You are on page 1of 5

Agroindustri.

org - Produk agroindustri sangat identik dengan produk olahan


makanan. Begitu juga di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama
islam, hal ini menjadi fokus dan tantangan tersendiri bagi para pelaku agroindustri
untuk menciptakan produk yang halal dan mengandung banyak nilai gizi. Lantas
seperti apakah Agroindustri Halal tersebut?. Dalam hal penanganan produk serta
keamanan pangan bahkan ada satu bidang khusus yang menangani masalah
sertifikasi halal yang nantinya akan berurusan dengan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) untuk produk yang diedarkan di dalam negeri, serta masih ada lembaga-
lembaga sertifikasi lainnya jika produk tersebut dijual di luar negeri.

Beberapa syarat atau acuan dalam menentukan produk agroindustri itu halal atau
tidak, yang paling awal bisa kita lihat yaitu pada proses pengambilan bahan baku
atau sumber bahan baku. Sebagai contoh dalam kasus indikasi penggunaan minyak
babi dalam proses pembuatan penyedap rasa beberapa tahun yang lalu. Kasus ini
sempat heboh lantaran berhasil memecah dua kubu lembaga sertifikasi halal di
negeri ini, satu pihak mengatakan bahwa minyak babi dalam proses pembuatan
MSG tersebut sudah melalui beberapa tingkat proses sehingga kadar minyak babi
menjadi sangat sedikit bahkan hilang di produk akhir, karena minyak babi hanya
berfungsi sebagai pereaksi. Sedangkan dilain pihak menyatakan berlawanan
meskipun hasil pemeriksaan kandungan penyedap rasa yang dikonsumsi
masyarakat dinilai sudah tidak mengandung minyak babi namun jika sejak proses
awal menggunakan minyak babi maka produk tersebut dinyatakan haram.

Agroindustri Halal Adalah?

Menurut Purnomo (2011), agroidustri halal adalah bagian atau salah satu sub-sistem
agribisnis yang memperoleh dan atau mentransformasikan bahan-bahan hasil
pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi, yang selama
prosesnya, baik itu pemotongan hewan, penggunaan bahan baku, mekanisme,
sumber keuangan dan atau manejemennya mempertimbangkan hukum Islam untuk
menciptakan produk yang baik dengan pemenuhan terhadap persyaratan kemanan
secara religious khususnya bagi umat muslim (spiritual safety concern), serta
secara umum memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kesehatan (quality and
health concern) yang dapat dikonsumsi atau digunakan oleh umat Muslim ataupun
non-Muslim, dimana tidak terdiri dari unsur-unsur yang diharamkan, najis atau
bercampur najis.

Dalam pengembangan pasar produk agroindustri halal, kecermatan terhadap


kondisi bisnis dan perdagangan produk agroindustri halal yang meliputi elemen-
elemen konsumen, produk, maupun praktik perdagangan perlu dicermati.
Terdapatempat hal yang penting dalam menentukan potensi pasar produk-produk
agroindustri halal yaitu kondisi permintaan produk saat ini dan yang akan datang,
kompetisi internal dan struktur industri, adaptasi pasar terhadap rasa, pilihan, dan
lainnya serta hambatan tarif dan non tarif di wilayah domestik maupun global.

Kecermatan pemasaran produk terhadap keinginan dan kepuasan konsumen


merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan dan mempertahankan
pasar produk agroindustri halal. Konsumen mengharapkan produk agroindustri halal
bermutu tinggi dengan harga kompetitif. Pemenuhan terhadap kesesuaian keinginan
konsumen perlu diutamakan, sehingga produsen maupun pelaku bisnis perlu
memahami karakteristik permintaan terhadap produk halal.

