You are on page 1of 8

SEMINAR NASIONAL XI

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________

PEMBUATAN THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER (TLD)


SERBUK CASO4:DY DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI NANO
Lukman Ajiz1, Sutanto1, Eri Hiswara2, Eka Djatnika Nugraha2
1
Program Studi Kimia, FMIPA Universitas Pakuan, Jl. Pakuan PB 452, Bogor, Jawa Barat
16143
2
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya
No. 49, Jakarta 12070
lukmanajiz@gmail.com

ABSTRAK

PEMBUATAN THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER (TLD) SERBUK CaSO4:Dy


DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI NANO. Thermoluminescence Dosimeter (TLD) CaSO4:Dy
merupakan dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini di Indonesia, akan tetapi TLD tersebut masih
impor dari luar negeri, untuk itu perlu adanya studi pendahuluan untuk pembuatan TLD CaSO 4:Dy sebagai
tahap awal produksi dosimeter personal dalam negeri. Penelitian ini bertujuan untuk membuat TLD serbuk
CaSO4:Dy dengan penerapan teknologi nano yang ditujukan untuk produksi dosimeter personal. TLD serbuk
CaSO4:Dy mikrokristal dibuat melalui proses kristalisasi dengan menggunakan bahan dasar CaSO 4.2H2O
yang ditambahkan dengan Dy2O3, sedangkan TLD serbuk CaSO4:Dy nanokristal yang merupakan metode
bottom-up dari penerapan teknologi nano dibuat melalui proses koagulasi dari bahan (CH 3COO)2Ca,
(NH4)2SO4, serta Dy2O3. Serbuk TLD CaSO4:Dy mikrokristal dilakukan pengecilan ukuran partikel menjadi
100 Mesh, serta 100 nm sebagai penerapan teknologi nano pada penelitian ini. Selanjutnya dilakukan analisis
uji morfologi dan komposisi bahan dengan menggunakan XRD, XRF, dan SEM. Untuk mengetahui respon
terhadap radiasi dari TLD serbuk CaSO4:Dy ini, maka dilakukan uji respon terhadap radiasi dengan sumber
radiasi 90Sr. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan teknologi nano, metode bottom-up
memiliki respon yang tinggi terhadap radiasi daripada metode top-down. Linieritas dari uji respon variasi
dosis antara bottom-up dan top-down dengan masing-masing R2= 0,9965 dan 0,8831, serta faktor kalibrasi
masing-masing 0,01522 mGy/nC dan 0,0226 mGy/nC.

Kata kunci: TLD, CaSO4:Dy, Teknologi nano, Dosimeter

ABSTRACT

PRODUCTION THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER (TLD) POWDER CaSO 4:Dy WITH


APPLICATION OF NANOTECHNOLOGY. Thermoluminescence Dosimeter (TLD) CaSO4:Dy is a
personal dosimeter used today in Indonesia, but the TLD is still imported from abroad, for it is necessary
preliminary studies for the creation of TLD CaSO4:Dy as early stages of production of the domestic personal
dosimeter. This research aims to create a TLD powder CaSO4:Dy with application of nanotechnology which
is intended for the production of a personal dosimeter. TLD CaSO4:Dy microcrystalline powder is created
through a process of crystallization by using basic ingredients CaSO 4.2H2O added by Dy2O3, whereas TLD
CaSO4:Dy nanocrystalline powder which is the bottom-up method of the application of nanotechnology is
created through the process of coagulation of (CH3COO)2Ca, (NH4)2SO4, and Dy2O3. TLD CaSO4:Dy
microcrystalline powder done diminution particle size to 100 Mesh, as well as 100 nm as the application of
nanotechnology in this research. Furthermore the morphology test analysis performed and the composition
of materials by using XRD, XRF, SEM and. To know the response to radiation from TLD powder CaSO 4:Dy,
then performed a test of the response to radiation with 90Sr. Results of the study showed that with the
application of nanotechnology, bottom-up methods have a high response against radiation rather than a top-
down method. Linieritas of test response dose variation between bottom-up and top-down with each R2 =
0,9965 and 0,8831, as well as the respective calibration factors for 0,01522 mGy/nC and 0,0226 mGy/nC.

