You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh:
Laksa Ersa Anugratama
16/394473/PT/07146
XIX

Asisten : Pulung Panji Anom Patmonojati

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PRINSIP KERJA

Penetapan kadar bahan kering.


Prinsip kerja pada penetapan kadar bahan kering adalah air yang
terkandung di dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya apabila
bahan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu pada suhu 105⁰C
sampai 110⁰C dengan tekanan udara bebas. Alat yang digunakan untuk
memanaskan bahan pakan adalah oven pengering. Pemanasan pada suhu
105⁰C sampai 110⁰C dilakukan sampai bobot tetap selama 8 sampai 24 jam.
Pemanasan bertujuan untuk menguapkan semua kadar air dalam bahan
pakan. Untuk menemukan kadar bahan kering dalam bahan pakan harus di
tentukan dahulu kadar airnya. Rumus perhitungan kadar air yaitu :
(X + Y) − Z
Kadar air = ×100%
Y
Kadar bahan kering = 100% - kadar air
Keterangan :
X = bobot silica disk
Y = bobot cuplikan pakan
Z = bobot cuplikan pakan + silica disk setelah dioven105⁰C sampai 110⁰C
Penetapan kadar bahan organik.
Prinsip kerja pada penetapan kadar bahan organik adalah suatu
bahan pakan bila dibakar pada suhu 550⁰C sampai 600⁰C selama beberapa
waktu maka semua zat organiknya akan terbakar sempurna, menghasilkan
oksida yang menguap yaitu berupa CO2, H2O dan gas-gas lain, sedang
yang tertinggal tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu.
Pembakaran bahan pakan menggunakan alat yang disebut tanur. Prinsip
kerja dari tanur yaitu pada 30 menit pertama, tanur akan menaikkan suhu
sampai titik suhu yang telah diatur, kemudian 90 menit terakhir terjadi
pembakaran bahan organik. Tujuan dari pembakaran pada suhu 550⁰C
sampai 600⁰C yaitu untuk menguapkan seluruh bahan organik, sehingga
yang tersisa hanya abu. Pembakaran pada tanur dilakukan selama 2 jam,
pada 30 menit pertama bertujuan untuk menaikkan suhu tanur, sedangkan
90 menit kemudian bertujuan untuk pembakaran bahan organik. Untuk
mendapatkan kadar bahan organik dalam bahan pakan harus di tentukan
dahulu kadar abunya. Rumus perhitungan kadar abu yaitu:
Z − X
Kadar abu = × 100%
Y
Kadar bahan organik = 100% - kadar abu
Keterangan :
X = bobot silica disk kosong
Y = bobot sampel awal
Z = bobot sampel + silica disk setelah dibakar dalam tanur
Penetapan kadar protein kasar.
Prinsip kerja pada penetapan kadar protein kasar yaitu asam sulfat
pekat dengan katalisator tablet Kjehltab yang berisi CuSO4 dan K2SO4
dapat memecah ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N=N,
NO dan NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepaskan NH3 yang
kemudian di titrasi dengan HCl 0,1N. Penentuan kadar protein kasar
meliputi tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.
Proses dekstruksi merupakan tahap pertama dalam penetapan
kadar protein kasar. Alat yang digunakan pada proses dekstruksi yaitu
tabung Kjehltac yang berisi CuSO4 dan K2SO4. CuSO4 berperan sebagai
katalisator dan K2SO4 berperan untuk menaikkan titik didih. Proses
destruksi berfungsi untuk melepaskan N organik dalam bahan pakan.
Penambahan H2SO4 berperan untuk mencerminkan kondisi asam pada
lambung ternak.
Tahap kedua dari proses penetapan kadar protein kasar yaitu
destilasi. Larutan yang ditambahkan dalam tahap destilasi adalah NaOH.
NaOH berperan untuk melepaskan NH3 dan mencerminkan kondisi basa
pada usus ternak. Proses destilasi disiapkan tabung penampung yang
berisi H3BO3 dan indikator mix. H3BO3 berfungsi untuk menangkap NH3
yang terlepas. Indikator mix terdapat bromocresol green yang berfungsi
menunjukkan suasana basa, metyl red berfungsi menunjukkan suasana
asam dan metanol.
Tahap terakhir dari penetapan kadar protein kasar adalah titrasi.
Larutan yang digunakan untuk titrasi yaitu HCl. Proses titrasi berakhir ketika
titik isoelektrik telah dicapai dengan ditandai larutan berubah menjadi abu-
abu perak. Rumus perhitungan kadar protein kasar yaitu :
(X − Z) × N × 0.014 × 6.25 × 100%
Kadar protein kasar =
Y
Keterangan :
X = Jumlah titrasi sampel (ml)
Y = Bobot sampel (gram)
N = Normalitas HCl
Z = Jumlah titrasi blanko (ml)
Penetapan kadar serat kasar.
Prinsip kerja pada penetapan kadar serat kasar yaitu semua
senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus dalam H 2SO4
1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang berurutan masing-
masing selama 30 menit dihitung dari mulai mendidih. Sampel pada
perebusan H2SO4 disaring dengan kain linen kemudian sampel yang
direbus dengan NaOH disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya
bobot setelah dibakar 550⁰C sampai 600⁰C adalah serat kasar. Tujuan dari
perebusan menggunakan larutan H2SO4 adalah untuk merenggangkan
dinding sel dan melarutkan senyawa organik dalam bahan pakan,
sedangkan NaOH berfungsi untuk melarutkan isi sel dan sebagai pemberi
suasana basa seperti di dalam usus. Pengovenan bahan pakan bertujuan
untuk menghilangan air. Tujuan dari pembakaran adalah untuk membakar
serat kasar. Hasil akhir dari pembakaran ini adalah abu. Rumus perhitungan
kadar serat kasar yaitu :
X-Z
Kadar serat kasar = × 100%
Y
Keterangan :
X = Bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven 105⁰C
Y = Bobot sampel awal
Z = Bobot sisa pembakaran 550⁰C sampai 600⁰C
Penetapan kadar lemak kasar.
Prinsip kerja pada penetapan kadar lemak kasar yaitu lemak dapat
diekstraksi dengan menggunakan ether atau zat pelarut lemak kemudian
ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Seperangkat alat
Soxhlet terdiri dari tabung kondensor, labu penampung, kompor, dan labu
ekstraktor. Bahan pakan dimasukkan dalam tabung kondensor dan diisi
petrolium benzene sampai satu kali jatuh. Perlakuan tersebut berfungsi
agar labu penampung terisi, bila labu terisi petrolium benzene maka ia akan
menguap melalui ekstraktor dan akan jatuh sehingga di labu penampung
selalu terendam petrolium benzene selama 16 jam sebagai pelarut lemak.
Tujuan penambahan petroleum benzene adalah untuk melarutkan lemak
karena sifat petroleum benzene adalah non polar, serta memiliki titik didih
yang rendah yaitu 60 sampai 80°C sehingga ketika petroleum benzene
menguap lemak tidak ikut meguap. Lemak kasar akan larut pada petrolium
benzene. Rumus perhitungan kadar lemak kasar yaitu :
X-Z
Kadar ekstrak ether = × 100%
Y
Keterangan :
X = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105⁰C (belum
diekstraksi)
Y = bobot sampel awal
Z = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105⁰C (setelah
diekstraksi)
Penetapan kadar ETN.
Ekstrak tanpa nitrogen (ETN) terdiri dari karbohidrat yang mudah
larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan sekitar
3,75 sampai 4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat mengandung energi 4 kcal/g.
Ekstrak tanpa nitrogen diperoleh melalui rumus berikut ini :
ETN (BK) = 100% − (SK%(BK) + EE%(BK) + PK%(BK) + Abu%)
Penetapan kadar TDN.
Total digestible nutrien (TDN) merupakan jumlah nutrien yang dapat
dicerna oleh ternak. Data yang dibutuhkan untuk menghitung TDN adalah
Fraksi dalam pakan atau komposisi kimia pakan (%), kompoisis kimia feses
(%), konsumsi pakan (kg), dan feses yang keluar (kg). Penetapan nilai TDN
dapat dilakukan dengan menjumlahkan fraksi dalam analisis Wendee yang
tercerna. Rumus perhitungan nilai TDN yaitu
TDN(%) = PT + SKT + ETN + (EET × 2.25)
Keterangan :
PT = Protein Tercerna
SKT = Serat Kasar Tercerna
ETN = Ekstrak Tanpa Nitrogen
EET = Ekstrak Ether Tercerna
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Pakan Jadi


