You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Asam Amino dan Protein

KELAS C

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA:

1. Aulia Tamara (201410410311134)


2. Chicy Anita H (201310410311078)
3. Gita Annisa Fadilah (201410410311107)
4. Rizky Haddi F. (201410410311022)
5. Ulifah Yulianti (201310410311199)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016
I. TUJUAN
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui cara mengidentifikasi sifat
dan reaksi asam amino dan protein.
II. TEORI UMUM
Protein adalah molekul besar (berat molekulnya dapat sampai beberapa
juta).Terdapat di semua makhluk hidup. Protein tersusun atas kira-kira 20
macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang
dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam
amino berikutnya.Protein pada umumnya diklasifikasikan atas daya larut dan
komposisi kimianya.
a. Simple protein
Merupakan protein yang hanya mengandung 1- -asam amino
atauderivatnya α.Contoh : albumin, globulin, glutelin, protamin,
albuminoid, histon, dan lain-lain.
b. Conjugated protein
Merupakan protein yang bergabung dengan zat lain yang bukan protein.
Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Contoh :
nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, metaloprotein, dan
lain-lain.
Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang
sama. Sebagai contoh : asam amino dan protein memiliki gugus asam dan basa.
Kelarutan protin dalam air juga berbeda, tergantung dari banyaknya ion positif
dan ion negative yang terdapat di dalam protein. Protein apabila dihidrolisis
akan terurai menjadi beberapa jenis asam amino. Aktivitas biologis dari protein
tergantung dari bentuk tiga dimensi asam amino penyusunnya.
Destruksi atas bentuk tiga dimensi suatu protein disebut denaturasi.
Bentuk tiga dimensi tergantung atas ikatan hidrogen, ikatan inter-ionik /
jembatangaram, dan ikatan disulfida. Suatu agen/zat-zat tertentu yang dapat
berinterferensi dengan ikatan hidrogen, ikatan intertonik dan ikatan disulfida
dapat mendenaturasi protein. Perubahan-perubahan yang terjadi pada protein
akibat dari denaturasi, antara lain adalah berkurangnya daya larut enzim,
hilangnya aktivitas protein (khususnya untuk enzim dan hormon), berubah atau
hilangnya antigen.
Asam amino dapat digolongkan menjadi 7 golongan atas dasar struktur
rantai samping R.
Golongan tersebut adalah:
1. Asam amino dengan rantai samping alifatik misalnya glisin, alanin,
valin, leusin, isoleusin.
2. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil
misalnya serin, treonin dan tirosin.
3. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung sulfur misalnya
sistein dan metionin.
4. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung gugus asam
atau amida, misalnya asam aspartat, asparagin, asam glutamate,
glutamine.
5. Asam amini dengan rantai samping yang mengandung gugus basa
misalnya arginin, lisin dan histidine.
6. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung cincin aromatic
misalnya fenilalanin, tirosin, triptofan.
7. Asam imino misalnya prolin, 4-hidroksiprolin
Asam amino yang tidak terdapat dalam molekul protein antara lain
adalah beta-alanin, taurin, gama-aminobutirat, ornitin, dan sitrulin.

Sifat-sifat asam amino antara lain:


1. Kristal putih yang larut dalam air, asam atau basa kuat.
2. Beberapa mempunyai rasa manis, ada yang mempunyai rasa tawar dan
ada pula yang pahit.
3. Mempunyai atom C simetris (kecuali glysin), sehingga mempunyai
sifat optis aktif.
4. Bersifat amfoter.
5. Pada pH isoelektrik, asam amino tidak bergerak dalam medan listrik.
Asam amino yang diperlukan dalam tubuh dibagi atas 2 kelompok :
a. Asam amino essensial yaitu asam amino yang mutlak harus ada dalam
makanan karena tidak dapat disintesis oleh tubuh. Contoh : triptofan,
fenilalanin, lisin, treonin, valin, metionin, isoleusin.
b. Asam amino non-essensial yaitu asam amino yang dapat disintesis oleh
tubuh sendiri. Asam amino ini juga terdapat dalam makanan sebagai
sumber nitrogen.

III. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Alat
 Tabung reaksi + rak  Kertas saring
tabung reaksi  Batang pengaduk
 Pipet tetes  Gelas ukur
 Beaker glass  Pembakar spiritus
 Penangas air  Kaki tiga dan kasa
 Corong
B. Ragensia/Bahan
 Albumin 2%  HNO3 pekat
 Kasein 0.2%  Larutan alkali pekar
 Putih telur (NaOH atau NH4OH)
 Fenol 2%  HgCl2 2%
 Serbuk albumin  Pb-asetat 2%
 Urea  FeCl3 2%
 Aquadest
 Pereaksi millon
 H2SO4 pekat
 Larutan Hopkins-cole
 Larutan (NH4)2SO4
 Larutan ninhidrin 0.1%
 NaOH 10%
 Larutan CuSo4
IV. SKEMA KERJA
1. Test Hopkins-cole

2. Test Ninhidrin

3. Test Xanthoprotein
4. Test Logam Berat

5. Test Biuret
V. PELAKSANAAN
1. Test Hopkins cole
Prinsip:
Pereaksi yang digunakan mengandung asam glioksilat. Triptofan
berkondensasi dengan aldehida dan dengan asam pekat membentuk
kompleks berwarna dari jenis asam 2, 3, 4, 5-tetrahidro-karbolin-4-
karboksilat.
Prosedur:
 Campurlah 2 ml larutan albumin 2%, kasein, dan putih telur
dengan larutan Hopkins-cole 1ml.
 Tambahkan dengan hati-hati melalui dinding tabung asam sulfat
pekat 10 tetes.
 Amati warna yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan
2. Test Ninhidrin
Prinsip:
Semua asam amino alfa bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehid
dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan Co2.
Disamping itu, terbentuk kompleks berwarna biru yang disebabkan
oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam
amino tersebut dioksidasi. Garam-garam ammonium, amina, peptide,
dan protein juga bereaksi tetapi tanpa melepaskan CO2 dan NH3.
Prosedur:
 Dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan (NH4)2SO4,
albumin 2%, kasein 0.2%, dan putih telur.
 Ditambah 0.5 ml larutan ninhidrin 0.1%.
 Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit.
3. Test Xanthoprotein
Prinsip:
Reaksi ini berdasarkan nitrasi inti benzene yang terdapat dalam
molekul protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan
dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya
menjadi lebih tua atau menjadi jingga.
Prosedur:
 Campurlah 2 ml larutan albumin 2% dengan 1 ml HNO3 pekat.
 Perhatikan terbentuknya endapan berwarna putih.
 Panaskan hati-hati, endapan akan larut kembali dan larutan
tersebut akan berubah menjadi kuning.
 Dinginkan dibawah kran dengan hati-hati (tetes demi tetes)
tambahkan larutan alkali pekat (NaOH atau NH4OH).
 Ulangi percobaan dengan larutan kasein, larutan fenol 2% dan
larutan putih telur.
4. Test Logam Berat
Prinsip:
Apabila protein direaksikan dengan logam berat, maka protein akan
mengalami koagulasi.
Prosedur:
 Kedalam 3 ml larutan albumin 2% tambahkan 5 tetes larutan
HgCl2.
 Ulangi percobaan dengan menggunakan Pb Asetat 2% dan
FeCl3 2%.
5. Test Biuret
Prinsip:
Merupakan tes umum yang baik untuk protein. Warna yang terbentuk
kemungkinan berasal dari kompleks antara ion Cu2+ dengan gugus –
CO dan –NH ikatan peptida dalam suatu alkalis.
Prosedur:
 Albumin 2%, kasein 0.2%, putih telur dan fenol 2% diletakkan
dalam tabung reaksi.
 Tambahkan 1 ml NaOH pada masing-masing tabung.
 Berikan 1 tetes CuSO4 (pemberian pertama).
 Berikan 2 tetes CuSO4 (pemberian kedua).
 Amati perubahan warna yang terjadi.
VI. HASIL PENGAMATAN
1. Test Hopkins-cole
Larutan Uji Pengamatan Hasil
Albumin 2% Cincin ungu samar-samar larutan bawah putih
+
jernih
Kasein 2% Cincin ungu, larutan bawah putih jernih +
Putih telur Cincin ungu dan larutan bawah merah violet +
Pereaksi Hopkins-cole terdiri dari asam glikosilat dalam H2SO4 pekat.
hasil positif dari test ini ditunjukkan oleh timbulnya cincin ungu yang
disebabkan karena adanya triptofan. Warna ungu ini ditimbulkan oleh gugus
indol yang terkandung dalam triptofan. Dari hasil percobaan menunjukkan
bahwa semua zat uji memberikan hasil yang positif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa asam amino triptofan terdapat dalam kasein, albumin dan
putih telur.
2. Test Ninhidrin
Larutan Uji Pengamatan Hasil
Albumin 2% Larutan biru keunguan +
Kasein 2% Larutan biru, ada endapan biru +
(NH4)2SO4 Larutan putih jernih +
Putih telur Larutan biru keunguan, ada endapan putih
+
dilapisan bawag
Reaksi ini merupakan reaksi deaminasi serta dekarboksilasi dan
menghasilkan gas CO2, gas NH3, hidrindatin dan suatu aldehida yang
mempunyai jumlah atom C kurang satu dari asam amino semula. Gas NH3
dibebaskan dan hidrindatin akan bereaksi kembali dengan ninhidrin dan
menghasilkan suatu senyawa kompleks diketohidrindilena diketohidrinamina
yang berwarna ungu atau biru.

