You are on page 1of 23

I.

DASAR TEORI
1.1 Pasta

Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk


pemakaianluar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbukdalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago
atau sabun. Digunakan sebagaiantiseptik atau pelindung kulit (Departemen
Kesehatan RI, 1995). Menurut farmakope edisi ke-4, pasta adalah sediaan
semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan
untuk pemakaian topikal. Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50%
zat padat serbuk karena merupkan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh
pada suhu badan maka digunakan salep penutup atau pelindung (anief, 1993).

Pasta adalah dispersi dari bahan-bahan serbuk yang tidak larut dengan
konsentrasi tinggi (20 sampai 50%) dalam suatu basis lemak atau basis yang
mengandung air (Lachman 1994). Basis lemak tersebut kurang berminyak dan
juga konsistensinya lebih keras dibandingkan salep, karenanya ada bahan
serbuk dalam jumla besar. Pasta dapat melekat pada kulit dengan baik dan
berguna untuk pengobatan luka kronis atau yang disertai penebalan kulit.
Menurut Lachman (1994) pasta membentuk suatu lapisan pelindung yang jika
ditutup dengan pembalut yang sesuai, akan mencegah lecetnya kulit pasien
yang disebabkan oleh penggarukan.

Keuntungan dan kerugian sediaan pasta menurut Anief, Mohammad


(1993) sebagai berikut:
Adapun keuntungan dari bentuk sediaan pasta adalah:
1. Mengikat cairan sekret (eksudat)
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga
mengurangi rasa gatal lokal.
3. Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih
lama.
4. Konsentrasi lebih kental dari salep
5. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak
dibandingkan dengan sediaan salep.
Sedangkan kerugian dari bentuk sediaan pasta adalah:
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada
umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang
berbulu
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.

1.2 Metil Salisilat


Metil salisilat adalah cairan dengan bau khas yang diperoleh dari
daun dan akar tumbuhan wangi. Zat ini juga dibuat dengan sintesis.
Khasiat analgetisnya pada penggunaan lokal sama dengan salisilat –
salisilat lainnya. Metilsalisilat diresorpso dengan kulit dan banyak
digunakan dalam obat gosok dan krem (3 – 10 %) untuk nyeri otot, sendi,
dan lain – lain. Penggunaan oral sebanyak 30 ml sudah bisa fatal, terutama
untuk anak – anak yang sangat peka untuknya (Tjay, 2002).
Metil salisilat termasuk senyawa ester yang dapat dibuat secara
sintesis dengan jalan mereaksikan suatu senyawa asam karbiksilat dengan
alkohol dalam suasana asam (Underwood, 1997). Metil salisilat (minyak
wintergreen) hanya digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep atau
linimen dan dimaksudkan sebagai counter iritan bagi kulit. Asam salisilat
berbentuk bubuk, digunakan sebagai keratolitik dengan dosis tergantung
dari penyakit yang akan diobati (Roth, 1998).
Metil salisilat yang juga disebut minyak gandapura, digunakan untuk
membentuk cita rasa dalam obat gosok untuk mengurangi nyeri otot.
Beberapa cara digunakan untuk mengganggu kesetimbangan reaksi
tersebut agar hasil produksinya meningkat. Reaksi esterifikasi dapat
digeser kearah reaksi sempurna jika digunakan salah satu pereaksi (asam/
alkohol) secara berlebihan atau air yang terbentuk dibuang dari campuran
reaksi. Metil salisilat ini yang merupakan turunan (derivat) dari asam
salisilat dapat dilakukan dengan jalan memanaskan metanol dan asam
salisilat dan dengan jalan mencampurkan asam sulfit dengan distilasi dari
sisa tumbuhan menjalar atau kulit pohon batula lerda.

2. TINJAUAN BAHAN

2.1 Tinjauan Bahan Aktif

Metil Salisilat (Farmakope Indonesia IV)


Pemerian : Cairan tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,
berbau khas dan rasa seperti gandapura. Mendidih antara
219°C dan 224 °C disertai peruraian.
Nama Lain : Methylis Salicylas
Struktur Kimia:

Nama Kimia : Benzoic acid, 2-hidroxy-methyl ester


RM : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan salam asetat
glacial
Titik Didih : 219°C - 224 °C
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Stabil pada temperature ruang dengan wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen oksidasi kuat, asam
kuat, basa kuat, logam alkali, nitrat
Efek Farmakologi : Memiliki mekanisme memberikan efek analgesic
sehingga dapat menyembuhkan kekakuan dan nyeri
otot. Merupakan golongan analgesic dan
antiinflamasi topical. Cara pemberiannya, dioleskan
pada daerah yang sakit 3 – 4 kali sehari sambil
diurut lemah sehingga terserap ke dalam kulit.

