You are on page 1of 41

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR – DASAR TEKNOLOGI BUDIDAYA

OLEH :

FITRISYA INDRIANA

1506120720

AGRIBISNIS – B

ASISTEN DOSEN :

PINGKO ABDIANTA TARIGAN

PRILIYONNE DEAN HANDOKO

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Praktikum Dasar – Dasar Teknologi

Budidaya.

Laporan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan untuk menyelesaian

mata kuliah praktikum Dasar-Dasar Teknologi Budidaya. Penyusun menyadari

bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi

kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 8 Mei 2016

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 5

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7

2.1 Tanaman Jagung ....................................................................................... 7

2.2 Stek ......................................................................................................... 10

2.3 Cangkok .................................................................................................. 15

2.4 Sambung Pucuk ...................................................................................... 18

METODE PRAKTIKUM ..................................................................................... 22

3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................. 22

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 22

3.3 Cara kerja ............................................................................................... 22

3.3.1 Budidaya Tanaman Jagung ............................................................. 22

3.3.2 Stek.................................................................................................. 23

3.3.3 Cangkok .......................................................................................... 24

3.3.4 Sambung pucuk ............................................................................... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 26

4.1 Hasil........................................................................................................ 26

4.1.1 Tanaman Jagung.............................................................................. 26

4.1.2 Stek.................................................................................................. 27

3
4.1.3 Cangkok .......................................................................................... 28

4.1.4 Sambung Pucuk ............................................................................... 28

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 29

PENUTUP ............................................................................................................. 32

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 32

5.2 Saran ....................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

LAMPIRAN .......................................................................................................... 35

DOKUMENTASI ................................................................................................. 36

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dasar budidaya tanaman merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang

pertumbuhan tanaman dari sifat genetik, faktor iklim, tanah dengan pertumbuhan

tanaman, pupuk dan sifat – sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

peranan benih dan zat tumbuh, pemasakan tanaman dalam kaitannya dengan umur

panen, pengelolaan lingkungan tanaman, pola tanam serta pengendalian hama,

penyakit dan gulma.

Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani yaitu

kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu

areal lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya. Dapat disimpulkan bahwa

kegiatan budidaya ini adalah suatu usaha yang bermanfaat dan memberi hasil.

Usaha budidaya tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau media

lainnya disuatu lahan untuk membesarkan tanaman dan memanen bagiannya yang

bernilai ekonomis. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang,

tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomis. Kegiatan budidaya

tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal dengan nama bercocok

tanam.

Kegiatan budidaya yang dilakukan pada saat praktikum dasar – dasar

teknologi budidaya adalah budidaya tanaman jagung (Zea Mays L), selain itu

kegiatan yang dilakukan yaitu memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan

teknik stek, cangkok dan sambung pucuk. Vegetatif merupakan salah satu cara

perbanyakan tumbuhan yang di lakukan secara tidak kawin atau secara aseksual.

5
Mencangkok atau percangkokan merupakan perbanyakan dengan

mengelupas kulit batang dan membungkusnya dengan plastik atau lainnya yang

berisi tanah agar dapat tumbuh akar. Dalam percangkokan ini sebaiknya lakukan

pemilihan indukan yang berkualitas dan juga menghasilkan produksi yang baik.

Contoh tanaman percangkokan mangga, rambutan, sawo dan lain sebagainya.

Stek merupakan perbanyakan yang di lakukan dengan cara memiliki

batang dari indukan yang kuat dan tahan hama dan penyakit, serta bagian atas di

lakukan pengikisan atau pembelaan lalu masukan tanam yang memiliki kualitas

produksi baik, dan lakukan pengikatan. Contah tanaman mawar, kembang sepatu

dan lain sebagainya.

Sambung pucuk merupakan perbanyakan dengan menyatukan tanaman

batang bawah dengan batang atas satu varietes. Bertujuan untuk menghasilkan

satu sifat dan juga meningkatkan produksi tanaman. Contoh tanaman durian, kopi

dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan pembudidayaan tanaman terutama tanaman

jagung (Zea Mays L).

2. Mahasiswa dapat melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif

dengan teknik stek, cangkok dan sambung pucuk.

3. Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari perbanyakan

tanaman secara vegetatif terutama pada stek, cangkok dan sambung pucuk.

4. Mahasiswa mengetahui cara dan manfaat melakukan perbanyakan

tanaman secara vegetatif.

6
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam sistematika taksonomi tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Division:Spermatophyta,

Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Family:

Poeceae (Graminae), Genus: Zea, Spesies: Zea mays L. (Iriani, Yasin dan Takdir,

2002).

Jagung adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae

yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang

anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri

atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama

lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim

terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah

daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh

genotipe, lama penyinaran, dan suhu. (Nuning, Syafruddin, Efendi, dan Sunarti,

2007).

