You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting

karena melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan akan mampu

membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi

permasalahan yang akan dihadapi.

Selama ini proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIIB SMP

N 2 Belang kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru

memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode

konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar,

catat dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi

monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak

akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak seperti yang

diharapkan. Selama ini siswanya masih kurang aktif dalam hal bertanya dan

menjawab, kurang bergairah dalam kegiatan pembelajaran dan dampaknya hasil

belaja siswa kurang memuaskan.

Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya

dalam pengajaran Bahasa Indonesia dilakukan suatu inovasi. Jika dalam

pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh guru (teacher centered),

maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Students Team Achiement Division).

1
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang

efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam Keterampiln

Interpersonal siswa (Badeni, 1998). Salah satu pendekatan pembelajaran koperatif

adalah dengan tipe STAD ( Students Team Achiement Division ) .

Diharapkan melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Serta

semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi Bahasa

Indonesia. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang Optimal

terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah tindakan apa yang dilakukan

guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut

diatas.

Dengan merefleksi bersama antar guru teridentifikasi akar

permasalahan diduga penyebab masalah tersebut, yaitu penggunaan strategi

pembelajaran yang dilakukan guru Bahasa Indonesia masih konvensional, dominasi

guru dalam kelas dominan (teacher centered strategy).

Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah

tersebut Sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,

aktif, kreatif, bisa bekerja sama dan membangun daya pikir yang

optimal. Untuk itu melalui penelitian ini akan dicobakan suatu metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD, Keunggulan dari metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam

menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu,

2
sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota

yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

masalah yang perlu dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas

ini adalah sebagai berikut : ”Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa

Kelas VIIB SMP N 2 Belang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Koperatif

Tipe Students Team Achievement Divisions (STAD)”.

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

a. Sebagian besar siswa menganggap materi pembelajaran Bahasa Indonesia

itu membosankan

b. Rendahnya motivasi belajar siswa,

c. kurangnya perhatian dan pengawasan dari guru pengajar di bidang studi

Bahasa Indonesia dalam mengelola Kegiatan Belajar Mengajar di dalam

kelas maupun di luar kelas.

d. Minimnya variasi dan metode, model pendekatan atau strategi pembelajaran

dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada penerapan

model pembelajaran oleh guru yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigzaw

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah:

Apakah hasil belajar siswa Bahasa Indonesia siswa kelas VIIB SMP N 2 Belang

dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses belajar

mengajar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VIIB

SMP N 2 Belang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru, Bagi guru dapat terjadi inovasi dalam proses pembelajaran karena

guru akan mengubah paradigma strategi pembelajaran.

2. Bagi Siswa, Siswa semakin termotivasi dan lebih aktif dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi

sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses

pembelajaran, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam penggunaan metode terkadang guru harus

menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Penggunaan metode yang tepat

dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah.

Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa mengajak siswa untuk

aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Siswa dalam kelas dibentuk kelompok-

kelompok kecil yang memungkinkan setiap anggotanya untuk saling berinteraksi.

Dengan adanya interaksi tersebut dapat memungkinkan siswa berpartisipasi aktif

dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha menciptakan interaksi

dengan siswa, interaksi ini bertujuan untuk membuat siswa dapat belajar yang pada

akhirnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Usaha guru

untuk berinteraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, berbagai cara inilah yang

disebut metode pembelajaran. Karena interaksi ini bertujuan siswa dapat mencapai

tujuan pembelajaran, maka metode ini dapat diartikan juga suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan

kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2002:76), karena itu penggunaan metode tidak

sembarangan. Ketepatan metode sangat bergantung pada aspek berikut:

5
a. anak didik

b. Tujuan

c. Situasi

d. Fasilitas

e. Guru

B. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa

belajar dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk saling memberi

penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang

benar. Salah satu faktor penunjang dalam usaha peningkatan prestasi belajar adalah

penggunaan metode dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu

menerapkan metode yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang maksimal.

Menurut Nurhadi (2004:103) bahwa:

Ada berbagai model pembelajaran yang memenuhi keriteria dalam

mendukung pelaksanaan kurikulum 2004, antara lain adalah pendekatan

kontekstual, pengajaran berbasis masalah, pengajaran kooperatif, pengajaran

berbasis inkuiri, pengajaran berbasis proyek, pengajaran berbasis kerja, PAKEM,

Quantum Teaching & Quantum Learning, CBSA, serta pengajaran berbasis

melayani.

Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang menggunakan metode

kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

6
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajarn dimana siswa

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi.

C. Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur-unsur

yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut, menurut Nurhadi (2004:12) adalah saling

ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individu, dan

keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang

secara sengaja diajarkan.

Cara penilaian prestasi dalam metode pembelajaran kooperatif dapat

dilakuakan sebagai berikut (Hastuti, 2003:33):

a. Kuis lisan

1) Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok

2) Kelompok mendiskusikan jawabannya

7
3) Guru menunjuk salah satu anggota kelompok untuk menjawab, sementara anggota

kelompok tidak diperbolehkan membantu.

b. Pekerjaan rumah kooperatif

1) Kelompok diminta menjawab pertanyaan atau meringkas pokok bahasan.

2) Nilai ditentukan berdasarkan gabungan hasil kerja tiap kelompoknya.

3) Seluruh kelompok menjawab pertanyaan yang sama kemudian membandingkan

jawaban mereka pada pertemuan berikutnya dan menyerahkan jawaban yang telah

diperbaiki semua.

4) Guru memberikan bonus jika seluruh anggota kelompok mengerjakan pekerjaan

rumah yang baik.

c. Penghargaan kelompok

Dalam memberikan skor individu dan skor kelompok dilakukan 2 tahap

perhitungan yaitu Menghitung skor individu dan skor kelompok dan Menghargai

prestasi kelompok.

D. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai

ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri

dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan

kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian

penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34).

STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa :

8
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau

tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang

memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik,

maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim

menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk

menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

Beberapa komponen dalam pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai

berikut:

1. Presentasi kelas

Sebelum menyajikan materi, guru menekankan arti penting tugas kelompok dan

untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan

dipelajari.

2. Tahap kegiatan kelompok

Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor setiap

kegiatan kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap

kelompok untuk dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa

mengerjakan tugas secara mandiri atau berpasangan, kemudian saling mencocokan

jawaban dan saling memeriksa ketepatan jawaban dengan teman sekelompok. Jika

ada anggota yang kurang memahami maka teman sekelompoknya bertanggung

jawab untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan kepada guru.

3. Tahap hasil tes belajar

9
Setiap akhir pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri untuk

mengetahui tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap siswa tidak

diijinkan untuk saling membantu satu sama lain selama mengerjakan tes. Setiap

siswa bertanggung jawab secara individual untuk mengerjakan materi tes.

4. Tahap perhitungan nilai perkembangan individu

Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap

kelompok untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik bagi dirinya

berdasarkan prestasi sebelumnya (nilai awal).

5. Tahap penghargaan kelompok

Setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan

perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok

dibagi dengan jumlah anggota.

Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa dalam STAD:

a. Persiapan

1) Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok.

a) Meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas.

b) Menentukan jumlah kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5

orang.

c) Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam kemampuannya.

3) Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang telah

lalu, atau nilai akhir siswa secara individual

b. Tahap pembelajaran

1) Guru menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan TIK.

10
2) Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, diikuti

dengan langkah dimana siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersama-sama

untuk menyelesaikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) atau tugas.

c. Evaluasi mandiri dan penghargaan kelompok

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau

kuis secara sendiri-sendiri. Setelah selesai guru memberikan skor individu dan skor

tim yang kemudian diumumkan secara tertulis di papan pengumuman. Skor

individu didapat dari nilai tes masing-masing siswa.

Sedangkan skor tim didapat dari jumlah keseluruhan poin yang

disumbangkan masing-masing anggota tim dibagi dengan jumlah anggota tim (Nur,

2000 : 31-35).

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu

juga dengan cooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21)

cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes

baku.

2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk

keberhasilan akademisnya.

3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan

interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.

Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai

kekurangan sebagai berikut:

1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan

11
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika

kelompok akan tampak macet.

2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat,

misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan

kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka

kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya

membonceng dalam penyelesaian tugas.

3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang

timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif

tetap sebagai hasil dari pengalaman. Untuk dapat tercapai suatu perubahan tingkah

laku tersebut adalah tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya.

“Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor

eksternal.” (Anni, 2004:11). Yang termasuk faktor internal mencakup kondisi fisik

(kesehatan, organ tubuh), kondisi psikis (kemampuan intelektual, emosional), dan

kondisi sosial (kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan), sedangkan faktor

eksternal antara lain seperti variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus), yang

dipelajari (direspon), suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan

mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

F. Pengertian Prestasi Belajar

12
Menurut Afirin (1991:3) bahwa “Prestasi adalah kemampuan, keterampilan,

dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas”. Prestasi belajar suatu hal

yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi

menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya

sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai

indikator kualitas institusi pendidikan.

Menurut Tu’u (2004:75), bahwa prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan

mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

2) Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.

3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari

evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau

ujian yang ditempuhnya.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah prestasi belajar merupakan hasil yang

dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar dengan memperoleh

pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan tes.

I. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yang yang

mempunyai indikasi terhadap prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut digolongkan

menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. “Faktor intern adalah suatu

13
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern

adalah faktor yang berasal dari luar individu” (Djamarah, 2002:142)

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa yang dinyatakan dalam

bentuk nilai. Menurut Slameto (1998:54-71), prestasi belajar siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor intern yang

meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologi

(intelegensi, perhatian, bakat, minat, motif, kematangan, dan kelelahan).

Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan keperluan

keluarga), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran), dan faktor

masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan

bentuk kehidupan masyarakat).

Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang

dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Salah satu usaha untuk mencapai hal itu

adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”.

Maksud utama belajar tuntas adalah usaha dikuasainya bahan oleh siswa yang

sedang mempelajari bahan tertentu secara tuntas” (Nasution, 2000:36). Menurut

Sardiman (2004:167), belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang

mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum

(basic learning objectives) dari suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas. Untuk

dianggap tuntas diperlukan standar norma atau ketentuan yang tertentu. Dalam

sistem pengajaran modul (2004), ditetapkan bahwa 85 % dari populasi siswa di

14
dalam satu kelas harus menguasai sekurang-kurangnya 70% dari tujuan-tujuan

instruksional yang akan dicapai atau siswa telah mendapat nilai minimal 75. Jadi,

untuk siswa yang telah mencapai penguasaan sebesar 75% atau siswa telah

mendapat nilai sebesar 75 maka siswa tersebut berarti sudah dianggap lulus.

J. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah bahwa metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menarik dan memusatkan perhatian

siswa, mengajak siswa melatih daya pikir sehingga timbul keberanian dan

keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat, meskipun

kerjanya berkelompok dan berdampak positif bagi hasil belajar mereka.

K. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan berdasarkan kajian teori dan sejumlah

anggapan dasar sebagaimana dikemukakan, maka hipotesis tindakan penelitian

ini adalah : metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VIIB SMP N 3 Pusoamen Kabupaten

Minahasa Tenggara

BAB III

15
METODE PENELITIAN

1. Objek Tindakan

Penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD menggunakan rancangan model proses dimana peneliti mengamati

ketrampilan kooperatif yang mereka miliki serta perkembangan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa.

2. Setting dan Karakteristik Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di kelas kelas VIIB SMP N 2 Belang di

kecamatan Belang kabupaten Minahasa Tenggara berlangsung pada semester

ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Kelas ini memiliki jumlah siswa sebanyak 20

orang dengan perincian 10 putra dan 11 putri. Karakteristik siswa pada kelas ini,

baik dari kemampuan akademis, maupun keadaan sosial ekonominya sama seperti

kelas-kelas yang lain. Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri.

3. Metode pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui pengamatan dan hasil evaluasi/tes, dimulai dari

awal penelitian sampai dengan pertemuan akhir siklus kedua.

Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan ketrampilan

kooperatif yang mereka miliki.sedangkan evaluasi/tes dilakukan untuk mengukur

peningkatan hasil belajar siswa.

4. Metode analisis data

Data yang terkumpul pada setiap setiap pertemuan kaji dan dianalisis, dan

sajikan dalam bentuk tabel. Kemudian peneliti melakukan refleksi, Dimana dari

hasil analisis data dan refleksi peneliti mengkaji kelebihan dan kelemahan yang

16
terjadi dalam proses pembelajaran kemudian dideskripsikan sebagai bahan

penyusunan perencanaan tindakan pada proses pembelajaran siklus selanjutnya.

