You are on page 1of 16

Praktikum V

A. Jenis kompetensi
Pemeriksaan PAP Smear.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum pemeriksaan PAP Smear diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mempersiapkan alat pemeriksaan PAP Smear
2. Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan PAP Smear
C. Landasan Teori
1. Pengertian
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel (sitologi ) yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop, untuk melihat adanya
perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal
keganasan serviks atau prakanker. Papsmear merupakan suatu metode pemeriksaan sel
cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop pengambilan hapusan
genetalia sebagai bahan pemeriksaan.
2. Manfaat
Manfaat pap smear sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya
perubahan sel ke arah keganasan secara dini, mendeteksi lesi prekursor pada stadium
awal.
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Diagnosis dini keganasan
b) Perawatan ikutan dari keganasan
c) Interpretasi hormonal wanita
d) Menentukan proses peradangan
3. Indikasi
a) Usia di atas 18-70 tahun
b) Menikah pada usia di bawah 20 tahun
c) Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun
d) Berusia lebih dari 30 tahun
e) Pernah melahirkan lebih dari 3 kali
f) Pernah memakai alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama IUD
g) Mengalami perndarahan setiap hubunga seksual
h) Mengalami keputihan atau gatal pada vagina
i) Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina
j) Sering berganti pasangan dalam senggama
4. Tujuan
Tujuan dilakukan pemeriksaan pap smear adalah untuk mendeteksi secara dini resiko
terkena kanker mulut rahim atau Kanker Serviks
5. Persiapan alat:
a) Meja gynekologi
b) Hand scoon
c) Apron
d) Kapan sublimate
e) Spekulum cocor bebek
f) Spatel kayu/spatula ayre
g) Gelas objek
h) Lidi watten
i) Botol berisi alkohol 95%
j) Tampon tang
k) Kasa steril
l) Formulir pemeriksaan
m) Lampu sorot
n) Baskom berisi larutan klorin 0,5%
o) Selimut
p) Bengkok

6. Langkah kerja
a Pengkajian:
1. Kaji keadaan umum klien
b Prosedur Pelaksanaan
Tahap pre interaksi:
1. Menempatkan alat ke dekat klien

Tahap orientasi:
1. Mengucapakan salam dan menyapa klien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan:
a) Memastikan klien tidak berhubungan intim selama 2x24 jam sebelumnya
b) Memastikan klien tidak menstruasi 2x24 jam sebelumnya
c) Memastikan klien tidak melakukan irigasi vagina dalam 24 jam terakhir
4. Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan informed consent klien
5. Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan
Tahap Kerja
a. Persiapan sebelum pemeriksaan pap smear
1. Jelaskan prosedur dari tindakan yang akan dilakukan: jelaskan bahwa proses
pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir atau kurang
menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha menghindari hal tersebut.
2. Melakukan komunikasi terapeutik sebelum selama dan sesudah di lakukan
pemeriksaan
3. Memastikan alat dan seluruh instrumen yang diperlukan sudah tersedia
4. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan membilas daerah genitalia
5. Klien diminta untuk membuka pakaian bawah (dari pinggang hingga lutut) dan
menggunakan kain yang sudah disediakan
6. Klien diposisikan Litotomi
7. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan dilakukan
pemeriksaan
8. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
9. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan, kemudian palpasi perut
10. Gunakan sarung tangan

b. Prosedur pemeriksaan pap smear


1. Lakukan vulva hygiene dengan air DTT
2. Inspeksi dan palpasi genetalia ekaterna
3. Aplikasikan gel pada spekulum (dianjurkan) kemudian masukkan spekulum
4. Tampakkan serviks hingga jelas terlihat
5. Perhatikan apakah terdapat discharge, perdarahan, erosi, massa yang rapuh atau
keadaan abnormal lainnya  jika dicurigai kanker, klien dirujuk, pemeriksaan
tidak dilakukan
6. Ambil spatula ayre, tempelkan spatula ke ektoserviks dan putar 3600 sesuai arah
jarum jam, keluarkan spatula perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan sekitarnya.
Jangan oleskan dulu ke objek glass
7. Ambil segera cytobrush, masukkan ke kanalis servikalis, putar ½ hingga 1 putaran
(tergantung bentuk kanalis) sesuai arah jarum jam, keluarkan perlahan-lahan tanpa
menyentuh jaringan sekitarnya.
8. Oleskan spatula ayre di atas obyek glass yang telah disediakan, dilanjutkan segera
mengoleskan serviks brush di atas olesan yang pertama dengan arah berlawanan
jarum jam. Yakinkan seluruh bagian yang terambil sudah kontak dengan obyek
glass.
9. Masukkan slide ke dalam larutan fiksasi sesegera mungkin maksimal 30 detik sejak
pengambilan sampel
10. Keluarkan spekulum
11. Fiksasi slide dengan larutan fiksasi (larutan etanol 96%) selama minimal 30 menit,
kemudian keringkan.