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.meskipun tanaman jagung

umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai

tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas

sebelum bunga jantan.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

7
cukup dewasa muncul kar adventif dari buku – buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas – ruas, ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara

pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang

daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun

jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia poaceae. Setiap stoma

dikelilingi sel – sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel – sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu

tanaman. Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku poaceae,

yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae. Bunga

jantan tumbuh dibagian puncak tanaman, berupa karangan bunga. Serbuk sari

berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.

Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya,

satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun

memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan

lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga

jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini daripada

bunga betinanya (protandri).

8
Syarat Tumbuh

Tanaman jagung menginginkan curah hujan tinggi berkisar antara 500 - 700

mm per tahun. Cekaman akar paling kritis terjadi selama pembentukan rambut

dan pengisian biji. Kekeringan air dalam waktu singkat biasanya dapat ditoleransi,

dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkembangan biji. Kekeringan air yang

berkepanjangan setelah penyerbukan secara nyata menurunkan bobot kering biji.

Pertumbuhan biji sebagian mobilisasi asimilat yang tersimpan di batang

keseluruhan, tanaman agak tahan terhadap kekeringan, tetapi peka terhadap

draenase tanah yang jelek dan tidak tahan genangan (Aqil, Firmansyah dan Akil,

2008).

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tanaman jagung mampu

beradaptasi terhadap sebaran iklim yang bervariasi, suhu optimum yang

diperlukan tanaman jagung untuk dapat tumbuh dengan baik berkisar antara 24–

30 oC. Jagung merupakan tanaman C4 yang sangat memerlukan sinar matahari

penuh untuk dapat berfotosintesis secara sempurna. Jagung menghendaki keadaan

cuaca yang cukup panas bagi pertumbuhannya, dimana tanaman jagung

memerlukan panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri

pembuahannya (Muhadjir, 1988).

Jagung dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah

pegunungan) yang memiliki ketinggian dibawah 1.600 m dari permukaan laut

(dpl). Umumnya jagung yang ditanam pada ketinggian kurang dari 800 m dpl

akan memberikan hasil yang tinggi, jagung yang ditanam di tanah dengan

ketinggian antara 800 m sampai 1.200 m dpl juga masih dapat berproduksi dengan

baik (Iriani et al., 2002).

9
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai

jenis tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung, tetapi jagung yang

ditanam pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberikan hasil

dengan baik. Untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung dibutuhkan pH

5,5 - 6,5. Tanah yang bersifat asam yaitu pH kurang dari 5,5 dapat diberikan

pengapuran (Arief, 2009).

Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam.

Keadaan kering pada waktu penanaman adalah jelek, baik bagi pertumbuhan

selanjutnya maupun bagi pembuahannya. Demikian pula keadaan yang terlalu

basah tidak menguntungkan tanaman karena cenderung dapat mengundang

berbagai penyakit. Pada tanah yang terlalu lembab penanaman hendaknya diatur

sedemikian rupa agar buah jagung cukup matang untuk dipanen pada awal musim

kering, supaya hasil panen dapat segera dikeringkan agar terhindar dari jamur

yang dapat menurunkan kualiats (Aqil et al., 2008).

Tanaman jagung membutuhkan hara dalam jumlah besar, mempunyai akar

serabut yang menyebar dangkal dan kurang toleran terhadap kandungan air

berlebihan, menghendaki butiran tanah yang berukuran halus pada lapisan

permukaannya. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat

ditanami jagung dengan arah barisan melintang searah kemiringan tanah supaya

tidak terjadi erosi apabila terjadi hujan (Suprapto dan Marzuki, 2004).

2.2 Stek

Menyetek merupakan salah satu pembiakan vegetatif buatan yang

memperlakukan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan

10
tunas dengan maksud organ tersebut membentuk agar yang selanjutnya menjadi

tanaman baru yang sempeuna dalam waktu relatif singkat serta memiliki sifat

yang serupa dengan induknya. Proses penyetekan cukup mudah yaitu dengan

memeotong bagian tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam

untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian

ujung sebaiknya berada berapa milimeter dari mata tunas, sedangkan pemotongan

stek bagian pangkal harus meruncing dan menyentuh bagian mata tunas, dengan

demikian nantinya stek yang diharapkan akan berhasil (Aak, 1991).

Perbanyakan dengan cara stek adalah dengan menumbuhkan potongan

atau bagian tanaman seperti akar, batang, atau pucuk sehingga menjadi tanaman

baru. Dengan kata lain stek atau potongan adalah menumbuhkan bagian tanaman,

sehingga menjadi tanaman baru. Umumnya tanaman yang distek adalah tanaman

jenis bunga dan buah, karena kedua tanaman tersebut mempunyai peluang pasar

yang besar baik dari segi produksi maupun pada saat pembibitan (Yustina, 1994).

