Professional Documents
Culture Documents
01 GDL Ikamurniwi 263 1 p10028 I I
01 GDL Ikamurniwi 263 1 p10028 I I
DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
v
4. Noor Fitriyani, S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
kasus ini.
5. Tyas Ardi Suminarsis, S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
NIM: P. 10028
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
A. Pengkajian ........................................................................................... 8
A. Pembahasan ......................................................................................... 24
B. Simpulan.............................................................................................. 41
C. Saran .................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
2. Look Book
3. Lembar Pendelegasian
5. Lembar Konsultasi
6. Asuhan Keperawatan
ix
BAB I
PENDAHULUAN
selaras dengan perkembangan orang lain (Suliswati et al, 2005 : 3). Definisi
kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial
koping yang efektif, kondisi diri yang positif, serta kestabilan emosional
(Johson dalam Direja, 2011 : 1). Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat
memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Widyawati, 2012).
stres (Johson dalam Videbeck, 2008 : 4). Apabila seseorang tidak memenuhi
kemampuan dan prestasi diri, hubungan yang tidak efektif atau tidak
memuaskan misalnya tidak puas hidup di Dunia, atau koping yang tidak
1
2
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan
dengan adanya distres seperti gejala nyeri, disabilitas atau kerusakan satu atau
lebih area fungsi yang penting dimana hal ini disertai resiko kematian yang
fungsi mental atau kesehatan mental, dimana hal ini disebabkan oleh
gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian, satu organ atau
orang di dunia mengalami gangguan mental, dan 33% orang hidup dengan
12,15% setiap tahun hidup dengan cacat mental, penyebab utama gangguan
Sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25%
selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-
penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang
puskesmas Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006, jumlah kasus gangguan
mental yang ada sebanyak 38.209 kasus (11,91% per 1.000 penduduk),
mengalami peningkatan di banding tahun 2005 dimana jumlah kasus per 1000
penduduk saat itu sebesar 5,44 (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2006 : 41).
gangguan jiwa diantaranya adalah isolasi sosial atau menarik diri. Isolasi
penurunan atau bahkan tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan
terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam.
dengan orang lain (Fitria, 2009 : 31). Faktor yang berhubungan dengan isolasi
kehilangan komunikasi verbal atau kurang berbicara, sakit yang sangat lama,
4
pemberian terapi menggunakan obat. Terapi obat yang digunakan pada pasien
pasien keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian menarik diri,
halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan
lingkungan, selain itu perilaku tertutup dengan orang lain juga bisa
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada tahun
2012 terdapat pasien rawat inap sejumlah 2.906 dan pasien rawat jalan 26.449
jumlah pasien skizofrenia 2.233 pasien, pasien laki laki sebanyak 1.495 (66,9
%) dan perempuan sebanyak 738 (33,1%). Data dari ruang Srikandi Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada tahun 2012 jumlah pasien rawat inap di
ruangan tersebut sebanyak 315 orang dengan berbagai diagnosa. Jumlah pada
orang, isolasi sosial sebanyak 8 orang dan harga diri rendah sebanyak 8
orang.
membahas masalah isolasi sosial menarik diri dan akan membahas secara
Keperawatan Jiwa pada Nn. S dengan Isolasi Sosial Menarik Diri di Ruang
1. Tujuan Umum
Surakarta.
6
2. Tuhuan Khusus
a. Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
a. Rumah Sakit
b. Pendidikan
secara optimal.
4. Bagi Pembaca.
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Nn. S dengan gangguan isolasi sosial menarik diri yang dilakukan pada
evaluasi.
dilakukan pada tanggal 22 April 2013 pada jam 10.30 WIB di ruang Srikandi
RSJD Surakarta, kasus ini diperoleh dengan metode auto anamnese dan allo
anamnese. Data - data tertentu seperti genogram dan riwayat penyakit dahulu
ibunya, yang bernama Ny. S dengan usia 56 tahun, bekerja sebagai pembantu
Kartasura, Sukoharjo.
