You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk mengembangkan akhlak mulia
dan kebiasaan yang baik bagi para peserta didik atau dapat dikatakan dengan proses
pendewasaan dan pematangan diri seseorang agar menjadi manusia seutuhnya. Salah
satu nilai karakternya adalah disiplin, yaitu aturan yang dibuat oleh dirinya sendiri
atau institusi pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal pendidikan tingkat
penerapan belajar dan kecerdasan. Kedisiplinan sangat penting bagi mahasiswa,
disiplin bukan hanya dilakukan dan di jalankan hanya karena suatu aturan dan
kebijakan yang harus ditaati sesuai dengan aturan itu melainkan kedisplinan itu
dilakukan karena kesadaran sendiri untuk meningkatkan tingkat keberhasilan yang
tinggi.
Pendidikan karakter akan terbangun dari kedisplinan itu sendiri, dari
kedisplinan yang dijalankan akan membentuk pribadi yang kuat, tangguh, kokoh, dan
dinamis serta bertanggung jawab terhadap kemajuan dirinya dan juga tugas yang di
embannya. Pendidikan karakter sangat berkaitan erat dengan kedisplinan karena salah
satu kunci keberhasilan individu. Oleh karena itu, membangun pendidikan karakter
bagi para pelajar tidaklah semudah membalikan telapak tangan, butuh proses yang
sangat ekstra dan waktu yang sangat lama untuk membimbing mahasiswab itu sendiri,
semua itu harus di mulai dari lingkungan instansi pendidikan dengan menerapkan
sistem yang bermutu dan lingkungan yang positif.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memberikan informasi mengenai penerapan nilai karakter dalam praktik
keperawatan profesional disiplin untuk dapat diimplementasikan dalam
melakukan tindakan pelayanan keperawatan.

2. Tujuan khusus
a. Memberikan informasi konsep etika, nilai, dan norma dalam keperawatan

1
b. Menerapkan karakter, praktik keperawatan, dan praktik keperawatan
profesional yang digambarkan pada kasus
c. Menghubungkan kasus dengan teori terkait
d. Memberikan informasi saran atau hal yang dapat dikembangkan

C. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup dari makalah ini akan membahas tentang konsep dari karakter, praktik
keperawatan, dan praktik keperawatan profesional serta membahas secara teori dan kasus
fiktif dari karakter, praktik keperawatan, dan praktik keperawatan profesional.

Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab yang
terdiri dari:
Bab I Pendahuluan : latar belakang yang akan dibahas, tujuan kegunaan
penulisan, ruang lingkup penulisan, metoda penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka : konsep dari karakter, praktik keperawatan, dan
praktik keperawatan profesional.
Bab III Studi Kasus : membahas tentang masalah terkait karakter, praktik
keperawatan, dan praktik keperawatan profesional, serta penyusunan skenario
dengan masalah terkait.
Bab IV Pembahasan : membahas hal-hal yang ada di skenario dikaitkan
dengan teori.
Bab V Penutup : penulis menyimpulkan teori
Daftar Pustaka.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KARAKTER
1. Pengertian Karakter
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional),
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia
buat.
Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku
dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian
dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality)
maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial,
keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan
aktifitas individu
2. Tujuan Karakter
Tujuan dari karakter adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik
b. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
c. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Karakter dibentuk melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,
pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
3. Macam-Macam Nilai Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pembentukan karakter telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu :

1. Jujur

3
2. Toleransi
3. Disiplin
4. Kerja keras
5. Kreatif
6. Mandiri
7. Demokratis
8. Rasa Ingin Tahu
9. Semangat Kebangsaan
10. Cinta Tanah Air
11. Menghargai Prestasi
12. Bersahabat/Komunikatif
13. Cinta Damai
14. Gemar Membaca
15. Peduli Lingkungan
16. Peduli Sosial
17. Tanggung Jawab
18. religius

B. Praktik Keperawatan
1. Pengertian Perawat Profesional
Perawat profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keparawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya. (Depkes
RI,2002). Pelayanan profesional adalah pelayanan yang diberikan oleh seseorang
yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan
oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan taggung jawab
keperawatan secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan
2. Peran Perawat Profesional
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan
emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan
keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang
sederhana sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan

