Professional Documents
Culture Documents
Ta (10306028)
Ta (10306028)
Tugas Akhir
Oleh :
i
DAFTAR ISI
ii
2.7.2 Pengupasan Tanah Pucuk ......................................................... 20
2.7.3 Penggalian Tanah Penutup ....................................................... 21
2.7.4 Pembongkaran Batubara ........................................................... 22
2.7.5 Pemuatan dan Pengangkutan Batubara .................................... 23
iii
5.2.1. Excavator ................................................................................. 56
5.2.2 Dump Truck CWB .................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Semen pada tahun 2000 membutuhkan 3,8 juta ton batubara dan pada tahun 2003
diperkirakan menggunakan 5,4 juta ton batubara dan tahun-tahun berikutnya akan
meningkat terus sehubungan dengan kebutuhan infra stuktur.
1
Berdasarkan pertimbangan tersebut PT. Sarolangun Bara Prima ikut serta didalam
mengembangkan produksi energi alternative dan mendukung program yang di
canangkan pemerintah Indonesia khususnya bahan galian batubara, dengan
melaksanakan kegiatan penambangan batubara, dengan sistem tambang terbuka
atau open pit di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
1. Untuk mengetahui dan mengenal jenis-jenis alat gali muat dan angkut serta
produktivitas alat tersebut pada PT. Sarolangun Bara Prima.
2. Untuk mengetahui jumlah produksi batubara pada PT. Sarolangun Bara Prima
3. Dapat membandingkan secara langsung antara teori dengan praktik
dilapangan.
4. Menerapkan ilmu yang diterima di bangku kuliah di bidang pekerjaan yang
ada dalam obyek kerja praktek.
5. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengambil tugas akhir
2
2. Wawancara.
Dalam mendalami permasalahan, penulis melakukan wawancara langsung
dengan para pengawas di lapangan (supervisor) yang berkaitan langsung
dengan tema kerja praktek.
3. Literatur
Untuk mendukung dalam proses penulisan, penulis memanfaatkan
literature- literatur yang berkaitan dengan tema kerja praktek baik dalam
bentuk buku pustaka, informasi perusahaan, obyek kerja praktek dan
literature yang penulis ambil dari media internet.
BAB II
TINJAUAN UMUM
3
dengan keputusan Bupati Sarolangun Nomor 05 Tahun 2010 tentang Perubahan
Kuasa Pertambangan Eksplorasi menjadi izin Usaha Pertambangan Kepada PT.
Sarolangun Bara Prima seluas 3.045 Ha ( KW 82 KP161208 ). Secara
Administrasi lokasi daerah penyelidikan tersebut termasuk kecamatan
Mandiangin Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
4
berdasarkan Surat Keputusan Bupati salrolangun Nomor 05 Tahun 2010 tentang
perubahan Kuasa Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan
kepada PT. Sarolangun Bara Prima seluas 3045 hektar (KW 82 KP161208).
Daerah penyelidikan dapat di capai dari beberapa jalan alternatif, antara lain
Yaitu :
1. Dari kota Jambi dapat di tempuh lewat jalan aspal antar Provinsi dengan jarak
± 138 km sampai di Desa Taman Dewa, dilanjutkan melewati jalan
Kabupaten ke arah Desa Jati Baru berjarak antara ± 2 km. Untuk menuju ke
lokasi rencana penambangan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua ± 1
km. Fasilitas transportasi di Kota Jambi mempunyai bandara dengan
frekwensi penerbangan ke Jakarta 5 kali setiap hari, serta dilayani oleh 5
Maskapai Penerbangan (Batavia, Sriwijaya, Lion Air, Mandala dan Garuda).
2. Dari Kota Padang (Sumatera Barat) dapat di tempu dengan jarak ± 445 km
sampai ke Kota Sarolangun melalui jalan aspallintas Provinsi, kemudian ke
arah Jambi dengan jarak ± 50 km sampai di Desa Taman Dewa, kemudian
dilanjutkan melewati jalan Kabupaten ke arah Desa Jati Baru berjarak antara
± 2km. Untuk menuju ke lokasi rencana penambangan dapat di tempuh
dengan kendaraan roda dua ± 1 km. fasilitas transportasi di kota Padang
mempunyai Bandara dengan frekwensi penerbangan ke Jakarta lebih banyak
dibanding di Jambi.
5
Gambar 2.1 Peta Lokasi PT. Sarolangun Bara Prima
Dan sistem yang di terapkan tersebut, maka akan tercipta suatu manajemen
dengan tingkat efesiensi yang tinggi dimana staff dan karyawan-karyawan akan
selalu berpikir dan bertindak secara profesional demi kepentingan perusahaan.