Keywords: TLD, CaSO4:Dy, nanotechnology, dosimeter

_______________________
________________________________________________
_____________________
161
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
memungkinkan untuk mengukur jumlah dosis
PENDAHULUAN radiasi yang diberikan pada saat pemanasan.
Mekanisme pita energi yang dilalui oleh
Perkembangan teknologi nuklir telah sumber energi dari pengaruh yang terjadi dapat
menjadi bagian dari kehidupan manusia, dan disimpan dalam sebuah model traps yang
dirasakan manfaatnya dalam berbagai bidang, sederhana dalam bahan tersebut. Jadi
misalnya di bidang kesehatan, bidang termoluminensi adalah proses dimana, material
pertanian, dan sebagainya. Pemanfaatan dari yang dipapar, menyerap energi yang kemudian
aplikasi teknologi nuklir ini harus dilakukan dipancarkan sebagai foton dengan panjang
secara terkendali dan perlunya perhatian gelombang berada dalam area cahaya tampak
terhadap keselamatan pekerja radiasi akan dan spektrum gelombang elektromagnetik [2].
resiko yang ditimbulkan dari reaksi nuklir yang Secara komersial, TLD tersedia dalam
dipaparkan. Tentunya, hal ini dapat bermacam tipe bahan. Tipe bahan TLD
menyebabkan bahaya jika dalam diantaranya Li2B4O7, LiF, CaSO4, CaF2 dengan
pelaksaananya tidak mengikuti prosedur kerja berbagai tipe pengotornya.
radiasi yang telah ditentukan. Luminesensi merupakan fenomena fisika
Menurut PP No.33 Tahun 2007, berupa pancaran cahaya dari suatu bahan yang
keselamatan radiasi adalah tindakan yang sebelumnya menyerap radiasi pengion.
dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota Peristiwa ini terjadi karena adanya elektron-
masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya elektron yang menyerap energi radiasi dan
radiasi, sedangkan proteksi radiasi adalah berpindah ke orbit yang lebih tinggi, sehingga
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi bahan berada dalam keadaan tereksitasi [3].
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan Terdapat dua peristiwa luminesensi, yaitu
radiasi [1]. Setiap pekerja radiasi wajib fluoresensi dan fosforesensi. Fluoresensi
menggunakan dosimeter personal secara terus- adalah pancaran sinar secara spontan, dimana
menerus untuk memantau dosis paparan radiasi pancarannya akan berakhir jika proses eksitasi
pengion yang diterimanya agar tidak yang terjadi pada bahan juga berakhir. Sedang
melampaui nilai batas dosis yang ditetapkan. pada peristiwa fosforesensi, pancaran
Pemantauan dosis dilakukan secara kontinyu cahayanya berakhir beberapa saat setelah
menggunakan dosimeter yang disesuaikan proses eksitasi pada bahan berakhir. Bahan
dengan lingkungan tempat kerja, jenis dan laju yang mampu memperlihatkan gejala ini disebut
paparan radiasi yang dimanfaatkan. Dosimeter fosfor. Pada thermoluminesensi, intensitas
personal yang digunakan dalam pemantauan luminesensi sebanding dengan energi radiasi
dosis radiasi eksterna adalah pengion yang diserap bahan fosfor
thermoluminescence dosimeter (TLD). Salah sebelumnya.
satu jenis dari thermoluminescence dosimeter Proses pemantauan dosis dengan TLD
(TLD) adalah TLD CaSO4:Dy yang telah dilakukan dengan cara membaca jumlah energi
diproduksi oleh Bhaba Atomic Research radiasi yang tersimpan di dalam dosimeter
Center (BARC) India. tersebut. Energi radiasi yang diserap fosfor
TLD (Thermoluminescence Dosimeter) dapat dikeluarkan dalam bentuk cahaya tampak
merupakan jenis dosimeter personal yang dengan intensitas sebanding dengan jumlah
digunakan untuk mengukur dosis radiasi energi yang diterima fosfor sebelumnya.
gamma, sinar-X, dan beta, serta neutron. TLD Karena keluarnya cahaya tampak tersebut
ini menggunakan kristal anorganik sebagai akibat pemanasan fosfor dari luar,
termoluminensi, seperti bahan LiF dan CaSO4. maka sistem instrumen pembaca TLD
Dosimeter ini digunakan dalam jangka waktu dirancang agar mampu memberikan
tertentu, misalnya satu bulan, yang kemudian pemanasan pada fosfor dan mendeteksi cahaya
diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi tampak yang dipancarkan.
yang sudah diterimanya. Untuk mendapatkan hasil TL bersih
Thermoluminescence (TL) merupakan dilakukan pembacaan sebanyak dua kali,
fenomena luminesensi yang dapat diamati bacaan pertama merupakan bacaan intensitas
ketika bahan padat tersebut menerima stimulasi total sedangkan bacaan kedua merupakan
panas. TLD akan melepaskan sejumlah cahaya bacaan intersitas latar.
yang sebanding dengan paparan radiasi dan ini