4
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses
keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan
dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri
atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat
bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional
lainnya (Keeling dan Ramos,1995).
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi
klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi
klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau
pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa
klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di
komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya
bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang
sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat
juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,
hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim
kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat
kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer
asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan
manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah
sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali
klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini,
perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal
mungkin dengan keadaan tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan
pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan
dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang
memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya
perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi

5
ketergantungan emosi dan fisiknya.
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat
dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan
perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin
dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah
klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam
pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
3. Ciri-Ciri Perawat Profesional
a. Menurut Priharjo (1995), perawat profesional dalam bekerja tidak terlepas dari
esensi profesionalisme, yaitu :
1) Kompetensi
Berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas dibidang pekerjaan tertentu.
2) Standar etika yang baik & 3 Welas asih (kasih sayang)
Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap
perasaan yang pribadi dan subjektif. Etika berfokus pada cara dasar
kekuasaan dan pembagian kekuasaan. Kaitan antara etika dengan hubungan

6
kekuasaan dinyatakan untuk menentangpandangan populer etika profesional
yang dapat ditampilkan sebagai hubungan salingpercaya (Anonim, 2008).

4. Praktik Keperawatan Profesional

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian


intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1983).
Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional (Ners) melalui
kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan yang
lain dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya (CHS,1992).
Menurut American Nursing Association (ANA) : perlakuan terhadap kompensasi
pelayanan profesinal yang memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu biologi,
fisika/ilmu alam, perilaku, psikologi, sosiologi dan teori keperawatan sebagai dasar
untuk mengkaji, menegakkan diagnose, melakukan intervensi, dan wvaluasi upaya
peningkatan dan pemertahanan kesehatan; penemuan dan pengelolaan masalah
kesehatan, cidera, atau kecacatan; pemertahanan fungsi optimal; atau meninggal dengan
nyaman
NCBSN(National Council of State Boards of Nursing) : Praktik keperawatan berarti
membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan
kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status
kesehatannya, menentukan diagnose, merencanakan dan mengimplementasikan strategi
perawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan
pengobatan.
a. Tujuan praktik keperawatan
Tujuan Praktik Keperawatan Professional diantaranya adalah untuk membantu
individu agar mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi
dalam bidang kesehatan, kemudian membantu individu mengembangkan potensi untuk
memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatan, serta membantu individu memperoleh derajat kesehatan secara
optimal.

7
b. Ruang lingkup praktik keperawatan

Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan professional pada kondisi


sehat dan sakit, serta sepanjang daur kehidupan (mulai dari konsepsi sampai meninggal
dunia), mencangkup hal- hal berikut :
1. Asuhan keperawatan anak, yaitu asuhan keperawatan yg diberikan pada anak berusia
mulai dari 28hari sampai 18th.
2. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada masa
subur dan neonates (bayi baru lahir sampai 28hr sampai keadaan sehat).
3. Asuhan medical bedah, yaitu asuhan pada klien usia diatas 18 th sampai 60 th dengan
gangguan fungsi tubuh baik karena trauma atau kelainan fungsi tubuh,
4. Asuhan keperawatan jiwa yaitu asuhan keperawatan pada semua usia yang
mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
5. Asuhan keperawatan keluarga yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga sebagai
unit terkecil dalaam masyarakat sebagai akibat pola penuyesuaian keluarga yang tidak
sehat sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitas yaitu asuhan keperawatan kepada klien masyarakat
pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat.
7. Asuhan keperawatan gerontik yaitu asuhan keperawatan pada klien usia 60 tahun ke
atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.

c. Praktik Keperawatan Profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Otonomi dalam Pekerjaan


Perawat mempunyai kemandirian. Perawat mempunyai hak melakukann
tugasnya tanpa campur tangan dari luar.

2. Bertanggung Jawab dan Bertanggung Gugat


Perawat harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dia kerjakan. Misal
dalam hal member suntikan harus sesuai waktu dan dosisnya. Perawat juga
harus berhati-hati dan jujur serta teliti dalam melakukan kegiatan keperawatan.