Prolin dan hidroprolin memberikan warna kuning. Semua asam -


amino, peptide danα protein akan memberikan warna ungu atau biru dengan
ninhidrin. Disamping asam -α amino, persenyawaan amina yang lain juga
akan bereaksi dengan ninhidrin dan menghasilkan senyawa yang berwarna
biru. Tetapi pada reaksi yang terakhir ini tidak akan melepaskan CO2. Dari
percobaan yang kami lakukan didapatkan albumin 2%, kasein 0,2% dan putih
telur memberikan hasil positif, sedangkan (NH4)2SO4 memberikan hasil yang
negatif. Hal ini dikarenakan (NH4)2SO4 merupakan garam amonium yang jika
bereaksidengan ninhidrin tidak melepaskan CO2, sehingga hasil yang didapat
adalah larutan jernih. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa albumin,
kasein dan putih telurtermasuk kedalam asam α-amino.Warna yang terbentuk
adalah ungu atau biru. Gugus yang memberikan hasil positif dalam test
ninhidrin adalah asam α-amino. Gugus tersebut dimiliki oleh albumin 2%,
kasein 0,2 % dan putih telur.

3. Test Biuret
Larutan Uji Pengamatan Hasil
Albumin 2% Larutan berwarna ungu +
Kasein 2% Larutan biru keunguan, ada partikel-partikel biru
+
muda
Putih telur Larutan atas berwarna biru keunguan, lapisan
+
bawah berwarna putih
fenol Larutan keunguan, ada partikel-partikel biru
+
muda
Test biuret merupakan reaksi yang spesifik untuk persenyawaan yang
memiliki paling sedikit dua ikatan peptide. Pereaksi biuret terdiri atas larutan
NaOH 10% dan larutan CuSO4. Apabila protein ditambahkan dengan
pereaksi biuret, maka akan dihasilkan larutan berwarna biru keunguan. Dari
hasil percobaan, baik albumin 2%, kasein 0,2% maupun putih telur
memberikan hasil yang positif dengan membentuk larutan berwarna biru
keunguan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa albumin 2%, kasein 0,2%, dan
putih telur memiliki sedikitnya 2 ikatan peptide. Sedangkan pada urea,
walaupun urea bukan merupakan golongan protein, namun karena urea
memiliki gugus –NH2 seperti pada protein maka akan terbentuk warna ungu
sebagai hasil reaksi antara Cu2+ dengan –NH. Oleh karena itu, urea
memberikan hasil positif pada uji biuret.pada pemanasan urea akan terbentuk
gelembung gas yang mengeluarkan bau menyengat. Bau menyengat tersebut
berasal dari gas NH3 (amoniak) Warna yang terbentuk adalah warna biru
keunguan. Kelebihan CuSO4 harus dihindari karena Cu2+ berwarna biru
intensif. Jika berlebihan, akan mengakibatkan warna ungu terkalahkan,
sehingga hasilnya menjadi negatif. Selain itu, Cu merupakan logam berat,
sehingga jika penggunaannya terlalu banyak maka albumin akan
terdenaturasi membentuk koagulan. Pada suasana alkalis, akan terbentuk
Cu(OH)2 dari reaksi:
4. Test Xanthoprotein
Larutan Uji Pengamatan Hasil
Albumin 2% Kuning +
Kasein 2% Kuning +
Putih telur Kuning +
fenol Jingga +
Reaksi pada Xanthoprotein berdasarkan nitrasi inti benzene yang
terdapat di dalam molekul protein dengan pereaksi HNO3 pekat. Senyawa
nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam lingkungan alkalis akan
terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih tua (jingga). Asam
amino yang memberikan hasil positif terhadap Xanthoprotein adalah asam
amino fenilalanin, triptofan, dan tirosin, karena ketiganya mengandung inti
benzene.
Reaksi:
5. Test Logam Berat
 Albumin + HgCl2, Albumin + Pb Asetat, Albumin + FeCl3