Tahap Terminasi
1. Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam container
(tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan alat-alat yang dapat digunakan
kembali, rendam dalam larutan chlorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
2. Cuci tangan
3. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

Konseling post pemeriksaan pap smear


1. Klien diminta datang kembali untuk mengambil hasil pap smear
2. Setelah hasil pemeriksaan pap smear ada, klien dijelaskan mengenai hasilnya
3. jika ditemukan sel tidak normal menunjukkan pra kanker, jelakan mengenai
hasilnya
4. beri kesempatan kepada klien untuk bertanya hingga mengerti dan berikan
kesempatan untuk memutuskan terapi yang diinginkan

Praktikum V
D. Jenis kompetensi
Pemeriksaan IVA.
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum pemeriksaan IVA diharapkan mahasiswa mampu:
3. Mempersiapkan alat pemeriksaan IVA
4. Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan IVA
F. Landasan Teori
1. Pengertian
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam
asetat 3-5%.
2. Keuntungan
Keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya adalah:
a) Mudah, praktis, mampu laksana
b) Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
c) Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
d) Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
3. Kategori IVA
a) Normal: hasil pemeriksaan licin, merah muda, bentuk porsio normal
b) Infeksi: hasil pemeriksaan berupa sersivitas (inflamasi, hiperemis), banyak fluor,
ektropion, polip
c) Positif IVA: pada hasil pemeriksaan terdapat plak putih dan epitel acetowhite
(bercak putih)
d) Kanker leher rahim: pertumbuhan seperti bunga kol dan pertumbuhan mudah
berdarah

4. Tujuan
a) Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
b) Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.

5. Persiapan alat:
a) Meja gynekologi
b) Hand scoon
c) Apron
d) Kapan sublimate
e) Spekulum cocor bebek
f) Formulir pemeriksaan
g) Lampu sorot
h) Baskom berisi larutan klorin 0,5%
i) Selimut
j) Bengkok

6. Langkah kerja

a Pengkajian:
1. Kaji keadaan umum klien
b Prosedur Pelaksanaan
Tahap pre interaksi:
1. Menempatkan alat ke dekat klien

Tahap orientasi:
1. Mengucapakan salam dan menyapa klien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
3. Menanyakan kesiapan klien untuk diperiksa IVA:
4. Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan informed consent klien
5. Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan

Tahap Kerja
a. Persiapan sbeelum pemeriksaan IVA
1. Jelaskan prosedur dari tindakan yang akan dilakukan: jelaskan bahwa proses
pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir atau kurang
menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha menghindari hal tersebut.
2. Melakukan komunikasi terapeutik sebelum selama dan sesudah di lakukan
pemeriksaan
3. Memastikan alat dan seluruh instrumen yang diperlukan sudah tersedia
4. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan membilas daerah genitalia
5. Klien diminta untuk membuka pakaian bawah (dari pinggang hingga lutut) dan
menggunakan kain yang sudah disediakan
6. Klien diposisikan Litotomi
7. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan dilakukan
pemeriksaan
8. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
9. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan, kemudian palpasi perut
10. Gunakan sarung tangan

b. Prosedur pemeriksaan IVA


1. Lakukan vulva hygiene dengan air DTT
2. Inspeksi dan palpasi genetalia eksterna
3. Aplikasikan gel pada spekulum (dianjurkan) kemudian masukkan spekulum
4. Tampakkan serviks hingga jelas terlihat
5. Bersihkan serviks dari cairan, darah, dan sekeret dengan kapas lidi bersih
6. Periksa serviks
a) Terdapat kecurigaan kanker atau tidak:
1) Jika YA, klien dirujuk dan pemeriksaan tidak dilanjutkan
b) Jika TIDAK, identifikasi sambungan skuamo kolumnar (SSK)
1) Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang sudah
dicelupkan ke dalam asetat 3-5% ke seluruh permukaan serviks
2) Jika SSK tidak tampak, maka:
 Dilakukan pemeriksaan mata telanjang tanpa asam asetat (downstaging)
 Klien disarankan untuk pap smear maksimal 6 bulan lagi.
c) Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada bercak putih
(acetowhite ephitelium) atau tidak  jika tidak (IVA negatif), jelaskan
kepada klien kapan harus kembali untuk mengulangi pemeriksaan IVA.
d) Jika ada (IVA Positif), tentukan apakah lesi tersebut dapat dilakukan
krioterapi atau tidak
7. Keluarkan spekulum

