You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KANGKER OVARIUM

OLEH :

windrawati

NPM.017.02.0753

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI


NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES)MATARAM 2018

1
A. PENGERTIAN
Ca Ovarium (kangker ovarium) adalah kangker yang berkembang disel-
sel yang menunjang ovarium, termasuk sel epitel permukaan, sel germinal, dan
sel setroma. Sel- sel yang bermetastasis dari organ lain menuju ovarium, tidak
dikatakan sebagai kangker ovarium. (Syafrudin, Hamidah, 2009)
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka
ragam.(Smeltzer & Bare, 2002).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
Ada beberapa factor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kaker ovarium,
antara lain:
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
5. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

2
6. Nulipara atau tidak mempunyai anak
7. Menstruasi dini

C. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas

3
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma
adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.

D. PATHWAY

Hipotesis incessant ovulation, Hipotesis


androgen, Diet tinggi lemak, Merokok,
Alkohol, Riwayat kanker payudara, kolon,
atau endometrium, Riwayat keluarga dengan
kanker payudara atau ovarium, Nulipara atau
tidak mempunyai anak, Menstruasi dini

Proses peradangan

Kerusakan jaringan

Hyperplasia/ metaplasia

Lheukore Senggama Metastase kelenjar limfe

Sekresi berlebihan
Jaringan servik rapuh Disparemia Pembesaran
berbau
kelenjar limfe

Perdarahan pasca Nyeri


coitus

4
Ca Ovarium

Kemoterapi

Siatem pencernaan System perkemihan System integument System hematologi

Mual, muntah, mulut Gangguan eliminasi Rambut rontok, Merusak sumsum


kering urinRetensi/ kulit kering, kulit tulang
inkontinensia urin menghitam
Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Intake cairan Harga diri rendah Intoleransi
berlebih aktivitas

Deficit volume
cairan

E. TANDA DAN GEJALA


Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih
mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami
gejala berikut:
1. Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian
bawah
2. Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung
3. Urinary urgensi
4. Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
5. Mual
6. Sembelit
7. Sering buang air kecil
8. Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang

5
9. Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang Anda
10. Sakit saat hubungan seksual (dispareunia)
11. Kekurangan energy
12. Punggung sakit
13. Perubahan menstruasi
14. Panggul terasa berat
15. Perdarahan pervaginam
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan
pertanda awal dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut
membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan.
Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan
berat badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang
menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara
atau peningkatan pertumbuhan rambut.

F. KLASIFIKASI
1. Tumor epithelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium. Pada
umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak. Karsinoma
adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium
carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan
penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor
epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker
dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP
tumor : Low Malignat Potential).
2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas,
bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma
dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada

6
usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi
kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini
hanya mencapai 10 - 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium
germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-
leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.

G. STADIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
1. STADIUM I: pertumbuhan terbatas pada ovarium
a) Stadium Ia : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2. STADIUM II: Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan
ke panggul
a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.

7
3. STADIUM III: tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis
terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum
abdominal.
b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. STADIUM IV: pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi.
2. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
a) Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya
b) Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan
kedua saluran tuba fallopii
c) Omentektomi yaiut mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut

8
3. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga
peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal
(stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual
kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang
terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
4. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik
menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin,
doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang
bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi terapi
sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon
terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan
kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b
dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan
kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan
interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh
samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati,
fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan
sistem kardiovaskuler. Metode terapi utama YAITU:
a) Kemoterapi dengan pemanasan intraperitoneal: melalui insisi perkutan
dimasukkan dua tabung silicon intraperitoneal, satu diletakkan di
permukaan hati subdiafragma, satu lagi di resesus posterior kavum
pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen. Obat yang diinfuskan
biasanya FU, DDP, CTX dll. di dalam 3000-4000cc larutan garam
faal. Sebelumnya larutan itu dipanaskan hingga 42°C, dan upayakan
temperatur itu dipertahankan. Lalu melalui satu tabung silicon
dialirkan ke rongga abdomen, setelah 8-12 jam larutan dikeluarkan
lewat tabung yang lainnya. Kecepatan pemberian adalah 500cc per

