You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada sebagian besar orang dewasa yang sehat, tekanan darah rendah tidak
menimbulkan masalah atau gejala. Bahkan mungkin normal bagi anda.
Misalnya, mereka yang rutin berolahraga seringkali memiliki tekanan darah
yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak begitu fit. Hipotensi
(tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah
dari 90/60 mmhg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan
gejala-gejala seperti pusing dan pingsan. Sebenarnya tubuh mempunyai
mekanisme untuk menstabilkan tekanan darah, kestabilan tekanan darah ini
penting sebab tekanan harus cukup tinggi untuk mengantarkan oksigen dan zat
makanan ke seluruh sel di tubuh dan membuang limbah yang dihasilkan jika
tekanan terlalu tinggi, bisa merobek pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan di dalam otak (stroke hemoragik) atau komplikasi lainnya jika
tekanan terlalu rendah, darah tidak dapat memberikan oksigen dan zat makanan
yang cukup untuk sel dan tidak dapat membuang limbah yang dihasilkan
sebagaimana mestinya dari sekian banyak penyebab hipotensi maka hipotensi
karena perubahan posisi tubuh atau hipotensi ortostatik lah yang paling sering
terjadi kapan pasien dikatakan menderita hipotensi jenis ini (LIPI, 2009).

Bila dijumpai penurunan tekanan darah sistolik yang menetap di bawah 80


mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg yang diikuti
oleh gejala klinis saat perubahan posisi tubuh dari tidur ke berdiri secara tiba
tiba gejala klinis yang terjadi cukup bervariasi acapkali keluhan yang
disodorkan penderita lebih merupakan keluhan neuropati autonom seperti
mudah lelah, pusing, pingsan, sering menguap, tutur kata yang kabur,
penglihatan kabur, wajah pucat, keringat dingin, mual, perasaan tak nyaman di
perut, sensasi terceki keluhan yang muncul ini kadang tidak berhubungan erat
dengan kualitas penyakit ada kecenderungan peningkatan kualitas gejala saat
pagi hari ketika bangun tidur, makin reda bila hari telah siang atau penderita
kembali berbaring lalu, apa yang sebenarnya menjadi penyebab dari hipotensi.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan keluarga yang sakit,
sebagai pendidik kesehatan, dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan
mudah dijangkau dan kebutuhan keluarga yang sakit dapat terpenuhi dengan
baik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberi penyuluhan diharapkan keluarga khusunya anggota
keluarga yang sakit mampu mengatasi masalah kesehatan tentang penyakit
hipotensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 5 x 30 menit keluarga
khusunya anggota mampu:
a. Menyebutkan pengertian hipotensi
b. Menyebutkan penyebab dari hipotensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipotensi
d. Menyebutkan cara pencegahan hipotensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Konsep Dasar Keluarga
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007 dalam Ayu,
Komang 2010).
b. Tipe/Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007 dalam Ayu, Komang 2010).
Beberapa bentuk keluarga yang mengalami gastritis biasanya terjadi
pada semua tipe keluarga.
1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu.
3) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan
anak-anak tiri.
4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)
Keluarga yang hanya terdiri dari : anak-anak yang tinggal bersama.
5) Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati.
6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki
kepercayaan bersama.
c. Struktur dan Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan
informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai
kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah
sebagai panutan dan pelindung keluarga. Menurut Sudiharto ( 2007)
dalam Ayu Komang (2010) ada lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut :
1) Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
2) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan
perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga
berinteraksi social.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan.
4) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, baik untuk makan, kesehatan dan pendidikan.
5) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga
untuk merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Tugas Kesehatan Keluarga
Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga
merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut
Friedmann (1998) dalam Ayu Komang (2010) adalah sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap
anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat, untuk menanggulangi penyakit yang diderita anggota keluarga.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit.
3. Peran Perawat Keluarga
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu
memerhatikan prinsip-prinsip berikut :
a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif untuk menangani
masalah kesehatan.
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.
e. Menekankan pada kemampuan keluarga Peran perawat keluarga
adalah (Ayu, 2010)
sebagai berikut:
1) Sebagai pendidik (edukator), perawat bertanggung jawab
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama
untuk anggota keluarga yang terkena penyakit hipotensi.
2) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan
dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama
dengan anggota keluarga untuk melakukan bina trust dalam
menangani masalah kesehatan keluarga.
3) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan mengenai masalah kesehatan.
4. Tanggung Jawab Perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan
fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam
pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk
membantu memenuhinya. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin
yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh
perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada
aktivitas - aktivitas yang benar – benar menjadi kewenangannya.

B. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Tahap Pengkajian
a. Data Umum :
1) Nama kepala keluarga :Diisi oleh nama KK
2) Umur :Usia diisi oleh klien KK
3) Agama : Agama yang dianut oleh keluarga
4) Pendidikan : Pendidikan terakhir keluarga
5) Pekerjaan : Pekerjaan keluarga
6) Suku / Bangsa : Disi oleh suku bangsa keluarga
7) Alamat : Alamat kediaman keluarga
8) Komposisi keluarga : Komposisi keluarga diisi sesuai KK
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap perkembangan biasanya keluarga mempunyai riwayat
rematik sejak kapan dan sudah berapa lama.
2) Tugas Keluarga yang belum terpenuhi
Apakah keluarga dapat mempertahankan perkembangan
kesehatannya, yakni membudayakan perilaku hidup sehat.
3) Riwayat keluarga inti
a) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian tentang
kesehatan.
b) Riwayat keluarga sebelumnya: adakah riwayat penyakit dari
orang tua ataupun riwayat penyakit keturunan lainnya.
Hipotensi biasanya dapat diturunkan dan dapat juga dari pola
hidup yang kurang baik.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karateristik Rumah
1. Gambaran tipe rumah klien apakah memiliki rumah sendiri
atau menyewa rumah.
2. Gambaran kondisi rumah meliputi penerangan, ventilasi,
lantai, tangga ada atau tidak, susunan dan kondisi bangunan
apakah masih layak huni atau tidak.
3. Dapur: suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,
pengamanan untuk kebakaran, kondisi berbahaya atau tidak.
4. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet apakah licin atau
berbahaya atau tidak, ada tidaknya sabun dan handuk.
5. Sanitasi kebersihan rumah: apakah ada serbuan serangga-
serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau masalah-
masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-
binatang piaraan, debu, atau kotoran ternak yang dapat
mengganggu fungsi organ yang lain, apakah rumah
berantakan atau tidak.
2) Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
a) Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).
b) Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan
industri kecil, agraris) di lingkungan.
c) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak,
tidak terpelihara, sementara /diperbaiki).
d) Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
e) Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan
sosial apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas.
f) Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar).
g) Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,
pekerjaan).
3) Mobilitas Geografis Keluarga
a) Lama keluarga tinggal di daerah ini.
b) Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal untuk
melakukan aktivitas sehar-harinya.
4) Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas Kesehatan dalam
Komunitas
a) Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dan tempat pelayanan kesehatannya.
b) Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan
5) Sistem Pendukung Keluarga
a) Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk pemeliharaan kesehatan
b) Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-teman dekat,
tetangga, lembaga: Pemerintah maupun Swasta/LSM).
c) Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola-pola Komunikasi
a) Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-
pesan penting (langsung, tidak langsung) dalam membahas
menenai penyakit yang dialami
b) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam
pola-pola komunikasi keluarga yang menghambat atau pemicu
terjadinya proses penyakit
2) Struktur Kekuasaan
a) Keputusan dalam Keluarga dalam mengambil keputusan untuk
menanggulangi penyakit
b) Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan
(otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada masing-
masing individu).
3) Struktur Peran
a) Struktur Peran Formal
Peran keluarga dalam menyikap penyakit yang dialami oleh
anggota keluarga. Adakah dukungan keluarga guna menyikapi
masalah penyakit yang diderita.
b) Struktur Peran Informal