5. Cara pengambilan keputusan

Keputusan diambil berdasarkan kajian dan analisis data. Adapun kriteria

yang digunakan:

a. Untuk memutuskan tingkat ketrampilan kooperatif siswa, siswa yang memiliki

skor diatas 16,66 , ketrampilan kooperatifnya dianggap cukup baik dan jika 85%

siswa memiliki skor diatas 16,66 maka secara klasikal siswa-siswa dalam kelas

memiliki ketrampilan kooperatif yang baik.

b. Hasil evaluasi/tes, menggunakan standar ketuntasan yang ditetapkan oleh

sekolah sesuai dengan KKM yaitu 75 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia

dan jika 85% siswa telah mencapai nilai 75 maka secara klasikal kelas itu telah

tuntas belajar .

Jika dua aspek yang diobservasi diatas sudah memenuhi kriteria seperti yang

dikemukakan di atas maka diputuskan penelitian tidak perlu dilanjutkan lagi pada

siklus berikutnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

17
A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dan berlangsung selama 6 minggu,

dimulai pada minggu kedua Oktober sampai sampai minggu ke empat November

2012. Penelitian telah melalui dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali tatap

muka.

B. Rincian Prosedur Penelitian

Peneliti telah melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. Perencanaan yang meliputi,

1) menghubungi kepala sekolah, menentukan kelas yang digunakan subjek

penelitian, menyiapkan rencana pembelajaran yang diperlukan,

menentukan fokus observasi dan berbagai aspek yang diamati,

menentukan jenis data, menentukan alat bantu observasi, dan cara

pelaksanaan observasi, menetapkan cara pelaksanaan dan pelaku

refleksi, menetapkan kriteria keberhasilan

2) Tindakan, yang meliputi seluruh proses kegiatan pembelajaran melalui

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3) Observasi yang dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran

yang meliputi ketrampilan kooperatif siswa serta hasil evaluasi.tes

siswa.

4) Refleksi yang meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan

sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

C. Penjelasan persiklus

Siklus 1

18
N
Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
o

1.  Menyiapkan  Menjelaskan kegiatan  Mengamati  Mencatat


rencana belajar mengajar secara perilaku siswa hasil
pembelajaran umum terhadap observasi
yang penggunaan
diperlukan  Membentuk kelompok, model  Mengevaluasi
satu kelompok 4-5 siswa pembelajaran hasil observasi
yang diterapkan
 Menyiapkan  Menjelaskan materi yang  Memantau  Menganalisis
soal/.masalah akan dibahas dengan jalannya diskusi hasil
singkat dalam kelompok pembelajaran
 Menyiapkan  Memberikan LKS kepada
instrumen setiap kelompok  Mengamati proses  Memperbaiki
/format transfer kelompok berbgai
observasi  Memberikan kesempatan kekurangan
untuk membaca materi  Mengamati dan kelemahan
 Menyiapkan yang terkait dengan pemahaman setiap untuk siklus
format masalah yang diberikan siswa selanjutnya
evaluasi/tes
 Diskusi kelompok yang
membahas masalah
masing-masing

 Membantu secukupnya
pada masing-masing
kelompok

 Melaksanakan diskusi
kelas

 Menarik kesampilan

 Melakukan evaluasi

Tabel. 1 Siklus Pertama

Siklus 2

N
Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi
o

19
1.  Menyusun  Menjelaskan kegiatan  Mengamati  Mencatat hasil
rencana belajar mengajar secara perilaku siswa observasi
perbaikan umumserta hasil yang terhadap
dicapai pada siklus pertama penggunaan  Mengevaluasi
model hasil observasi
 Membentuk kelompok, pembelajaran
 Menyiapkan satu kelompok 4-5 siswa yang diterapkan  Menganalisis
rencana hasil
pembelajaran  Menjelaskan materi yang  Memantau pembelajaran
yang akan dibahas dengan jalannya diskusi
diperlukan singkat dalam kelompok  Menyusun
 Memberikan LKS kepada laporan
setiap kelompok  Mengamati proses
 Menyiapkan transfer kelompok
soal/.masalah  Memberikan kesempatan
untuk membaca materi  Mengamati
 Menyiapkan yang terkait dengan pemahaman setiap
instrumen masalah yang diberikan siswa
/format
observasi  Diskusi kelompok yang
membahas masalah
 Menyiapkan masing-masing
format
evaluasi/tes  Membantu secukupnya
pada masing-masing
kelompok