Keuntungan yang didapat dari tanaman yang berasal dari bibit stek, yaitu:

 Tanaman baru mempunyai sifat yang sama persis dengan induknya,

terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya.

 Tanaman cepat berbunga atau berbuah, walaupun tanamannya masih

pendek.

 Tanaman asal stek dapat ditanam pada tempat yang permukaan air

tanahnya dangkal, karena tanaman asal stek tidk mempunyai akar

tunggang.

11
 Perbanyakan tanaman buah dengan stek merupakan cara perbanyakan

yang praktis dan mudah dilakukan.

 Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan

teknik khusus seperti pada cangkok dan okulasi.

Sedangkan potensi kerugian bibit dari menyetek adalah :

 Sukar untuk memperoleh banyak tanaman dari satu pohon induk sekaligus.

 Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang

tanaman menjadi mudah roboh.

 Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan

kekeringan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada

terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran

seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi

rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas (12-27°C),

tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit

(Widiarsih dkk., 2008).

Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21ºC sampai

27ºC pada pagi dan siang hari dan 15ºC pada malam hari. Suhu yang terlampau

tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan

perakaran dan meningkatkan laju transpirasi(Hartmandkk., 1983).

12
Sedangkan suhu rendah menghambat pertumbuhan metabolisme, dan

pendewasaan akar. Sebagai tambahan penyerapan air dan hara berkurang, dan

barang kali tidak mencukupi kebutuhan pucuk. Pada suhu rendah air menjadi

lebih pekat dan jaringan menjadi kurang permeabel. Pada suhu tinggi kecepatan

respirasi yang naik mengurangi pertumbuhan akar (Daniel dkk., 1987).

Faktor Dari Dalam Tanaman

Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan

stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan

makanan, dan zat pengatur tumbuh.

1. Umur Bahan Stek

Menurut Warsana (2004) ciri-ciri stek akar yang baik adalah jangan terlalu

tua dan jangan terlalu muda, diameterstek kurang lebih 1,5 cm. Stek akar muda

akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan akar yang telah tua.

Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar sebesar pensil. Tetapi untuk

tanaman yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar itu bisa dipilih akar-akarnya

yang terbesar (Wudianto, 2000).

2. Jenis Tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Menurut

Widiarsih dkk. (2008) jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan

regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Cara perbanyakan dengan metode

stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang

sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya

sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.

13
3. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila

seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas

berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin

yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin

(Huik, 2004).

4. Persediaan Bahan Makanan

Menurut Pamungkas dkk. (2009) pertumbuhan akar pada stek dipengaruhi

oleh adanya karbohidrat dalam stek, dimana karbohidrat merupakan sumber

energi dan sumber karbon (C) terbesar selama proses prakaran. Akumulasi

karbohidrat banyak terdapat dibagian pangkal stek, sehingga akan lebih cepat dan

lebih mudah membentuk akar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartman dkk.

(1990)

Dalam Pamukas dkk. (2009) jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga

akan terhambat walaupun kandungan karbohidrat pada stek tinggi, karena unsur N

berkorelasi negatif dengan proses perakaran pada stek.

5. Zat pengatur Tumbuh

Menurut Widiarsih (2008) salah satu faktor intern yang mempengaruhi

regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur

tumbuh. Sedangkan ditinjau dari asal senyawanya zat pengatur tumbuh dibedakan

menjadi dua yaitu:

 Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang

dari luar tumbuhan.

14
 Hormon, yakni jika senyawa itu dihasilkan dalam tubuh tumbuhan

(Heddy,1996). Sebenarnya tanaman sendiri telah mempunyai hormon,

misalnya rizokalin (merangsang pertumbuhan akar), kaulokalin (merangsang

pertumbuhan batang) dan antokalin (merangsang pembungaan).

2.3 Cangkok

Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang

bertujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan

induknya dan cepat menghasilkan. Selain itu, pohonnya juga tidak terlalu tinggi.

Mencangkok dilakukan dengan cara menguliti hingga bersih dan menghilangkan

kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil untuk

kemudian dipindahkan ke dalam wadah lain saat akar telah tumbuh.

Pada saat mencangkok, kambium pada cabang atau ranting harus

dihilangkan agar kulit tidak terbentuk kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka

akar tidak akan dapat terbentuk. Sebaliknya, jika lapisan kambium tersebut bersih,

maka hasil fotosintesis akan terkumpul di tempat kambium yang telah dibersihkan

dan pertumbuhan akar dapat terangsang dengan baik.

Keuntungan dari mencangkok adalah :

 Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan

tumbuhan yang ditanam dari biji

 Tumbuhan yang dicangkok memiliki sifat yang sama dengan induknya.

 Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok

akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.

15
 Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya

tinggi atau di pematang kolam ikan.

Kekurangan atau kerugian pembibitan dengan sistem cangkok :

 Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.

 Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar

tunggang.

 Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.