9
jam. Setiap minggu dilakukan 1-2 kali. Efek buruknya berupa sakit
perut, untuk itu dapat serentak diberikan lidokain intraperitoneal.
b) Imunoterapi intraperitoneal: masukkan tabung ke rongga pelvis,
abdomen, suntikkan obat kemoterapi, 1-2 kali per minggu, serentak
disuntikkan imunomodulator, umumnya digunakan vaksen kuman
Serratia marcescen(S311), 1cc per kali. Pasca injeksi dapat timbul
demam yang mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan. Demam
pertanda respons imun bekerja, tidak akan berdampak buruk.
c) Krioablasi argon-helium: terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi
primer atau metastasis rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat
memakai krioablasi argon-helium. Metode ini setara dengan operasi
debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih keci dibandingkan
operasi.
d) Terapi intra-arteri: melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga
mencapai arteri ovarial, suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal
DDP) dan lipiodol. Jepang melaporkan terapi dengan cara ini, setelah
1 bulan massa ovarium menyusut rata-rata 49%. Kami sering
mengombinasikan cara ini dengan krioablasi argon-helium. Seorang
pasien dari kota Shenyang di RRC, usia 56 tahun, kavum pelvis penuh
dengan tumor disertai asites, setelah terapi intra-arteri dan krioablasi
argon-helium, lesi lenyap total, hingga kini 18 bulan tidak tampak
kekambuhan.
5. Untuk Kanker ovarium epitelial :
a) Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik
sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi
pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi
abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan
abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada
stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium IC pilihan terapi

10
berupa: radioterapi, kemoterapi sistemik. histerektomi total
abdominal.
b) Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau
radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi
dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.
c) Stadium III dan IV: sedapat mungkin massa tumor dan daerah
metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran
asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus,
jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral
dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi.
6. Kanker ovarium germinal :
Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker
ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi. Tumor sel germinal
lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.
7. Kanker ovarium stromal :
Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi. Kombinasi standar sistemik
kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP
(cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin).

I. KOMPLIKASI
Akibat radiasi atau penyinaran maka timbul komplikasi: indung telur mati
terkena radiasi akibatnya hormone pun mati,padahal hormone diperlukan untuk
gairah seksual dan haid juga mencegah osteoporosis, komplikasi lainnya antara
lain luka bakar pada dubur,terjadi diare/perdarahan terus,jika tidak demikian
dubur harus diangkat sebagai gantinya akan dibuatkan dubur baru lewat perut.

J. PENCEGAHAN
Cara termudah untuk mengurangi kemungkinan kanker ovarium adalah;
1. Mengambil kontrasepsi oral atau pil KB.
2. Mengikat saluran tuba.

11
3. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa histerektomi juga akan
mengurangi risiko kanker ovarium. Namun, tidak dianjurkan untuk
memiliki prosedur ini dilakukan kecuali jika itu adalah alasan medis yang
baik untuk melakukannya. Jika seorang wanita telah melalui menopause
atau mendekati menopause maka mungkin ide yang baik untuk memiliki
ovarium diangkat melalui histerektomi.

K. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit
a) Keluhan utama
 Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang
menyebabkan nyeri bertambah, atau berkurang), hubungan
nyeri dengan menstruasi, seksualitas, fungsi urinaria, dan
gastrointestinal.
 Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause,
karakteristik, faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi)
• Pengeluaran cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri,
jumlah, warna, konsistensi)
 Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan
menstruasi, kekenyalan, ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)
 Keluhan fungsi reproduksi
b) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis pada
masa dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan
metabolisme/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi yang lama,
peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.
c) Riwayat penyakit sekarang