6
Tabel 2.1 Tenaga Kerja Kontraktor Tambang
NO Jabatan Jumlah
Staf 1
1 Manager site 2
2 Accounting 3
3 Staff accounting 1
4 HRD 2
5 Staf HRD 2
6 Administrasi 1
7 Humas 1
8 Kabag Engineer 3
9 Engineer 2
10 Surveyor 1
11 Kabag produksi 8
12 Supervisor produksi 1
13 Kabag Mekanik 10
14 Mekanik 1
15 Koordinator HSE 3
16 Staf HSE 4
17 Weight Bridge personal
Non staf
1 Sopir DT 66
2 Operator 34
3 Satpam 4
4 Office Boy 4
5 Checker 10
6 Kru urvey 5
Total 169
I Direktur
1. Direktorat Operasional 1
2. Direktorat Keuangan dan Administrasi 1
II Coal Mining / OB Removel
Site Manager (Kepala Teknik Tambang) 1
1. Divisi Penambangan 1
a. Bagian Perencanaan dan Elevasi 1
b. Bagian Operasional 1
c. Bagian Sarana dan Prasarana 1
2. Divisi Produksi 1
7
a. Bagian Data Komputer 1
b. Bagian Perencanaan Produksi 1
c. Bagian Preparasi dan Stokpile 1
d. Bagian Pemasaran 1
3. Devisi Eksplorasi dan Pengembangan 1
a. Bagian Eksplorasi /geologi 1
b. Bagian Survey / Pengukuran 1
c. Bagian Geoteknik dan Hidrologi 1
d. Bagian Laboratorium Batubara 1
4. Divisi Lingkungan & K – 3 1
a. Bagian Kelola dan Pemantauan Lingkungan 1
b. Bagian K3 1
TOTAL 56
Tenaga kerja untuk mengisi formasi dalam sistim organsasi dibagi menjadi 2
kelompok tenaga kerja, Yaitu :
1. Tenaga Kerja Tetap
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tetap perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja disepakati bersama. Kelompok tenaga kerja tetap
8
adalah para karyawan PT. Sarolangun Bara Prima yang diangkat untuk
mengisi formasi yang ada dalam struktur organisasi.
2. Tenaga Kerja Tidak Tetap
Adalah teanga kerja yang diangkat sebagai karyawan tidak tetap perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Kualifikasi dan jumlah
yang dibutuhkan pada masing-masing organisasi bergantung pada jumlah
target produksi batubara, akan terjadi perbedaan pada kualifikasi dan jumlah
karyawan yang dibutuhkan.
Sesuai hasil pemboran dan hasil pemetaan permukaan, lithologi yang terdapat di
daerah penyelidikan secara detail adalah sebagai berikut :
- Top soil : warna kuning keabuan, sebagian lepas, berbutir halus sampai kasar,
terpilah baik, membulat sampai membulat tanggung, porositas baik, ketebalan
lapisan 0.2 – 1.4 meter.
- Batu lempung : kelabu cokelat – kelabu kebiruan, lunak tebal perlapisan lebih
1 meter hingga 6 meter.
- Batu lempung karbonat : hitam, terdapat pita – pita batubara, tebal lebih dari
4 meter
- Batu pasir : warna kuning, agak keras, berbutir halus sampai kasar, terpilah
baik, membulat sampai membulat tanggung, porositas baik, padat, ketebalan
lapisan hingga lebih dari 4 meter
- Sisipan batubara : warna hitam, semi konkoidal, kekerasan sedang, kusam
dengan lapisan tipis batubara mengkilap, sedikit resin, goresan cokelat,
9
ketebalan lapisan 1 berkisar 0.25 meter sampai 1.5 meter, tebal lapisan 2
berkisar 0.4 – 1.8 meter, tebal lapisan 3 antara 10.9 meter sampai dengan
16.65 meter. Perlapisan batubara di daerah blok IUP mempunyai jurus/arah
antara N 200o E s/d N 230o E dengan kemiringan lapisan 5o – 15o ke arah
barat laut.
Sehubungan dengan busur magmatik barisan, dari barat ke timur secara regional
Sumatera dapat dibagi menjadi 4 (empat) mandala tektonik, yaitu : zona akrasi,
zona busur depan, zona busur magmatik dan zona busur belakang. Dalam tatanan
geologi regional, wilayah studi menempati bagian zona busur belakang.
Berdekatan dengan dataran bergelombang, dan merupakan cekungan endapan
utama dan bentuk memanjang di zona busur belakang.
Dalam tatanan stratigrafi regional wilayah studi dan sekitarnya (Gambar 3 – 1).
Disusun oleh batuan sedimenter tersier dan kuarter meliputi : Formasi Muara
Enim (Tmpm) berumur Miosen, Formasi Kasai (Qtk) berumur Kuarter, dan
Endapan Alluvial (Qa)
a. Formasi Muara Enim (Tmpm). Formasi ini merupakan formasi tersier
berumur Miosen akhir dengan ketebalan 500 m, disusun batupasir dengan
perselingan batupasir tufan dan batulempung tufan, setempat dengan sisipan
batubara, sering mengandung batuan gunung api pada bagian atas.
Karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah bersifat lepas, tidak padu,
pereabilitas tinggi, pada daerah terbuka rentan erosi
b. Formasi Kasai (Qtk). Formasi ini berumur Plilosen Akhir – Pleistosen Awal
dengan ketebalan > 450m. Litologi penyusun Tuf, dan Tuf berbatu apung,
dengan sisipan batulempung tufan dan batupasir tufan, setempat
10
konglomeratan dan mengandung kayu terkersikkan sampai sepanjang 3 m.
Karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah bersifat lepas, tidak padu,
permeabilitas tinggi pada daerah terbuka rentan erosi.
c. Endapan Alluvial. Endapan ini terdiri dari lumpur, lempung yang
mengandung gambut kerikil, kerakal dan bongkah berbagai jenis batuan.
Material tersebut terakumulasi sebagai material yang bersifat lepas, belum
mengalami kompaksi (pemadatan) dan pada daerah terbuka sangat rentan
erosi. Endapan Alluvium mempunyai umur Holosen, serta menindih secara
tidak selaras Formasi Kasai.