2.2 Tinjauan Bahan Tambahan


1. Menthol (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6, halaman 433)
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna,
biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur,
mempunyai bau yang enak seperti minyak permen
Nama Lain : Mentholum
Struktur Kimia:

Nama Kimia : 5-metil-2-(1-metil etil)-sikloheksanal


RM : C10H20O
BM : 152,67
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol,
dalam kloloform, dalam eter dan dalam heksana, mudah
larut dalam asam asetat
Titik Leleh : 41°C- 44°C
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu tidak lebih dari
25°C
Stabilitas : Stabil dalam suhu ruang dapat disimpan selama 18 bulan
Inkompatibilitas: Inkompatibel dengan butyl-kloralhidrat, kloralhidrat,
kromium trioksida, beta naftol, fenol, potassium
permanganate, champore
Sifat Khusus : Apabila dicampur dengan kamfer atau kloralhidrat atau
fenol sama berat maka campuran akan mencair
2. Gliserin (HOPE halaman 283, FI IV halaman 213)
Pemerian :Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, cairan
higroskopis, mempunyai rasa manis, netral terhadap
lakmus
Nama Lain :Croderol, glycerol, glycerine, glycerolum, 1,2,2-
propanetriol, trihydroxypropane glycerol
Struktur Kimia :

Nama Kimia : 1,2,3-propanetriol


RM : C3H8O3
BM : 92,09
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan
dalam minyak menguap
Titik Leleh : 17,8 °C
Titik Didih : 290 °C
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, dapat rusak oleh pemanasan.
Stabil sebagai campuran dala air, dalam methanol 95%,
dan propilen glikol
Inkompatibilitas : Dapat meledak saat bereaksi dengan agen pengoksidasi.
Gliserin membentuk kompleks asam borat.

3. Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 442, FI IV


Hal 551)
Pemerian :Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar
Nama Lain :Metilparaben, Metagin, Metil paraept, aseptoform, metyl
cemosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Methyl-4-hydrobenzoate


Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
eter
Titik Lebur : 125◦C - 128◦C
Wadah : Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas :Inkompatibel dengan bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate, minyak
esensial, sorbitol, dan atropine.
Stabilitas :Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120◦C selama 20 menit.
Stabil pada pH 3-6 pada suhu ruangan.
4. Nipasol (Handbook of Phmarmaceutical Excipient Hal 596, FI IV Hal
713)
Pemerian :Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Nama Lain :Propyl Paraben, Propagin, Propyl Cemosept,
Propyl Parasept, Solbrol P, Tegosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate


Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180,20
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air
mendidih
Titik Lebur : 95◦C - 98◦C
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas :Larutan nipasol cair pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6,
larutan nipasol cair stabil sampai ste lebuh sekitar 4
tahun pada suhu ruangan. Apabila pada pH 8 atau di
atasnya maka akan cepat terhidrolisis (10% atau
lebih setelah 60 hari pada suhu ruangan)
Inkompatibilitas :Inkompatibel dengan mgnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, besi kuning oksida
5. BHT (HOPE, halaman 81)
Pemerian : Padatan putih kuning atau serbuk bau khas
Nama Lain : Agiol, impiuvol, ionol cp
Nama Kimia : 2-6-Di-tert-butyl-4-methylpenol
Rumus Molekul :C15H24O
Berat Molekul : 220,35
Kelarutan : Sukar larut dalam air, gliserin, Propilen Glikol,
larutan basa hidroksida, dan asam mineral. Namun
mudah larut dalam aseton, benzene, etanol, eter,
methanol, minyak, lebih mudah larut minyak
dibandingkan BHA
Titik Leleh :70°C
Titik Didih : 265°C
Wadah dan Penyimpanan : Tempat tertutup, terhindar dari sinar matahari
langsung, sejuk dan kering
Stabilitas :Rusak apabila terkena cahaya, panas,
perubahan warna, dan kehilangan aktivitasnya
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kelat
seperti peroksida dan permanganate. Kontak
dengan agen pengoksidasi menyebabkan
combustion
6. PEG (Polietilenglikol 400 FI III hal 504,)
Pemerian : Cairan kental jernih; tidak berwarna atau praktis
tidak berwarna; bau khas lemah; agak higroskopis.
Rumus Molekul :

Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol 95% P, dalam


glikol lain.
Berat Molekul : 380-420.
Titik Beku : 40 C sampai 80 C.
Khasiat : Basis salep, pelarut.
Konsentrasi : Sampai 30% v/v.
OTT : Tidak bercampur dengan beberapa zat pewarna.
Stabilitas : Dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi dan
penyinaran sinar gamma.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
7. Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain : Aqua, aqua purificata
Nama Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 16,02
pH :7
Titik Didih : 100◦C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. BENTUK SEDIAAN TERPILIH

Dibuat sediaan pasta Methyl Salisilat dengan tipe minyak dalam air
yaitu agar mudah tercucikan menggunakan air sehingga tidak ada sisa pada
daerah kulit.

4. PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN DOSIS


4.1 Per Takaran Terkecil dan Terbesar

Sediaan pasta Methyl salysilat dibuat sebanyak 30 gram tiap pot yang
mengandung methyl salysilate sebanyak 10 % dari keseluruhan bahan.

5. SPESIFIKASI PRODUK
5.1 Persyaratan Umum Sediaan
1. Daya absorbsi pasta lebih besar dan sering digunakan untuk mengabsorbsi
sekresi cairan serosal pada tempat pemkaian, sehingga cocok untuk luka
akut.
2. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu karena dapat mengiritasi
kulit, serta praktis dapat mudah untuk dibersihkan
3. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal, dan praktis serta mudah dibersihkan dari kulit
4. Konsistensi lebih kenyal dari urgentum, dan tidak memberikan rasa
berminyak seperti urgentum
5. Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu
mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
6. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat. (raharja, 2002)
6.2 Rencana Spesifikasi Sediaan
Bentuk sediaan Pasta

Organoleptis Warna: Putih

Rasa pada kulit: Sensasi


dingin

Bau: Khas metil salisilat

Viskositas Tidak terbaca

pH sediaan 5,5

Daya sebar 50 gram, 100 gram, 150


gram (4 cm)

Homogenitas Homogen (tidak ada


butiran kasar pada
arloji)

6. RANCANGAN FORMULA

6.1 Skema atau Bagan Alur Fikir

Metil Salisilat PEG, nipagin, mentol, Dihomogen


BHT, dan aquadest

Niapasol, dan
Sediaan pasta Dihomogen
Gliserin
6.2 Komponen Penyusun Formula

Formulasi Pasta Metil Salisilat

- Metil Salisilat
- Mentol
- Gliserin
- Nipagin
- Nipasol
- PEG
- Aquades

6.3 Pemilihan Bahan Komponen Penyusun untuk Mencapai


Spesifikasi

Bahan Kegunaan Alasan

Metil Salisilat Bahan aktif Golongan analgesic dan antiinflamasi


topical

Mentol N-hencers untuk meningkat kan obat lebih


berpenetrasi pada kulit

PEG Basis Dapat meningkatkan kelarutan bahan


obat yang terdispersi dalam sediaan serta
meningkatkan stabilitas fisik dan kimia
suatu sediaan pasta

Gliserin Basis Basis PEG akan lebih optimal apabila


dikombinasikan dengan gliserin sebagai
basis

Nipasol Pengawet Antimikroba lebih efektif jika dipadukan


dengan nipagin
Nipagin Pengawet Memiliki aktivitas mikroba yang baik

BHT Antioksidan Agar bahan-bahan yang ada dalam


sediaan pasta tidak mudah teroksidasi,
dan tidak rusak

Aquadest Pelarut Sebagai pelarut

6.4 Formula Lengkap dengan Kadar yang Dipilih


No. Bahan Fungsi % % Jumlah Jumlah
dalam yang tiap satu tiap 2
literatur dibuat pot pot
+(5%)