 Dalam satu pohon induk hanya bisa mencangkok beberapa batang

saja,sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa

dilakukan dengan cara ini.

Pencangkokan Pada Tanaman Mangga (Mangiera Indica)

Mangga (Mangifera Indica) merupakan tanaman buah tahunan berasal dari

India, yaitu daerah sekitar Bombay dan daeah sekitar gunung Himalaya. Hal ini

didasarkan pada kepercayaan masyarakat hindu yang menganggap pohon mangga

adalah pohon suci. Ada masyarakat india yang menjadikan buah mangga menjadi

makanan pokok terutama saat musim paceklik. Pohon mangga menyebar dari

India ke negara lain seperti amerika latin (terutama brazilia), benua Afrika dan

juga menyebar sampai ke negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia

(Anonim,2010).

Tanaman mangga termasuk kedalam tumbuhan berbiji (spermathopyta)

dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping dua (Dicotiledoneae).

Tanaman mangga dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

16
Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiacea

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera Indica L

Budidaya tanaman mangga dengan teknik cangkok batang merupakan cara

terbaik untuk memperoleh hasil panen secara cepat, praktis, dan penggunaan

waktu secara efisien. Ada beberapa hal yang harus ditempuh untuk memulai cara

budidaya mangga dari batang cangkokan agar cepat berbuah, yakni meliputi

tahapan penyiapan bibit batang cangkokan, pengolahan tanah, sistem perawatan

dasar, hingga proses pemanenan dan pemasaran hasil panen kepada tempat

penjualan yang tepat.

Ada beberapa keuntungan menanam dan budidaya mangga dari batang

cangkokan, diantaranya: berbuah lebih cepat, berbuah lebat dan menguntungkan,

akan memiliki daun-daun tunas yang lebih banyak, batang cangkokan akan jauh

lebih cepat tumbuh membesar, sifat tumbuh tanaman akan persis dengan induk

aslinya, serta biasanya akan lebih tahan terhadap berbagai kondisi cuaca dan iklim

yang ekstrem.

Namun ada beberapa kelemahan jika menanam mangga menggunakan

batang cangkokan, yakni akar batang tanaman mangga yang dicangkok biasanya

17
di awal akan sulit berdiri (mudah roboh) karena sistem perakaran pada batang

mangga cangkokan adalah bentuk dari cara perbanyakan tanaman secara buatan,

dan ini sangat berbeda jika membudidaya tanaman mangga langsung dengan

menggunakan biji. Selain itu, banyak peneliti dan ahli pertanian buah yang

berpendapat bahwa buah mangga yang ditanam dari hasil cangkokan terkadang

rentan terhadap hama dan penyakit tanaman.

2.4 Sambung Pucuk

Grafting atau sambung pucuk adalah salah satu teknik perbanyakan

vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang

berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan

terus tumbuh membentuk tanaman baru.

Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan

suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain.

Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak

variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni

grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia

menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini.

Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk

grafting. Dari sekian banyak Grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan

besar, yaitu :

1. Bud-grafting Atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi

2. Scion grafting, lebih populer dengan Grafting saja, yaitu sambung pucuk

atau enten

18
3. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman

sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan

akarnya masing-masing

Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa

belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi

dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau

scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon

induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara

(Inter-Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan

yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih

mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya benar,

klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan

penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat

vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan

penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu

penyambungan mengalami kegagalan.

Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :

 Keuntungan

a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan

vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.

b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan

terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang

rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.

19
c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang

tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.

d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan)

dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika

tanaman kehutanan).

 Kerugian

a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar mudah

patah jika ditiup angin kencang

b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion (batang

atas) dan rootstock (batang bawah).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Grafting Atau Sambung

Pucuk :

a. Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih

dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan

berbatang bulat.

b. Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.

c. Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling

tidak salah satu dari bagiannya.

d. Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang

tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.

e. Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada

kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-

ulang.

20
f. Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun

pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.

g. Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu

setelah penyambungan.

Sambung Pucuk Pada Tanaman Bunga Kertas

Bunga Bougenville sering disebut juga dengan bunga kertas. Bunga ini

mempunyai karakteristik yang unik dan menarik, bunga ini akan tumbuh warna-

warni yang indah dikala musim panas/ kemarau dan kemudian ia akan

menggugurkan bunganya disaat musim hujan datang, kemudian akan tumbuh

tunas-tunas daun baru yang segar dan menyejukan pandangan.

Tanaman bougenville memiliki pesona bunga yang indah dan berwarna-

warni, bisa dilakukan penyambungan dari berbagai warna bunga bougenville

sehingga satu pohon bunga bougenville bisa memiliki bunga yang bermacam-

macam. Selain itu bunga bougenville menyukai tempat kering agar tanaman

tersebut dapat mengeluarkan keindahan dari bunga – bunganya.