Cakupan produk agroindustri halal meliputi produk-produk bernilai tambah yang


diolah sebagai produk makanan halal atau bahan konsumtif yang halal dimakan atau
digunakan, adalah jawaban atas permintaan pasar yang besar terutama bagi
negara-negara berpenduduk muslim. Potensi yang dimiliki dan tren dunia akan
meningkatnya kesadaran konsumen muslim terhadap produk-produk halal dan
tumbuhnya jumlah penduduk muslim yang mencapai 1,8 miliar jiwa dari 6,5 miliar
jiwa penduduk dunia semakin menguatkan permintaan akan produk-produk halal
internasional. Perkembangan produk halal tidak hanya terjadi di negara-negara yang
mayoritas penduduknya Islam saja tetapi juga di negara-negara barat, karena
perusahaan-perusahaan internasional yang berpusat di negara-negara tersebut kini
menggunakan konsep halal sebagai salah satu strategi bisnis dan pemasarannya.
Hal tersebut dilakukan, mengingat secara global, pasar halal dunia sangat
menjanjikan, dan diperkirakan mencapai sekitar 12 persen dari total perdagangan
global produk pangan dan pertanian dengan nilai antara USD 347-500 milyar per
tahun (Che-Man, 2006).

Dengan besarnya pertumbuhan rata-rata pasar produk halal yang mencapai tujuh
persen per tahun dan diperkirakan mencapai dua kali lipat di beberapa negara Asia
dengan jumlah penduduk muslim besar seperti Indonesia, Republik Rakyat China,
Pakistan dan India dalam 10 tahun ke depan (Sungkar, 2009), maka banyak negara
muslim maupun non muslim berupaya mengembangkan dan meningkatkan produksi
produk halal untuk mengisi pasar dunia. Hal ini menjadi suatu masalah yang serius
jika potensi masyarakat muslim Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara lain.
Keadaan tersebut juga sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia agar dapat
memanfaatkan pertumbuhan pasar halal dunia untuk menyiapkan produk halal yang
dapat diserap dalam memenuhi kebutuhan produk halal yang semakin meningkat.

Dengan semakin berkembangnya pasar pangan halal global, berbagai negara telah
membangun strategi untuk memasuki, memanfaatkan peluang dan
mengembangkan bisnis pangan halal domestik, regional maupun global. Upaya
pengembangan produk dan pasar halal global salah satunya dilakukan dengan
membangun jalinan kerjasama berupa Global Halal-Hub. Bagaimanakah kesiapan
Indonesia dalam menghadapi perkembangan agroindustri halal global? Mari kita
bangun berasama.
Disampaikan pada Dialog Nasional:
Mewujudkan Kedaulatan Pangan Melalui Kebijakan Impor dan Subsidi yang Tepat
Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, 8 Oktober 2014
(tema seminarnya saya rasa kurang tepat, ngomongin kedaulatan pangan kok ada embel-embel kebijakan
Impor, tapi liat aja yuk hasil seminarnya)

Berbicara mengenai kedaulatan pangan, kita perlu


mengingat Amanat UU No 18/2012 Tentang Pangan Pasal 3 yang berbunyi Penyelenggaraan Pangan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata dan berkelanjutan
berdasarkan: Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan dan Ketahanan Pangan. Tapi seberapa besar
ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan?

Data Ekspor dan Impor Semester I 2014 pada sub sektor Tanaman Pangan diperoleh data Ekspor sebesar
148.031 ton dan Impor 6.907.586 ton (Sumber BPS).
Kalo kita lihat data tersebut cukup mengerikan ya.. mengingat negara kita "Tanah Surga" katanya.

Lalu bagaimana melindungi produk pertanian domestik?


Perdagangan produk pertanian antar negara menjadi bagian dari kerangka perjanjian World Trade
Organization (WTO) tahun 1995, yang diikat dalam bentuk Agreement on Agriculture (AoA). Tiga pilar yang
menjadi acuan dan komitmen negara anggota WTO: Akses Pasar (market access), Subsidi Ekspor (export
subsidies), dan Dukungan Domestik (domestic support). Negara berkembang yang tergabung dalam G-33 belum
sepenuhnya setuju dengan kesepakatan yang mengatur ketiga pilar tersebut.