Analisis proksimat merupakan salah satu metode untuk mengetahui
kadar nutrien yang terkandung dalam suatu bahan pakan. Analisis ini
didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya. Kurniawan
dan Widjanarko (2013) menyatakan bahwa dalam sistem analisis proksimat
dapat diketahui kadar air (total padatan), kadar abu, kadar protein, kadar
karbohidrat, kadar lemak, serat kasar dan total gula. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan didapatkan hasil analisis proksimat pakan jadi dari
peternak yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Hasil analisis proksimat
Parameter Hasil
Bahan Kering 55,55%
Bahan Organik 83,01%
Protein Kasar 23,89%
Serat Kasar 17,19%
Lemak Kasar 14,47%
ETN 27,46%
TDN 80,11%
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
analisis proksimat pakan jadi yang diuji tersebut memiliki kandungan bahan
kering sebesar 55,55%, bahan organik sebesar 83,01%, protein kasar
sebesar 23,89% dan serat kasar sebesar 17,19%, lemak kasar 14,47%,
ETN sebesar 27,46%, TDN sebesar 80,11%, sehingga apabila
diklasifikasikan kedalam kelas pakan masuk kedalam kelas 5 yaitu sumber
protein. Subekti (2009) menambahkan bahwa pakan sumber protein yaitu
pakan yang mengandung protein lebih dari 20% Hal ini menunjukkan bahwa
hasil praktikum telah sesuai dengan literatur.
Evaluasi dan Formulasi Ransum
Formulasi ransum adalah suatu upaya mencampurkan berbagai
bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dan meminimalkan
biaya yang digunakan untuk menyusun ransum tersebut. Adnan, (2005)
menyatakan bahwa formulasi ransum adalah upaya untuk
mengkombinasikan berbagai macam bahan makanan ternak untuk
memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan dengan meminalkan biaya
yang ditimbulkan akibat penyusunan ransum tersebut. Tujuan dilakukan
evaluasi yaitu untuk mengetahui bagus atau tidak nya suatu bahan pakan
yang akan digunakan. Formulasi ransum digunakan untuk memenuhi
kebutuhan nutrien ternak, ekonomis dan murah. Sapi dengan berat badan
400 kg memiliki kebutuhan bahan kering 3% berat badan dan protein kasar
14% bahan kering. Pakan yang diberikan adalah hijauan dan konsentrat
dengan perbandingan 70% dan 30%. Pakan sapi apabila diberikan berupa
pakan jadi atau hijauan kering saja tidak akan mencukupi kebutuhannya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil evaluasi dan
formulasi ransum yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Formulasi Ransum
Bahan Persentase %PK BK (kg) As fed (kg) Harga
Pakan (Rp)
Brachiaria 70% 5,81% 8,4 280 80
brizantha
Dedak 7,51% 1,04% 0,9 8,73 3000
Jagung 5,00% 0,44% 0,6 22,73 4600
Pakan Jadi 6,99% 1,67% 0,84 12,58 3500
Bungkil 5,25% 2,72% 0,63 6,1 7500
kedelai
Bungkil biji 5,25% 2,32% 0,63 6,1 4200
kapas
Berdasarkan formulasi ransum diatas diketahui bahwa protein
kasar yang diperoleh telah memenuhi kebutuhan ternak yaitu sebesar 14%
dari bahan kering. Total biaya untuk formulasi ransum tersebut yaitu
sebesar Rp 268.548 dengan biaya per-kilogramnya sebesar Rp798,68.
Besar kecilnya proporsi pakan dipengaruhi oleh kandungan nutrien dari
bahan pakan itu sendiri dan dari harga bahan pakan. Brachiaria brizantha
diberikan dengan proporsi yang banyak karena harga yang murah,
ketersediaan yang mudah. Dedak adalah pakan sumber energi yang
memiliki kandungan nutrien yang memadai dengan harga jual yang murah
dan terjangkau. Jagung dipilih karena termasuk sumber energi dan
harganya yang murah. Bungkil kedelai dipilih karena kandungan energi dan
proteinnya yang tinggi. Bungkil biji kapas dipilih karena kandungan
kandungan protein nya yang tinggi.
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan
anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-
zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan
produksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan
kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai.
Formulasi ransum untuk ternak lokal, diutamakan memanfaatkan bahan
pakan lokal yang harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh pada