_______________________
________________________________________________
_____________________
162
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
TLbersih = TLtotal - TLlatar CARA KERJA
Sedangkan dosis radiasi didapatkan dari
beberapa kali penyinaran distrik yang diterima Alat dan Bahan
TLD selama proses pemantauan. Secara
matematik dosis radiasi dirumuskan: Alat-alat yang digunakan pada penelitian
D = TLbersih . FK ini diantaranya neraca analitik, oven, grinder,
Dengan : saringan 100 mesh, alat destilasi, erlenmeyer,
D = Dosis radiasi (mGy) furnace, magnetic stirrer, Saringan 100 mesh,
TLbersih = Intensitas (nC) kertas saring whatman, sumber radiasi 90Sr,
FK = Faktor Kalibrasi (mGy/nC) TLD Reader 3500 yang ada di Pusat Teknologi
Dy sangat berperan dalam menciptakan Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN.
perangkap. Menurut J.I Lee unsur-unsur Untuk alat analisis komposisi bahan digunakan
lantanida atau tanah jarang dapat X-Ray Diffraction (XRD) serta X-Ray
meningkatkan sifat optic electric material, jadi Fluorescence (XRF), Scanning Electron
sangat cocok sebagai dopan untuk tujuan Microscope (SEM).
material optoelektrik. Dalam literatur Bahan yang digunakan pada penelitian
sebelumnya juga dinyatakan bahwa dopan Dy ini diantaranya kalsium sulfat dihidrat
berfungsi sebagai sensitizer yang dapat (CaSO4.2H2O) dan asam sulfat (H2SO4) 96%,
meningkatkan kepekaan [4]. Alasan lainnya disprosium oksida (Dy2O3), kalsium asetat
adalah karena Dy merupakan unsur golongan ((CH3COO)2Ca), Ammonium sulfat
lantanida yang memiliki eksitasi 4f, cenderung ((NH4)2SO4), etanol (C2H5OH), Aquades, gas
menghasilkan pusat f dan pusat H, dimana nitrogen (N2) kering serta natrium hidroksida
pusat tersebut juga merupakan perangkap (NaOH).
elektron [5]. Pembuatan TLD Serbuk
Teknologi nano atau nanosains adalah
ilmu pengetahuan dan teknologi pada skala Serbuk mikrokristal CaSO4:Dy
nanometer, atau sepermilyar meter. Rekayasa
material dengan Teknologi nano secara garis Pembuatan TLD serbuk mikrokristal
besar dapat dilakukan dengan dua metode yaitu CaSO4:Dy dilakukan dengan cara kristalisasi.
metode top-down dan metode bottom-up. Disiapkan 10 gram kalsium sulfat dihidrat
Metode top-down adalah metode pembuatan (CaSO4.2H2O) dan 0,04 gram disprosium
material nano dengan cara memotong-motong oksida (Dy2O3) kedalam tabung destilasi,
atau menghancurkan material berukuran besar selanjutnya ditambahkan 20 mL asam sulfat
menjadi ukuran nanometer, sedangkan metode (H2SO4) 96%. Bahan yang telah dicampurkan
bottom-up merupakan teknik yang digunakan tersebut kemudian dikristalisasi pada suhu
untuk menata dan mengendalikan atom dan 350oC sampai terbentuk kristal. Kristal yang
molekul menjadi material berukuran nano [6]. terbentuk ini selanjutnya dipanaskan pada suhu
Metode top-down dapat dilakukan dengan 700oC. Setelah itu, kristal yang telah terbentuk
berbagai cara seperti milling, ultrasound, dan dilakukan proses pengecilan ukuran dari
laser ablation sedangkan metode bottom-up partikel kalsium sulfat dihidrat dan disprosium
meliputi Spray pyrolisis, chemical vapour oksida menjadi ukuran mesh dengan grinder
decomposition (CVD), microemulsion dan impactor. Proses ini dilakukan dengan
lain-lain [7]. mengubah ukuran partikel menjadi 100 Mesh.
Penerapan teknologi nano pada Serta dilakukan pula pengecilan ukuran
penelitian ini merupakan metode lanjutan dari partikel menjadi ukuran nanometer
dua penelitian sebelumnya yaitu pembuatan mengunakan High Energy Milling, dengan
TLD CaSO4:Dy dengan metode kristalisasi ukuran 100 nm.
serta metode sintering, yang masing-masing
didapatkan konsentrasi optimum dari Serbuk nanokristal CaSO4:Dy
penambahan Dy sebagai aktivator dari TLD
tersebut. Pembuatan TLD serbuk nanokristal
CaSO4:Dy dilakukan dengan cara
pencampuran bahan hingga homogen dengan
mengunakan pelarut. Disiapkan 1,5810 gram