Tahap Terminasi
1. Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam container
(tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan alat-alat yang dapat digunakan
kembali, rendam dalam larutan chlorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
2. Cuci tangan
3. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

Konseling post pemeriksaan IVA


1. Jika hasil IVA negatif  klien diberitahukan kapan harus kembali untuk
pemeriksaan selanjutnya
2. jika hasil IVA positif :
a) beritahu dan jelaskan mengenai hasil pemeriksaan IVA positif
b) berikan informasi mengenai berbagai pilihan terapi yang dapat dilakukan
(penekanan pada krioterapi)
c) jika klien memilih krioterapi  jelaskan mengenai prosedur, keuntungan,
efektivitas, kemungkinan efek samping, hal yang tidak boleh dilakukan setelah
krioterapi
3. beri kesempatan kepada klien untuk bertanya hingga mengerti dan berikan
kesempatan untuk memutuskan terapi yang diinginkan
Praktikum VI
A. Jenis kompetensi
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mempersiapkan alat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
2. Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
C. Landasan Teori
1. Pengertian
Payudara yang sehat ada dalam berbagai macam bentuk, ukuran, dan tekstur. Kunci
dari kesehatan payudara adalah dengan mengenali perubahan bagaimana payudara
terlihat dan apa yang dirasakan. SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri
untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara.
Deteksi dini kanker payudara adalah pemeriksaan payudara untuk mengidentifikasi
kelainan payudara yang dapat mengarah ke arah keganasan (kanker) sehingga dapat
segera mendapat pengobatan dengan harapan pengobatan dapat lebih tuntas dan angka
kesembuhan lebih tinggi.
2. Tujuan
Tujuan dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah:
Deteksi dini adanya ketidaknormalan pada payudara, bukan untuk mencegah kanker
payudara.
3. Target SADARI:
a) Dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun, segera
ketika pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas.
b) Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut
(fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20
tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk
sempurna.
4. Waktu pelaksanaan:
a) Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam 1 bulan.
b) Wanita yang belum menopause sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi
sebab perubahan hormonal menyebabkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi.
c) SADARI sebaiknya dilakukan sekitar 1 minggu setelah menstruasi.
d) Setelah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap
bulan sehingga.
5. Keadaan yang harus diperhatikan:
a) Teraba benjolan.
b) Penebalan kulit.
c) Perubahan ukuran dan bentuk pada payudara.
d) Pengerutan kulit.
e) Keluar cairan dari puting susu.
f) Penarikan puting susu.
g) Nyeri.
h) Pembengkakan lengan atas.
i) Teraba benjolan pada ketiak atau di leher.
 Jika menemukan kelainan-kelainan seperti yang telah disebutkan di atas atau terasa
ada perubahan dibandingkan dengan keadaan pada bulan sebelumnya, maka segera
periksakan diri ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
6. Persiapan alat:
a. Baby oil/ mintak zaitun
b. Tissue
c. Hand scoon
d. Manekin payudara
e. Handuk
f. Bengkok

7. Cara Kerja
a Pengkajian:
1. Kaji keadaan umum klien
2. Kaji riwayat kesehatan klien
b Prosedur Pelaksanaan
Tahap pre interaksi:
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan bersih
3. Menempatkan alat ke dekat klien

Tahap orientasi:
1. Mengucapakan salam dan menyapa klien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan dengan memastikan bahwa
ibu sudah memahami mengapa dianjurkan menjalani pemeriksaan sadari dan
memastikan bahwa ibu tidak hamil dan menyusui lebih dari 6 bulan
4. Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan temuan seperti apa yang
dihasilkan dan tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu dilakukan
5. Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan

Tahap Kerja
1. Jelaskan prosedur dari tindakan yang akan dilakukan
2. Melakukan komunikasi terapeutik sebelum selama dan sesudah di lakukan
pemeriksaan
3. Meminta ibu untuk melepas bra dan meminta ibu menggunakan kain
4. Mencuci tangan
5. Melihat payudara dan memperhatikan apakah ada perubahan:
a) Bentuk
b) Ukuran
c) Puting atau kulit yang berlipat
d) Kulit cekung
6. Memeriksa apakah terjadi pembengkakan, suhu tubuh yang meningkat atau rasa nyeri
pada salah satu atau kedua payudara
7. Melihat puting payudara dan perhatikan ukuran, bentuk dan arahnya, memeriksa
apakah ada ruam atau luka dan keluar cairan dari puting payudara.
8. Meminta ibu mengangkat kedua lengannya keatas kepala dan lihat kedua payudaranya
 memperhatikan apakah ada perbedaan, meletakkan kedua tangan di pinggang dan
memperhatikan kembali payudaranya
9. Meminta ibu/klien membungkuk untuk melihat apakah kedua payudara menggantung
secara seimbang
10. Meminta ibu/klien berbaring di meja periksa
11. Meletakkan bantal dibawah pundak kiri klien. Meletakkan lengan kiri ibu di atas
kepalanya
12. Melihat payudara sebelah kiri dan memeriksa apakah ada perbedaan dengan payudara
sebelah kanan. Memeriksa apakah terdapat kerutan atau lekukan pada kulit payudara
13. Mengoleskan baby oil / minyak zaitun ke telapak tangan
14. Menggunakan telapak jari-jari telunjuk tengah dan manis, mempalpasi seluruh
payudara, dimulai dari sisi atas paling luar dari payudara, menggunakan teknik spiral.
Perhatikan apakah terdapat benjolan atau rasa nyeri
15. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan puting payudara. Perhatikan
apakah keluar cairan bening, keruh atau berdarah dari putting
16. Ulangi langkah-langkah tersebut di atas untuk payudara di sebelah kanan. Jika perlu,
ulangi tindakan ini dengan posisi ibu duduk dan kedua lengan berada di samping tubuh
17. Meminta ibu / klien untuk duduk dan mengangkat kedua lengan setinggi bahu.
Mempalpasi pangkal payudara dengan menekan sepanjang sisi luar otot pectoral kiri
sambil secara bertahap menggerakkan jari-jari kearah axial. Memeriksa apakah terjadi
pembesaran kelenjar getah bening (lymph nodes) atau rasa nyeri
18. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kanan
19. Membersihkan kedua payudara ibu dengan tissue
20. Setelah selesai persilahkan ibu mengenakan kembali pakaiannya.

Tahap Terminasi
1. Meminta ibu duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian
2. Bereskan dan rapikan alat
3. Lepaskan sarung tangan
4. Mencuci tangan
5. Membahas hasil pemeriksaan payudara bersama klien dan menjawab pertanyaan
a) Jika hasil pemeriksaan payudara negatif, sebutkan waktu kunjungan berikutnya
untuk menjalani kembali pemeriksaan payudara.
b) Jika hasil pemeriksaan payudara positif atau dicurigai terdapat kanker, membahas
langkah-langkah selanjutnya. e.
6. Setelah memberi konseling, memberikan pengobatan atau merujuk
7. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
Praktikum VII
A. Jenis kompetensi
Memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mempersiapkan alat memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
2. Mendemonstrasikan tindakan memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
C. Landasan Teori
1. Pengertian
Memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu tindakan pemasangan
alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang berupa kerangka dari plastik yang
fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu).
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang fleksibel dipasang dalam rahim.
Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak
menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine
Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom.
Jenis IUD yang sering dipakai di Indonesia adalah unmedicated adalah Lippes Loop
dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

2. Keuntungan IUD:
a) Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi
b) Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
c) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
d) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)
e) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
f) Tidak memengaruhi hubungan seksual
g) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
h) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).
i) Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
j) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
k) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir)
l) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
m) Mencegah kehamilan ektopik

3. Kerugian
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah
3 bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting antar menstruasi)
d) Saat haid lebih sedikit

4. Indikasi pemasangan IUD


a) Usia reproduktif
b) Keadaan multipara
c) Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
e) Tidak menyusui bayinya
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g) Risiko rendah dari IMS
h) Tidak menghendaki metode hormonal
i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