8
9
masuk rumah sakit jiwa daerah Surakarta pasien sering berbicara sendiri,
bingung, tidak mau makan, kadang marah marah dan berteriak teriak, karena
IGD rumah sakit banyak diam dan bicara seperlunya dengan tangan dan kaki
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa
kurang berhasil karena Nn. S tidak minum obat secara teratur karena jarang
kontrol kerumah sakit untuk mendapatkan obat, hal ini disebabkan keluarga
tidak mampu membayar obat semenjak 3 bulan yang lalu. Pasien juga pernah
majikannya dahulu maupun orang lain dirumah sakit jiwa, dalam keluarga
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, respirasi 19 kali per
menit, suhu 36ºC, untuk pengukuran didapatkan data tinggi badan pasien
157 cm, berat badan 51,3 kg, tinggi badan pasien dan berat badan pasien
sebelum dan selama sakit tidak ada perubahan. Dari pemeriksaan fisik mata
simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan penglihatan, hidung simetris dan
bersih, mulut simetris, tidak ada sariawan. Rambut pendek, hitam kotor dan
berbau apek, telinga simetris kanan dan kiri serta bersih tidak ada serumen.
27
Keterangan:
: meninggal
:pasien
27
11
merupakan anak pertama dan memiliki adik perempuan yang sudah bekerja,
tinggal serumah dengan ibu, nenek, dan adiknya, ayah Nn. S merupakan anak
pertama dari dua bersaudara yang sudah meninggal sejak pasien masih SD,
sedangkan ibu pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tidak
ibunya dirumah karena dirinya tidak bekerja. Pengkajian harga diri, Nn. S
dan merasa malu pada tetangga karena tidak memiliki penghasilan sendiri.
berhubungan dengan orang lain Nn. S tampak seorang yang pendiam dan
suka menyendiri, di rumah sakit jiwa pasien tidak memiliki teman dekat,
lebih sering tiduran di tempat tidur dan jarang mengobrol dengan orang lain.
beragama islam, meskipun islam Nn. S jarang menjalankan ibadah shalat dan
rapi, hal ini dilihat dari cara berpakaian Nn. S memakai baju terlalu longgar.
Hasil observasi pembicaraan Nn. S apatis, hal ini dibuktikan saat Nn. S diajak
aktivitas motorik didapatkan data pasien tampak lesu, sering berdiam diri dan
jarang mengobrol dengan orang lain, pasien tampak sering tidur dengan
sangat sedih karena berada dirumah sakit dan berpisah dengan ibu, nenek, dan
adiknya, pasien tampak sering menangis. Afek Nn. S datar yaitu tidak ada
dibuktikan dengan Nn. S selalu menunduk ketika diajak berbicara tidak mau
Proses pikir Nn.S flight of idea yaitu pembicaraan yang meloncat loncat dari
satu topik ke topik lainya hal ini dibuktikan saat Nn. S diajak mengobrol
tentang alasan ia masuk rumah sakit RSJD Surakarta pasien membahas kapan
ingin segera bekerja setelah pulang dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
ingin segera mendapat pekerjaan, Nn. S tidak mengalami waham dan tidak
ada masalah dengan isi pikirnya. Pengkajian tingkat kesadaran Nn. S sadar
penuh tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, tanggal, jam, bulan, dan
tahun. Hal ini dibuktikan dengan pasien mampu menyebutkan hari ini hari
dari bangun tidur di pagi hari. Pengkajian tingkat konsetrasi dan berhitung
Pengkajian daya tilik diri di dapatkan data Nn. S mengatakan dahulu bekerja
mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang diberikan dari rumah
makannya dan membuang sisa makannya minum habis 3 sampai 4 gelas kecil
dalam sehari sekitar 1000 cc. Pengkajian defekasi di dapatkan data Nn. S
mengatakan buang air kecil atau buang air besar lancar tidak ada gangguan,
14