1 Metil Zat Aktif 3-18 % 10 % 3 gram 6,3


Salisilat gram

2 Gliserin+ Basis 5-15 % 50 % 1,5 3,15


Poliietilen 20-50% gram,13,5 gram,
Glikol gram 28,35
gram

3 Nipagin Pengawet 0,12- 0,18 0,154 0,108


0,18 % gram gram

4 Nipasol Pengawet 0,02- 0,02 0,006 0,012


0,8 % gram gram

5 Mentol N-Henser - 3% 0,9 gram 1,89


gram

6 BHT Antioksidan 0,0075- 0,1% 0,03gram 0,063


0,1% gram

7 Aquades Pelarut 100% 100% 100% 100%


7. PERHITUNGAN DAN CARA PEMBUATAN
7.1 Skala kecil

Jumlah sediaan krim yang dibuat adalah 2 pot yang masing masing
berisi sediaan sebanyak 30 gram. Untuk menghindari adanya kehilangan
bahan saat pembuatan, maka setiap dari bahan masing masing ditambahkan
5%.

1. Metil salisilat ;

; 6 + 0,3 = 6,3 gram

2. Nipagin

3. Nipasol

4. BHT

5. Mentol

6. Basis
Gliserin
PEG

7.2 Skala Besar

No Nama Zat Aktif 1 pot kemasan 2 pot kemasan


+ 5%

1. Methyl Salisilate 3 gram 6,3 gram

2. Menthol 0,9 gram 1,89 gram

3. PEG 13,5 gram 28,35 gram

4. Nipagin 0,154 gram 0,108 gram

5. Nipasol 0,006 gram 0,012 gram

6. BHT 0,03 gram 0.063 gram

7. Gliserin 1,5 gram 3,15 gram

8. Aquadest Add100% Add 100 %

7.3 Cara Pembuatan


1. Disiapkan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang bahan sesuai dengan jumlah pengambilan perhitungan
3. Dicampurkan basis gliserin 3,15 gram dengan nipasol 0,012 gram ad
homogen (campuran 1)
4. Dicampurkan basis PEG 28,35 gram, nipagin 0,108 gram, BHT 0,063
gram, mentol 1,89 gram sambil di panaskan ad homogen (campuran 2)
5. Ditambahkan zat aktif kedalam campuran 2 diatas penangas ad
homogen
6. dicampurkan semua campuran (1,2, dan 3) ad homogen
7. dimasukkan kedalam pot dan diberi etiket

8. CARA EVALUASI
8.1 Macam Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan untuk krim metyl salisilate ini ada 6
1. Uji Homogenitas
2. Uji Organoleptis
3. Uji PH
4. Uji Viskositas
5. Uji Daya Sebar

8.2 Nama Alat


1. Memakai kaca arloji
2. Uji secara fisik, bau, rasa, warna, bentuk dan tekstur
3. PH meter
4. Rheometer
5. Cawan petri, kertas skala, dan pemberat 50 gram, 100

8.3 Metode/Cara Kerja

1. Evaluasi Homogenitas
Prinsip evaluasi ini yaitu sebagian sampel diamati pada gelas objek secara
visual untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu krim dengan
menggunakan metode susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir lalu
diamati secara visual. Metodenya sampel diambil pada bagian atas, tengah
atau bawah. Sampel diletakkan pada gelas objek dan diratakan dengan gelas
objek lain hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan partikel yang
terbentuk diamati visual (FI III, Hal 33). Sediaan pasta yang dihasilkan
memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang sama di bagian
manapun
2. Evaluasi Organoleptis
Prinsip dari evaluasi ini yaitu diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai
dengan standar pasta yang bertujuan dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
dengan menggunakan metode:

a. Bau : mengenali aroma atau bau sediaan pasta dengan mencium


aroma sediaan.
b. Warna : melihat warna dari sediaan pasta
c. Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
d. Konsistensi : dirasakan konsistensi dari pasta
e. Penafsiran Hasil: Sediaan pasta yang dihasilkan akan memiliki bentuk
semisolid, warna putih dan berbau menthol serta konsistensinya lembut.