5. Kontraindikasi
a) Kehamilan
b) Gangguan perdarahan
c) Peradangan alat kelamin
d) Kecurigaan kanker pada alat kelamin
e) Tumor jinak rahim
f) Radang panggul.
6. Persiapan alat:
a) Bivalve speculum (kecil, sedang, atau besar)
b) Bengkok
c) IUD steril
d) Forsep / korentang
e) Mangkok untuk larutan antiseptik
f) Kain kasa atau kapas
g) Bak instrumen
h) Sarung tangan steril 2 pasang
i) Tampon tang
j) Tenakulum
k) Sonde uterus
l) Lampu sorot
7. Cara Kerja
a Pengkajian:
1. Kaji keadaan umum klien
2. Kaji riwayat kesehatan klien:
a)
Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
b)
Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
c)
Riwayat kehamilan ektopik
d)
Nyeri yang hebat setiap haid
e)
Anemia yang berat (Hb < 9 gr % atau Hm < 30)
f)
Riwayat infeksi sistem genital (ISG), penyakit hubungan seksual (PHS) atau infeksi
panggul
g) Berganti – ganti pasangan Risiko ISG tinggi)
h) Kanker serviks
b Prosedur Pelaksanaan
Tahap pre interaksi:
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan bersih
3. Menempatkan alat ke dekat klien
4. Siapkan lingkungan yang mendukung pelaksanaan tindakan, atur penerangan yang
cukup
5. Jaga privasi klien

Tahap orientasi:
1. Mengucapakan salam dan menyapa klien
2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
4. Memberi kesempatan bertanya pada klien sebelum tindakan
Tahap Kerja
1. Jelaskan prosedur dari tindakan yang akan dilakukan: jelaskan bahwa proses
pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir atau kurang
menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha menghindari hal tersebut.
2. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang
akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
3. Melakukan komunikasi terapeutik sebelum selama dan sesudah di lakukan
pemeriksaan
4. Memastikan alat dan seluruh instrumen yang diperlukan sudah tersedia
5. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan membilas daerah genitalia
6. Klien diminta untuk membuka pakaian bawah (dari pinggang hingga lutut) dan
menggunakan kain yang sudah disediakan
7. Klien diposisikan Litotomi
8. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan dilakukan
pemeriksaan
9. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
10. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
11. Gunakan sarung tangan
12. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya di
daerah suprapubik

PEMERIKSAAN PANGGUL
1. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul
2. Atur lampu sorot untuk melihat serviks
3. Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
4. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
5. Lakukan inspeksi pada Genitalia Eksterna
6. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
7. Masukkan Spekulum vagina
8. Lakukan pemeriksaan spekulum :
a) Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
b) Inspeksi serviks
Bila ada sekret vagina yang mencurigakan, dilakukan pemeriksaan spesimen.
Bila tidak, dilakukan pembersihan vagina, porsio dan sekitarnya dengan khasa +
larutan betadine.
9. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula
dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
10. Lakukan pemeriksaan bimanual :
a) Pastikan gerakan serviks bebas
b) Tentukan besar dan posisi uterus
c) Pastikan tidak ada kehamilan
d) Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
11. Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi:
a) Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
b) Adanya tumor pada Cavum Douglasi
12. Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian buka dan rendam
dalam keadaan terbalik
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
1. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
2. Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya:
a) Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
b) Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
c) Letakkan kemasan pada tempat yang datar
d) Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
e) Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal
lengan sehingga lengan akan melipat
f) Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari
bawah lipatan lengan
g) Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR
yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
h) Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan ukuran
kavum uteri
i) Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
j) AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

TINDAKAN PEMASANGAN AKDR


1. Pakailah sarung tangan yang baru
2. Pasanglah spekulum vagina untuk melihat serviks
3. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)
5. Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch tehnique) yaitu
secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa
menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum.
6. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
7. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastik penutup kemasan
8. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan yang tidak steril,
hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
9. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan
AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung
inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
adanya tahanan.
10. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
11. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
12. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai
leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
13. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4
cm
14. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
15. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
16. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa selama 30-60 detik
17. Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Tahap Terminasi
1. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
2. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai)
ke tempat yang sudah disediakan (tempat sampah medik)
3. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, buka dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%
4. Cuci tangan dengan air dan sabun
5. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang

Konseling post pemeriksaan IVA


1. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
3. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
4. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR
5. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
7. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

You might also like