2.4.2 Geomorfologi
Daerah studi yang melingkupi wilayah Desa Taman Dewa (Talang Serdang) dan
sekitarnya mengacu pada pengelompokan geomorfologi menurut Van Zuidam
(1979) termasuk dalam satuan geomorfik topografi dataran yang secara fisiografi
merupakan bagian dalam fisiografi Pegunungan Bukit Barisan. Perkembangan
relief morfologi satuan topografi dataran tersebut dirincikan dengan kemiringan
lereng 0 – 7 % dengan beda tinggi 5-20 m. Sungai yang berkembang adalah
Sungai Ketalo dan merupakan sungai utama yang pola alirannya membentuk pola
sub dendritik dengan lembah sungai berbentuk U berstadium tua.
Lokasi penambangan batubara PT. Sarolangun Bara Prima (SBP) menempati
daerah yang mempunyai kelerengan umum 0 – 7 %, ketinggian tempat terdapat
11
pada level ketinggian 40 m dpal – 86 m dpal. Pola aliran yang berkembang pada
sungai setempat adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U
melebar kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat
dikelompokkan dalam stadium tua.
2.4.2.1 Morfologi
Hasil pengamatan di lapangan dan peta kelas lereng menunjukkan bahwa areal
kegiatan memiliki fisiografi dataran – perbukitan dengan kelerengan 2 – 8 % dan
ketinggian berkisar antara 35 – 95 meter diatas permukaan laut. Morfologi
berelief datar – sedang (15 – 20%) dengan luas hampir 65% dari seluruh wilayah
studi menempati urutan pertama dengan bahan utamanya disusun oleh batu
lempung, batu pasir batu pasir tufaan dengan sisipan batubara yang sebagian besar
merupakan batuan Formasi Muara Enim.
12
Nino*) berpengaruh kepada lingkungan dalam wilayah studi. Keadaan banjir yang
menyebabkan terendamnya lahan sawah dan pemukiman penduduk sehingga
merugikan ekonomi penduduk jarang terjadi.
13
2.5.2.1 Suhu Udara
Daerah studi seperti daerah tropis lainnya di Indonesia mempunyai suhu rata-rata
tahunan >18oC. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun diketahui bahwa suhu
rata-rata bulanan minimum berkisar antara 20oC – 32oC dan suhu udara
maksimum berkisar antara 30.6oC – 33.7oC. Melihat data tersebut tampak bahwa
suhu rata-rata bulanan tidak berfluktuasi baik untuk suhu rata-rata minimum
maupun suhu rata-rata maksimum.
Fluktuasi suhu tampak nyata berbeda hanya terjadi pada siang hari dan malam
hari. Fluktuasi ini terlihat nyata dari perbedaan antara suhu udara maksimum dan
minimum. Perbedaan suhu tersebut di daerah studi berkisar antara 5.7 oC – 8.1oC.
secara umum rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada Bulan Agustus (28oC) dan
rata-rata bulanan terendah terjadi pada Bulan Desember.
14
Tabel 2.3 Unsur Iklim di Kabupaten Sarolangun
Bulan
Unsur Iklim
Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Curah Hujan (mm) 362 423 157 431 147 105 58 87 79 225 147 584
Hari Hujan (hari) 16 15 12 22 13 9 8 12 8 12 12 17
Suhu Udara (°c) 26,5 26,3 27,0 27,3 27,5 26,5 26,9 27,3 27,5 27,2 27,1 26,4
Kelembaban Udara
(%)
86 79 85 86 86 84 84 79 78 82 84 87
Kecepatan Angin
(knot)
5 3 3 3 3 3 4 4 5 3 3 3
Arah Angin
NW N E SE SE SE SE SE SE E NE W
15
2. Kelompok Geologi Moderat
Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih
bervariasi dan sampai pada tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca
pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran
dan perlipatan yang diakibatkannya relative sedang. Kelompok ini dicirikan pula
oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta
berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun sebarannya masih dapat
diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan
tingkat perubahan yang terjadi baik secara proses sedimentasi berlangsung
maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intruisi batuan beku
mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya.
16
Selanjutnya perhitungan cadangan batubara di daerah penyelidikan didasarkan
pada hasil korelasi dan interpretasi data eksplorasi yang telah dilakukan.
Penyebaran lapisan batubara yang relatif stabil dan menerus, maka cadangan
endapan batubara dihitung dengan cara sederhana, yaitu dengan sistem
penampang sayatan (cross section), jarak antar penampang sayatan 100 meter.