3. Pengambilan Keputusan yang Mandiri


Kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa
kendali dari luar. Seorang perawat dapat melaksanakan tugasnya sebagai

8
seorang perawat, karena telah memperoleh pendidikan perawat, dan sudah
menjadi sebagai perawat profesional.
4. Kolaborasi dengan disiplin lain
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi
dengan disiplin ilmu lain. Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang,
perawat membutuhkan tenaga radiologi untuk melakukan rongent.

5. Pemberian pembelaan (advocacy)


Pembelaan disebut juga dukungan (advocacy). Yaitu bertindak demi hak klien
untuk mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan interaksi untuk
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya serta berhadapan
dengan pihak – pihak lain yang lebih luas (system at large).
6. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien.

5. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


PROFESIONAL

Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan


terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku
seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang
dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal.
Nilai-nilai profesional yang terkait dalam praktik keperawatan dapat dibagi
menjadi :

1. Nilai intelektual, terdiri dari 3 komponen yang terkait, yaitu :


a. Body of knowladge yang melandasi praktik professional
b. Pendidikan spesialisasi untuk meneruskan kelompok ilmu pengetahuan.
c. Penggunaan pengetahuan dalam berpikir kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen mora, prilaku perawat harus dilandasi oleh aspek moral sebagai
berikut :
a. Benificience yang berarti sebagai seseorang profesional perawat harus selalu
mengupayakan tiap keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan untuk
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien (johnstone,1994).
b. Adil berarti tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial
budaya, ekonomi, tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang memerlukan
bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity yang berarti bahwa perilaku caring, selalu berusaha menempati janji,
memberikan harapan yang memadai, memiliki komitmen moral serta
memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali, dan tanggung gugat
a. Otonomi berarti kebebasan dari kewenangan melakukan tindakan secara
mandiri.

9
b. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu
atau orang.
c. Tanggung gugat berarti bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan
suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam
praktek keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan tujuh (7)
nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:
1) Aesthetics (keindahan)
Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan
termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
2) Altruism (mengutamakan orang lain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau
kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta
ketekunan.
3) Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif,
kejujuran, harga diri dan toleransi.
4) Freedom (Kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan,
disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5) Human Dignity (Martabat manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia
sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan
penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
6) Justice (Keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas,
integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
7) Truth (Kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan
reflektifitas yang rasional.
Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti
sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang
memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui
perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah
pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari
suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983).

C. Disiplin

10
1. Pengertian disiplin
Menurut Hasibuan (2002) disiplin adalah suatu sikap menghormati dan
menghargai suatu peraturan yang berlaku,baik secara tertulis maupun tidak
tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak menolak untuk menerima sanksi-
sanksi apabila dia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Sedangkan menurut Depdiknas (2001) mendefinisikan disiplin atau tetib


adalah suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut
pandangan ini displin sebagia suatu sikap konsisten dalam melakukan
sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin sebagia sikap yang taat terhadap
sesuatu aturan yang menjadi kesepakatan atau telah menjadi ketentuan.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketentraman,
keteraturan dan ketertiban.

2. Tujuan disipin
Secara khusus tujuan pembinaan disiplin kerja para tenaga kerja, antara lain:

1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenaga-kerjaan
maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak
tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen;
2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu mem-berikan
pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepen-tingan dengan
perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya;
3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa
perusahaan dengan sebaik-baiknya;
4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada
perusahaan;
5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan
perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

(http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/tujuan-disiplin-kerja.html)

3. Manfaat disipli bagi perawat

4. Aspek aspek disiplin

seseorang yang disiplin mempunyai aspek-aspek antara lain: Ketepatan,


Mengerjakan pekerjaan dengan baik, Mematuhi tata tertib .
a) Ketepatan
Kata “Tepat” dalam kamus umum bahasa indonesia diartikan dengan enam arti
yaitu: 1). Betul atau lurus, berbetulan benar, 2). Kena benar, 3). Persis, tidak selisih
sedikit pun, 4). Betul atau cocok, 5). Jitu, dan 6). Betul atau kena.
Ketepatan merupakan hal yang sangat signifikan dalam mencapai tujuan, karena