buang air besar 1 kali sehari dan buang air kecil 2 kali sehari, mampu
melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri serta
gigi, dan keramas seminggu sekali, rambut berbau apek, tanpak kotor, terlihat
kutu rambut, kuku hitam dan panjang, kulit berbintik bintik, Nn. S tampak
pasangan bajunya tanpa bantuan dari orang lain. Pengkajian istirahat tidur
didapatkan data, Nn. S mengatakan bisa tidur dari jam 8 malam sampai jam 4
pagi dan biasanya terbangun dimalam hari untuk buang air kecil dan pada
mengatakan minum obat dari rumah sakit 2 kali sehari pagi dan sore, dan
apabila sudah sembuh akan kontrol dengan rutin dan minum obat secara
mengatakan jarang keluar rumah, apabila Nn. S sudah keluar dari rumah sakit
koping maladaptif hal ini dibuktikan dengan Nn. S memiliki hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, karena Nn. S seorang yang pendiam dan
15
kepada orang lain termasuk kepada orang tuanya, dan lebih menyukai untuk
kegiatan yang berada di lingkungan rumahnya seperti karang taruna dan tidak
memiliki teman dekat, karena merasa malu tidak memiliki pekerjaan dan
pernah dirawat di rumah sakit jiwa, selain itu Nn. S merasa tidak ada manfaat
berhubungan dengan orang lain. Nn. S mengatakan tidak ada masalah dengan
ibu, nenek dan adiknya yang tinggal satu rumah, Nn. S mempunyai masalah
keperawatan yaitu isolasi sosial menarik diri dari data subyektif yang di
peroleh Nn. S mengatakan malas berhubungan dengan orang lain dan tidak
16
aktif dalam kegiatan karang taruna, Nn. S mengatakan tidak memiliki teman
lain, Nn. S mengatakan merasa malu dengan tetangganya karena tidak bekerja
dan pernah dirawat di rumah sakit jiwa, dan merasa sedih. Data objektif yang
perawat, kontak mata selama interaksi kurang, sering menunduk, tidak mau
menatap perawat saat berkomunikasi dengan perawat, tampak lesu dan jarang
Dari masalah yang didapat prioritas utama yaitu isolasi sosial menarik
core problem
Isolasi sosial menarik diri
Gambar 2.2
Pohon Masalah
17
C. Rencana Keperawatan
menarik diri. Tujuan umum dari tindakan keperawatan pada pasien isolasi
sosial menarik diri yaitu pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
saling percaya dengan kriteria evaluasi setelah dua kali membina hubungan
dan empati, terima pasien apa adanya, sapa pasien dengan ramah, tepati janji,
pasien tentang perilaku menarik diri. Tindakan keperawatan kedua yaitu beri
yang kedua dorong dan bantu pasien berhubungan dengan orang lain secara
bertahap, pasien dengan perawat, pasien dengan dan perawat lainnya, pasien
kelompok.
D. Implementasi
menarik diri yang pertama untuk pasien isolasi sosial menarik diri antara lain
kerugian perilaku menarik diri dan tidak berinteraksi dengan orang lain,
yang dialami keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial menarik diri,
menjelaskan pengertian tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien,
pasien dengan isolasi sosial menarik diri, melatih keluarga secara langsung
cara merawat pasien dengan isolasi sosial menarik diri (Keliat, 2009: 111).
menarik diri yang dilaksanakan pada tanggal 22 April 2013, yaitu strategi
pertama pada tujuan khusus pertama, membina bina hubungan saling percaya,
menarik diri dilaksanakan pada tanggal 23 April 2013 adalah tujuan khusus
menarik diri.
21
menarik diri yang dilaksanakan pada tanggal 24 April 2013, yaitu strategi
E. Evaluasi
pada tanggal 22 April 2013 didapatkan evaluasi pada jam 10.30 sampai
pasien belum bisa membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
percaya.