Tidak hanya itu bunga Bougenville sebenarnya merupakan tanaman hias

yang mudah dalam perawatannya dan bisa tumbuh dengan baik di segala tempat,

baik dataran rendah maupun dataran tinggi.

21
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum Dasar-dasar Teknologi Budidaya ini dilaksanakan

pada setiap hari Jum’at, tanggal 1 April – Mei 2016 pukul 15.00 WIB – Selesai.

Pelaksanaan praktikum bertempat di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun

Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada kegiatan pratikum ini yaitu cangkul, parang,

pancang (kayu), penggaris/meteran, gunting stek, ember/gembor, pisau okulasi/

pisau cutter, alat tulis (kertas dan pena).

Bahan yang di gunakan seperti lahan (tanah), benih jagung (cap panah

merah), pupuk (N P K), ZPT (enzymax), insektisida (Deccis 25 WP), air, tanaman

bunga (bougenvile, pucuk merah, mawar dan jeruk nipis), tanaman mangga, tali

rapia, plastik es lilin, plastik ½ kilo, serabut.

3.3 Cara kerja

3.3.1 Budidaya Tanaman Jagung

a. Melakukan pembukaan lahan dan pembersihan gulma disekitar

lahan yang akan dibudidayakan seluas 15 m x 7 m.

b. Minggu kedua pembuatan bedengan yang akan ditanami jagung.

Pembuatan bedengan dengan tinggi + 30 cm, luas 6 m2 (3 m x 2

m), dan drainase 50 cm.

22
c. Melakukan proses perendaman benih jagung didalam air

(imbibisi).

d. Penanaman benih jagung dengan membuat lubang dan jarak

tanam 40 x 60 cm sebanyak 1 benih dalam 1 lubangnya.

e. Melakukan proses penyulaman untuk benih yang tidak tumbuh

atau rusak.

f. Melakukan pemeliharaan tanaman yaitu penyiangan, penyiraman,

dan pembumbunan secara rutin.

g. Pemupukan dengan pupuk N P K dengan dosis 3-5 gram setiap

pupuk dengan pemberian menggunakan sistem tugal.

h. Pengambilan sampel tanaman secara acak.

i. Melakukan pengamatan sampel pada tanaman jagung.

j. Melakukan perawatan tanaman jagung seperti perbaikan

bedengan, pembersihan gulma dan pembumbunan pada tanaman.

3.3.2 Stek

a. Persiapkan tanaman yang akan distek seperti bunga bougenvile,

pucuk merah, mawar dan jeruk nipis.

b. Pemotongan bahan tanam yang akan distek dengan pemotongan

miring.

c. Potong bagian atas tanaman miring berlawanan arah dengan

bagian bawah.

d. Pangkas daun atau tingalkan beberapa daun untuk mengurangi

terjadinya penguapan.

23
e. Rendam tanaman dengan zat pengatur tumbuh ( enzymax) selama

15-30 menit bagian atas, tengah dan bawah sebelum ditanam.

f. Tanam stek tersebut di polybag kecil yang sudah berisi tanah.

g. Siram dan rawat tanaman stek sampai tumbuh.

3.3.3 Cangkok

a. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun terlalu

muda.

b. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut sepanjang 5-8cm.

c. Bersihkan kambium yang terdapat pada batang tanaman dan

keringkan sekitar 15 menit.

d. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan serabut kelapa

dan plastik. Ikat pada kedua ujungnya seperti membungkus

permen.

e. Kelembaban tanah harus tetap terjaga dengan cara merawat dan

menyiramnya setiap 3 hari sekali.

f. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau ranting

tersebut, lalu tanam ke dalam tanah.

3.3.4 Sambung pucuk

a. Menyiapkan alat dan bahan seperti gunting stek, pisau okulasi /

cutter, plastik gula ukuran 1 kg dan tanaman bougenvile yang akan

disambung pucuk.

24
b. Belah potongan batang bawah menjadi dua bagian sama besar

posisi belahan tepat pada tengah—tengah batang,dengan

menggunakan pisau yang tajam dan tipis.

c. Kemudian potong bagian batang atas sepanjang 5 – 10 cm

(mempunyai 3-5 mata tunas)yang ukuran yang sama atau lebih

kecil dari batang bawahnya.

d. Kemudian pangkalnya diiris menyerong pada kedua sisinya

sampai ke bagian kayunya,sehingga membentuk mata kapak yang

tumpul,bagian daun juga di potong untuk mengurangi penguapan.

e. Masukan calon batang atas tersebut ke dalam batang bawah yang

telah diiris tadi.

f. Ikat hasil sambungan dengan tali plastik dari bawah ke atas dan

dari atas kebawah dengan erat.

g. Kemudian tutup sambugan dengan plastik gula dan diikat dengan

tali bagian bawahnya.

h. Bibit diletak di tempat yang teduh, supaya tidak terkena sinar

matahari langsung

i. Lakukan penyiraman pada tanamn yang telah selesai di sambung.

