You are on page 1of 119

Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Tim Penyusun

Hendri C Wijaya
Suhardi
Wahyu Pristiawan Buntoro
Endi Gunardi
Yudistiro
Dedy Firdaus

Editor teks: Adiseno


Editor- Layout: Suhardi

Design Cover: Endi Gunardi

Setting: Font Tahoma 7.5 , dicetak diatas kertas ukuran A5 dengan HP LaserJet 1160.

Hak cipta dipegang oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia.


Jika mengutip isi buku ini mohon disebutkan pemegang hak cipta.
Buku ini dapat diperbanyak tanpa ijin, kecuali untuk tujuan komersil harus mendapat ijin
tertulis dari FPTI. File dalam bentuk pdf dapat diakses di website FPTI.
Saran atau komentar mohon disampaikan melalui email ke pp_fpti@yahoo.com.

iii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

DAFTAR ISI iv

KATA PENGANTAR ix
BAB 1 FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 1
1.1 PENDAHULUAN 1
1.2 TUGAS FPTI 1
1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN 1
1.4 OFISIAL KOMPETISI FPTI 2
BAB 2 PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT , DAN
TIM OFISIAL 7
2.1 PENDAHULUAN 7
2.2 TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT DAN OFISIAL 7
2.3 KUOTA TIM 8
2.4 PENDAFTARAN ATLIT 8
2.5 KARTU IDENTITAS ATLIT (KIAT) 8
BAB 3 PERATURAN UMUM 11
3.1 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 11
3.2 DINDING PANJAT 19
3.3 KESELAMATAN/SAFETY 20
3.4 DAFTAR URUTAN PEMANJATAN 22
3.5 ISOLASI 23
3.6 OBSERVASI 24
3.7 PERSIAPAN SEBELUM PEMANJATAN 24
3.8 SERAGAM TIM DAN PERALATAN PEMANJATAN 25
3.9 PERAWATAN DINDING DAN JALUR PEMANJATAN 26
3.10 INSIDEN TEKNIS 26
3.11 PENGHENTIAN PEMANJATAN 27
3.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO UNTUK PENJURIAN 27
3.13 PENGUMUMAN HASIL KOMPETISI 28
3.14 PERINGKAT 29
3.15 TES ANTI DOPING 30
3.16 UPACARA 30
3.17 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) 30

iv
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.18 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI 31


3.19 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING) 32
BAB 4 LEAD 33
4.1 PENDAHULUAN 33
4.2 OBSERVASI JALUR 34
4.3 PERCOBAAN PEMANJATAN 34
4.4 BELAYING DAN KESELAMATAN 34
4.5 PROSEDUR PEMANJATAN 36
4.6 INSIDEN TEKNIS 37
4.7 PENILAIAN 38
4.8 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI 39
4.9 KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI 39
4.10 PENGHENTIAN PEMANJATAN PADA SATU JALUR 40
4.11 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO 40
BAB 5 MULTIPITCH 41
5.1 UMUM 41
5.2 KESELAMATAN DAN BELAYING 41
5.3 PROSEDUR PEMANJATAN 42
5.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI 43
5.5 PENILAIAN 43
5.6 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI 43
5.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN 44
5.8 ATURAN TAMBAHAN 44
BAB 6 BOULDER 45
6.1 UMUM 45
6.2 OBSERVASI 46
6.3 PROSEDUR PEMANJATAN 46
6.4 INSIDEN TEKNIS 47
6.5 PERINGKAT SETIAP BABAK 48
6.6 KUOTA MASING-MASING BABAK 49
6.7 PENGGUNAAN VIDEO REKAMAN 49
BAB 7 SPEED 51
7.1 UMUM 51
7.2 JALUR 51
7.3 KESELAMATAN/SAFETY 52

v
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.4 PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN 53