14.00 di dapatkan data subyektif pasien mengatakan selamat siang nama saya
22
kerumah ingin bertemu dengan ibu, adik, dan neneknya, pasien mengatakan
tetangga karena tidak bekerja. Data objektif yang didapat pasien berbicara
percaya dengan pasien tercapai, dan identifikasi penyebab pasien menarik diri
khusus ketiga pada tanggal 23 April 2013, yaitu pasien dapat mengetahui
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian menarik diri selama
diperoleh, pasien mengatakan hari ini lupa akan membicarakan tentang apa,
bicara pelan dan lancar kontak mata sebentar. Analisa hasil pertemuan
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Pertahankan strategi
orang lain.
selama 1 kali 15 menit pertemuan pada tanggal 24 April 2013, pasien dapat
seseorang harus menyebutkan nama dan alamat rumah. Data objektif yang
diperoleh bicara lancar, pelan, kontak mata kurang, dibuktikan dengan pasien
A. Pembahasan
Bab III ini akan membahas kesenjangan antara teori dengan kondisi
kasus nyata proses keperawatan pada asuhan keperawatan pada Nn.S dengan
isolasi sosial menarik diri di ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta pada tanggal 22 April 2013 sampai 24 April 2013 dari tahap
hubungan sosial dan menarik diri dari seluruh situasi yang membutuhkan
kontak interpersonal dan menarik diri dari seluruh kegiatan sosial yang
: 284). Merurut Cantor dan Sanderson (1999, dalam Hawthorne, 2006) isolasi
1. Pengkajian
24
25
dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2006). Data yang
langsung pada pasien dan allo anamnese atau pengkajian pada orang lain
lalu dan dirawat di rumah sakit jiwa daerah surakarta selama 4 kali sejak
26
minum obat secara teratur karena jarang kontrol kerumah sakit untuk
menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah
yaitu menarik diri dari lingkungan sosial dan sulit mendirikan hubungan
Teori diatas sesuai dengan data yang diperoleh dari pengkajian hubungan
lain Nn. S adalah seorang yang pendiam dan suka menyendiri, di rumah
sakit jiwa pasien tidak memiliki teman dekat, lebih sering tiduran di
tempat tidur dan jarang mengobrol dengan orang lain. Data hasil
orang lain.
2006). Menurut Yossep (2009) gejala objektif pada pasien dengan isolasi
sosial menarik diri antara lain tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri. Hal ini sesuai dengan laporan kasus yang
28
Nn.S apatis dan kurang kooperatif, hal ini dibuktikan saat Nn. S diajak
pembicaraan.
energi, rendah diri, postur tubuh berubah, misalnya posisi fetus saat tidur,
dan menyendiri di ruangan atau tempat tidur setiap hari (Yossep, 2009).
pengkajian aktivitas motorik pasien tampak lesu, sering berdiam diri dan
jarang mengobrol dengan orang lain, pasien tampak sering tidur dengan
berada dirumah sakit dan berpisah dengan ibu, nenek, dan adiknya.
pengkajian afek, di dapatkan data afek Nn. S datar yaitu tidak ada
dengan menarik diri menjauhi orang lain dan tidak mampu mengadakan
kegiatan emosional yang dekat, tidak kooperatif, kontak mata kurang dan
tidak mau menatap lawan bicara. Teori tersebut sesuai dengan laporan
isolasi sosial menarik diri tidak mengalami gangguan proses pikir. Hal ini
tidak sesuai dengan laporan kasus yang di dapatkan penulis, proses pikir
Nn.S flight of idea yaitu pembicaraan yang meloncat loncat dari satu
pulang kerumah.
makan 3 kali sehari dengan menu yang diberikan dari rumah sakit, Nn. S
30
isolasi sosial menarik diri mengalami retensi urin dan feses. Teori
melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri serta
mandi pasien isolasi sosial menarik diri disebutkan tidak merawat dan
sendiri sangat menurun dalam hal mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.
keramas seminggu sekali, rambut berbau apek, tanpak kotor, terlihat kutu
rambut, kuku hitam dan panjang, kulit berbintik bintik, Nn. S tampak
dengan orang lain. Sesuai dengan teori di atas pada laporan kasus pasien
tuanya, dan lebih menyukai untuk tiduran di kamar dan tidak keluar
rumah.
terapi medis trihexyphenidil 2x2 mg, yang berpengaruh pada sistem saraf
2. Diagnosa Keperawatan
pernyataan diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan satu atau
masalah atau reson pasien. Tanda dan gejala atau batasan karakteristik
isolasi sosial menarik diri diantaranya, gangguan konsep diri harga diri
isolasi sosial menarik diri. Sementara itu, pada kasus kelolaan penulis
harga diri rendah dan isolasi sosial menarik diri, tetapi penulis hanya
menarik diri.