12
Pengembangan dari pengkajian PQRST
d) Riwayat penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik,
kongenital.
e) Riwayat reproduksi
siklus haid, durasi haid
f) Riwayat obstetric
kehamilan, persalinan, nifas, hamil

2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah, tekanan darah, nadi, pernapasan
a) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
b) Mata : ada tidaknya anemis anemis, ada tidaknya ikterus, reflek
cahaya.
c) Hidung : ada Tidak ada pernafasan cuping.
d) Mulut : Kebersihan
e) Telinga : ada tidaknya serumen.
f) Leher : ada tidak nya pembesaran kelenjar.
g) Jantung : Denyut jantung
h) Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas.
i) Integumen
j) Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan
mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi,
kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva,
tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan vagina.
k) Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
l) Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu
warna, bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam,
perdarahan, lesi atau luka. Setelah spekulum dilepas dapat dilakukan
pemeriksaan bimanual yaitu : memasukan dua jari kedalam vagina untuk

13
pemeriksaan dinding posterior vagina ( adanya masa, ukuran, bentuk,
konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium, adneksa).
m) Pemeriksaan rectum dan rekto vagina
3. Pola fungsional
a) Oksigenasi
b) Nutrisi dan cairan
c) Eliminasi
d) Termoregulasi
e) Aktivitas dan latihan
f) Seksualitas
g) Psikososial (stress, koping, dan konsep diri)
h) Rasa aman dan nyaman
i) Spiritual
j) Hygiene
k) Istirahat tidur
l) Aktualisasi diri
m) Rekreasi
n) Kebutuhan belajar

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparatomi
8. CT scan atau MRI perut.

14
9. Pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan panggul, dokter dengan hati-
hati memeriksa bagian luar alat kelamin terkena (vulva), dan kemudian
memasukkan dua jari dari satu tangan ke dalam vagina dan sekaligus
menekan sisi lain di perut untuk merasakan rahim dan ovarium.
Pemeriksaan ini menggunakan sebuah alat yang disebut spekulum yang
dimasukkan ke dalam vagina. Spekulum vagina terbuka sehingga dokter
secara visual dapat memeriksa vagina dan leher rahim untuk kelainan.
10. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh. USG membantu dokter menyelidiki
ukuran, bentuk dan konfigurasi ovarium. Untuk membuat gambar dari
ovarium, dokter mungkin memasukkan penyelidikan USG ke dalam
vagina Anda. Prosedur ini disebut USG transvaginal. Pencitraan USG
dapat membuat gambar dari struktur dekat ovarium, seperti rahim anda.
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian. Jika tes
lain menyarankan mungkin memiliki kanker ovarium, dokter dapat
merekomendasikan operasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Selama
operasi, seorang ahli onkologi ginekologi membuat sayatan di perut dan
mengesplorasi rongga perut untuk mendeteksi adanya kanker. Ahli bedah
dapat mengumpulkan sampel cairan perut dan menghapus ovarium untuk
pemeriksaan oleh seorang ahli patologi. Jika kanker ditemukan, ahli bedah
segera mungkin mulai operasi untuk menghapus sebanyak mungkin
kanker. Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat membuat beberapa
sayatan kecil di perut Anda dan masukkan alat-alat bedah khusus dan
sebuah kamera kecil, sehingga prosedur tidak akan memerlukan sayatan
yang lebih besar.
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada
permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak
wanita dengan kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125
dalam darah mereka. Namun, sejumlah kondisi non-kanker juga
menyebabkan peningkatan kadar CA 125, dan banyak perempuan dengan

15
stadium awal kanker ovarium yang normal memiliki kadar CA 125. Untuk
alasan ini, tes CA 125 tidak biasanya digunakan untuk mendiagnosa atau
ke layar untuk kanker ovarium, tetapi dapat digunakan untuk memantau
bagaimana perawatan Anda maju.