Strategi yang ditawarkan Indonesia dalam forum WTO dalam melindungi produk domestik dari serbuan produk
pertanian Impor ialah bersifat defensive dan offensive, yang diperjuangkan bersama dengan kelompok negara
berkembang (G-33). Untuk strategi defensive, dalam konteks akses pasar, ada dua instrumen penting yang
digunakan: Special Products (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM)
Untuk strategi offensive, dilakukan dengan negosiasi dalam pengurangan atau penghapusan domestic
support dan export subsidies oleh negara-negara maju sebagai upaya untuk meningkatkan akses pasar ke
negara tujuan ekspor dari negara-negara berkembang.

Special Products :

 Produk-produk pertanian tertentu yang mendapat perlakuan khusus dari kewajiban penurunan tarif.
 Tarif produk yang bersangkutan dikurangi dengan besaran yang lebih rendah daripada besaran
pengurangan tarif yang diberlakukan dalam pilar akses pasar serta periode implementasinya lebih lama.
 Bertujuan melindungi dan memperkuat produksi pangan di negara berkembang terutama pangan pokok
untuk ketahanan pangan, mendorong percepatan pembangunan pedesaan dan mempercepat
pengentasan kemiskinan dan kelaparan

Special Safeguard Mechanism


 Tindakan darurat terhadap impor produk yang secara kuantitas mengalami peningkatan secara absolut
maupun relatif terhadap produk domestik, yang menyebabkan kerugian serius atau ancaman kerugian
serius terhadap industri di dalam negeri yang memproduksi produk tersebut atau produk yang
berkompetisi langsung.
 Pemicunya dapat berupa peningkatan jumlah impor dan atau penurunan harga yang tiba-tiba.
 Tidak membutuhkan pembuktian korban kerugian dan juga tidak menuntut harus ada imbalan pada
pihak korban.

Dukungan Domestik (Domestic Support)


Amber Box : merupakan subsidi atau bantuan yang mempunyai dampak terhadap perdagangan dan produksi,
seperti subsidi input dan dukungan harga
Green Box : perlakuan yang tidak mengganggu perdagangan dan produksi, seperti bantuan untuk penelitian,
pengendalian OPT, infrastruktur dan pemasaran
Blue Box : merupakan pembayaran langsung kepada petani sebagai kompensasi dalam program pembatasan
produksi
De minimis : dukungan yang diberikan oleh negara untuk para produsen berdasarkan total nilai produksi
pertanian domestik, untuk produk spesifik dan non produk spesifik

Subsidi Ekspor (Export Subsidies)


Kompetisi ekspor berasal dari subsidi ekspor yang diberikan kepada produsen produk ekspor, sedangkan
Subsidi Ekspor merupakan kompensasi langsung atau tidak langsung dari pemerintah kepada perusahaan
swasta untuk meningkatkan ekspor produk pertanian yang terdiri dari pembiayaan untuk ekspor, promosi ekspor,
keringanan pajak dan bentuk bantuan lainnya yang dapat mengakibatkan biaya lebih rendah daripada biaya
normal untuk produk ekspor tersebut.
Penghapusan subsidi ekspor diharapkan akan dapat meningkatkan harga produk pertanian di pasar
internasional.

Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Halal


Untuk melindungi serbuan produk pertanian impor, WTO juga mengatur penggunaan instrumen SPS. SPS
merupakan hak setiap negara untuk menerapkan standar kesehatan dan keamanan (health and safety
standards). Menurut pertimbangan ilmiah SPS tidak boleh dipakai sebagai hambatan perdagangan, dan harus
menggunakan standar internasional. Persyaratan halal bisa digunakan untuk mencegah masuknya produk yang
tidak diinginkan, walaupun tidak menjadi kesepakatan WTO.

Opsi perlindungan lainnya ialah dengan bermodalkan “Paket Bali” Indonesia "mungkin" dapat melindungi
produk pertanian domestik dengan menerapkan tarif tinggi untuk produk yang masuk kategori SP, menerapkan
SSM contohnya seperti pelarangan impor saat panen raya (harga jatuh), menerapkan SPS yang ketat,
menerapkan sertifikat halal (sertifikat halal pun ini masih dicampuradukkan dengan unsur politik), dan untuk
benih tanaman, hanya dapat diimpor bila varietas benih sudah dilepas oleh Menteri Pertanian, opsi terakhir ialah
dengan pemberian subsidi.

You might also like