11
dengan ketepatan, setiap apa yang dilakukan menjadi tidak sia-sia dan sesuai dengan
yang telah direncanakan. Ketepatan dalam hal ini bisa diartikan sebagai ketepatan
dalam merencanakan dan ketepatan dalam bertindak.
b) Mengerjakan pekerjaan dengan baik
Pekerjaan merupakan rangkaian perbuatan tetap yang dilakukan oleh seseorang yang
menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati, baik langsung maupun tidak langsung,
baik hasil itu berupa jasa maupun barang.
Perbuatan di sini dapat diartikan sebagai gerakan teratur yang dilakukan dengan
menggunakan anggota badan, panca indera, serta dikendalikan oleh pikiran,
sehingga terdapat keserasian dalam gerakan, yaitu terdapatnya kodinasi yang tinggi
pada anggota badan, panca indera dan pikiran. Perbuatan yang teratur merupakan
suatu proses yang akan mewujudkan sesuatu yang bermanfaat baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
c) Mematuhi peraturan dan norma yang berlaku
Setiap wilayah atau tempat. Baik itu rumah, sekolah, tempat ibadah, tempat kerja,
tempat hiburan dan sebagainya, pasti mempunyai aturan-turan tertentu yang harus
dipatuhi oleh orang yang terlibat di dalamnya, hal ini bertujuan untuk menciptakan
kondisi yang tertib demi kebaikan bersama.
Ketaatan terhadap setiap aturan, wajib dijalankan oleh setiap orang dan orang yang
tidak taat di kategorikan menyimpang dan amoral. Setiap tindakan yang menyalahi
aturan akan menimbulkan konflik dan merugikan baik bagi dirinya maipun orang
lain. Oleh karena itu kepatuhan terhadap aturan merupakan aspek penting dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
(Poerwadarminata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakakarta : Depdikbud, 1976) )(
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/aspek-aspek-kedisiplinan.html)

5. Karakteristik disiplin
6. Indikator nilai disiplin
Menurut Kemendiknas (2010: 26) indikator dari nilai disiplin ialah sebagai

berikut: “a) Membiasakan hadir tepat waktu. b) Membiasakan mematuhi aturan. c)

Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan”. Hal tersebut diungkapkan juga

oleh Jamal Ma’mur (2013: 94) bahwa dimensi dari disiplin ialah: “a) Disiplin waktu.

b) Disiplin menegakkan aturan. c) Disiplin sikap. d) Disiplin menjalankan ibadah”.

Indikator lain yang diungkapkan oleh Syafrudin (Muhammad Khafid dan Suroso,

2007: 191) membagi disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu; “1) ketaatan

terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, 3) ketaatan

terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan menggunakan waktu datang

dan pulang”. Berdasarkan ketiga pendapat yang telah disebutkan, maka dapat kita

12
ketahui bahwa indikator dari nilai disiplin pada dasarnya ialah disiplin waktu,

disiplin menegakkan peraturan, dan disiplin perilaku.

http://pendidikandanteknolog.blogspot.com/2016/11/pendidikan-karakter-disiplin-

pengertian.html

13
BAB III
STUDI KASUS

Bab III memuat tentang kasus yang akan diangkat dalam pelaksanaan roleplay dan dalam
penyusunan skenario.

A. Kasus

Bayu merupakan salah satu pasien yang di rawat di sebuah rumah sakit di Jakarta.
Saat itu Bayu di rawat karena penyakit demam berdarah. Pasien Bayu memiliki kesulitan
untuk meminum obat berbentuk tablet. Setiap perawat dinas pagi memberikannya obat, Bayu
selalu menyimpan atau membuang obat tersebut, hal tersebut tidak pernah di ketahui oleh
perawat shift pagi karena sehabis memberikan obat tersebut, perawat dinas pagi langsung
meninggalkan pasien bayu untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Pada suatu hari, seperti biasa perawat dinas pagi memberikan obat kepada pasien
Bayu dan meninggalkan pasien Bayu untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain. Pasien Bayu
kembali membuang obat tersebut, namun hal tersebut akhirnya di ketahui oleh perawat dinas
sore yang merawat pasien Bayu. Pasien Bayu di marahi oleh perawat dinas sore. Sepeninggal
perawat dinas sore, pasien bayu menceritakan hal yang terjadi itu kepada salah satu
keluarganya yang bertugas menjaga pasien bayu. Salah satu keluarga pasien Bayu itu tidak
terima dengan tindakan yang di lakukan oleh perawat dinas sore.