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial
kronis (metastase kanker, injuri neurologis, artritis)
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi
tubuh, perubahan kadar hormone
3. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan: Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Gangguan body image berhubungan dengan: Biofisika (penyakit kronis),
kognitif/persepsi (nyeri kronis), kultural/spiritual, penyakit, krisis
situasional, trauma/injury, pengobatan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
5. Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional,
Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep
diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
6. Defisit pengetahuan ten-tang penyakit, pengobatan dan perawatan klien
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, ku-rang paparan atau mudah
lupa

16
N. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri Kronis berhubungan NOC: Manajement nyeri
dengan ketidakmampuan fisik- a. Comfort level a. Kaji nyeri (PQRST)
b. Pain control
psikososial kronis (metastase c. Pain level b. Monitor tanda vital dan nyeri secara teratur
kanker, injuri neurologis, artritis) Setelah dilakukan tindakan c. Observasi reaksi non verbal
keperawatan selama …x24 jam d. Jelaskan penyebab nyeri
Nyeri teratasi atau berkurang e. Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi
dengan criteria hasil: f. Jelaskan aktivitas yang dapat dilakukan
a. Tidak ada kluhan nyeri selama periode nyeri
b. Ekspresi wajah rileks g. Batasi pengunjung terutama saat nyeri akut
c. Bebas nyeri saat aktivitas h. Tingkatkan istirahat
d. TD 100/70-120/80 i. Jelaskan pada keluarga peran yang dapat
e. HR 60-100x/menit dilakukan saat periode nyeri (massage,
f. Skala nyeri 0 atau kompres hangat atu dingin
berkurang Administrasiu analgesic:
g. Tidak ada gangguan tidur a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
h. Tidak ada gangguan derajad nyeri sebelum pemberian analgesic
konsentrasi

17
i. Tidak ada gangguan b. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
hubungan interpersonal pemberian analgesic
j. Tidak ada ekspresi c. Edukasi sebelum pemberian analgesic
menahan nyeri dan d. Cek riwayat alergi analgesik
ungkapan secara verbal
k. Tidak ada tegangan otot
2 Disfungsi seksual berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Bantu pasien untuk mengekspresikan
dengan perubahan struktur atau keperawatan 3x 24 jam Pasien perubahan fungsi tubuh termasuk organ
fungsi tubuh, perubahan kadar dapat menerima perubahan seksual seiring dengan bertambahnya usia.
hormone struktur tubuh terutama pada b. Berikan pendidikan kesehatan tentang
fungsi seksual yang dialaminya penurunan fungsi seksual.
dengan Kriteria hasil: c. Motivasi klien untuk mengkonsumsi
1. Mengekspresikan makanan yang rendah lemak, rendah
kenyamanan kolestrol, dan berupa diet vegetarian
2. Mengekspresikan d. Anjurkan klien untuk menggunakan krim
kepercayaan diri vagina dan gel

3 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan dengan: a. Fluid balance a. Pertahankan catatan intake dan output yang

18
a. Kehilangan volume cairan b. Hydration akurat
secara aktif c. Nutritional Status : Food and b. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
b.Kegagalan mekanisme Fluid Intake mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik
pengaturan Setelah dilakukan tindakan ), jika diperlukan
keperawatan selama….. defisit c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
volume cairan teratasi dengan cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin,
kriteria hasil: total protein )
a. Mempertahankan urine d. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
output sesuai dengan usia dan e. Kolaborasi pemberian cairan IV
BB, BJ urine normal, f. Monitor status nutrisi
b. Tekanan darah, nadi, suhu g. Berikan cairan oral
tubuh dalam batas normal h. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
c. Tidak ada tanda tanda (50 – 100cc/jam)
dehidrasi, Elastisitas turgor i. Dorong keluarga untuk membantu pasien
kulit baik, membran mukosa makan
lembab, tidak ada rasa haus j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
yang berlebihan muncul meburuk
d. Orientasi terhadap waktu dan k. Atur kemungkinan tranfusi
tempat baik l. Persiapan untuk tranfusi