Adakah peran-peran informal dalam keluarga. Untuk
membicarakan masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga.
c) Pengaruh/dampak terhadap orang-orang yang memainkan
peran-peran tersebut. Biasanya penyakit yang dialami menjadi
lebih baik atau menjadi lebih buruk. Kaji pengaruh positif dan
pengaruh negatif yang dialami keluarga.
4) Struktur Nilai-Nilai Keluarga
a) Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau
komunitas yang lebih luas.
b) Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.
c) Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.
d) Kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan
mempengaruhi nilai-nilai keluarga.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga – Respons: meliputi apakah anggota
keluarga merasakan kebutuhan - kebutuhan individu-individu lain
dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri) mampu
menggambarkan kebutuhan-kebutuhan terkait dengan kesehatan
psikologis anggota keluarganya.
2) Fungsi Sosialisasi
Berisikan tentang siapa yang menerima tanggung jawab untuk
peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi
ini dipikul bersama, apakah keluarga saat ini mempunyai
masalah/resiko dalam mengasuh anak, apakah lingkungan rumah
cukup memadai bagi anak-anak untuk bermain (cocok dengan
tahap perkembangan anak).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
a) Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:
 Nilai-nilai yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan
 Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai
kesehatan
 Perilaku semua anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga
yang sakit.
b) Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/sakit.
 Bagaimana keluarga mengetahui penyaki yang dialami oleh
anggota keluarga yang sakit.
 Keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi anggota
keluarga yang dialami oleh anggota keluarga yang sakit.
 Kemampuan keluarga mengidentifikasi tanda- gejala pada
anggota yang sakit
 Sumber informasi kesehatan yang diperoleh keluarga
apakah dari Rumah sakit, klinik atau Puskesmas
 Keluarga mengetahui bahwa hipotensi adalah masalah yang
serius.
c) Praktik diet keluarga:
 Biasanya keluarga mengetahui beberapa makanan yang
tidak boleh dikonsumsi atau yang harus dikonsumsi oleh
penderita hipotensi
 Keluarga biasanya akan menyiapkan makanan yang dapat
menghindari penyakit hipotensi apabila mengetahui dan
mengenal mengenai penyakit.
 Biasanya jenis makanan yang akan di masak setiap hari
adalah sayuran dan lauk pauk seadanya.
 Makanan yang akan disimpan di tudung saji agar tidak
terkontaminasi oleh kuman yang disebabkan oleh lalat.
d) Kebiasaan tidur dan istirahat:
 Waktu tidur klien biasanya tidak terlalu malam
 Kecukupan waktu tidur setiap hari adalah 7 – 8 jam
 Biasanya penderita tidak mengalami gangguan tidur
e) Latihan dan rekreasi:
 Biasanya keluarga akan menyadari bahwa rekreasi bagi
keluarga adalah penting guna untuk kebersamaan keluaga.
 Jenis-jenis rekreasi yang akan dilakukan oleh keluarga
biasanya adalah berenang, ketempat alam-alam dll.
 Biasanya untuk keluarga dengan anak sekolah akan
mengikutserta dalam liburan.
f) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:
 Kebiasaan keluarga menjaga pola makan
 Kebiasaan keluarga dengan hipotensi yaitu meminum obat
suplemen dan multivitamin
g) Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:
 Biasanya keluarga akan menjaga kesehatan dan makanan
untuk memperbaiki status kesehatan bagi keluarga.
 Biasanya yang akan berperan dalam mengambil keputusan
adalah Kepala keluarga, tetapi bila Kepala keluarga
menjadi klien yang akan mengambil keputusan adalah istri
dan anak.
 Biasanya dengan keluarga hipotensi akan lebih menjaga
makanan dan aktivitas yang cepat membuat klien lelah
h) Cara-cara pencegahan penyakit:
Pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyakit tersebut
dan tindakan seperti apa yang dilakukan untuk mengurangi
potensi penyakit berulang.
i) Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan yang