7.5 PENYELESAIAN JALUR PEMANJATAN 53
7.6 PENGUMUMAN HASIL 53
7.7 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT – FORMAT KLASIK 54
7.8 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT – FORMAT WORLD RECORD 57
7.9 DEMONSTRASI DAN OBSERVASI 61
7.10 PROSEDUR PEMANJATAN 61
7.11 INSIDEN TEKNIS 62
7.12 SPEED REKOR 63
BAB 8 SPEED – ESTAFET 65
8.1 UMUM 65
8.2 DEMONSTRASI DAN OBSERVASI 65
8.3 PROSEDUR PEMANJATAN 65
8.4 INSIDEN TEKNIS 66
8.5 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI 67
8.6 PENILAIAN SPEED ESTAFET 67
8.7 PENGGANTIAN ATLIT 68
BAB 9 SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA 69
9.1 PENGERTIAN 69
9.2 UMUM 69
9.3 PENYELENGGARA SIRKUIT 70
9.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 70
9.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 70
9.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 71
9.7 PENGHARGAAN PADA SETIAP SIRKUIT 71
9.8 PERINGKAT SIRKUIT NASIONAL/DAERAH 71
9.9 LAIN-LAIN 72
BAB 10 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH
(KEJURNAS/KEJURDA) FPTI 73
10.1 PENDAHULUAN 73
10.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI 73
10.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 73
10.4 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 74
10.5 PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI 74
10.6 NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA TIAP NOMOR KOMPETISI 75

vi
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

BAB 11 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH (KEJURNAS/KEJURDA)


FPTI KELOMPOK UMUR 79
11.1 PENDAHULUAN 79
11.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI 79
11.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 79
11.4 PENGELOMPOKAN UMUR 80
11.5 LEAD DAN SPEED 80
11.6 BOULDER 80
11.7 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 81
11.8 ALOKASI ATLIT PADA SETIAP KATEGORI 81
11.9 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 81
BAB 12. KEJUARAAN ANTAR PELAJAR 83
12.1 PENDAHULUAN 83
12.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR 83
12.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI 84
12.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 84
12.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 85
12.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN 85
BAB 13. KEDISIPLINAN DALAM KOMPETISI 87
13.1 PENGERTIAN 87
13.2 KEDISIPLINAN ATLIT 87
13.3 KEDISIPLINAN TIM OFISIAL 89
13.4 KEDISIPLINAN OFISIAL KOMPETISI 90
13.5 KEDISIPLINAN PIHAK LAIN 90
BAB 14. PROSEDUR PROTES DALAM KOMPETISI 91
14.1 UMUM 91
14.2 JURI PROTES 91
14.3 PROTES ATAS KEPUTUSAN JURI MENGENAI PEMANJATAN SUATU JALUR 91
14.4 PROTES SETELAH HASIL SUATU BABAK KOMPETISI DIUMUMKAN 92
14.5 PROTES KEPADA FPTI DELEGATE 92
14.6 KOMISI DISIPLIN FPTI 92
14.7 BIAYA PROTES 92

vii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

LAMPIRAN 95

Lampiran 1 Tata Ruang Kompetisi 97


Lampiran 2 Spesifikasi Dinding Panjat 98
Lampiran 3 Fasilitas Zona Isolasi 100
Lampiran 4 Lembar Hasil Pemanjatan 102
Lampiran 5 Lembar Hasil Pemanjatan Boulder 103
Lampiran 6 Lembar Hasil Tiap Babak Provisional 104
Lampiran 7 Lembar Hasil Tiap Babak 105
Lampiran 8 Lembar Hasil Tiap Babak Provisional 106
Lampiran 9 Lembar Hasil Akhir Kompetisi 107
Lampiran 10 Topo jalur Speed Rekor 108
Lampiran 11 Struktur Organisasi Kompetisi 109

viii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

KATA PENGANTAR

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi FPTI ini adalah pengembangan dari Pedoman Kompetisi
FPTI versi sebelumnya. Sebagian besar isinya diambil murni dari IFSC Rules 2007 dan ICC
Hand Book Organiser 2005, yang diterbitkan secara terpisah oleh bidang Kompetisi FPTI, serta
dokumen-dokumen baru yang terfokus pada peraturan Sport Climbing, dan tata cara
penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing. Peraturan-peraturan baru serta perubahan -
perubahan yang telah ditambahkan pada pembaharuan tahunan komisi regulasi IFSC, ditambah
sedikit penyesuaian-penyesuaian dari FPTI.
Kami berharap Pedoman Penyelenggaran Kompetisi FPTI 2010 ini dapat berguna bagi
kemajuan dunia kompetisi panjat tebing nasional dan tentu saja bagi seluruh yang terlibat
didalamnya (Pengda FPTI diseluruh Indonesia, para atlit dan tim ofisial, para penyelenggara
kompetisi dan semua pihak).