Dari hasil perhitungan maka didapat cadangan terukur seperti dibawah ini
Batubara terukur = 19.709.212,55 MT
Overburden = 68.154.182,00 BCM
Striping Ratio (SR) rata-rata = 1 : 3.46
0
1 69,7 16,06 4.359.867,00 1.516.685,07 1 : 2,87
2 7,30 16,06 4.342.932,00 1.588.493,68 1 : 2,73
3 9,16 16,06 5.200.806,00 1.993.233,17 1 : 2,61
4 9,46 17,60 5.264.197,00 2.255.905,46 1 : 2,33
5 11,80 17,60 6.686.805,00 2.813.920,13 1 : 2,38
6 8,93 10,90 5.121.676,00 1.318.848,92 1 : 3,88
7 11,50 10,90 6.947.443,00 1.698.405,66 1 : 4,09
8 14,50 14,00 11.046.827,00 2.750.509,37 1 : 4,02
9 14,00 9,22 11.264.221,00 1.748.944,58 1 : 6,44
10 10,00 14,94 7.919.408,00 2.024.266,50 1 : 3,91
17
Dari hasil korelasi lapisan batubara yang dipakai untuk menghitung cadangan
terukur diatas, selanjutnya dibuat pit design dengan beberapa parameter antara
lain :
Parameter ekonomi
Parameter design lereng yaitu tinggi lereng 6 m, lebar bench 5 m dan single
slope 35o
Parameter bentuk lapisan batubara dan morfologi
0
1 6,07 16,06 3.953.418 1.320.843,38 1 : 2,99
2 6,30 16,06 3.917.240 1.370.891,81 1 : 2,86
3 7,94 16,06 4.666.650 1.727.758,88 1 : 2,70
4 7,08 17,60 4.721.547 1.688.352,08 1 : 2,79
5 8,80 17,60 5.998.700 2.098.516,71 1 : 2,86
6 7,84 10,90 4.495.558 1.157.869,60 1 : 3,88
7 9,19 10,90 6.141.132 1.357.247,66 1 : 4,52
8 11,70 14,00 8.616.424 2.219.376,53 1 : 3,88
9 11,80 9,22 8.917.625 1.474.110,43 1 : 6,05
10 8,48 14,94 6.241.268 1.716.578,00 1 : 3,64
18
%, maka total cadangan terjual sebesar 15.300.00 MT. PT. Sarolangun Bara Prima
merencanakan produksi batubara terjual sebesar 85.000 MT per bulan atau
1.020.000 MT per tahun. Maka umur tambang adalah selama 15 tahun.
19
karena penebangan yang dilakukan oleh kegiatan lain sebelum proyek
berlangsung. Untuk lahan yang ditumbuhi belukar pembersihan lahan dilakukan
dengan menggukanan bulldozer, yang menjalankan fungsi gali-dorong dengan
memanfaatkan blade dan tenaga dorong yang besar. Semak dan perdu yang
menutupi area penambangan didorong ke daerah-daerah pembuangan.
Dengan demikian pada lahan penambangan akan terdapat lokasi timbunan tanah
subur yang pada gilirannya akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan bekas
penambangan. Untuk selanjutnya pekerjaan pemindahaan top soil ini akan
memerlukan excavator sebagai alat muat, dan dump truck sebagai alat angkut.
Ketebalan pengupasan tanah pucuk berkisar antara 0.2 sampai 1.3 m. Tetapi tidak
menutup kemungkinan menggali lebih dalam lagi kalau memang masih
digolongkan sebagai tanah pucuk yang masih mengandung zat hara organic.
Lapisan tebal ini sering ditemukan di daerah lembah dan cekungan. Tanah pucuk
hasil pengupasan dapat disebarkan secara langsung ke daerah bekas tambang yang
telah di reklamasi atau di simpan terlebih dahulu di suatu tempat. Tempat
penimbunan sementara ini dicarikan di daerah datar dan cukup tinggi serta bebas
dari gangguan erosi. Waktu penyimpanan tidak boleh lebih dari 12 bulan. Hal ini
diharapkan untuk dapat menjaga agar kesuburan dan kualitas tanah penutup
tersebut dapat tetap terjaga.
20
Gambar 2.1. Pengupasan tanah pucuk ( Top Soil )
Dump truck sebagai alat angkut akan mengangkut tanah penutup dari daerah
penambangan menuju lokasi penimbunan (dumping area), yang telah
direncanakan di daerah dengan morpologi lembah atau datar yang ada di lokasi
tersebut. Timbunan tanah penutup ini akan diatur secara berjenjang dengan
menggunakan dozer dan selanjutnya akan ditutup dengan lapisan tanah subur (top
soil) untuk persiapan proses penanaman bibit pohon (revegetasi).
21
Gambar 2.2. Kegiatan pengupasan overburden
22
2.7.5 Pemuatan dan Pengangkutan Batubara
Pemuatan dan pengangkutan batubara terdiri dari empat tahap yaitu :
1. Pemuatan dan pengangkutan dari tambang ke crusher
Kegiatan pemuatan menggunakan alat muat Excavator Backhoe PC 200 dan
sejenisnya dan dimuat ke alat angkut dump truck Nissan CK 12 atau sekelasnya
dan langsung di dumping ke hopper crusher.
2. Pemuatan dan pengangkutan dari crusher ke stockpile tambang
Batubara yang telah tercrusher dimuat dengan menggunakan Loader Cat 988,
sedangkan alat angkut yang digunakan adalah Dump Truck merk Nissan CK 12
(atau sekelasnya). Batubara yang telah dimuat, kemudian diangkut dan ditumpuk
di Stockpile tambang.
3. Pemuatan dan pengangkutan dari stockpile tambang ke stockpile terminal.
Batubara yang telah ditumpuk di stockpile tambang selanjutnya dimuat dengan
wheel loader cat 988 ke dump truck Nissan CK aau sekelasnya dengan MST 8 ton
(sesuai dengan keputusan Gubernur Provinsi Jami tahun 2009 untuk tonnase truck
pengangkut barang) dan diangkut ke pelabuhan Talang Duku dengan jarak ± 165
km. Pengangkutan ini melewati jalan Provinsi Jambi
4. Pemuatan dan Pengangkutan dari stockpile ke tongkang
Batubara yang telah ditumpuk di pelabuhan Talang Duku Jambi kemudian baru
dimuat ke tongkang menuju ambang luar di selat berhala. Permuatan ke tongkang
dilakukan dengan menggunakan manual jetty. Caranya adalah batubara dimuat
oleh wheel loader cat 988 ke dumptruck Nissan CK 12 atau sekelasnya yang
selanjutnya diangkut sampai kedalam tongkang.