25
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tanaman Jagung

Keterangan :

Sampel 1 Sampel 5

Sampel 2 Sampel 6

Sampel 3 Sampel 7

Sampel 4 Sampel 8

Gambar 1. Pengambilan Sampel Pada Tanaman Jagung

Parameter
Panjang Tinggi Panjang Jumlah
Pengamatan Diameter
Batang Keseluruhan Daun Daun
Sampel

Sampel 1 1,5 cm 6 cm 4,5 cm 2 0,3 cm

Sampel 2 1 cm 3,5 cm 2,7 cm 2 0,2 cm

Sampel 3 0,5 cm 4,4 cm 4,5 cm 2 0,2 cm

Sampel 4 0,5 cm 5 cm 4 cm 2 0,2 cm

Sampel 5 0,7 cm 4,5 cm 3,2 cm 2 0,2 cm

Sampel 6 0,4 cm 4,3 cm 3,9 cm 2 0,3 cm

Sampel 7 0,7 cm 4,5 cm 3,5 cm 2 0,4 cm

Sampel 8 0,9 cm 4 cm 3,3 cm 2 0,2 cm

Tabel 1. Parameter Pengamatan Awal Sampel Tanaman Jagung

26
Parameter
Panjang Tinggi Panjang Jumlah
Pengamatan Diameter
Batang Keseluruhan Daun Daun
Sampel

Sampel 1 2 cm 21 cm 30 cm 6 1 cm

Sampel 2 2 cm 21,5 cm 23 cm 5 0,8 cm

Sampel 3 2 cm 24 cm 26 cm 5 1 cm

Sampel 4 2 cm 20 cm 26,5 cm 5 1 cm

Sampel 5 2 cm 17 cm 12 cm 3 0,5 cm

Sampel 6 2 cm 12 cm 11 cm 4 0,4 cm

Sampel 7 2 cm 12 cm 16 cm 3 0,3 cm

Sampel 8 2 cm 14 cm 15 cm 4 0,5 cm

Tabel 2. Parameter Pengamatan Ketiga Sampel Tanaman Jagung

4.1.2 Stek

pucuk jeruk
mawar bugenvile
merah nipis

pangkal √ √

tengah √ √

pucuk √

Tabel 3. Parameter Pengamatan Stek Sebelum Perbaikan

27
pucuk jeruk
mawar bugenvile
merah nipis

pangkal √ √ √

tengah √ √ √

pucuk √ √

Tabel 4. Parameter Pengamatan Stek Sesudah Perbaikan

4.1.3 Cangkok

Pencangkokan tanaman mangga belum terlihat hasilnya hal ini disebabkan

karena waktu penanaman baru 2 bulan setelah tanam, biasanya akar akan tumbuh

dalam jangka waktu 3 bulan setelah masa tanam.

4.1.4 Sambung Pucuk

perubahan

bugenvile percobaan batang


batang atas
bawah

sebelum normal normal


1
sesudah busuk/kering mati

sebelum normal normal


2
sesudah hidup hidup

sebelum normal normal


3
sesudah mati busuk/kering

Tabel 5. Parameter Percobaan Sambung Pucuk Bugenvile

28
4.2 Pembahasan

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan dan pertumbuhan

tanaman jagung manis pada awal sampel dan ketiga pengambilan sampel. Dalam

praktikum jarak tanam yang digunakan dengan ukuran 40cm x 60cm dan ukuran

plot 2 m x 3 m.

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dengan cara menghitung dan

mengukur tinggi tanaman yang dilakukan pengukuran pada umur tanaman 2

minggu setelah tanam, pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan

menggunakan penggaris, pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur dari

titik tumbuh sampai pada daun paling atas. Pengamatan jumlah daun yang

dilakukan 2 minggu setelah tanam, jumlah daun dihitung dari jumlah daun paling

bawah sampai daun paling atas. Pengamatan panjang batang dilakukan juga saat 2

minggu setelah tanam, pengukurannya dimulai dari batas daun atas sampai batas

daun setelah atau sebelumnya. Diameter dan panjang daun juga diukur setelah 2

minggu masa penanaman, cara mengukur diameter menggunakan penggaris

hitung diameter batang dari tanaman sampel tersebut dan panjang daun di ukur

pada sehelai daun yang dimulai dari pangkal daun sampai ujung daun.

Dalam pertumbuhan tanaman stek pada empat macam tanaman yaitu

pucuk merah, mawar, bugenvile dan jeruk nipis, adalah sebagai berikut : Beberapa

tanaman stek mati. Penyebabnya adalah kurangnya perawatan dan penyiraman

yang teratur.