Keesokan harinya, keluarga pasien Bayu mengadukan hal tersebut kepada Kepala
Ruangan. Kepala ruangan segera memanggil perawat yang merawat pasien Bayu. Kepala
Ruangan melakukan evaluasi mengenai hal tersebut. Di ketahui bahwa tidak hanya perawat
dinas sore yang salah, tetapi pasien Bayu juga salah karena tidak memberitahu kepada
perawat jika dia memiliki kesulitan untuk meminum obat tablet karena pasien malu
memberitahu kepada perawat.

Akhirnya, setelah melakukan evaluasi, perawat dinas sore meminta maaf kepada
pasien Bayu, begitu pula pasien Bayu yang meminta maaf karena tidak meminum obatnya
dan malu untuk memberitahu kepada perawat bahwa dia memiliki kesulitan untuk meminum
obat tablet.

14
B. Skenario

Pemain:

1. Adinda Pratiwi sebagai perawat dinas pagi

2. Bayu Arohman sebagai pasien

3. Haniyah Rahmah sebagai kepala ruangan

4. Nabila Andahmu sebagai perawat dinas sore

5. Rahmayanti Febrien sebagai keluarga pasien

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab IV membahas hal yang berkaitan antara etika, nilai, dan moral dalam keperawatan
dengan skenario yang di susun oleh kelompok.

A. Pembahasan Kasus
Dalam kasus ini, perawat telah melanggar etika dalam keperawatan karena sudah
bertindak tidak mencerminkan seorang perawat profesional. Hal ini dapat dilihat dalam
skenario sikap perawat Nabilla yang membentak pasien Bayu dengan memaksa pasien Bayu
untuk meminum obat. Seharusnya sebagai seorang perawat senantiasa memberikan pelayanan
terbaik kepada pasiennya dan bertindak sesuai dengan etika keperawatan yang ada.
Selain itu, perawat tersebut juga melanggar norma kesopanan dengan membentak
pasien dan membuat pasien merasa tidak nyaman, seperti skenario diatas perawat Nabilla
mengatakan “Bapak ini bodoh apa gimana si, kalau bapak tidak mau sembuh mending bapak
gak usah dirawat disini”. Seharusnya perawat dapat memberikan rasa nyaman kepada setiap
pasiennya.
Perawat tersebut juga melanggar nilai altruisme yaitu peduli dengan kesejahteraan
orang lain, seperti skenario diatas perawat Nabilla mengatakan “Bapak ini bodoh apa gimana
si, kalau bapak tidak mau sembuh mending bapak gak usah dirawat disini, biar bapak mati aja
sekalian”. Seharusnya perawat memberikan perhatian yang penuh kepada setiap pasiennya
ketika memberikan perawatan.
Selain melanggar etika,norma, dan nilai, perawat Nabilla juga melanggar prinsip-
prinsip etika yaitu melanggar prinsip beneficience (berbuat baik) terlihat dalam sikap perawat
Nabilla yang membentak dan memarah-marahi pasien dan juga melanggar prinsip
nomaleficience (tidak merugikan) terlihat dalam skenario dengan mengatakan ”Bapak ini
bodoh apa gimana si, kalau bapak tidak mau sembuh mending bapak gak usah dirawat disini,
biar bapak mati aja sekalian”. Dengan mengatakan kata-kata diatas dapat menimbulkan
cedera psikologis pasien sehingga pasien merasa takut terhadap perawat tersebut.