23
Gambar 2.4. Kegiatan pemuatan Batubara
24
BAB III
LANDASAN TEORI
60
P = H x Ff x x Ek x ρ
Ct .... 3.1
Dimana :
P = Kemampuan produksi alat, ton/jam
H = Kapasitas bucket atau bak, m³
Ct = Circle time atau waktu edar, menit
Ek = Efisiensi kerja, %
Ff = Fill factor, %
ρ = Density batubara, ton/m³ (1,3 ton/m³)
25
3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis
3.2.1. Faktor Manusia
Merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang dan meningkatkan
produksi, dikarenakan manusia berhubungan langsung dengan alat-alat mekanis.
Berdasarkan pengalaman, waktu kerja selama satu jam, tidak terpakai selama 60
menit penuh. Operator hanya dapat bekerja maksimal selama 50 menit dalam satu
jam.
26
3.2.2. Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca merupakan faktor yang terjadi karena proses alamiah,
namun demikian faktor ini dapat mempengaruhi produktivitas dari alat-alat
mekanis. Faktor iklim dan cuaca ini diantaranya dapat menimbulkan hambatan-
hambatan yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas alat-alat mekanis.
27
Gambar 3.3. Kondisi Jalan Tambang Pada Saat Cuaca Hujan
Kondisi jalan yang sempit diakibatkan banyaknya alat berat yang beroperasi
pada saat hujan untuk memperbaiki jalan dapat menghambat pengangkutan.
Pit yang tergenang akibat hujan juga dapat memperlambat produksi
dikarenakan harus menguras air genangan di pit.
Ga
28
Gambar 3.5 Kondisi jalan rusak akibat hujan
29
Gambar 3.7 Dump truck yang sedang berjalan perlahan karena jalan sempit
30
Kondisi lingkungan kerja menjadi panas dan akan berpengaruh pada efisiensi
kerja alat, operator dan para pekerja lainnya.
Banyaknya debu yang beterbangan dilokasi penambangan akan mengganggu
pernapasan dan jarak pandang operator dalam melakukan pekerjaan di
lapangan.
31
Memperbaharui alat yang berhubungan dengan keterbatasan penggunaan alat,
walaupun langkah-langkah pemeliharaan telah dilakukan dengan sebaik-
baiknya, namun ada waktunya alat tersebut memerlukan pembaharuan.
A. Alat Muat
Untuk menghitung waktu edar alat muat seperti excavator dapat dilihat dari
gerakan dalam operasinya sebagai berikut :
Waktu digging, dihitung dari mulai bucket alat muat menyentuh material
sampai siap untuk di angkat
Waktu swing load, dihitung dari mulai memutar bucket isi muatan sampai
siap untuk dumping
32
Gambar 3.10. Excavator dumping
Waktu swing empty, dihitung dari mulai memutar bucket kosong sampai
menyentuh material
33
Gambar 3.13 Excavator Swing Empty
Spesifikasi Alat
Make KOMATSU
Model PC300
Differentiator Bucket capacity – 2.1 m3
Year 2009
Category
Backhoe
34
Vertical Wall Max Depth - mm 6,400
B. Alat Angkut
Waktu edar alat angkut, dalam hal ini dump truck dihitung dari gerakan :
Waktu untuk pengisian bak, dihitung dari alat muat mulai mengisi material
kedalam bak alat angkut sampai terisi penuh.
Waktu untuk mengangkut material, dihitung pada saat dump truck mulai
bergerak meninggalkan tempat loading area sampai dumping area atau stock
pile.
35
Gambar 3.15 Dump truck travel load
Waktu untuk manuver 1, dihitung pada saat berputar mundur untuk siap
menempatkan posisi untuk loading material di front kerja.
36
Waktu untuk manuver 2, dihitung pada saat berputar mundur untuk siap
menumpahkan material ke dumping area atau stock pile.
Waktu untuk mengosongkan bak, dihitung pada saat truck telah mengambil
posisi untuk dumping sampai bak truck terangkat menumpahkan seluruh
material yang diangkut.
37
Gambar 3.18 Dump truck sedang travel empty
Vn
Ff = x100% …. 3.2
Vt
Di mana :
Ff = Fill factor ( Faktor pengisian ), %
Vn = Volume nyata bucket, m³ (bucket faktor x bucket teoritis)
Vt = Volume bucket teoritis, m³
38
Tabel 3.2. Faktor bucket alat muat
Jenis Faktor
Kondisi kerja
pekerjaan bucket
Menggali dan memuat dari stock room dan 1.0 – 0.8
Ringan
stockpile atau material yang telah dikeruk oleh
excavator lain yang tidak membutuhkan daya gali
dan dapat dimuat munjung.
Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat yang 0.6 – 0.5
Agak
keras,pasir dan kerikil yang telah dikumpulkan,sulit
sulit
mengisi bucket dengan material tersebut.
39
Kandungan air, makin besar kandungan air maka faktor pengisian dari alat
makin kecil
Keterampilan operator, untuk operator yang terampil dan berpengalaman
maka faktor pengisian akan lebih besar.
NaxLt
Match Factor ( MF ) = …. 3.3
NmxCta
Dimana :
Na = Jumlah alat angkut, unit.
Nm = Jumlah alat muat, unit.
Cta = Waktu edar alat angkut, menit.
Lt = Loading time , yang besarnya sama dengan jumlah pemuatan
dikalikan waktu edar alat muat, menit.