 Melaksanakan diskusi
kelas

 Menarik kesampilan

 Melakukan evaluasi

Tabel. 2 Siklus Kedua

D. Proses Analisis Data

Proses analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan ketrampilan

kooperatif siswa serta hasil prestasi belajar disajikan sebagai berikut:

a. Siklus Pertama

Ketrampilan Kooperatif

20
Pertemuan
No Kel 1 2 3 Jumlah Rata-rata Ket
1 I 12 15 16 43 14,33 C
2 13 17 18 48 16,00 C
3 14 14 14 42 14,00 C
4 15 17 18 50 16,67 B
5 16 16 16 48 16,00 C
6 II 16 17 17 50 16,67 B
7 13 14 15 42 14,00 C
8 16 16 16 48 16,00 C
9 14 16 17 47 15,67 C
10 17 18 19 54 18,00 B
11 III 16 18 19 53 17,67 B
12 15 15 17 47 15,67 C
13 16 18 19 53 17,67 C
14 16 16 18 50 16,67 B
15 14 15 16 45 15,00 C
16 IV 13 15 15 43 14,33 C
17 13 13 13 39 13,00 C
18 15 17 18 50 16,67 B
19 16 18 19 53 17,67 B
20 16 17 18 51 17,00 B
21 17 17 18 52 17,33 B
1008 16,00

Tabel 3

Hasil Observasi ketrampilan Kooperatif Siklus Pertama

Hasil Evaluasi Belajar Siswa

No. Kel Nilai Ket

1 I 60 TT
2 76 T
3 66 TT
4 76 T
5 74 TT
6 II 88 T
7 64 TT
8 70 TT

21
9 72 TT
10 76 T
11 III 78 T
12 64 TT
13 80 T
14 72 TT
15 68 T
16 IV 68 TT
17 66 TT
18 76 T
19 80 T
20 64 TT
21 78 T
72,19
Tabel 4

Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus Pertama

Tabel-tabel di atas menunjukkan:

Siswa yang memiliki ketrampilan kooperatif yang baik:

Kelompok I = 1 orang

Kelompok II = 2 orang

Kelompok III = 2 orang

Kelompok IV = 4 orang

Jumlah = 9 orang

Hasil ini menunjukkan bahwa dari 21 siswa baru 9 atau 40% siswa memiliki

ketrampilan kooperatif yang baik.

Siswa yang hasil evaluasinya lebih besar dari 75:

Kelompok I = 2 orang

Kelompok II = 2 orang

Kelompok III = 3 orang

Kelompok IV = 3 orang

22
Jumlah = 10 orang

Hasil ini menunjukkan bahwa baru 10 orang dari 21 siswa atau 47, 62% siswa yang

tuntas hasil belajarnya. Ini menunjukkan bahwa perlu dilanjutkan tindakan pada

siklus kedua karena secara klasikal belum tuntas

Interpretasi:

Motivasi dan perhatian siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran masih

kurang dan materi perlu diperjelas dalam kelompok dan sebaiknya disampaikan

oleh anggota kelompok. Karena motivasi dan perhatian siswa yang masih kurang

serta kurangnya penguasaan materi menyebabkan menyebabkan proses

pembelajaran belum optimal.

b. Siklus kedua

Ketrampilan Kooperatif

Pertemuan
No Kel Jumlah Rata-rata Ket
1 2 3
1 I 15 16 17 48 16,00 C
2 18 18 19 55 18,33 B
3 17 18 19 54 18,00 B
4 18 19 21 58 19,33 B
5 17 17 18 52 17,33 B
6 II 19 20 21 60 20,00 B
7 15 17 18 50 16,67 B
8 16 18 19 53 17,67 B
9 17 18 19 54 18,00 B
10 19 19 20 58 19,33 B
11 III 18 19 20 57 19,00 B
12 16 17 18 51 17,00 B
13 18 19 20 57 19,00 B
14 16 18 20 54 18,00 B
15 19 20 21 60 20,00 B
16 IV 16 18 18 52 17,33 B
17 15 16 17 48 16,00 C
18 18 18 20 56 18,67 B
19 19 19 21 59 19,67 B