16
BAB V

PENUTUP
Bab V memuat simpulan dari keseluruhan tinjauan pustaka

A. Kesimpulan

Etika menurut Potter dan Perry (2010) menyatakan bahwa etika merupakan
terminologi dengan berbagai makna, etika berhubungan dengan bagaimana seseorang
harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain.
Suatu cara lain untuk merumuskan hal yang sama adalah bahwa etika
merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Etika dibagi menjadi tiga
macam yaitu etika dekriftif, etika normative dan metaetika. (Psikologiku, 2015)
Nilai adalah kebebasan pilihan dan kepercayaan atau perilaku yang sangat
berharga bagi seseorang, objek, ide, atau kegiatan. Niali didapat dari budaya
seseorang, adat istiadat, agama, tradisi dan juga kelompok seumat serta keluarga.
(Kozier, 2010)
Nilai memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu Merupakan bentukan masyarakat
sebagai hasil interaksi antara warga masyarakat,disebarkan diantara warga masyarakat
bukan bawaan sejak lahir, terbentuk melalui sosialisasi yaitu proses belajar,
merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasaan sosial
manusia,bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain yang
bersifat relatif, dapat mempengaruhi perkembangan diri seseorang,memiliki pengaruh
yang berbeda antarwarga masyarakat, cendrung berkaitan satu dengan yang lain dan
membentuk sistem nilai.(Artikel Siana,2014).
Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah dan pemersatu, sebagai benteng
pelindung, dan sebagai faktor pendorong.
Macam-macam nilai dalam praktik keperawatan profesional yaitu altruisme,
persamaan, estetika, kebebasan,martabat, manusia, keadilan daan kebenaran. (Potter
dan Perry,2010).

17
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang
sesuai. (KBBI, 2016).
Macam-macam norma yaitu agama,kesusilaan,kesopanan, dan
hukum.(W.Vidyaningtyas samidi, 2013).
Norma juga mempunyai manfaat salah satunya yaitu Menjadi arah pedoman
manusia dalam bertingkah laku.(Asrur Rifa,2017).

18
DAFTAR PUSTAKA

Gustinerz. 2015. 8 Prinsip Etika Dalam Keperawatan. Tersedia di:


http://gustinerz.com/8-prinsip-etika-dalam-keperawatan/. Di akses pada tanggal 02
Mei 2017.

Ismani, Nila HJ. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika

K.Bertens. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kosasih, Engkos. 2006. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Kozier, Erb, Berman, Snyder. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan (Ed.7
vol.2). Jakarta:EGC

Macionis, John.J. 2003. Sociology. Prentince Hall

Potter dan Perry. 2010. Fundamental keperawatan (ed.7vol.2). Jakarta: Salemba


Medika

Rifa, Asrur. 2017. Pengertian Norma, Tujuan, Fungsi & Manfaatnya. Tersedia di:
http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.siswamaster.com/2017/01/pengertian-
norma-tujuan-fungsi-dan-manfaat.html?m%3D1&ei=ZNz_bzGG&lc=id-
ID&s=1&m=104&host=www.google.co.id&ts=1493100290&sig=AJsQQ1C6MmJxrwV
irVD9NGOdjK3Lxl67Sg. Di akses pada tanggal 25 April 2017.

Samidi, W. Vidyaningtyas. 2013. Belajar memahami Kewarganegaraan. Jakarta:


platinum

------------------. 2013. Fungsi Nilai Sosial. Tersedia di:


http://www.ssbelajar.net/2013/04/fungsi-nilai-sosial.html?m=1. Di akses pada tanggal
25 April 2017.

------------------. 2014. Fungsi Nilai dan Ciri-Ciri Nilai. Tersedia di:


http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-definisi-dasar-ne gara-
arti.html?m=1. Di akses pada tanggal 25 April 2017.

------------------. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di:


http://kbbi.web.id/. Di akses pada tanggal 25 April 2017.

19
------------------. 2015. Etika Deskriptif Normatif dan metaetika Beserta Contohnya.
Tersedia di: http://www.psikologiku.com/etika-deskriptif-normatif-dan-metaetika-
beserta-contohnya/. Di akses pada tanggal 26 April 2017.

20

You might also like