Dari persamaan diatas, ada tiga kemungkinan harga Match Factor, yaitu :
MF < 1, kemampuan alat muat lebih besar daripada alat angkut, sehingga
terdapat waktu tunggu bagi alat muat
MF = 1, kemampuan alat muat sama dengan alat angkut, sehingga tidak ada
waktu tunggu untuk kedua alat
MF > 1, kemapuan alat angkut lebih besar daripada alat muat, sehingga
terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
3.2.4. Efisiensi Kerja Total
40
Tabel 3.2 Faktor efisiensi kerja
Kondisi Pemeliharaan mesin
operasi
Baik sekali Baik Sedang Buruk sekali
peralatan
Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,45
Buruk sekali 0,52 0,50 0,47 0,32
W ….3.5
A.I = x 100 %
W R
Di mana :
W = Working Hours, adalah waktu yang dibebankan kepada seorang operator
suatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini
meliputi pula hambatan yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah
waktu untuk pulang pergi ke front kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian
bahan bakar, hambatan karena cuaca dan lain-lain.
R = Repair Hours, adalah waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena
menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang
serta waktu perawatan preventif.
41
b. Physical Availability / Operational Availability ( P.A )
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.
W S
P. A = x 100 %
W RS … 3.6
c. Use of Availablity ( U. A )
Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan untuk suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan ( available ).
W
U.A = x 100 %
W S … 3.7
W
E.U = x 100 %
W RS …. 3.8
42
3.2.4.2. Efesiensi Operator
Merupakan faktor manusia yang menggerakan alat-alat, yang sangat sukar untuk
ditentukan efisiensinya secara tepat, karena selalu berubah-rubah, tergantung dari
banyak hal yang mempengaruhinya, seperti keadaan cuaca, keadaan alat yang
dikendalikan, suasana kerja dan lain-lain.
We = Wt – Wn , menit …. 3.9
Di mana :
We = Waktu kerja efektif, menit
Wt = Waktu kerja tersedia, menit
Wn = Waktu hambatan yang dialami operator atau alat
We ….3.10
Ek = x 100 %
Di mana : Wt
Ek = Efisiensi kerja, %
We = Waktu kerja efektif, menit
Wt = Waktu kerja yang tersedia, menit
43
BAB IV
PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dari data diatas, dapat dihitung efisiensi kerja operator pada shift I :
Excavator Komatsu PC300
Diketahui : WtI = 540 menit
WoI = 80 menit
Maka :
We = ( 540 – 80 ) menit
= menit
E = ( 460 / 540 ) x 100 %
= 85,18 %
44
Excavator Kobelco SK330
Diketahui : WtI = 540 menit
WoI = 80 menit
Maka :
We = ( 540 – 80 ) menit
= menit
E = ( 460 / 540 ) x 100 %
= 85,18 %
Waktu kerja pada shift II dimulai pada pukul 19.00 WIB sampai pukul
05.00 WIB, dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 – 13.00 WIB. Jumlah waktu
kerja tersedia pada shift I adalah sebesar 540 menit ( 9 jam ). Selama shift I
terdapat hambatan – hambatan yang dialami oleh operator alat yang dapat dilihat
pada table 4.2 dibawah ini :
45
Tabel 4.2 Hambatan Operator Shift II
Jenis Alat
NO Jenis Hambatan Excavator Komatsu
DT Nissan CWB
PC300/SK330
1 Terlambat mulai kerja 0 0
2 Membersihkan tempat kerja 40 0
3 Pergantian operator 0 0
4 Berhenti sebelum istirahat 30 25
5 Terlambat setelah istirahat 0 0
6 Berhenti sebelum akhir kerja 30 25
7 Keperluan operator 0 0
Jumlah 100 50
Sumber : Pengamatan Lapangan
Dari data diatas, dapat dihitung efisiensi kerja operator pada shift I :
Excavator Komatsu PC300
Diketahui : WtII = 540 menit
WoII = 100 menit
Maka :
We = ( 540 – 100 ) menit
= menit
E = ( 440 / 540 ) x 100 %
= 81,48 %
46
WoII = 50 menit
Maka :
We = ( 540 – 50 ) menit
= 490 menit
E = ( 490 / 540 ) x 100 %
= 90,74 %
47
We = ( 540 – 125 ) menit
= 415 menit
E = ( 415 / 540 ) x 100 %
= 76,85 %
48
Diketahui : WtII = 540 menit
WaII = 130 menit
Maka :
We = ( 540 – 130 ) menit
= 410 menit
E = ( 410 / 540 ) x 100 %
= 75,92%
49
= 78,92 %
Faktor Pengisian :
Excavator PC300 : Ukuran Bucket 2,1 m³
Vn
Ff = x100%
Vt
Ff = 1,89 m³ x 100%
2,1 m³
Ff = 90%
50
Tabel 4.5 Density “swell factor” dari berbagai material
= 358,61 ton/jam
B. DT Nissan CWB 01 ( PIT 1 – Stock Room ) Unit Loading Komatsu PC300
Diketahui : H = 2,1 m3 x Jumlah Bucket (5 Bucket)
Ct = 5,52 menit
Eff = 78,92 %
Ff = 90 %
ρ = 1,3 ton/m3
60
Maka : P = 10,5 x 5,52 x 0,7892 x 0,90 x 1,3
= 103,38 ton/jam
51
Ct = 5,58 menit
Eff = 78,92 %
Ff = 90 %
ρ = 1,3 ton/m3
60
Maka : P = 10,5 x 5,58 x 0,7892 x 0,90 x 1,3
= 104,25 ton/jam
D. DT Nissan CWB 05 ( PIT 1 – Stock Room ) Unit Loading Komatsu PC300
Diketahui : H = 2,1 m3 x Jumlah Bucket (5 Bucket)
Ct = 5,78 menit
Eff = 78,92 %
Ff = 90 %
ρ = 1,3 ton/m3
60
Maka : P = 10,5 x 6,18 x 0,7892 x 0,90 x 1,3
= 94,12 ton/jam
NaxLt
Match Factor ( MF ) =
NmxCta
Dimana :
Na = Jumlah alat angkut, unit.