_______________________
________________________________________________
_____________________
163
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
kalsium asetat ((CH3COO)2Ca) yang dilarutkan memiliki kesamaan yaitu berbentuk serbuk dan
dalam 40 mL etanol, 1,3210 gram ammonium berwarna putih serta terlihat ada kilapan
sulfat ((NH4)2SO4) yang dilarutkan dalam 40 kristalnya, perbedaannya terlihat pada sampel
mL aquades, serta 0,0613 gram disprosium berukuran 100 nm tampak lebih kusam.
oksida (Dy2O3) yang dilarutkan dalam 20 mL Pembuatan TLD CaSO4:Dy serbuk
asam sulfat (H2SO4) 0,01 N. Ketiga bahan nanokristal telah dilakukan dengan metode
tersebut masing-masing dihomogenkan dengan koagulasi yang menghasilkan serbuk kristal
magnetic stirrer, setelah bahan melarut berwarna putih dan tampak sedikit memadat.
sempurna, ketiganya dicampurkan dan
ditempatkan pada tempat yang sama, kemudian
Hasil Uji Morfologi dan Komposisi Bahan
dilakukan kembali pengadukan dengan
magnetic stirrer, sampai terbentuk endapan
Hasil Uji X-Ray Diffraction (XRD)
nanokristal dari bahan tersebut. Endapan yang
terbentuk kemudian dipisahkan dari pelarutnya Uji dengan menggunakan X-Ray
dengan menggunakan kertas saring whatman. Diffraction (XRD) bertujuan untuk
Hasil penyaringan kemudian dikeringkan di mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
oven. dengan cara menentukan parameter struktur
kisi, mengetahui struktur kristal yang terbentuk
Analisis Morfologi dan Komposisi Bahan dan mendapatkan ukuran partikel. Pada uji
menggunakan XRD didapatkan hasil yang baik
Setelah pembuatan TLD serbuk karena terlihat dari intensitas, kristal CaSO4
CaSO4:Dy mikrokristal dan nanokristal yang dibuat dari penerapan teknologi nano
dilakukan analisis morfologi dan komposisi yaitu metode top-down dan metode bottom-up
bahan dengan X-Ray Diffraction (XRD) serta memiliki kandungan kalsium yang sangat
X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron cukup tinggi dan memiliki sedikit pengotor lain
Microscope (SEM). yakni memiliki nilai intensitas dengan masing-
masing dikisaran 50000 dan 90000. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 1.
Uji Respon Radiasi dan Kalibrasi