spesifik lokasi, tidak bersaing dengan kebutuhan untuk konsumsi manusia
serta merupakan hasil ikutan pertanian dan limbah industry (Muhammad et
al., 2014).
Brachiaria brizantha sebagai rumput budidaya yang banyak
digunakan oleh peternak memiliki kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak. Brachiaria brizantha dapat tumbuh dengan cepat dan dapat dipanen
terus menerus sehingga ketersediaanya mudah tercukupi. Rumput ini
memiliki PK 10,8%, N 1,73%, Ca 0,26%, P 0,16%, dan kecernaan bahan
kering 56,9%. Brachiaria brizantha memiliki kecernaan bahan kering yang
tingga dan memberikan pertambahan bobot badan yang baik untuk ternak
(Fanindi dan Prawiradiputra, 2005). Costa et al. (2014) menyatakan bahwa
Brachiaria brizantha memiliki anti nutrient yaitu asam sianida.
Dedak dipilih karena dedak memiliki kulitas protein lebih baik dan
harga yang lebih murah dibandingkan bahan pakan sumber energi lain. Tuo
(2016) menyatakan bahwa dedak padi menyediakan protein yang lebih
berkualitas dibandingkan dengan jagung. Murni et al. (2008) menyatakan
bahwa dedak merupakan sumber energi bagi ternak, disamping sebagai
sumber vitamin B yang cukup baik. Hartadi et al. (2005) menyatakan bahwa
dedak memiliki SK 11,6%; PK 13,8%; BETN 48,7%. Widodo (2017)
meyatakan bahwa dedak mengandung antinutrien berupa tripsin inhibitor,
namun tripsin dapat dihilangkan dengan proses pemanasan. Tripsin
inhibitor dapat menghambat pencernaan protein. Alimuddin (2017)
menyatakan bahwa penggunaan dedak dalam ransum sapi maksimum 40%
dari total ransum.
Jagung merupakan sumber makanan yang penting bagi manusia
dan ternak, produksi jagung sebagai pakan di Indonesia. Penggunaan
jagung sebagai bahan pakan untuk ternak selain ayam broiler, ayam petelur,
dan babi diperkirakan sekitar 10% dari kebutuhan jagung total untuk ternek.
(Tangendjaja, et al. 2002). Jagung memiliki keunggulan dibandingkan
dengan bahan pakan lainnya, yakni sebagai pakan sumber energi. Jagung
memiliki kandungan EM 3370 Kkal/kg, PK 8,6% dan lemak kasar 3,9%
(Wahyu, 2004). Jagung mempunyai zat anti nutrient berupa aflatoksin.
Bungkil kedelai mengandung protein yang cukup tinggi sehingga
kedua bahan tersebut digunakan sebagai sumber utama protein.
Kandungan protein bungkil kedelai mencapai 43% sampai 48%. Bungkil
kedelai juga mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat
pengganggu pertumbuhan, namun zat anti nutrisi tersebut aan rusak oleh
pemanasan sehingga aman untuk digunakan. Bungkil kedelai yang baik
mengandung air tidak lebih dari 12% (Sitompul, 2004). Martawijaya et al.
(2004) menyatakan bahwa bungkil kedelai idealnya diberikan sekitar 10%
dari total ransum.
Bungkil biji kapas kandungan protein sekitar 40% (Widodo, 2005).
Bungkil biji kapas mengandung suatu pigmen kuning yang disebut
gosipol yang dalam konsentrasi tertentu beracun terutama bagi unggas
dan babi. Ekstraksi biji kapas dengan pelarut polar merupakan
jalan terbaik, tapi masih terlalu mahal kalau dilakukan di Indonesia
mengingat kontribusi tanaman kapas tidak terlalu besar (hanya 1
persen). Perlu dicari pengganti cara ekstraksi ini dengan cara
merendam dalam air kapur jenuh. Batas penggunaan bungkil kapas
yang diperkenankan untuk ayam adalah 0,04 % dan untuk babi 0,01 %,
sedangkan batas yang dapat menekan produktivitas telur adalah sebesar
0,024 sampai 0,036 %. (Sutikno, 2000).
Berdasarkan formulasi ransum yang telah dibuat dapat diketahui
bahwa ransum sudah sesuai untuk kebutuhan ternak. Harga yang
dihasilkan per kilogram relatif murah dan kandungan nutrien yang
terkandung juga cukup lengkap sehingga sudah mencukupi kebutuhan
ternak tersebut. Kekurangan protein kasar dari pakan jadi yang dianalisis
yaitu 27,3% dapat terpenuhi. Bahan yang digunakan untuk memenuhi
protein kasar yaitu bungkil kedelai dan bungkil biji kapas. Harga ransum
yang disusun per kg yaitu Rp 798,68. Harga tersebut sudah termasuk
bahan pakan dengan harga yang murah untuk memenuhi kebutuhan.
BAB III