3. Evaluasi pH
Prinsip dari Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan potensiometri
yang bertujuan untuk dapat menentukan pH dari sediaan dengan
menggunakan metode penetapan pH dilakukan dengan cara potensiometri
atau kolorimetri. Semua larutan untuk penetapan pH menggunakan air bebas
karbondioksida p. pengukuran pada suhu 25˚C±2˚C, kecuali dinyatakan lain
dalam masing-masing (FI IV, hal. 1039). Sediaan pasta yang dihasilkan akan
memiliki pH 4,5-6,5

4. Uji Viskositas
Dilakukan dengan memasukan sampel pada wadah pada alat Rheometer
lalu di runningkan hingga keluar nilai viskositas sediaan

5. Uji Daya Sebar


Prinsip dari uji daya sebar dengan menggunakan lempeng kaca dan anak
timbangan gram yang bertujuan untuk mengetahui daya sebar pasta dengan
menggunakan metode pasta ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca
bundar bagian rengah diatas diberi anak timbangan sebagai beban dan
dibiarkan 1menit. Diameter pasta yang menyebar (dengan mengambil
panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi), diukur. 50 gram, 100 gram,200
gram, 300gram, 400 gram dan 500 gram digunakan sebagai beban, pada
setiap penambahan beban didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter
krim yang menyebar (Ansel, 1989). Daya sebar pasta dengan bertambahnya
beban akan bertambah besar pula diameternya.

8.4 Hasil Evaluasi


1. Uji Homogenitas
Pasta : Homogen, dibuktikan dengan tersebar merata nya pasta pada kaca
arloji dan tidak ada gumpalan gumpalan di dalamnya
2. Uji Organoleptis
Nama Bau Warna Rasa Bentuk Tekstur
sediaan
Pasta Khas Putih Menimbulkan Padat keras
Methyl tulang sensasi
Salisilate dingin

3. Uji PH

Gambar 1. Uji PH
Ph pasta Methyl Salisilate sebesar 5,5

4. Uji Viskositas
Viskositas pasta methyl Salisilate sebesar tidak terbaca (terlalu keras)
5. Uji Daya Sebar

Nama sediaan Pemberat 50 Pemberat 100 Pemberat 150


gram gram gram

Pasta 4 cm 4 cm 4 cm

9. HASIL PRAKTIKUM

10. PEMBAHASAN
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk
karena merupkan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan
maka digunakan salep penutup atau pelindung. Pada pembuatan sediaan pasta
digunakan bahan aktif yaitu Metil salisilat yang memiliki mekanisme
memberikan efek analgesic sehingga dapat menyembuhkan kekakuan dan
nyeri otot. Metil salisilat termasuk kedalam golongan analgesic dan
antiinflamasi topical. Cara pemberiannya, dioleskan pada daerah yang sakit 3
– 4 kali sehari sambil diurut lemah sehingga terserap ke dalam kulit.
Praktikum dengan tema pembuatan sediaan semisolid berupa pasta
terdiri dari formulasi metil salisilat (zat aktif), mentol (n-Hencerr), nipagin
(pengawet pada kompone air), nipasol (pengawet pada komponen minyak),
BHT (antioksidan), PEG&Gliserin (basis), aquadest (pelarut). Pada
pembuatan sediaan sediaan pasta ini menggunakan tipe minyak dalam air.
Dan dibuat dengan juamlah dua pot, yang mana masing-masing pot dengan
bobot 30 gram, setiap 30 gram tersebut mengandung bahan aktif metil
salisilat sebanayak 10%.
Langkah pertama dalam pembuatan dari sediaan pasta ini adalah
dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu ditimbang
masih-masing bahan sesuai jumlah perhitungan. Setelah itu dilanjutkan
dengan menggabungkan masing-masing bahan ke dalam fasenya masing-
masing, yaitu fase air dan fase minyak. Kemudian dipanaskan dengan
menggunakan penangas berupa bunsen. Setelah semua bahan tercampur
merata pada masing-masing fase, maka krim tersebut dipindahkan ke dalam
mortir untuk diaduk sehingga membentuk masa semisolid. Kemudian
dikemas dan dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan untuk menguji spesifikasi dari dari sediaan
pasta ini yaitu terdiri dari uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji
viskositas, dan uji daya sebar. Uji yang pertama yaitu uji homogenetas
dengan cara mengambil sampel lalu dioleskan pada kaca arloji, kemudian
diratakan pada kaca objek sehingga terbentuk lapisan tipis. Diperoleh hasil
yaitu sediaan pasta yang homogen. Hal ini telah sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa untuk mengetahui homogenitas dari sediaan pasta yaitu
dengan melihat tidak terdapatnya butiran kasar pada kaca gelas arloji (daud,
dkk, 2016).
Uji yang kedua yaitu uji organoleptik yang terdiri dari kriteria bau
khas metil salisilat, berwarna putih tulang, menimbulkan sensasi dingin
ketika dirasakan pada penggunaan kulit, berbentuk padat, dan bertekstur
keras. Sehingga dapat diketahui bahwa hasil uji organoleptik kurang sesuai
dengan karakteristik sediaan pasta sendiri yang seharusnya berbentuk
semisolid (padat&cair), dan bertekstur lembut. Untuk uji oraganoleptik ini
tidak terjadi perubahan fisik dari minggu sebelum dilakukannya evaluasi.
Selanjutnya uji pH, dimana dalam pengujian ini dilakuakn dengan
ditimbang masing-masing sampel sebnyak 2 gram kemudian dilarutkan
dengan 20 ml pelarut yang digunakan sebelumnya, dan di uji pH
menggunakan PH meter. Hasil yang diperoleh yaitu PH sebesar 5,5. Hal ini
telah sesuai dengan literatur yaitu menurut suciningsih (2015) yang
menyatakan bahwa pH pada sediaan pasta berkisar antara 1-6,8.
Untuk uji viskositas dilakukan dengan memasukkan sampel pada
wadah bawah alat Rheometer ± 2 gram, lalu di Run-kan alat Rheometer,
kemudian dibaca hasil yang muncul. Hasil nya tidak dapat dibaca karena
pasta yang diperoleh terlalu keras/padat. Uji yang terakhir yaitu uji daya sebar
dengan cara disiapkan kertas skala dan cawan petri, diambil sediaan 0,5 gram,
diletakkan cawan petri diatas skala, lalu diletakkan sediaan ditengah cawan
petri dan ditindihkan dengan cawan petri lainnya. Kemudian ditambahakan
pemberat diatasnya 50 gram, 100 gram, dan 150 gram. Hasil yang diperoleh
yaitu dengan panjang 4 cm. Hasil tersebut kurang sesuai dengan literatur
Ansel (1989), karena seharusnya semakin besar berat beban, maka akan
semakin besar pula panjang diameter penyebaran pasta yang dihasilkan
karena semakin beratnya daya tekan yang diberikan beban ke cawan petri dan
sediaan pasta.

