
Polresta, 415 wilayah Polres dan 4.736 wilayah Polsek / Ta /
Tro, serta melibatkan kekuatan personel Polri didukung oleh personel
TNI dan Linmas. Adapun total petugas pengamanan sebanyak
1.368.041 orang, yang terdiri dari Polri sebanyak 253.035 orang,
dengan perincian Mabes Polri sebanyak 4.511 orang, dan
kekuatan personel Polda - Polda sebanyak 248.524 orang.
Sedangkan perkuatan pengamanan lainnya sebanyak 1.115.006
orang, dengan perincian TNI 23.450 orang dan direncanakan
pelibatan Linmas sebanyak 1.091.556 orang. Penggelaran kekuatan
pada Pemilu Legislatif, diatur dengan ketentuan pada masa kampanye,
pemungutan dan penghitungan suara, kekuatan yang terlibat
12

sebanyak 2/3 kekuatan. Sedangkan pada masa tenang,


penetapan hasil Pemilu, penetapan kursi dan calon serta
pengucapan sumpah / janji sebanyak 1/3 kekuatan, yang terlibat
dalam pengamanan Pemilu.

Dalam hal terjadi situasi kontinjensi, telah disusun rencana


Operasi Aman Nusa I untuk mengatasi kontinjensi konflik sosial,
Aman Nusa II untuk mengatasi kontinjensi bencana alam dan
Aman Nusa III untuk mengatasi terorisme. Selain itu, untuk
menghadapi situasi kontijensi, Polri juga telah menyiapkan kekuatan
back-up Brimob sebanyak 33.818 personel, terdiri dari Korbrimob
Polri sebanyak 5.395 pers dan Brimob Polda sebanyak 28. 423 pers.
Adapun ketentuan backup 1/3 kekuatan riil dilakukan dengan
mempertimbangkan rayonisasi, jarak tempuh dan ketersediaan
tranportasi (kecepatan) serta efisiensi anggaran.

Selain pelibatan personel, Polri juga didukung sarana prasarana


yang menunjang kegiatan pengamanan Pemilu 2014, berupa
kendaraan bermotor, meliputi roda dua 54.039 unit, roda empat
13.992 unit, roda enam 2.880 unit dan rantis sebanyak 675 unit,
kapal laut sebanyak 728 unit, pesawat terbang terdiri dari
helly sebanyak 18 unit dan fix wing sebanyak 3 unit, dan satwa
yang terdiri dari anjing sebanyak 250 ekor dan kuda sebanyak 7 ekor.

V. Pengamanan Tahap Inti Pemilu

Dalam rangka mengantisipasi potensi kerawanan yang terjadi


pada tahap inti Pemilu 2014 agar tidak berkembang menjadi
gangguan nyata, Polri telah menyiapkan langkah – langkah
antisipasi, sebagai berikut :

1. Distribusi Logistik

a. Kerawanan

1) Distribusi logistik terlambat;


2) Peralatan / perlengkapan dicuri, digandakan,
dipalsukan, dibakar;
3) Korupsi penyediaan peralatan / perlengkapan dan
pendistribusian;
13

b. Cara bertindak

1) Penjagaan TMP percetakan dan penyimpanan


logistik Pemilu;
2) Pengawalan distribusi logistik sampai ke TPS;
3) Menindak pihak yang menganggu / hambat
distribusi logistik Pemilu.

2. Kampanye

a. Kerawanan

1) Protes parpol kepada Parpol lain;


2) Protes parpol kepada Penyelenggara Pemilu;
3) Rusuh massal / sabotase / teror / ancaman /
penculikan;
4) Pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan lalulintas;
5) Kejahatan konvensional lainnnya.

b. Cara Bertindak

1) Penjagaan TMP percetakan dan penyimpanan


logistik Pemilu;
2) Pengawalan distribusi logistik sampai ke TPS;
3) Menindak pihak yang menganggu / hambat
distribusi logistik Pemilu.

3. Masa Tenang

a. Kerawanan

1) Sabotase / teror / pengancaman / penculikan;


2) Money politic, black campaign;
3) Kecurangan tertentu;
4) Isu sara;
5) Kejahatan konvensional lainnya.

b. Cara bertindak

1) Sosialisasi dan himbauan terhadp para calon, kader


& tim suksesnya agar tidak melakukan aktifitas
politik;
14

2) Deteksi dini kemungkinan adanya ancaman dan


gangguan keamanan;
3) Pengaturan dan penjagaan pada lokasi / tempat
rawan untuk mencegah munculnya gangguan
keamanan;
4) Pengamanan proses pembersihan tanda gambar partai
politik;
5) Tindak pihak yang mengganggu masa tenang;
6) Deteksi kemungkinan adanya money politic /
serangan fajar.