dimanfaatkan keluarga:
Kebiasaan keluarga akan mengunjungi klinik terdekat guna
untuk mengetahui status kesehatan keluarga.
j) Perasaan dan persepi keluarga tantang pelayanan perawatan
kesehatan:
 Keluarga biasanya akan sangat membutuhkan pelayanan
perawatan kesehatan bagi mencegah terjadinya penyakit
berulang.
 Harapan keluarga terhadap perawat biasanya akan
membutuhkan perawat guna mengetahui status kesehatan
pasien.
k) Pelayanan kesehatan darurat:
 Pengetahuan keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan
darurat terdekat.
 Pengetahuan keluarga tentang cara memanggil ambulans/
pelayanan kesehatan darurat.
 Pengetahuan keluarga tentang cara penanganan keadaan
darurat.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga
dilakukan pada seluruh anggota keluarga yang berada di rumah.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Keadaan umum, kesadaran, BB, dan Antopometri. Tidak ada
perubahan yang berarti pada klien dari pengkajian ini.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital antara lain: tekanan darah yang
cenderung dibawah 120/80 mmHg, nadi menjadi lebih cepat,
respirasi juga cepat, suhu.
3) Kepala: inspeksi bentuk, kebersihan rambut dan kulit kepala, dan
nyeri tekan yang dirasakan atau adanya luka/lesi.
4) Telinga: dilihat bentuknya, kebersihan telinga, dan fungsi
pendengarannya.
5) Mata: dilihat kesimetrisan mata, dan kebersihan mata serta di test
mengenai reflek pupil mata, dan fungsi penglihatannya.
Konjunctiva akan anemis (pucat). Mata akan sering kabur,
berkunang-kunang dan pandangan gelap.
6) Hidung: dilihat kesimetrisan lubang hidung klien, apakah ada
septum atau tidak, kebersihan hidungnya dan bagaimana fungsi
penciumannya.
7) Mulut: dilihat bentuk mulutnya apakah ada kelainan atau tidak,
bagaimana mukosa bibir klien. Gusi anemis terlihat pucat.
8) Leher: dilihat bentuk lehernya apakah ada deviasi trakea atau
tidak, apakah ada peningkatan JVP, apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid atau KGB, dan bagaimana reflek menelannya
apakah baik atau tidak.
9) Dada: dilihat bagaimana bentuk dada nya simetris atau tidak,
bagaimana perkembangan dada nya sama atau tidak, di auskultasi
suara napas apakah normal (vesikuler), suara jantungnya apakah
normal S1 dan S1 reguler (Lup-Dup) atau tidak. Irama jantung
menjadi lebih cepat sampai takikardi.
10) Abdomen: dilihat bagaimana bentuk dari perutnya apakah datar
atau kembung, kemudian di asukultasi bising ususnya apakah
normal atau tidak, ada luka atau lesi, dan apakah ada nyeri tekan
atau tidak. Di palpasi apakah ada pembesaran limfa atau hati dan
apakah ada nyeri pada area ginjal atau tidak.
11) Genetalia: dikaji apakah ada kelainan atau tidak pada genetalia
klien, dan bagaimana kebersihan genetalia klien dapat dikaji
apabila klien bersedia untuk dikaji.
12) Integumen: dilihat keadaan kulit klien, bagaimana turgor kulitnya,
apakah ada luka atau lesi pada integumennya.
13) Ekstermitas atas dan bawah: dilihat kesimetrisannya apakah ada
kelaianan atau tidak bagaimana fungsi dari anggota gerak
ekstermitas atas klien apakah terdapat nyeri atau tidak dan
bagaiamana kekuatan otot dari klien.
g. Harapan Keluarga
Harapan Keluarga terhadap perawatan, pelayanan kesehatan yang
baik yang dapat diterima oleh keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
2. Analisa Data
Diagnosa
No Data
keperawatan
DS: - Dehidrasi: kekurangan
- klien mengatakan penyebab hipotensinya adalah volume cairan tubuh pada
dehidrasi (kekurangan cairan) seperti mual, muntah keluarga .....khususnya....
dan diare, perdarahan, peradangan (pankreatitis),
- Defisiensi pengetahuan
dan anemia tentang penyakit hipotensi
- klien mengatakan keluarga memiliki riwayat pada keluarga....
hipotensi
- klien mengatakan jarang meminum vitamin
- keluarga dan klien mengatakan tidak mengetahui - Kelemahan fisik akibat
penyebab dari pingsanya klien penyakit yang diderita
oleh keluarga ....
- klien mengatakan sering pusing
khususnya....