KESIMPULAN
Kandungan dalam bahan pakan dapat dibagi menjadi enam fraksi
yaitu air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan ekstrak tanpa
nitrogen. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
analisis proksimat pakan jadi yang diuji tersebut memiliki kandungan bahan
kering sebesar 55,55%, bahan organik sebesar 83,01%, protein kasar
sebesar 23,89% dan serat kasar sebesar 17,19%, lemak kasar 14,47%,
ETN sebesar 27,46%, TDN sebesar 80,11%, sehingga apabila
diklasifikasikan kedalam kelas pakan masuk kedalam kelas 5 yaitu sumber
protein. Kandungan fraksi bahan pakan dapat diketahui persentasenya
dengan menggunakan analisis proksimat. Penyusunan ransum ternak
harus memperhatikan kandungan nutrien dan harga bahan pakan. Bahan
pakan memiliki batasan tertentu untuk dikonsumsi ternak karena adanya
kandungan anti nutrien.
Berdasarkan formulasi ransum yang telah dibuat dapat diketahui
bahwa ransum sudah sesuai untuk kebutuhan ternak. Harga yang
dihasilkan per kilogram relatif murah dan kandungan nutrien yang
terkandung juga cukup lengkap sehingga sudah mencukupi kebutuhan
ternak tersebut. Kekurangan protein kasar dari pakan jadi yang dianalisis
yaitu 27,3% dapat terpenuhi. Bahan yang digunakan untuk memenuhi
protein kasar yaitu bungkil kedelai dan bungkil biji kapas. Harga ransum
yang disusun per kg yaitu Rp 798,68. Harga tersebut sudah termasuk
bahan pakan dengan harga yang murah untuk memenuhi kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. U. 2005. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia. Universitas