23
20 16 17 18 51 17,00 B
1085 18,08

Tabel 5

Hasil Observasi ketrampilan Kooperatif Siklus Kedua

Hasil evaluasi/ tes siswa

No. Kel Nilai Ket


1 I 74 TT
2 80 T
3 76 T
4 88 T
5 78 T
6 II 94 T
7 74 TT
8 78 T
9 78 T
10 80 T
11 III 80 T
12 76 T
13 82 T
14 84 T
15 94 T
16 IV 80 T
17 74 TT
18 88 T
19 92 T
20 76 T
21 78 T
81,3

Tabel 6

Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus Kedua

Tabel-tabel di atas menunjukkan:

Siswa yang memiliki ketrampilan kooperatif yang baik:

Kelompok I = 4 orang

24
Kelompok II = 5 orang

Kelompok III = 5 orang

Kelompok IV = 5 orang

Jumlah = 19 orang

Hasil ini menunjukkan bahwa 19 siswa memiliki ketrampilan kooperatif yang baik,

atau 90,48% siswa ketrampilan kooperatifnya baik

Siswa yang hasil evaluasinya lebih besar dari 75:

Kelompok I = 4 orang

Kelompok II = 4 orang

Kelompok III = 5 orang

Kelompok IV = 5 orang

Jumlah = 18 orang

Hasil ini menunjukkan bahwa 18 siswa atau 85,71% siswa tuntas belajar. Ini

menunjukkan bahwa secara klasikal para siswa sudah tuntas belajar, sehingga tidak

perlu dilanjutkan tindakan pada siklus kedua

Interpretasi:

Pada siklus kedua ini ketrampilan kooperatif dan hasil evaluasi/tes siswa

mengalami peningkatan.

E. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil bekajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigzaw adalah memuaskan. Secara keseluruhan

hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, baik hasil evaluasi maupun

ketrampilan kooperatif siswa, seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Aspek yang diamati Jumlah yang


Siklus prosentasi
dan dinilai tuntas

25
I 9 42, 95%
Ketrampilan
Kooperatif
II 19 90,48%

I 10 47,62%
Hasil
Evaluasi belajar
II 18 85,71%

Tabel 7

Hasil Penelitian

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa perkembangan hasil belajar siswa

sejalan dengan ketrampilan kooperatif siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa sehingga peneliti memutuskan untuk tidak

melakukan tindakan pada siklus selanjutnya.

100
90
80
70
60
50
40
30
20 Jumlah yang tuntas
10
0 prosentasi yang tuntas prosentasi yang tuntas
Jumlah yang tuntas

Grafik 1

Hasil Penelitian

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Ketrampilan kooperatif siswa selama proses pembelajaran mengalami

peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua, bahkan peningkatan itu

terlihat pada setiap pertemuan dari setiap siklus.

2. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus

kedua

3. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan

ketrampilan kooperatif siswa.

27
B. Saran.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas penulis

menyampaikan disarankan:

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk

meningkatkan hasil belajar siswa

2. Guru harus mencari berbagai alternatif yang dapat meningkatkan motivasi

siswa untuk menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Guru Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya sebaiknya

menggunakan model pembelajaran sesuai dengan karakteristik setiap mata

pelajaran yang diampu serta karakteristik siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2002. ”Pembelajaran Kooperatif”. Surabaya :


University Press.
Lie, Anita. 2002. ”Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas”. Jakarta : PT. Gramedia.
Mulyasa, E. 2004. “Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik,
dan Implementasi”. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
------------------------. 2006. ”Penelitian Tindakan Kelas”. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Darsono, Max, dkk. 2002. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP
Semarang Press.
Hastuti, Widya. 2003. ”efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran STAD
untuk Mengajarkan Sistem Linier Dua Peubah Siswa Kelas 2 Semester II
SLTP N 24 Semarang Tahun Pelajaran 2002/2003”. Skripsi. FMIPA
UNNES.

28
Anni, Chatarina Tri, dkk. 2005. ”Psikologi Belajar”. Semarang : UPT UNNES
Press.
Arifin, Zaenal. 1991. ”Evaluasi Interaksional : Prinsip, Teknik, Prosedur”.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, J.J. dan Mudjiono. 2000. ”Proses Belajar Mengajar”. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
------------------------. 2002. “Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek”.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. ”Psikologi Belajar”. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nasution, S. 2002. ”Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”.
Bandung : PT. Bumi Aksara.
Nurhadi. 2004. ”Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban”. Jakarta : PT.
Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. 2002. ”Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.

29

You might also like