Hasil dari stek tanaman tersebut. Diketahui bahwa jumlah stek tanaman

mawar terbanyak berhasil dari tanaman stek yang lain. Hal ini karena bagian

batang yang di stek pada tanaman mawar sesuai syarat dan juga bagian batang

29
pangkal, pucuk, atau pun tengah tidaklah memiliki pengaruh yang berarti. Dan

yang paling sedikit itu ada jeruk nipis. Disini pengaruh stek yang dilakukan pada

batang bagian pangkal akan lebih cepat tumbuh karena bagian batang yang lebih

tua akan cepat beradaptasi dengan media tanam.

Faktor yang mendukung pertumbuhan dalam penyetekan adalah matahari

yang tidak langsung mengenai tanaman. Suhu sekitar dan kelembaban media

tanam yang terjaga, tidak terlalu kering atau basah. Dan satu lagi sebenarnya

penyetekan lebih baik di tanam di media tanam yang tidak tercampur dengan

pupuk apapun. Hal ini dikarenakan potongan batang belum ditumbuhi akar dan

organ lain. Dikhawatirkan dengan adanya pupuk justru akan menghambat hingga

mematikan potongan batang tanaman.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya rata-rata pada perlakuan

dari media kompos disebabkan kurangnya data karena kesalahan dari praktikan,

kurangnya pemeliharaan terhadap cangkokan.

Dalam melakukan pencangkokan membutuhkan persyaratan agar

mendapatkan hasil yang baik dan maksimal, baik dari segi fisik maupun

lingkungan sekitarnya. Beberapa persyaratan antara lain; tidak dapat dibiakkan

dengan cara layarage lain, kemudian dari segi pemilihan batang yaitu memiliki

batang/cabang yang berdiameter besar dan tinggi dengan pemilihan pohon induk

dari tanaman induk yang sehat dan kuat dipilih dari varietas yang telah dikenal

sifat buah yang diinginkan. Pohon induk dipilih dari pohon yang bentuk

cabangnya lurus, panjang cabang kira-kira sebesar jari telunjuk orang dewasa dan

sebaiknya dipilih cabang atu dahan yang telah berumur satu tahun. Selain dengan

persyaratan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal antara lain; pelaksanaan

30
mencangkok sebaiknya dilakukan pada waktu musim penghujan agar

meringankan pemeliharaan terutama dalam hal penyiraman. Pemilihan batang

cangkok, sebaiknya batang cangkoan jangan diambil dari pohon induk yang

terlalu tua karena biasanya dahan pohon induk kurang baik untuk dicangkok juga

jangan mengambil dari pohon yang terlalu muda karena sifatnya kebanyakan

belum terlihat. Kemudian dari segi pemeliharaan, jika pencangkokan dilakukan

pada musim kemarau sebaiknya bibit disiram dua kali sehari. Pada musim

penghujan penyiraman dilakukan seperlunya sesuai dengan situasi untuk

mempercepat pertumbuhan akar.

Dalam melakukan pencangkokan haruslah mengerti bagaimana cara

pencangkokan yang benar juga harus diperhatikan cara pengikatannya jangan

terlalu erat atau terlalu renggang lakukan dengan benar agar hasilnya sesuai

keinginan dan maksimal.

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada 3 bibit bugenvil

didapatkan adanya perubahan pada semua batang bawah sebelum dilakukan

penyambungan normal (hidup) dan sesudah penyambungan keadaan batang

bawah ada yang hidup, mati dan busuk atau kering. Hasil dari perubahan semua

batang atas (entris) sebelum penyambungan normal (hidup) dan setelah

penyambungan juga ada yang hidup, mati dan busuk/kering.

Sambungan dapat di pastikan hidup atau mati apabila pucuk sambungan

masih hijau berarti sambungan berhasil tapi bila pucuk berwarna coklat berarti

sambungan gagal. Apabila pucuk sudah mengeluarkan daun, sungkupan atau

bungkusan plastik dapat di buka.

31
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Budidaya jagung manis meliputi pengolahan tanah, penanaman,

pemupukan, pembumbunan, pengairan, pengendalian gulma, hama dan patogen

penyebab penyakit dan panen. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang

khusus, hampir berbagai jenis tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung,

tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat

memberikan hasil dengan baik.

Perbanyakan tanaman merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya

tanaman karena hal tersebut terkait dengan penyediaan bibit tanaman bermutu.

Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan

menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun,

umbi dan akar.

Kebanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan metode stek

(memanfaatkan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk,

daun, umbi, dan akar) untuk menghasilkan tanaman yang baru yang sifatnya sama

dengan tanaman induknya didalam pelaksanaannya tidak memerlukan teknis yang

khusus karena pada umumnya stek ini mudah dilakukan .

Memperbanyak tanaman pada praktikum ini memiliki presentasi

keberhasilan yang berbeda – beda antara sambung pucuk, stek, dan cangkok.

Presentasi keberhasilan yang besar terjadi pada stek karena teknik ini paling

mudah dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus. Persentase yang paling

32
rendah adalah sambung pucuk (grafting) karena diperlukan kecermatan yang lebih

dan keahlian dalam melakukan perbanyakan dengan cara ini.