DO: - Resiko cidera akibat


- Mukosa bibir dan mulut kering penyakit pada keluarga ....
- Turgor kulit > 3 detik khususnya ....
- Keseimbangan tubuh menjadi kurang
- Profil darah abnormal
- Tekanan darah di bawah rata-rata angka normal

3. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama saja dengan merumuskan
diagnosa pada stase medikal mediah yaitu berdiagnosa tunggal tidak
memakai etiologi atau penyebab serta mengacu pada diagnosa
keperawatan NANDA, NIC-NOC. Dimulai dari diagnose yang dianggap
actual sampai dengan potensial sebagi berkikut :
a. Aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
b. Risiko (bersifat mengancam kesehatan saja)
c. Potensial (meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tanpa adanya
ancaman atau gangguan yang berarti dari kesehatannya)

Pada diagnosa keperawatan keluaraga mencantumkan nama klien yang


mengalami masalah kesehatannya serta akan diperoleh prioritas diagnosa
keperawatan keluarga dengan di tentukan pembobotan nilai terlebih
dahulu dari setiap masalah yang ditemukan, sehingga akan lebih mudah
untuk mengatasi masalah mana terlebih dahulu yang dianggap lebih
prioritas pada keluarga binaan tersebut.
Pada klien dengan hipotensi masalah yang mungkin muncul antara lain:
a. Kekurangan volume cairan
b. Defisiensi pengetahuan mengenai penyakit
c. Kelemahan fisik
d. Resiko cidera

4. Prioritas Masalah
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga
selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan
bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki keluarga (Ayu, 2009).
4. Perencanaan keperawatan keluarga
Dx. Kep
NOC NIC Kriteria Standar/ Rasional
Keluarga
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan
volume cairan keperawatan diharapkan klien 1. Lakukan pengkajian Respon 1. Agar dapat menenntukan jenis
pada keluarga .... dapat: dehidrasi psikomotor dehidrasi yang diderita klien
khususnya.... 1. Tekanan darah klien dalam 2. Observasi tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital sangat penting
batas normal secara rutin Respon diobservasi karena untuk melihat
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 3. Anjurkan klien banyak kognitif perkembangan lanjut klien
3. Elastisitas turgoor kulit dalam minum 3. Dukung keluarga dalam rutin
batas normal 4. Monitor I/O sesuai nutrisi mengingatkan klien untuk minum
5. Dorong keluarga untuk Respon yang banyak
memberikan motivasi klien verbal 4. Asupan intake output cairan klien
dalam pemenuhan harus sesuai dengan berat badan
elektrolitnya dirumah Respon klien
psikomotor 5. Motivasi keluarga sangat penting
untuk klien memperoleh
semangat dalam pengobatannya
Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkatan
pengetahuan keperawatan diharapkan pengetahuan keluarga Respon 1. Pengetahuan keluarga perlu dikaji
terkait penyakit pengetahuan klien tentang terkait penyakit verbal untuk mengukur tingkat
pada keluarga …. penyakit dapat meningkat dengan 2. Berikan pengajaran sesuai pengetahuan keluarga mengenai
Khususnya . …. kriteria hasil: dengan tingkat penyakit.
1. Menjelaskan proses pemahaman klien dan Respon 2. Evaluasi pengetahuan keluarga
penyakitnya ulang kembali informasi kognitif terkait penyakit agar dapat
2. Menjelaskan penyebab dan bila diperlukan atau diberi merencanakan intervensi
patofisiologinya catatan pengingat. selanjutnya.
3. Menjelaskan tanda dan gejala 3. Diskusikan adanya Respon 3. Dengan menjelaskan dampak dari
penyakitnya perubahan perilaku yang psikomotor penyakit pada keluarga dapat
4. Menjelaskan tindakan untuk dapat mencegah memberikan motivasi keluarga
meminimalkan keluhaan selama komplikasi dalammengikuti program
proses penyakit 4. Ikutsertakan keluarga intervensi/pengobatan yang akan
dalam diskusi masalah diberikan pada klien.
klien bila memungkinkan Respon 4. Keikutsertaan keluarga dalam
verbal pelaksanaan intervensi
memberikan suport penuh pada
keluarga utuk tuntas menjalani
pengobatan.
Kelemahan fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon verbal dan 1. Respon klien dapat
tubuh akibat dari keperawatan diharapkan klien non verbal klien tentang Respon memberikan kejelasan tentang
penyakit pada menunjukkan kelemahan fisik tubuh klien Verbal bagaimana cara kita membuat
keluarga ..... teratasi dengan kriteria: 2. Observasi mekanisme intervensi kembali pada klien
1. Klien meningkat dalam koping yang digunakan untuk mengatasi masalahnya.
aktivitas fisik keluarga terhadap klien Respon 2. Perlunya pengkajian koping
2. Mengerti tujuan dari saat klien merasa stress. verbal stress sehingga klien dapat
peningkatan mobilitas fisik 3. Dengarkan klien dan berbagi cerita
keluarga secara aktif dan Respon 3. Respon verbal klien dan
akui realitas adanya Verbal keluarga dapat memperdalam
perhatian terhadap pengkajian yang dilakukan
kemajuan perawatan sehingga dapat menghasilkan
4. Berikan dukungan klien data yang lebih akurat.
dalam menyikapi citra Respon 4. Motivasi positif memberikan
tubuhnya menjadi lebih psikomotor efek kepuasa tersendiri bagi
positif. klien dan merasa bahwa
dirinya perlu akan tindakan
tersebut.
Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebutuhan Respon 1. Menghindari perilaku yang
akibat penyakit keperawatan diharapkan klien keamanan klien sesuai kognitif berpengaruh terhadap resiko
yang diderita dapat mengontrol risiko cidera dengan kondisi fisik dan cidera dapat meminimalkan
keluarga dengan kriteria: fungsi kognitif klien dan angka kejadian cidera klien.
...khususnya... 1. Klien terbebas darii cidera riwayat penyakit terdahulu Respon 2. Klien dengan pingsan tinggi akan
2. Klien mampu menjelaskan 2. Anjurkan keluarga untuk psikomotor lebih rentan jatuh berulang
cara pencegahan cidera dekat dengan klien apabila sehingga membutuhkan suport
3. Klien mampu memodifikasi bepergian keluarga dalam mengawasi
gayahidup untuk mencegah 3. Kontrol lingkungan dari hal- perilaku dan lingkungan. Serta
injuri hal yang membahayakan dekan dengan klien.
klien Respon 3. Rutin mengajarkan teknik
verbal pencegahan cidera dengan
menerapkan atau melakukan
pengobatan yang sesuai anjuran
dokter agar penyakit tidak
berulang.
BAB III
PENUTUP