Gadjah Mada. Yogyakarta.
Alimuddin, A. 2017. Kandungan mineral (Ca dan Mg) pada dedak padi yang
difermentasi menggunakan cairan rumen sapi bali. Skripsi Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Makassar.
Biri, J., Pasambe, D., Darmawidah, A. 1998. Strategi pemanfaatan biji
kapas sebagai pakan ternak sapi bali. Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa. Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner.
Fanindi, A. dan B. R. Prawiradiputra. 2005. Karakteristik dan pemanfaatan
rumput Brachiaria sp. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Bogor.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kurniawan, J. dan S.B. Widjanarko. 2013. Studi kasus analisa proksimat,
kandungan kalori, dan aspek keamanan pangan minuman es di
sekitar Universitas Brawijaya. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 1
(1) : 56-64.
Martawijaya, E. L., E. Martanto, N. Tinaprilla. 2004. Panduan Beternak Itik
Petelur Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Muhammad, N. E. Sahara., S. Sandi dan F. Yosi. 2014. Pemberian ransum
komplit berbasis bahan baku lokal fermentasi terhadap konsumsi,
pertambahan bobot badan dan berat telur itik lokal Sumatera Selatan.
Jurnal Peternakan Sriwijaya. 3(2) : 20-27
Murni, R., Suparjo., Akmal dan Ginting, B.L. 2008. Buku Ajar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak.
Universitas Jambi. Jambi.
Nafiah, Y., I. 2009. Kajian sifat fisik-kimia jagung (Zea mays) pipilan pasca
proses pengeringan dan fermentasi dengan penambahan asam
propionat dan molases selama penyimpanan. Tesis. Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam te[ung ikan dan bungkil
kedelai. Buletin Teknik Pertanian Vol 9 (1).
Subekti, E. 2009. Ketahanan pakan ternak indonesia. Mediagro. Vol. 5(2) :
63-71
Sutikno, A., I. 2000. Tanaman kapas dan kaitannya dengan gosipol. Balai
Penelitian Ternak. Wartazoa. Vol. 10(1)
Tangendjaja, B., Y. Yusdja dan N. Ilham. 2002. Analisis Ekonomi
Permintaan Jagung untuk Pakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Tuo, M. 2016. Kandungan Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin Silase Pakan
Lengkap Berbahan Utama Batang Pisang (Musa paradisiaca)
dengan Lama Inkubasi yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Wahyu. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Ke-5. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Formulasi Ransum
Berat badan sapi : 400 kg
Kebutuhan BK : 3% BB
Kebutuhan PK : 14% BK
Persentase konsentrat : hijauan : 70 : 30
No. Bahan Pakan % BK % PK Harga
1. Brachiaria brizantha 25 8,3 80
2. Dedak 86 13,8 3000
3. Jagung 22 8,8 4600
4. Pakan jadi 55,55 23,89 3500
5. Bungkil kedelai 86 51,9 7500
6. Bungkil biji kapas 86 44,2 4200