TLD serbuk mikrokristal dan nanokristal


yang telah dibuat terlebih dahulu dilakukan
kalibrasi dan uji respon terhadap radiasi
dengan cara yaitu penyinaran dari sumber
radiasi 90Sr sehingga didapatkan keseragaman
respon. Uji respon radiasi dilakukan dengan
cara penyinaran dengan dosis 15 mGy. Setelah
dilakukan uji respon radiasi kemudian TLD
tersebut dipanaskan pada suhu 400oC selama 1
jam. Setelah itu, TLD disinari kembali dengan
Gambar. 1. Hasil uji XRD dari Metode top-down
variasi dosis yaitu 3 mGy; 7,5 mGy; 15 mGy;
22,5 mGy; 30 mGy untuk pengujian kalibrasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pembuatan TLD Serbuk Mikrokristal


dan Nanokristal

Pembuatan TLD CaSO4:Dy serbuk


mikrokristal telah dilakukan dengan teknologi
yang sederhana yaitu proses kristalisasi. Secara
kasat mata terlihat bentuk dan warna dari
Gambar. 2. Hasil uji XRD dari Metode bottom-
kedua jenis sampel yang dilakukan dengan up
pengecilan ukuran yaitu 100 mesh dan 100 nm

_______________________
________________________________________________
_____________________
164
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
dikatakan baik apabila kristal-kristalnya selalu
dibatasi oleh beberapa bidang datar yang
Hasil Uji X-Ray Fluorescence (XRF)
jumlah dan kedudukannya tertentu.
Uji dengan menggunakan X-Ray Keteraturannya tercermin dalam permukaan
Fluorescence (XRF) bertujuan untuk melihat kristal yang berupa bidang-bidang datar dan
unsur-unsur yang terkandung dalam TLD rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Uji
serbuk CaSO4:Dy. Tiga sampel yang diuji yaitu SEM ini dilakukan pada pembesaran 5000x.
sampel serbuk mikrokristal dengan ukuran
partikel kristal 100 mesh, serbuk mikrokristal
dengan ukuran partikel kristal 100 nm (metode
top down), serbuk nanokristal (metode bottom-
up). Hasil dari ketiga sampel tersebut yang
memiliki komposisi unsur kalsium (Ca)
terbesar adalah partikel kristal 100 mesh yaitu
27,91%, sedangkan partikel kristal 100 nm dan
nanokristal beturut-turut adalah 20,51%,
22,41% Selain itu, terdapat banyak pengotor
lain yang didapatkan dari bahan pendukung
lain seperti asam sulfat dan kalsium sulfat
dihidrat yang tidak murni serta dari disprosium
Gambar. 3. Hasil Uji SEM dari Metode top-
oksida. Pengotor dengan konsentrasi tertingi
down
yang terdapat pada TLD serbuk, dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel. 1. Hasil Uji XRF serbuk
mikrokristal dan nanokristal
Unsur
Sampel
Al Si Ca Fe
Mikrokristal
0,788% 4,304% 27,91% 0,077%
(100 mesh)
Metode top
down (100 0,497% 1,168% 20,51% 0,132%
nm)
Metode
bottom- Gambar. 4. Hasil Uji SEM dari Metode
0,236% 0,125% 22,41% 0,279%
up(nanokrist bottom-up
al)