Jakarta, Februari 2010

FH.Mutter W. Pristiawan Buntoro


Ketua Harian FPTI Wk.Ka.Biro Kompetisi

ix
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

1 FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Federasi Panjat Tebing Indonesia ( selanjutnya disingkat FPTI ) bertanggung jawab
terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan
olahraga dan kompetisi panjat tebing nasional.
1.1.2 FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua kompetisi panjat tebing nasional,
seperti diatur dalam pasal 1.2 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang
berhubungan dengan olahraga panjat tebing.
b. Menerima permohonan dari calon-calon penyelenggara untuk mengorganisir
dan atau menyelenggarakan kompetisi /kejuaraan.
c. Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olah raga
panjat tebing dan setelah melihat kemampuan pengorganisasian dan
pendanaan.
d. Seluruh kompetisi yang telah diakui FPTI harus diselenggarakan dan
dijalankan dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah
ditetapkan.

1.2 TUGAS FPTI


1.2.1 Untuk urusan-urusan mengenai organisasi kompetisi panjat tebing nasional, tugas
tugas FPTI sesuai tingkatan kepengurusan (pusat/daerah) adalah:
a. Menerima semua permohonan untuk menyelenggarakan kompetisi yang
disetujui atau disetujui dan diakui FPTI.
b. Mengurusi semua hal, baik yang berhubungan dengan masalah umum
maupun yang berhubungan dengan kompetisi yang akan diselenggarakan.
c. Menyebarkan semua informasi mengenai kompetisi yang diakui dan atau
diselenggarakan oleh FPTI.
d. Menyebarkan aturan, peraturan dan informasi-informasi penting lainnya.
e. Melakukan publikasi resmi mengenai semua hasil kompetisi, Peringkat Sirkuit
Nasional dan Peringkat Berjalan Nasional dan informasi resmi lainnya.

1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN
1.3.1 Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI
yang diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah
kompetisi yang diakui oleh FPTI.
1.3.2 Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui dan
diakui FPTI adalah sebagai berikut:
a. Jenis Kejuaraan, yang terdiri dari:
1. Terbuka.

1
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

2. Militer.
3. Kelompok Umur.
4. Pelajar.
b. Tingkat Kejuaraan:
1. Nasional.
2. Regional (beberapa Provinsi yang berada dalam satu wilayah).
3. Provinsi/Daerah.
4. Kabupaten/Kota.
c. Kejuaraan yang direkomendasi FPTI, yaitu:
1. Sirkuit Nasional.
2. Kejuaraan Nasional FPTI.
3. Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.
4. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar.
5. Kompetisi Regional.
6. Kompetisi Regional Kelompok Umur.
7. Kejuaraan Daerah/Sirkuit Daerah.
8. Even Kompetisi Nasional dan Daerah.
1.3.3 Dalam suatu kejuaraan/kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat
kejuaraan/kompetisi.
1.3.4 Hanya atlit pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku yang
berhak mengikuti kejuaraan/kompetisi yang disetujui dan atau disetujui dan diakui
oleh FPTI yang menjadi dasar penghitungan Peringkat Nasional.

1.4 OFISIAL KOMPETISI FPTI


1.4.1 FPTI mempunyai hak untuk secara resmi menentukan Ofisial Kompetisi dalam
setiap kejuaraan/kompetisi yang disetujui atau kompetisi yang disetjui dan diakui
FPTI, sesuai ayat 1.4.2
1.4.2 Ofisial Kompetisi FPTI terdiri dari:
a. FPTI Delegate dan,
b. Juri Kompetisi, yang terdiri dari:
1. Jury President,
2. Category Judge,
3. Chief Routesetter,
4. Route Judge.
1.4.3 Hak dan wewenang Ofisial Kompetisi.
a FPTI Delegate:
i. Adalah pejabat FPTI yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan aspek
teknis dan nonteknis dalam suatu kejuaraan/kompetisi.