 Kebutuhan
BK = 3% x 400 kg = 12 kg = 12000 gram
PK (BK) = 14% x 12000 gram = 1680 gram
 Kandungan BK dan PK
BK
a. Hijauan = 70% x 12000 = 8400 gram
b. Konsentrat = 30% x 12000 = 3600 gram
12000 gram (Sesuai)
PK
a. Hijauan
8,3 % x 8400 = 697,2 gram
b. Konsentrat
23,89% x 3600 = 860,04 gram
1557,24 gram (tidak sesuai)
1680 gram –697,2 gram
 % kekurangan PK = x100% = 27,3%
3600 gram
 PK konsentrat
a. Konsentrat sumber energi
Konsentrat Proporsi %PK
Dedak 60% 13,8% x 60%= 8,28%
Jagung 40% 8,8% x 40% = 3,52%
Total 100% 11,8%
b. Konsentrat sumber protein
Konsentrat Proporsi %PK
Pakan jadi 40% 23,89% x 40% =9,56%
Bungkil Kedelai 30% 51,9 % x 30% =15,57%
Bungkil biji kapas 30% 44,2% x 30% = 13,26%
Total 100% 38,39%

 Pearson Square
11,8% 11,09%
27,3%
38,39% 15,5%
26,59%
11,09
konsentrat sumber energi = 26,59x100% = 41,71%
15,5
konsentrat sumber protein = 26,59x100% = 58,29%

100 %
Cek
Sumber energi = 41,71% x 11,8 = 4,92
Sumber protein = 58,29% x 38,39 = 22,38
27,3 (sesuai)
c. Proporsi tiap bahan pakan (dalam BK)
- Brachiaria brizantha = 70% x 100% = 70%
- Dedak = 30% x 41,71% x 60% = 7,51%
- Jagung = 30% x 41,71% x 40% = 5,00%
- Pakan jadi = 30% x 58,29% x 40% = 6,99%
- Bungkil kedelai = 30% x 58,29% x 30% = 5,25%
- Bungkil biji kapas = 30% x 58,29% x 30% = 5,25%
100%
Bahan Persentase %PK BK (kg) As fed (kg)
Pakan
Brachiaria 70% 5,81% 8,4 280
brizantha
Dedak 7,51% 1,04% 0,9 8,73
Jagung 5,00% 0,44% 0,6 22,73
Pakan Jadi 6,99% 1,67% 0,84 12,58
Bungkil 5,25% 2,72% 0,63 6,1
kedelai
Bungkil Biji 5,25% 2,32% 0,63 6,1
kapas

 Harga ransum
Brachiaria brizantha 280 Kg x 80 =Rp 22.400
Dedak 8,73 Kg x 3000 =Rp 26.190
Jagung 22,73 Kg x 4600 =Rp 104.558
Pakan jadi 12,58 Kg x 3500 =Rp 44.030
Bungkil kedelai 6,1 Kg x 7500 =Rp 45.750
Bungkil biji kapas 6,1 Kg x 4200 =Rp 25.620
Harga total pakan per hari = Rp 268.548
 Harga pakan per kilogram : Rp1424,66/336,24kg = Rp 798,68/Kg
Berdasarkan hasil perhitungan formulasi ransum diatas, dapat
dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Formulasi Ransum
Bahan Persentase %PK BK (kg) As fed (kg) Harga
Pakan (Rp)
Brachiaria 70% 5,81% 8,4 280 80
brizantha
Dedak 7,51% 1,04% 0,9 8,73 3000
Jagung 5,00% 0,44% 0,6 22,73 4600
Pakan Jadi 6,99% 1,67% 0,84 12,58 3500
Bungkil 5,25% 2,72% 0,63 6,1 7500
kedelai
Bungkil biji 5,25% 2,32% 0,63 6,1 4200
kapas

You might also like