Hasil Uji Respon Radiasi


Hasil Uji Scanning Electron Microscope
(SEM) Serbuk TLD yang telah dibuat dan
dijadikan 3 variasi yaitu 100 mesh, 100 nm dan
Uji dengan menggunakan Scanning nanopartikel. 3 variasi serbuk tersebut diuji
Electron Microscope (SEM) bertujuan untuk respon terhadap radiasi dengan cara menyinari
mengetahui bentuk dan ukuran kristal dari bahan tersebut dengan dosis radiasi 15 mGy
TLD yang telah dibuat. dari sumber radiasi beta (β) yakni Stronsium-
Pada uji morfologi menggunakan SEM 90 (90Sr). Hasil yang didapatkan dapat dilihat
didapatkan hasil struktur kristal yang terbentuk pada Tabel 2. Dari Tabel 2, sampel serbuk
dari TLD CaSO4:Dy memiliki bentuk yang berukuran 100 mesh digunakan sebagai
tidak teratur dan bukan merupakan kristal yang perbandingan untuk metode top-down. Metode
baik. Ini karena susunan bidang-bidangnya top-down memiliki hasil pembacacan yaitu
tidak memenuhi hukum geometri. Kristal

_______________________
________________________________________________
_____________________
165
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
155,53 nC, dibandingkan dengan serbuk 100 puncak pada channel 50-100 dan suhu antara
mesh yang mencapai 1094,93 nC. 100-150°C, puncak ini bisa hilang dengan suhu
kamar. Pada Gambar 5 puncak kedua muncul
pada channel 50-100 dan suhu antara 150-
Tabel. 2. Hasil Uji respon terhadap radiasi
Dosi
200°C yang merupakan penyimpanan radiasi
Bacaan Bacaan TL pada daerah perangkap dalam dari bahan
s Rata-rata
Sampel 1 2 Bersih
(mG (nC) tersebut.
(nC) (nC) (nC)
y)
Mikro 1097 21,49 1075,5
(100 15 1184 26,63 1157,8 1094,9
Mesh) 1072 20,97 1051,4
top 282,8 122,1 160,7
down 15 295,2 143,2 152,0 155,53
(100 nm) 280,4 126,5 153,9
684,2 13,11 671,09
bottom 15 685,4 14,56 670,84 670,79
up 683,5 13,05 670,45
Keterangan:
mGy (mili Gray), nC (nanoColoumb) Gambar. 5. Kurva pancar serbuk 100 mesh

Berdasarkan data dari Tabel 2, pengaruh


dari perubahan ukuran mesh menjadi
nanometer menggunakan alat High Energy
Milling ternyata tidak membuat ukuran
nanometer lebih sensitif dalam menerima
respon radiasi, tetapi sebaliknya. Hal ini dapat
disebabkan adanya proses oksidasi dalam
bahan kristal yaitu kalsium sulfat (CaSO4) serta
penyebaran disprosium (Dy) yang tidak merata Gambar. 6. Kurva pancar serbuk 100 nm (top-
dan tidak menyisip sempurna setelah adanya down)
perubahan ukuran tersebut. Serbuk nanokristal
yang merupakan metode bottom-up dari
teknologi nano ternyata memiliki respon yang
lebih baik dibandingkan dengan metode top-
down. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang
menunjukkan nilai pembacaan metode bottom-
up yaitu 670,79 nC dibandingkan dengan
metode top-down yang hanya 155,53 nC.
Gambar 5,6, dan 7 menunjukkan kurva
pancar yang dihasilkan dari ketiga sampel yang Gambar. 7. Kurva pancar serbuk nanokristal
diuji. Kurva pancar dalam bentuk grafik (bottom-up)
didapat dari pembacaan menggunakan TLD
reader model 3500 buatan Harshaw. Bentuk
grafik kurva pancar ini memperlihatkan Gambar 6 yang merupakan sampel
jumlah intensitas termoluminisensi (nC) yang serbuk berukuran 100 nm (metode top-down)
terhitung. terlihat puncak muncul pada channel 150-200
Berdasarkan Gambar 6 dan 7 dan suhu 250-300°C yang merupakan daerah
menunjukkan bahwa metode bottom-up perangkap paling dalam dari suatu bahan TLD,
dikatakan lebih baik dari segi penerimaan dengan ini pula ternyata perangkap disprosium
respon radiasi dari sumber radiasi beta pada serbuk kristal dengan ukuran partikel 100
daripada metode top-down. Gambar 5 yang nm tidak mampu menyimpan radiasi secara
merupakan sampel serbuk berukuran 100 mesh optimal. Pada Gambar 7 yang merupakan
menunjukkan adanya dua puncak yang muncul, kurva pancar dari serbuk nanokristal yang
puncak pertama menunjukkan penyimpanan merupakan metode bottom-up menunjukkan
radiasi pada daerah perangkap dangkal dari bahwa radiasi yang diterima, terperangkap
bahan cukup besar, dengan kemunculan dengan optimal pada daerah dalam pada bahan