Perbanyakan vegetatif memiliki keuntungan dan kerugian sendiri

diantaranya adalah keuntungan dari teknik pembiakan vegetatif yaitu :

Memanfaatkan potensi variasi secara genetik total untuk meningkatkan produksi;

Mengatasi kekurangan benih untuk memproduksi bibit di persemaian;

Kemudahan dalam perbanyakan, dapat dilakukan dengan penerapan teknologi

yang murni serta pelaksanaannya bisa dilakukan secara kontinyu; Sifat tanaman

baru akan sama persis dengan indukny; dan Lebih cepat berproduksi.

Sedangkan kerugian yang dialami dari teknik pembiakan vegetatif yaitu :

Tanaman yang berasal dari stek, mencangkok ataupun sambung pucuk umumnya

mempunyai sistem perakaran yang kurang kuat; Perkembangbiakan secara

vegetatif dapat menghasilkan sedikit keturunan; Bila tanaman hasil reproduksi

vegetatif dipotong ranting-rantingnya maka dapat menyebabkan menurun

pertumbuhannya.

5.2 Saran

Dalam pembudidayaan hendaknya dilakukan secara intensif agar panen

maksimal. Dan sebaiknya praktikan lebih perhatian terhadap tanaman yang

ditanam, agar hasil tanaman tersebut berkualitas. Dan juga pada praktikum ini,

sebaiknya praktikan mengetahui terlebih dahulu cara-cara memperbanyak

tanaman secara vegetatif dengan baik dan benar. Untuk meningkatkan

keberhasilan dari tekhnik stek,cangkok maupun sambung pucuk,karena

perbanyakan dengan cara ini sangat dibutuhkan pemeliharaan yang maksimal dan

harus memperhatikan faktor – faktor pendukung dari perbanyakan tersebut.

33
DAFTAR PUSTAKA

Nuning. S. A, Syafruddin, R. Efendi., dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman

dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman

Serealia Maros. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan, Departemen Pertanian. Jurnal jagung Hal 16-28.

Rukmana, R., 1995, Bugenvil, Seri Tanaman Hias, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Soegito, 2003. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta. hl m . 84

Wudianto, R. , 2002, Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, P. T. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil beberapa Varietas Jagung pada

Berbagai Jarak Tanam. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan

Vol. 30 (3). hal 197-203.

Kurniawan, Fredi., Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif.

http://fredikurniawan.com/perbanyakan-tanaman-secara

vegetatif/. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016.

34
LAMPIRAN

Dosis pemupukan :

Diket : Konsentrasi = 2 ml/ltr

Luas lahan = 5000 m2

Volume Semprot = 400 ltr/ha

Ditanya : Dosis ?

Jawab : Vs = 5.000/10.000 x 400

= 2000/10

= 200 ltr/ha

D = konsentrasi x Vs

= 2 ml x 200 ltr/ha

= 400 ml/ha

= 0,4 ltr/ha

35
DOKUMENTASI

A. Budidaya tanaman jagung

Gambar 2. Pengukuran lahan Gambar 3. Pembukaan lahan

Gambar 4. Pengukuran bedengan Gambar 5. Pemasangan ajir

Gambar 6. Pengolahan Tanah Gambar 7. Pembuatan bedengan dan drainase

36
Gambar 8. Penggemburan tanah Gambar 9.pengukuran jarak tanam

dan pembersihan gulma

Gambar 10. Bibit jagung dan Membuat lubang dan menanam

Gambar 11. Penyiraman

37
B. STEK

Gambar 12. Pengisian pasir Gambar 13 dan 14. tanaman bougenvil nipis dan

pucuk merah

Gambar 15 dan 16. Tanaman mawar dan jeruk nipis Gambar 17. Batang tanaman

dipotong miring

Gambar 18. pemotongan sebagian daun Gambar 19. Perendaman dengan ZPT

38
Gambar 20. penanaman Gambar 21 dan 22. bagian tengah dan atas

C. CANGKOK

Gambar 23. ranting yang digunakan Gambar 24. panjang yang akan dicangkok

Gambar 25. penyayatan Gambar 26. pengupasan kambium

Gambar 27. pembasahan sabut kelapa Gambar 28. tanahyang digunakan

39
Gambar 29. tanah di tempel pada cangkokan Gambar 30. dibungkus dengan

sabut kelapa

Gambar 31. dibungkus dengan plastik bening Gambar 32. diikat dengan tali

Gambar 33.diberi lubang di seeliling Gambar 34. disiram dengan air

40
D. Sambung pucuk tanaman bougenvil

Gambar 35. tanaman yang digunakan Gambar 36. dipotong seperti V

Gambar 37. di potong vertikal

Gambar 38. sambungan ikat Gambar 39. dibungkus dengan plastik

41

You might also like