4. Pemungutan Suara

A. Kerawanan

1) Protes dan unjuk rasa;


2) Sabotase / teror / pengancaman;
3) Money politic;
4) Manipulasi / penggelembungan suara;
5) Intimidasi dan pemaksaan;
6) Penolakan hasil penghitungan suara;
7) Kejahatan konvensional lainnya.

B. Cara bertindak

1) Deteksi kemungkinan adanya ancaman dan


gangguan;
2) Pengamanan TPS, secara terbuka maupun tertutup;
3) Patroli dan pemantauan di sekitar TPS;
4) Tindak pihak yang mengganggu pelaksanaan
pemungutan suara;
5) Mengawal dan mengamankan kotak suara serta
administrasinya.

5. Rekapitulasi dan Penghitungan Suara

A. Kerawanan
1) Protes dari elemen masyarakat;
15

2) Sabotase / teror / pengancaman;


3) Money politic;
4) Manipulasi / penggelembungan suara;
5) Unjuk rasa;
6) Kejahatan konvensional lainnya.

B. Cara bertindak

1) Deteksi kemungkinan adanya ancaman dan


gangguan;
2) Melaksanakan patroli dan penjagaan di lokasi
perhitungan suara;
3) Melaksanakan pengamanan kantor pemerintahan dan
obyek vital serta pusat perekonomian.

6. Penetapan Calon Terpilih

A. Kerawanan
1) Penolakan hasil penghitungan;
2) Pengerahan massa;
3) Penculikan;
4) Pembakaran;
5) Sabotase.

B. Cara bertindak

1) Deteksi dini kemungkinan adanya ancaman dan


gangguan;
2) Pengamanan terbuka dan tertutup dengan
kegiatan sterilisasi KPU, KPUD, Bawaslu, dan
TMP lain yang dianggap rawan serta pusat
perekonomian.

7. Pelantikan Sumpah Janji

A. Kerawanan
1) Unjuk rasa;
16

2) Sabotase / teror / pengancaman / penculikan;


3) Kejahatan konvensional lainnya.

B. Cara bertindak

1) Deteksi dini kemungkinan adanya ancaman dan


gangguan keamanan;
2) Pengamanan dengan kegiatan sterilisasi, pengaturan,
penjagaan dan patroli pada kantor pemerintah,
KPU, KPUD, DPR, DPD, DPRD;
3) Melaksanakan penjagaan dan pengawalan
terhadap calon terpilih yang akan dilantik;
4) Tindak pihak yang mengganggu pelaksanaan
pelantikan calon terpilih.

VI. Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemilu

Untuk Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD, dengan


diundangkannya UU Nomor 8 Tahun 2012, maka seluruh tahapan
dan proses pelaksanaan Pemilu harus berpedoman pada
ketentuan yang telah diatur dalam Undang – undang tersebut,
termasuk penegakan hukumnya. Hal – hal baru terkait dengan
penegakan hukum dalam Undang – undang Nomor 8 Tahun
2012 adalah sebagai berikut :
1. Terminologi “pelanggaran pidana pemilu” diganti dengan “tindak
pidana Pemilu”;
2. Mengatur pembentukan Sentra Gakkumdu dengan tujuan
samakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana
Pemilu antara Bawaslu, Polri dan Kejagung;
3. Mengkategorisasi tindak pidana menjadi pelanggaran dan
kejahatan;
4. Dilakukan penghapusan atas ketentuan pidana minimum.

Dalam penyelenggaraan Pemilu sangat potensial terjadi


berbagai pelanggaran, baik pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh penyelenggara Pemilu, pelanggaran administrasi Pemilu,
17

sengketa Pemilu, tindak pidana Pemilu, sengketa tata usaha negara


Pemilu maupun perselisihan hasil Pemilu. Oleh karena itu, setiap
Peraturan Perundang - undangan yang terkait dengan Pemilu
dengan tegas mencantumkan adanya larangan dan sanksi
terhadap setiap pelanggaran dan mengatur mekanisme hukum
acaranya, sehingga dapat mewujudkan penyelesaian hukum yang
efektif.