 Putih Telur + HgCl2, Putih Telur + Pb Asetat, Putih Telur + FeCl3


 Kasein + HgCl2, Kasein + Pb Asetat, Kasein + FeCl3

 Fenol + HgCl2, Fenol + Pb Asetat, Fenol + FeCl3


VII. PEMBAHASAN
 Hopkins
Pereaksi dalam uji ini mengandung asam glioksilat, uji ini
merupakan uji spesifik terhadap asam amino yang bergugus indol
(triptofan). Sampel-sampel pada saat pengujian dengan pereaksi ini yang
memberikan hasil positif adalah putih telur dan fenol. Cincin ungu yang
terbentuk pada sampel yang positif disebabkan pereaksi yang terdiri dari
asam glioksilat dalam asam sulfat. Asam sulfat berperan sebagai oksidator
kuat agar terbentuk cincin ungu.
 Ninhidrin
Pereaksi ninhidrin digunakan untuk uji asam amino yang gugus
aminonya tidak terikat, pada larutan uji albumin A dan albumin V
membentuk warna biru keunguan karena larutan ini dapat bereaksi dengan
ninhidrin. Hal ini menunjukkan larutan uji tersebut mempunyai gugus
asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna.
Semakin banyak ninhidrin pada larutan uji yang dapat bereaksi, semakin
pekat warnanya. Selain itu, asam amino alfa yang bereaksi dengan
ninhidrin membentuk aldehid dengan satu atom C lebih rendah dan
melepaskan NH3 dan CO2, disamping itu terbentuk komplek berwarna biru
yang disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH3
setelah gugus amino tersebut dioksidasi. Garam-garam ammonium, amina,
peptide dan protein juga bereaksi tetapi tidak melepaskan NH3 dan CO2.
 Xantoprotein
Prinsip reaksi ini berdasarkan nitrasi inti benzene yang terdapat
dalam molekul protein, senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan
dalam lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warna menjadi
lebih tua/ jingga. Pada larutan uji Albumin, putih telur, dan fenol
menunjukkan warna kuning yang berarti bahwa pada larutan tersebut
terdapat turunan nitro benzene. Fungsi dari uji ini yakni untuk mendeteksi
keberadaan asam amino yang mengandung inti benzene pada gugus
sampingnya seperti: tirosin, triptofan, danfenilalanin. Pada hasil
pengamatan diperoleh bahwa seluruh sampel mengandung asam amino
yang memiliki gugus benzene dirantai sampingnya. Hal ini ditunjukkan
oleh warna yang terbentuk pada tiap larutan uji setelah penambahan NaOH
pekat. Fungsi dari HNO3 adalah sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi
karena inti benzene dari asam amino akan bereaksi dengan HNO3 dan
menghasilkan campuran berwarna kuning. Uji xanthoprotein untuk
menguji kandungan asam amino tirosin, triptofan, dan fenilalanin atau
asam amino lain yang mengandung inti benzene pada gugus samping
dalam suatu protein.
 Logam berat
Prinsip dari reaksi ini yakni apabila protein direaksikan dengan
logam berat, maka akan mengalami koagulasi. Pada larutan uji yang
digunakan menunjukkan hasil positif yakni pada sampel uji albumin, putih
telur mengalami koagulasi. Setelah ditambahkan dengan logam berat
berupa HgCl2 kecuali pada fenol tidak mengalami koagulasi.
 Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam
suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya
protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui
ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang
terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan
dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut
melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi. Uji biuret
biasa digunakan untuk uji protein secara umum. Uji biuret akan
menunjukkan hasil negatif pada asam amino bebas karena tidak memiliki
ikatan peptida.Pada uji biuret dihasilkan warna violet/ungu. Hal ini
disebabkan penambahan CuSO4sehingga terbentuk kompleks antar
Cu2+dengan gugus amino dari protein. makin kuat intensitas warna ungu
yang dihasilkan ini menunjukan makin panjang ikatan peptidanya. Dengan
perubahan warna ungu yang diperoleh ini menunjukan bahwa uji ini positif
terhadap biuret.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
 Test Hopkins-Cole: positif apabila cincin warna ungu yaitu albumin
dan putih telur. Hopkins-cole positif terhadap asam ammino
triptofan.
 Test Ninhidrin: positif pada asam amino alfa dan membentuk warna
biru keunguan. Dan yang memberikan hasil positif adalah albumin,
putih telur.
 Test Xanthoprotein : positif pada asam amino yang mengandung inti
benzena. Hasil positif diberikan pada albumin, putih telur dengan
warna kuning.
 Test Pengaruh Logam Berat: digunakan reagen FeCl3 dengan positif
apabila mengalami koagulasi. Hasil positif dari praktikum ini
Albumin, putih telur.
 Test Uji Biuret: dapat disimpulkan bahwa putih telur mengandung
protein. Ini ditunjukkan saat ditambahkan larutan NaOH tetap
bening. Kemudian ditambahkan larutan CuSO4 sehingga terjadinya
perubahan warna menjadi ungu.
DAFTAR PUSTAKA
Murray RF; Granner; Rodwell V. Biokimia Harper edisi 25. Penerbit buku kedokteran.
Jakarta:1995.
Dra Azizahwati. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium Biokimia Jurusan
Farmasi FMIPA UI: 2006

You might also like