Pada sebagian besar orang dewasa yang sehat, tekanan darah rendah tidak
menimbulkan masalah atau gejala. Bahkan mungkin normal bagi anda. Misalnya,
mereka yang rutin berolahraga seringkali memiliki tekanan darah yang lebih rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak begitu fit. Hipotensi (tekanan darah rendah)
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmhg atau
tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan
pingsan.

Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan keluarga karena tenaga yang


paling dekat degan klien di rumah dan yang bisa melakukan pencegahan penyakit
dengan cara yag sederhana yang bertujuan untuk sedikitnya mengurangi rasa sakit
atau memperlambat usia kematian akibat pertolongan pertama yang diterapkan dalam
keluarga. Sehingga dalam melakukan intervensi keperawatan, hendaknya perawat
mampu mengajak keluarga untuk bekerja sama dalam membantu meningkatkan taraf
hidup klien menjadi lebih baik dan sejahtera. Sehingga angka harapan hidup dari
siapa saja yang membutuhkan pertolongan kesehatan meningkat dan mengurangi
angka kematian yang cukup tinggi disebabkan oleh pertolongan pertama yang kurang
tanggap.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi
NANDA NIC NOC, Jilid 1. Jakarta: Penerbit TIM.
Ayu, Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta : Sagung
Seto.
Balai Informasi Teknologi LIPI. (2009). Artikel terkait Masalah angan & Kesehatan.
UPT Balai Informasi Teknologi.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Jakarta: Medication
Publisher.
Wilkinson. M, Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC.

You might also like