Berbagai pelanggaran tersebut dapat diselesaikan melalui :

1. Pelanggaran administrasi merupakan pelanggaran yang meliputi


tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu, yang penyelesiannya dilakukan
oleh KPU;
2. Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu merupakan
pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilu yang
berpedomankan sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan
tugas sebagai penyelenggara Pemilu, yang penyelesaiannya
dilakukan oleh DKPP;
3. Tindak pidana Pemilu merupakan tindak pidana pelanggaran
dan / atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu,
yang penyelesiannya dilakukan oleh Penegak Hukum (Bawaslu
/ Panwaslu, Polri, Kejaksaan dan Pengadilan);
4. Sengketa Pemilu merupakan sengketa yang terjadi antar peserta
Pemilu dan sengketa peserta Pemilu dengan penyelenggara Pemilu
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, yang penyelesaiannya dilakukan oleh Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Kabupaten / Kota, Panwaslu Kabupaten /
Kota, Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas
Pemilu Luar Negeri;
5. Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu merupakan sengketa yang
timbul dalam bidang Tata Usaha Negara Pemilu antara peserta
Pemilu dengan KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten / Kota, yang
penyelesiannya dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara;
18

6. Perselisihan hasil Pemilu merupakan perselisihan antara KPU


dan Peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil
pemilu, yang penyelesiannya dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi.

Berkaitan dengan terjadinya tindak pidana Pemilu, maka proses


penyidikan tindak pidana Pemilu dilakukan terhadap delik - delik
pidana yang diatur pada Undang - undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD dan Undang -
undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden menurut acara yang diatur pada Undang -
undang tersebut dan KUHAP. Tujuan utama penyidikan ini adalah
mengawal Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.

Secara umum mekanisme penyidikan tindak pidana Pemilu dapat


dijelaskan sebagai berikut :

1. Dugaan pelanggaran Pemilu dilaporkan oleh pelapor kepada


Bawaslu / Panwaslu secara tertulis. Pelapor pada Pemilu
Legislatif adalah warga negara yang memiliki hak pilih,
pemantau Pemilu dan peserta Pemilu (Pasal 249 (2) UU No 8
Tahun 2012) yang melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu
maksimal 7 hari sejak diketahui / ditemukannya
pelanggaran Pemilu (pasal 249 (4) UU Nomor 8 Tahun
2012).

sedangkan untuk Pemilu Presiden, yang berhak melaporkan


dugaan pelanggaran Pemilu adalah warga negara yang
memiliki hak pilih, pemantau Pemilu Presiden dan
pasangan calon / tim kampanye Pemilu yang menemukan
dugaan pelanggaran Pemilu (pasal 190 (2) UU Nomor 42
Tahun 2008) maksimal 3 hari setelah pelanggaran terjadi
(pasal 190 (4) UU Nomor 42 Tahun 2008).
19

2. Setelah menerima laporan, Bawaslu / Panwaslu melakukan


pengkajian laporan tersebut dan apabila terbukti
kebenarannya, maka wajib menindaklanjuti laporan tersebut
paling lama 3 hari sejak diterimanya laporan (pasal 249 (5)
UU Nomor 8 Tahun 2012 dan pasal 190 (6) UU Nomor
42 Tahun 2008).

3. Bawaslu / Panwaslu diberikan tambahan waktu maksimal 5


hari apabila memerlukan keterangan tambahan pelapor (pasal
249 (6) UU Nomor 8 Tahun 2012 dan pasal 190 (7) UU nomor
42 Tahun 2008)

4. Apabila dari hasil pengkajian ditemukan bahwa terjadi


pelanggaran, maka Bawaslu / Panwaslu meneruskan laporan
sebagai berikut (pasal 250 UU Nomor 8 tahun 2012 dan
pasal 190 (8) dan (9) UU Nomor 42 Tahun 2008) :

a. Pelanggaran administrasi diteruskan kepada KPU, KPU


Provinsi dan KPU Kabupaten / Kota (pasal 249 (5)
UU Nomor 8 tahun 2012 dan pasal 190 (6) UU Nomor
42 Tahun 2008).
b. Pelanggaran kode etik (khusus terhadap pelanggaran
Pemilu legislatif karena dalam Pemilu Presiden tidak
diatur tentang pelanggaran kode etik) diteruskan
kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP).
c. Pelanggaran pidana diteruskan kepada Polri melalui
Sentra Gakkumdu.

5. Sentra Gakkumdu membahas laporan dari Bawaslu paling


lambat 1 x 24 jam untuk beri rekomendasi :

a. Bukan tindak pidana dan dikembalikan kepada Bawaslu


untuk ditinjut sesuai peraturan.
b. Tindak pidana tetapi harus dilengkapi, sehingga
diminta Bawaslu untuk lengkapi.
20

c. Tindak pidana dan diserahkan kepada Polri untuk


sidik lanjut.