11. KEMASAN SEDIAAN


11.1 Kemasan Primer
11.2 Kemasan Sekunder
11.3 Brosur

PSTMETISIL
Pasta Metil Salisilat
KOMPOSISI :
Tiap kemasan @30 gram pasta mengandung 10 % Metil
salisilat
INDIKASI :
Untuk mengatasi nyeri sendi, peradangan akibat terkilir,
meringankan keseleo, dan mengatasi nyeri otot.
DOSIS :
Oleskan pada kulit yang sakit 3-4 kali sehari.
PERHATIAN :
- Jangan diberikan pada ibu hamil dan menyesui.
- Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
EFEK SAMPING :
Iritasi lokal yang bersifat ringan sampai sedang, eritema,
ruam, deskuamasi pitiroid, pruritus
KONTRA INDIKASI :
Jangan diberikan pada pasien yang alergi terhadap metil
salisilat.
KEMASAN :
Dus, tube 30 gram
CARA PEMAKAIAN
Oleskan secara tipis dan merata pada bagian yang sakit.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Simpan pada suhu ruangan, terlindung sinar matahari langsung
Daftar Pustaka

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients,Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation, 697-699

Anief, M. 2000. Ilmu meracik obat teore dan praktek. Cetakan ke-9. Yogjakarta:
UGM press

Depkes RI. 1979. Formularium indonesia edesi III. Jakarta: departemen kesehatan
repuplik Indonesia

Depkes RI. 1995. Formularium indonesia edesi IV. Jakarta: departemen kesehatan
repuplik Indonesia

Lachman, L.A.L, dkk.1994. teori dan praktek farmasi industtri. Diterjemahkan


oleh: siti suvatmi. Universitas indonesia press: jakarta

Raharja, kirana. 2002. Obat-obat penting. PT Elex media komputindo: jakarta

Roth, J.H., dan Blaschke, G., 1998, Analisis Farmasi, Cetakan III, diterjemahkan
oleh Kisman, S., dan Ibrahim, S., Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan


Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima Cetakan Pertama. Penerbit PT Elex
Media : Jakarta

Underwood. 1997. Patologi Umum & Sistematik. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

You might also like