Nm = Jumlah alat muat, unit.
Cta = Waktu edar alat angkut, menit.
Lt = Loading time , yang besarnya sama dengan jumlah pemuatan
dikalikan waktu edar alat muat, menit.
52
Na x Lt
MF =
Nm x Cta
3 x 1,35
MF =
1 x 5,62
MF = 0,72
Dari persamaan diatas, ada tiga kemungkinan harga Match Factor, yaitu :
MF < 1, kemampuan alat muat lebih besar daripada alat angkut, sehingga
terdapat waktu tunggu bagi alat muat
MF = 1, kemampuan alat muat sama dengan alat angkut, sehingga tidak
ada waktu tunggu untuk kedua alat
MF > 1, kemapuan alat angkut lebih besar daripada alat muat, sehingga
terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
Untuk mendapatkan keserasian antara alat muat dan alat angkut maka diperlukan
penambahan alat dengan menggunakan persamaan Match Factor.
Na x Lt
MF =
Nm x Cta
Na x Lt
1 =
Nm x Cta
Nm x Cta
Na =
Lt
1 x 5,62
Na =
1,35
= 4,16
≈ 4 unit
Jadi jumlah alat angkut yang di butuhkan untuk keserasian dengan 1 alat muat
adalah 4 unit
53
BAB V
PEMBAHASAN
54
5.1. Peningkatan Efisiensi Kerja
Waktu kerja efektif dapat ditingkatkan dengan melakukan penataan kembali
terhadap hambatan-hambatan yang dialami opertor dan alat.
55
keselamatan kerja, keseimbangan, pemeliharaan, keperluan operator serta
berbagai hal seperti bahan bakar (Bab III hal 31)
Memperbaharui alat yang berhubungan dengan keterbatasan penggunaan
alat, walaupun langkah-langkah pemeliharaan telah dilakukan dengan
sebaik-baiknya, namun ada waktunya alat tersebut memerlukan
pembaharuan (Bab III hal 32)
Dari hasil perhitungan dan pengamatan kami harga MF (Match Factor) yang kami
dapatkan yaitu :
Na x Lt
MF =
Nm x Cta
3 x 1,35
MF =
1 x 5,62
56
MF = 0,72
Match Factor yang di dapat adalah 0,72 jadi MF < 1, kemampuan alat muat lebih
besar dari pada alat angkut, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat (Bab
III hal 40)
Untuk mendapatkan keserasian antara alat muat dan alat angkut maka diperlukan
penambahan alat dengan menggunakan persamaan Match Factor.
Na x Lt
MF =
Nm x Cta
Na x Lt
1 =
Nm x Cta
Nm x Cta
Na =
Lt
1 x 5,62
Na =
1,35
= 4,16
Dari perhitungan, produksi alat angkut jauh lebih kecil dari produksi alat muat.
Agar produksi alat angkut dapat menyamai produksi alat muat, diperlukan
penambahan alat angkut yang sebelumnya berjumlah 3 dalam 1 fleet, sehingga
alat angkut yang bekerja berjumlah 4 unit agar sirkulasi pemuatan berjalan
dengan lancar dan maksimal.
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Produksi excavator dan dump truck per jam nya, hal ini disebabkan oleh
rendahnya disiplin kerja dan profesinalisme operator serta kondisi alat,
kondisi cuaca, kondisi jalan, kondisi front kerja yang tidak baik, sehingga
menyebabkan rendahnya efisiensi kerja, yang mengakibatkan rendahnya
produksi alat – alat tersebut, produksi Excavator komatsu PC300 adalah
193.649.4 ton/bulan dan produksi rata-rata dari 3 dump truck adalah
159.939,4 ton/bulan.
2. Dari hasil perhitungan Match factor hasil yang di dapat adalah 0,72 artinya
MF < 1, kemampuan alat muat lebih besar dari pada alat angkut, sehingga
terdapat waktu tunggu bagi alat muat, dan untuk mendapatkan keserasian
antara alat muat dan alat angkut dari hasil perhitungan match factor jumlah
alat angkut di tambah 1 unit jadi total menjadi 4 unit alat angkut.