6. Selanjutnya, penyidik Polri yang menerima pelimpahan


laporan tindak pidana Pemilu dari Panwaslu melakukan
penyidikan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Terhadap tindak pidana umum di luar tindak pidana
Pemilu berlaku hukum acara yang diatur dalam
KUHAP.

b. Terhadap tindak pidana Pemilu mengacu mekanisme


penanganan laporan yang diatur dalam Undang -
undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu anggota
DPR, DPD DAN DPRD dan Undang - undang Nomor 42
Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, selain tetap mengacu pada kaidah - kaidah
umum beracara pidana dalam KUHAP.

7. Berkaitan dengan penyidikan tindak pidana Pemilu, penyidik


memiliki waktu maksimal 14 hari melaksanakan penyidikan
dan menyerahkan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut
Umum (pasal 261 (1) Undang – undang Nomor 8 Tahun
2012 dan pasal 196 (1) Undang – undang Nomor 42 Tahun
2008).
8. Dalam hal Jaksa Penuntut Umum menilai berkas perkara
belum lengkap, dalam waktu paling lama 3 hari penuntut
umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik
disertai dengan petunjuk tentang hal - hal yang harus
dilakukan / dilengkapi penyidik (pasal 261 (2) UU Nomor 8
Tahun 2012 dan pasal 196 (2) UU Nomor 42 Tahun
2008).

9. Penyidik dalam waktu maksimal 3 hari sejak tanggal


penerimaan berkas perkara harus sudah menyampaikan
kembali berkas perkara yang telah dilengkapi kepada
penuntut umum (pasal 261 (3) Undang – undang Nomor 8
Tahun 2012 dan pasal 196 (3) Undang – undang Nomor 42
Tahun 2008).
21

Selanjutnya, penuntut umum melimpahkan perkara kepada


Pengadilan Negeri dalam waktu maksimal 5 hari sejak
menerima berkas perkara (pasal 261 (4) Undang – undang
Nomor 8 Tahun 2012 dan pasal 196 (4) Undang – undang
Nomor 42 Tahun 2008).

VII. Netralitas Polri Dalam Pemilu 2014

Dalam rangka mendukung kesuksesan Pemilu 2014, seluruh


personel Polri tetap menjaga netralitas, dengan tidak berpihak
kepada kelompok tertentu dalam memberikan pelayanan
maupun tindakan Kepolisian lainnya selama berlangsungnya
tahapan – tahapan Pemilu 2014. Hal ini sejalan dengan :

1. Pengamalan nilai – nilai Tribrata sebagai pedoman moral


Polri, “Kami Polisi Indonesia” mengandung makna salah
satunya merupakan pernyataan netralitas anggota Polri tidak
berpihak terhadap urusan politik.
2. Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan
bahwa, Polri tidak melibatkan diri dalam kehidupan politik
praktis untuk menjamin objektivitas dan pemuliaan profesi,
tidak menggunakan hak memilih dan dipilih untuk menjamin
tidak terlibat dalam politik praktis sebagai bentuk
pengabdian dan tanggung jawab profesi serta dapat menduduki
jabatan politik di luar Kepolisian setelah mengundurkan diri
/ pensiun.
3. Undang – undang Nomor 8 Tahun 2012 pada pasal 326,
dalam Pemilu tahun 2014 anggota Polri tidak menggunakan
haknya untuk memilih.

VIII. Kesimpulan

1. Polri beserta mitra keamanan lainnya (TNI dan instansi


terkait) siap melaksanakan pengamanan Pemilu 2014.

2. Berbagai kerawanan / potensi ancaman yang diperkirakan akan


terjadi telah disiapkan rencana kegiatan antisipasi dan telah
dikoordinasikan dengan instansi terkait.
22

3. Sarana dan perlengkapan (ranmor, kapal dan pesawat udara)


yang dimiliki Polri diberdayakan untuk mendukung pengamanan
Pemilu tahun 2014.

4. Penegakan hukum terhadap tindak pidana Pemilu dilaksanakan


secara profesional, proporsional, akuntabel dan transparan.

5. Menjaga netralitas selama berlangsungnya tahapan –


tahapan Pemilu 2014 baik dalam rangka pengamanan maupun
penegakan hukum tindak pidana Pemilu.

IX. Penutup

Pemilu 2014 memiliki arti yang sangat penting dan strategis bagi
keberlangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
serta dalam menentukan pemimpin bangsa yang mampu membawa
bangsa Indonesia mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana
diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu Polri
beserta seluruh stakeholders meliputi Penyelenggara Pemilu, Pengawas
Pemilu, TNI, dan semua komponen masyarakat harus dapat berperan
aktif sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing untuk bersama-
sama mengawal, mendukung dan mensukseskan pemilu 2014 agar
dapat berjalan dengan aman, tertib, jujur, adil dan demokratis.

Jakarta, 11 Februari 2014


KAPOLRI

You might also like