Professional Documents
Culture Documents
Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
mengatasi stres yang dihadapi dalam waktu yang lama (Setiawati, 2015;
Manolache, 2013).
kulit, salah satu diantaranya berupa akne (Gollnick, 2003). Stres, melalui
2015)
komedo terbuka dan tertutup, papul, pustule, serta berbagai derajat jaringan
penyakit kulit yang umum, sering terdapat pada hampir 80% remaja dan
dewasa muda, mulai dari umur 11-30 tahun (Gollnick, 2003). Remaja yang
yaitu 60% pada tahun 2006, 80% pada tahun 2007, dan 90% pada tahun
14-17 tahun pada wanita (83-85%) dan pada umur 16-19 tahun pada pria
2008).
akibat dari akne (Dreno, 2006). Stres psikologis timbul akibat seseorang
2010). Akne pada wajah, sebagai suatu proyeksi diri ke dunia luar, dapat
sosial yang timbul di antaranya yaitu ansietas, depresi, rasa malu, disfungsi
sosial terutama rasa tidak percaya diri saat berkomunikasi dengan lawan
jenis, dan masalah psikosomatis berupa rasa sakit dan tidak nyaman (Tan,
2004). Penderita akne juga merasa lebih stres dibandingkan orang tanpa
akne sering terjadi pada kelompok remaja yang belum siap menghadapi
image, seksualitas, dan sosialisasi (Tan, 2004). Akne sering terjadi pada
2007). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan, mulai dari perubahan
yang akan menuju jenjang perkuliahan, di mana mereka dituntut untuk dapat
penelitian oleh Taufik dan Ifdil pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
tingkat stres akademik siswa SMA Negeri kota Padang tergolong berada
dalam kategori tingkat stres akademik sedang yaitu sebesar 71,8%, disusul
oleh 13,2% di tingkat stres akademik tinggi dan 15% tingkat stres akademik
rendah.
sebelumnya oleh Bemi pada tahun 2016 juga menunjukkan bahwa sebanyak
kuesioner DASS-42.
a. Bagi Peneliti
c. Bagi Masyarakat
tingkat stres pada remaja, khususnya siswa SMA, yang tidak hanya dapat
dicetuskan oleh hal besar, namun juga karena hal yang tampak kecil seperti
akne vulgaris.
pada unit pilosebasea yang bisa mengenai segala umur serta memiliki
gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus,
kista dan jaringan parut dengan disertai rasa gatal. Tempat predileksi akne
vulgaris antara lain wajah, leher, dada bagian atas, bahu, dan punggung
Kunjungan pasien akne vulgaris per tahun mencapai lebih dari 3,5 juta
kasus. Akne vulgaris mengenai sebanyak 80% orang pada usia 11 sampai 30
tahun. Selama masa remaja, akne vulgaris lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita. Sementara pada usia dewasa, akne vulgaris lebih sering
Faktor risiko dan gen yang terkait dengan prognosis akne dan
yang signifikan, seperti yang terlihat dalam dalam penelitian terhadap 1002
anak berusia 16 tahun di Iran, dan heritabilitas akne adalah 78% pada
keluarga pertama yang memiliki akne. Akne muncul lebih awal pada anak
pertengahan usia remaja. Jerawat dapat terjadi pada usia lebih muda dan
lebih komedonal pada anak-anak kulit hitam daripada anak-anak kulit putih,
et al, 2012).
Jerawat tropis dapat terjadi pada personil militer yang ditugaskan pada
berpengaruh karena jumlah sampel yang terlalu sedikit dan waktu yang
terlalu singkat. Ketiadaan akne yang jelas pada orang-orang Papua Nugini
dalam makanan yang dikonsumsi orang Barat dapat berperan dalam akne,
retinoid. Uji coba terkontrol secara acak yang menunjukkan bahwa diet
dukungan awal untuk teori ini. Meskipun jerawat telah dikaitkan dengan
2012).
Penelitian oleh Leyden pada tahun 1975 dan 1998 serta penelitian oleh
yang lebih tinggi pada kulit anak dan remaja dengan akne vulgaris
Akne paling banyak terjadi di wajah dan leher (sebanyak 99%), tetapi
dapat terjadi pada punggung (60%), dada, juga bahu dan lengan atas.
Penyakit ini ditandai oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu jenis lesi
Lesi yang biasa terjadi adalah komedo, papul, pustul, nodul dan kista.
Komedo adalah lesi jerawat yang paling dasar dan bisa berwujud terbuka
atau tertutup. Komedo tertutup (whiteheads) adalah folikel kecil yang isinya
kecil dengan bukaan yang melebar ke kulit. Warna hitam merupakan hasil
kecil dan berwarna merah. Pustul menyerupai papul namun berisi pus.
berukuran lebih dari 5 mm. Pada pemeriksaan dapat terlihat lesi kulit
lainnya yang berupa konsekuensi dari akne vulgaris, seperti termasuk bekas
Hiperpigmentasi dan keloid lebih sering terjadi pada kulit yang lebih gelap
(Mahto, 2017).
kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut.