6.2 Saran
1. Pemilihan alat yang berhubungan dengan segi-segi ekonomi kesesuaian
teknologi dan lingkungan, kesesuaian sarana yang ada, fleksibilitas
penggunaan alat (Bab III hal 31)
58
3. Memperbaharui alat yang berhubungan dengan keterbatasan penggunaan alat,
walaupun langkah-langkah pemeliharaan telah dilakukan dengan sebaik-
baiknya, namun ada waktunya alat tersebut memerlukan pembaharuan (Bab
III hal 32)
59
DAFTAR PUSTAKA
1
LAMPIRAN
2
Waktu Siklus Dump truck CWB 01 (detik)
Manufer Muat Tumpa
No 1 (tb) Angkut Manufer 2 h Balik Total
1 18 87 85 49 40 85 328
2 25 71 126 16 22 135 395
3 29 75 60 47 16 88 315
4 23 77 216 61 33 79 489
5 26 68 103 21 30 74 322
6 21 60 101 16 32 72 302
7 24 70 97 19 33 63 306
8 25 74 58 22 22 59 260
9 27 85 82 15 32 48 289
10 16 67 85 25 30 64 287
11 24 64 127 31 26 66 338
12 21 59 94 32 24 68 298
13 30 70 158 30 30 117 435
14 27 57 103 40 24 82 333
15 35 61 104 25 24 184 433
16 33 70 114 32 23 74 346
17 28 97 115 33 27 93 393
18 25 67 105 32 43 49 321
19 29 73 84 16 52 40 294
20 22 60 94 18 54 48 296
21 27 70 71 17 55 51 291
22 20 49 69 23 46 56 263
23 34 74 106 32 43 49 338
24 25 65 84 16 52 43 285
25 26 81 94 18 54 48 321
Jumlah 640 1751 2535 686 867 1835 8278
Rata- 331.1
rata 25.6 70.04 101.4 27.44 34.68 73.4 2
Menit 0.43 1.17 1.69 0.46 0.578 1.22 5.52
Sumber : Pengamatan lapangan
3
Waktu Siklus Dump truck CWB 03 (detik)
Manufer Muat Angku Manufer Bali
No 1 (tb) t 2 Tumpah k Total
1 30 74 105 33 43 48 333
2 21 65 84 16 52 186 424
3 35 81 94 18 54 48 330
4 31 85 71 17 55 51 310
5 21 78 69 23 47 56 294
6 32 78 74 38 39 43 304
7 20 79 69 30 51 64 313
8 28 76 247 16 35 48 450
9 31 80 74 20 40 67 312
10 36 74 78 30 30 48 296
11 29 69 76 26 39 57 296
12 31 80 78 26 36 56 307
13 30 85 82 17 43 59 316
14 21 67 103 28 46 53 318
15 34 69 92 14 40 55 304
16 24 77 83 22 36 76 318
17 30 87 93 21 47 79 357
18 27 72 92 30 33 79 333
19 30 80 88 36 34 83 351
20 25 87 78 19 32 69 310
21 26 85 86 31 72 73 373
22 29 69 98 27 59 67 349
23 31 78 78 36 61 64 348
24 40 74 96 32 57 62 361
25 29 82 76 39 60 84 370
Jumlah 721 1931 2264 645 1141 1675 8377
Rata- 335.0
rata 28.84 77.24 90.56 25.8 45.64 67 8
0.76066666
Menit 0.48 1.29 1.51 0.43 7 1.12 5.58
Sumber : Pengamatan lapangan
4
Waktu Siklus Dump truck CWB (detik) 05
Manufer Muat Angku Manufer Bali
No 1 (tb) t 2 Tumpah k Total
1 23 102 91 22 19 82 339
2 21 87 87 29 15 84 323
3 30 78 89 30 17 87 331
4 32 90 125 23 16 76 362
5 34 80 86 18 19 77 314
6 36 70 87 23 32 87 335
7 28 79 83 29 20 75 314
8 31 75 84 32 23 70 315
9 34 100 85 25 29 54 327
10 32 92 86 19 22 73 324
11 27 69 102 22 33 70 323
12 34 80 108 14 35 89 360
13 32 95 93 17 36 85 358
14 36 89 76 17 43 102 363
15 31 96 87 23 30 130 397
16 29 78 82 19 32 95 335
17 33 82 89 22 49 98 373
18 31 93 96 33 32 79 364
19 36 87 95 31 30 81 360
20 23 90 82 18 29 65 307
21 24 81 89 32 76 64 366
22 29 66 76 34 55 71 331
23 34 73 98 43 64 62 374
24 22 72 94 42 67 56 353
25 21 84 95 69 73 87 429
Jumlah 743 2088 2265 686 896 1999 8677
Rata- 347.0
rata 29.72 83.52 90.6 27.44 35.84 79.96 8
0.59733333
Menit 0.50 1.39 1.51 0.46 3 1.33 6,18
Sumber : Pengamatan lapangan
5
Hambatan Operator Shift I
Jenis Alat
NO Jenis Hambatan Excavator Komatsu DT Nissan
PC300 CWB
1 Terlambat mulai kerja 0 0
2 Membersihkan tempat kerja 50 0
3 Pergantian operator 0 0
4 Berhenti sebelum istirahat 15 20
5 Terlambat setelah istirahat 0 0
6 Berhenti sebelum akhir kerja 15 20
7 Keperluan operator 0 0
Jumlah 80 40
Sumber : Pengamatan Lapangan
6
Hambatan Alat Shift II
Jenis Alat
NO Jenis Hambatan Excavator Komatsu DT Nissan
PC300/SK330 CWB
1 Persiapan,pemeriksaan alat 20 10
2 Waktu perbaikan 70 0
3 Standby 40 50
JUMLAH 130 60
Sumber : Pengamatan lapangan
7
Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
= 358,61 ton/jam
= 193.649.4 ton/bulan
60
Maka : P = 10,5 x 5,52 x 0,7892 x 0,90 x 1,3
= 103,38 ton/jam
= 55.825,2 ton/bulan
= 104,25 ton/jam
8
= 56.295 ton/bulan
60
Maka : P = 10,5 x 6,18 x 0,7892 x 0,90 x 1,3
= 94,12 ton/jam
= 50.824,8 ton/bulan