_______________________
________________________________________________
_____________________
166
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
tersebut. Dari Gambar 7 ini terlihat bahwa
puncak energi muncul pada channel 100-150
dan suhu 150-250°C. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa diantara dua metode
teknologi nano yang memiliki sensitivitas dan
respon radiasi yang baik adalah metode
bottom-up daripada metode top-down. Selain
itu pula, metode bottom-up dengan kurva
pancar sesuai dengan Gambar 7 lebih baik
dalam menyimpan radiasi dibandingkan
dengan serbuk mikrokristal dengan ukuran 100
mesh yang lebih banyak menyimpan radiasi Gambar. 8. Kurva kalibrasi serbuk 100 mesh
pada daerah perangkap dangkal.

Hasil Uji Kalibrasi Radiasi

Suatu bahan TLD yang telah


digunakan dapat digunakan kembali setelah
dilakukan annealing. Proses annealing yakni
proses pemanasan pada temperatur 400°C
selama satu jam. Hal ini dimaksudkan agar
TLD serbuk CaSO4:Dy tersebut tidak
menyimpan energi atau dengan kata lain TLD
serbuk dikosongkan infomasi dosisnya
sehingga dapat digunakan kembali. Gambar. 9. Kurva kalibrasi serbuk 100 nm
Setelah dilakukan annealing, TLD (top-down)
serbuk CaSO4:Dy tersebut diradiasi dari
sumber radiasi 90Sr dengan berbagai variasi
dosis. Dosis yang digunakan antara lain 3
mGy; 7,5 mGy; 15 mGy; 22,5 mGy; 30 mGy.
Uji linieritas dibuat dengan hubungan
antara intensitas (nC) terhadap dosis yang
diberikan (mGy). Serbuk TLD CaSO4:Dy
mikrokristal dengan ukuran partikel 100 mesh
memiliki faktor kalibrasi sebesar 0,0123
mGy/nC, Serbuk TLD CaSO4:Dy mikrokristal
dengan ukuran partikel 100 nano (metode top-
down) memiliki faktor kalibrasi sebesar 0,0226
mGy/nC, sedangkan Serbuk TLD CaSO4:Dy
nanokristal (metode bottom-up) memiliki
faktor kalibrasi sebesar 0,01522 mGy/nC. Dari
segi linieritas serbuk mikrokristal 100 mesh Gambar. 10. Kurva kalibrasi serbuk
memiliki R2 = 0,9988, sedangkan serbuk 100 nanokristal (bottom-up)
nano (metode top-down) tidak memenuhi
kelinieritisan yang hanya memiliki R2 =
0,8831, serta serbuk nanokristal (metode
KESIMPULAN DAN SARAN
bottom-up) R2 = 0,9965. Hal ini menunjukkan
bahwa TLD yang dibuat melalui metode Berdasarkan penelitian yang telah
bottom-up memiliki akurasi dan presisi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan
baik terhadap radiasi daripada metode top- teknologi nano dengan metode bottom-up
down. Hasil uji kalibrasi radiasi disajikan memiliki respon yang tertinggi terhadap radiasi
dalam Gambar 8, 9 dan 10 dari kurva kalibrasi, daripada metode top-down. Linieritas dari uji
sebagai berikut : respon variasi dosis antara bottom-up dan top-