waktu lama, dan dapat digunakan untuk semua tipe kulit. Metode ini
menghitung jumlah lesi komedo, lesi inflamasi, papul, pustul, nodus dan
a) Pengobatan topikal
pada kasus sedang sampai berat atau kasus resisten, obat topikal juga
Indikasi umum untuk memulai terapi oral untuk akne vulgaris yaitu
pada pasien dengan jerawat sedang sampai parah, pasien dengan jerawat
yang resisten terhadap terapi topikal, pasien dengan jerawat rentan terhadap
2012).
yaitu rosasea, akne venetata dan akne akibat rangsangan fisik, dermatitis
2014)
seperti pada orang dengan akne yang sangat simptomatis (gatal dan sakit)
serta penderita dengan gangguan psikiatri seperti ansietas, depresi, dan OCD,
akne vulgaris bisa meninggalkan bekas yang sulit sembuh (acné excoriée
des jeunes filles). Pada penderita seperti ini, terapi harus dibarengi dengan
2.2 Stres
2.2.2 Stresor
yang dirasakan, stres yang parah dan dibiarkan dalam waktu yang lama
1956).
oleh reaksi dan persepsi seseorang pada beban dan tuntutan tertentu yang
sebagai berikut:
1. Stres normal
2. Stres ringan
3. Stres sedang
4. Stres berat
pernyataan yang sesuai untuk menilai tingkat stress. Tinggi atau rendahnya
tingkat stres ditentukan oleh tinggi rendahnya total nilai yang diperoleh.
Semakin tinggi total nilai yang diperoleh maka tingkat stresnya juga
ini merupakan respon stres biologis tubuh dan umumnya bersifat adaptif,
setidaknya dalam jangka pendek. Pelepasan hormon stres dan pola distribusi
energi baru merupakan aspek dalam membuat respon stres menjadi adaptif.
tersimpan kembali tersedia untuk penggunaan yang cepat oleh tubuh. Aspek
kedua, energi dialihkan ke jaringan yang menjadi lebih aktif selama stres,
terutama otot rangka dan otak. Sel-sel imun juga diaktifkan dan bermigrasi
2005).
Sebagian besar dari efek fisiologis dari stres dimediasi oleh dua sistem
HPA axis, dan merupakan salah satu dari dua jalur stres utama.
daerah otak dan hipofisis. Aktivasi reseptor ini nantinya juga akan
menghambat pelepasan CRH dan ACTH, oleh karena itu sistem ini
teratur. Di bawah tekanan stres yang berat, inflamasi sistemik tingkat rendah
rheumatoid arthritis, psoriasis, dan asma. Banyak efek ini berasal langsung
dari tindakan glukokortikoid pada sel imun tubuh. Namun, stres juga
mengaktifkan sistem saraf simpatik yang merupakan jalur stres utama kedua
memungkinkan respon tidak hanya pada tingkat pusat tetapi juga pada
Vallecillo, 2014).
Otak dan kulit memiliki asal ektodermal yang sama, dan dipengaruhi
(Rodriguez-Vallecillo, 2014).
mediator yang sama untuk berperan dalam respons sistemik terhadap stres.
Kulit juga tampak memiliki fungsi yang mirip dengan dari sistem aktivasi
melalui aktivasi CRH-R1. Stres akut juga meningkatkan CRH kulit yang
memiliki banyak efek buruk pada semua jaringan, termasuk kulit. Efek yang
sitokin inflamasi, dan percikan substansi P di serat saraf. Dalam respon kulit
terhadap stres, sel mast menjadi penghubung utama, karena sel mast
merupakan target utama faktor pemicu stres serta sel efektor yang
lingkungan juga mampu menimbulkan respons stres pada kulit, dan ini
al, 2003).
Androgen Adrenal
UN & Normal
SBMPTN
Ringan
Pelepasan
Tingkat Stres Sedang neuropeptide
dan aktivasi
Parah sel penyebab
Faktor-faktor akne vulgaris
Sangat
penyebab Akne
Parah
Vulgaris
1. Hormonal
2. Usia Patogenesis Akne
3. Psikis Vulgaris
4. Genetik
5. Kosmetik
6. Kebersihan
Produksi Sebum
Meningkat
Hiperproliferasi
folikel
Akne pilosebasea
Vulgaris Kolonisasi
Propionibacterium
acnes (PA)
Proses Inflamasi
Keterangan:
: Variabel diteliti
masuk perguruan tinggi yang ketat. Naiknya tingkat stres dari normal
vulgaris, seperti hormon androgen yang meningkat saat pubertas pada masa
berupa terdapat hubungan antara kejadian akne vulgaris dengan tingkat stres
stres.
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
1. Kriteria inklusi
𝑍𝛼 2 𝑃𝑄
𝑛=
𝑑2
Keterangan:
𝑛 = besar sampel
(Gollnick, 2003)
𝑄 =1−𝑃
𝑛 = 61
4. 4 Variabel Penelitian
wajah.
b. Tingkat Stres
c. Jenis Kelamin
2. Perempuan
4. 5 Instrumen Penelitian
pernyataan nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
0 – 14, skor ringan 15 – 18, skor sedang 19 – 25, skor berat 26 – 33,
dokter umum untuk melihat ada tidaknya akne vulgaris pada wajah.
a. Editing
b. Coding
c. Processing
d. Cleaning
kesalahan pemrograman.
Social Science (SPSS) agar data mempunyai arti yang dapat digunakan
a. Analisis Univariat
kejadian akne vulgaris sebagal variabel independen dan tingkat stres sebagai
b. Analisis Bivariat
independen.