dan suka menyendiri malas berhubungan dengan orang lain dan tidak
karena tidak bekerja dan pernah dirawat di rumah sakit jiwa, dan merasa
sedih.
lesu dan jarang mengobrol dengan orang lain, bila diajak bicara kadang
orang lain ketika konsep diri tidak jelas. Akibatnya apabila isolasi sosial
menarik diri tidak teratasi dapat muncul halusinasi atau defisit perawatan
gangguan konsep diri harga diri rendah sebagai penyebab dari munculnya
isolasi sosial menarik diri bisa halusinasi tetapi pada kasus Nn. S lebih
35
3. Rencana Keperawatan
pada isolasi sosial menarik diri adalah sebagai berikut. Tujuan khusus
masalah pasien.
36
4. Implementasi
menarik diri, menjelaskan pengertian tanda dan gejala isolasi sosial yang
dibagi kedalam 3 hari, hal ini disebabkan karena pasien tidak kooperatif
karena selama tiga hari sejak tanggal pengkajian tidak ada keluarga
5. Evaluasi
telah dilakukan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif
antara respon pasian dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan
dilakukan pada akhir tindakan perawatan pasien dan SOAP terdiri dari
dilakukan pada gangguan isolasi sosial menarik diri. Hasil evaluasi yang
penulis dapat sesuai dengan kriteria evaluasi yang penulis jabarkan pada
BAB II, namun ada beberapa yang kurang sesuai yaitu pada tujuan
40
evaluasi yang penulis dapatkan dalam tujuan khusus kedua sesuai dengan
tercapai.
orang lain dan menyebutkan kerugian menarik diri tercapai dalam 1 kali
ruangan.
B. Simpulan
sebagai berikut:
karena malas untuk bertemu dengan orang lain, Nn. S adalah seorang
pasien tidak memiliki teman dekat, lebih sering tiduran di tempat tidur
lesu, sering berdiam diri dan jarang mengobrol dengan orang lain,
dengan ibu, nenek, dan adiknya, afek datar, kontak mata selama
kotor, terlihat kutu rambut, kuku hitam dan panjang, kulit berbintik
menarik diri.
pasien dapat berinteraksi dengan orang lain. Serta untuk tujuan khusus
orang lain dan kerugian menarik diri tercapai, tujuan khusus keempat
pasien.
adalah isolasi menarik diri yang terjadi akibat pasien merasa tidak
untuk bertemu dengan orang lain, apatis dan tidak kooperatif diajak
C. Saran
sebagai berikut:
pembuatan laporan.
3. Bagi Penulis
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Emily R, Hawken. Delva Nicholas. Beninger Richard. (2013). Increased Drinking
following Social Isolation Rearing Implications for Polydipsia Associated
with Schizophrenia. http://search.proquest.com/docview/195 diakses tanggal
2 Mei 2013.
Erlinafsiah. (2010). Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Trans
Info Media: Jakarta.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta.
Fortinash, Khaterine dan Patricia Holoday Worret. (2003). Psychiatric Nursing
Care Plans. Fourth edition, Mosby: Philadelphia.
Hawthorne, Graeme. (2006). Measuring Social Isolation in Older Adults
Development and Initial Validation of the Friendship Scale.
http://search.proquest.com. Diakses tanggal 27 April 2013.
Hidayati, Eni. (2012). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif terhadap Kemampuan
Mengatasi Perilaku Kekerasan pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Dr. Amino Gondohutomo Kota Semarang. http://repository.unri.ac.id.pdf.
Diakses tanggal 18 April 2013.
Keliat, Budi Ana. Akemat. (2009). Model Praktis Keperawatan Profesional Jiwa.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Keliat, B.A. Ria,U.P & Novi, E. (2005). Proses keperawatan kesehatan Jiwa.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Kusumawati, Farida. Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Salemba Medika: Jakarta.
Maramis,F.W. (2004). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi ketujuh, Airlangga University
Press: Surabaya.
NANDA. 2005. Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit Buku: Prima Medika. Jakarta.