_______________________
________________________________________________
_____________________
167
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
down dengan masing-masing R2= 0,9965 dan TANYA JAWAB
0,8831, serta faktor kalibrasi masing-masing
0,01522 mGy/nC dan 0,0226 mGy/nC. Pertanyaan
Untuk meningkatkan kualitas dari TLD
CaSO4 ada beberapa hal yang perlu 1. Yang dimaksud dengan 100 mesh itu
diperhatikan dalam pembuatan TLD tersebut apa?
antara lain: 2. Keuntungan dari penerapan teknologi
Perlu dilakukan proses pemanasan disaat nano yang dilakukan dalam penelitian?
pembuatan serbuk TLD CaSO4:Dy nanokristal 3. Apakah dengan penerapan teknologi
sehingga menghasilkan kristal yang sempurna. nano membuat TLD lebih tahan lama?
Perlu dilakukan optimasi konsentrasi 4. Yang paling optimum metode apa dari
Disprosium (Dy) pada proses pembuatan penerapan teknologi nano?
serbuk TLD CaSO4:Dy nanokristal sehingga
didapati konsentrasi yang lebih baik dalam Jawaban
respon terhadap radiasi.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang 1. 100 mesh merupakan banyaknya lubang
meliputi proses pemudaran dosis (fading), dari 1 inchi persegi.
adanya pembuatan TLD CaSO4:Dy berupa chip 2. Dengan peneraan teknologi nano ini
sehingga dapat digunakan dalam bidang diharapkan meningkatkan kesensitifan
proteksi radiasi sebagai dosimeter personal. dari bahan tersebut sehingga dapat
ditinjau lebih lanjut menjadi
DAFTAR PUSTAKA perbandingan dengan bahan yang
berukuran lebih besar.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 3. Tentu saja, karena dengan metode dari
Nomor 33 Tahun 2007, Tentang penerapan ini dapat meningkatkan
Keselamatan Radiasi Pengion dan kinerja dari TLD yang dibuat.
Keamanan Sumber Radioaktif. 4. Metode bottom-up karena linieritas
2. Mc Kinlay A. F, Thermoluminescence yang cukup tinggi daripada metode top-
Dosimetry. Medical Physics Handbook , down dan selain itu memiliki respon
Adam Hilger, 1981 terhadap radiasi lebih tinggi.
3. Delgado, A, Basic Concepts of
Thermoluminescence, Personal
Thermoluminescemce Dosimetry (Ed. : M.
Oberhofer). Report EUR 16 277 EN,
Luxemburg, pp. 47-69, 1995
4. J. I. Lee, High Sensitivity LiF
`Thermoluminescent Dosimeter
LiF(Mg,Cu,P). Health Physics, vol. 46,
pp. 1063-1067. 1984
5. Krebs, R. E, The History and Use of Our
Eart’s Chemical Elements: A Reference
Guide, Second Edition. Greenwood Press:
London, 1922
6. Arryanto, Y., amini, S., dan Rosyid, M,F.,
IPTEK Nano di Indonesia : Terobosan
Peluang, dan Strategi, edisi 1, 12-35,
Diglossia, Yogyakarta. 2007
7. Adityawarman, D., Peranan
Nanoteknologi Dalam Menunjang
Ketahanan Pangan, Artikel Seminar
Nanoteknologi, Semarang. 2009

_______________________
________________________________________________
_____________________
168

You might also like