19
e. Jumlah dan irama pernapasan m. Pasang kateter jika perlu
dalam batas normal n. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
g. pH urin dalam batas normal
h. Intake oral dan intravena
adekuat
4 Gangguan body image NOC: NIC :
berhubungan dengan: d. Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis), e. Self esteem c. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
kognitif/persepsi (nyeri kronis), Setelah dilakukan tindakan terhadap tubuhnya
kultural/spiritual, penyakit, krisis keperawatan selama …. d. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
situasional, trauma/injury, gangguan body image e. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
pengobatan (pembedahan, pasien teratasi dengan kriteria kemajuan dan prognosis penyakit
kemoterapi, radiasi) hasil: f. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
a. Body image positif g. Identifikasi arti pengurangan melalui
b. Mampu mengidentifikasi pemakaian alat bantu
kekuatan personal h. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
c. Mendiskripsikan secara kelompok kecil

20
faktual perubahan fungsi
tubuh
d. Mempertahankan interaksi
sosial
5 Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan Faktor keturunan, Krisis 1. Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
situasional, Stress, perubahan 2. Koping a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
status kesehatan, ancaman Setelah dilakukan asuhan selama b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
kematian, perubahan konsep diri, ………X24 jam klien kecemasan pelaku pasien
kurang pengetahuan dan teratasi dgn kriteria hasil: c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
hospitalisasi a. Klien mampu dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi dan d. Temani pasien untuk memberikan keamanan
mengungkapkan gejala dan mengurangi takut
cemas e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
b. Mengidentifikasi, tindakan prognosis
mengungkapkan dan f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
menunjukkan tehnik untuk g. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
mengontol cemas tehnik relaksasi
c. Vital sign dalam batas h. Dengarkan dengan penuh perhatian

21
normal i. Identifikasi tingkat kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, j. Bantu pasien mengenal situasi yang
bahasa tubuh dan tingkat menimbulkan kecemasan
aktivitas menunjukkan k. Dorong pasien untuk mengungkapkan
berkurangnya kecemasan perasaan, ketakutan, persepsi
l. Kelola pemberian obat anti cemas:........

6 Defisit pengetahuan ten-tang Setelah dilakukan penjelasan Teaching individual (5606)


penyakit, pengobatan dan selama ...x pertemuan, pe- a. Tentukan kebutuhan pembelajaran klien
perawatan klien b.d keterbatasan ngetahuan klien tentang pe- b. Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman
kognitif, ku-rang paparan atau nyakit, pengobatan dan pe- klien tentang vertigo
mudah lupa rawatan klien meningkat c. Kaji tingkat pendidikan
NOC : d. Kaji kesiapan klien dalam mempelajari
- Knowledge : Disease informasi spesifik
process (1803) e. Atur agar realita tujuan pembelajaran
- Knowladge : Illness care dengan klien saling menguntungkan
(1824) f. Pilih metode / strategi mengajar yang sesuai
g. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
Dengan kriteria : pembelajaran

22
Klien dan keluarga mam-pu h. Koreksi adanya kesalahan informasi
menjelaskan penger-tian, proses i. Sediakan waktu untuk bertanya pada klien
penyakit, penyebab, tanda dan Teaching : disease process (5602)
gejala, efek penyakit, tindakan a. Nilai tingkat pengetahuan klien tentang
pencegahan, pe-ngobatan dan penyakitnya
perawatan vertigo b. Jelaskan patofisiologi vertigo
c. Jelaskan tanda dan gejala vertigo
d. Jelaskan kemungkinan penyebabnya
e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin dapat mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang
f. Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-
ngobatan dan perawatan
g. Jelaskan alasan rasional dari terapi
pengobatan yang direkomendasikan
h. Kaji sumber-sumber pendukung yang
memungkinkan

23
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta

Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Capenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica


Ester, SKp. Jakarta : EGC.

Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3.


Jakarta : EGC.

Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC


Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi.
Jakarta: EGC

Wilkinson, J. W 2006, Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC


dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, EGC, Jakarta.

Wiknjosastro.et.all. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP

24

You might also like