2
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Mempunyai kewenangan penuh untuk memastikan bahwa semua fasilitas


dan pelayanan telah disediakan oleh penyelenggara kompetisi (seperti:
pendaftaran atlit dan lainnya, pelayanan medis, media dan sebagainya)
yang sesuai dengan peraturan FPTI.
iii. FPTI Delegate mempunyai hak untuk menghadiri setiap pertemuan dengan
penyelenggara kompetisi.
iv. Pada setiap rapat terkait dengan kompetisi dan penjurian, FPTI Delegate
mempunyai kapasitas sebagai penasehat.
v. Jika Jury President berhalangan atau belum tiba di area kompetisi, FPTI
Delegate akan bertindak atas nama Jury President di dalam area kompetisi.
vi. Mengkoordinir masalah teknis dan non- teknis kompetisi selama
berlangsungnya kejuaraan/kompetisi.
vii. FPTI Delegate harus membuat laporan kompetisi secara detil kepada FPTI.
b Jury President:
i. Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai juri dalam kompetisi. Kualifikasi
yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
ii. Jury President memiliki kewenangan penuh di dalam daerah kompetisi (lay
out zona kompetisi lihat Lampiran 1), termasuk yang berkaitan dengan
aktivitas media massa dan semua pihak lain yang telah ditunjuk oleh
penyelenggara.
iii. Jury President mempunyai kewenangan mencakup semua aspek dari
jalannya kompetisi dan memimpin semua rapat dan pertemuan resmi
lainnya.
iv. Memimpin pertemuan teknis (technical meeting) atau pertemuan
penyelenggaraan (organizational meeting) dengan penyelenggara
kompetisi,ofisial tim, atlit dan pihak lain.
v. Jury President diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai teknis
jalannya kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh
FPTI.
vi. Memberi penilaian terhadap Calon Juri Kompetisi yang sedang menjalani
tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.
c Category Judge:
i. Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai Juri Kompetisi. Kualifikasi yang
bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
ii. Category Judge adalah seorang Wasit Nasional yang ditunjuk oleh FPTI
untuk membantu Jury President dalam menjalankan semua aspek penjurian
dalam suatu kejuaraan/kompetisi.
iii. Category Judge dibantu oleh Wasit Jalur (Route Judge) dan atau Wasit
Boulder (Boulder Judge) untuk kategori Boulder.
d Chief Routesetter:
i. Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai pembuat jalur (routesetter)
dalam kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan
tersendiri oleh FPTI.

3
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keselamatan dari
setiap jalur atau Boulder dalam suatu kompetisi.
iii. Chief Routesetter bertanggung jawab untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan semua aspek yang berhubungan dengan pembuatan dan
pengaturan jalur yang akan digunakan dalam kompetisi, termasuk desain dari
setiap jalur, pemasangan pegangan dan peralatan lain yang berhubungan
dengan peraturan kompetisi.
iv. Chief Routesetter dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa
pembuat jalur (tim routesetting).
v. Memberi masukan Jury President pada setiap permasalahan teknis dalam area
kompetisi.
vi. Menyiapkan dan menyusun topo jalur Lead lengkap dengan nilai, memberi
masukan penentuan posisi kamera serta menentukan alokasi waktu
pemanjatan untuk setiap jalur.
vii. Memberi penilaian terhadap Calon Juri Kompetisi dan Calon Routesetter yang
sedang menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi
nasional.
viii. Chief Routesetter diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai
semua jalur yang dipergunakan dalam kompetisi kepada FPTI dengan format
yang sudah ditetapkan oleh FPTI.
e Route Judge (Juri Jalur):
i. Route Judge bertugas membantu tugas penjurian dan bertanggung jawab
pada Category Judge. FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief
Routesetter dan Route Judge (Juri Jalur) bersama-sama tergabung dalam Juri
Kompetisi FPTI (FPTI Judge)
1.4.4 Ofisial Kompetisi yang bertugas wajib mendapat surat mandat penugasan dari FPTI.
1.4.5 Penyelenggara wajib menyediakan personil untuk membantu Jury President dan
Chief Routesetter sesuai kebutuhan atas pembiayaan dan tanggung jawab
penyelenggara. Struktur Organisasi Kompetisi lihat Lampiran 11.
1.4.6 Penerbitan Surat Tugas.
a. FPTI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial
Kompetisi yang akan melaksanakan suatu kejuaraan/kompetisi.
b. Surat Tugas harus sudah diterbitkan paling lambat 15 (lima belas) hari
kalender sebelum tanggal pelaksanaan kejuaraan/kompetisi, format surat
tugas terdapat pada Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing:
Lampiran 13.
c. Surat Tugas dinyatakan sah jika ditanda tangani oleh salah seorang pejabat
berikut:
• Ketua Umum.
• Ketua Harian/Wakil Ketua Umum.
• Sekretaris Umum.
1.4.7 Mekanisme Penunjukkan Ofisial Kompetisi.

4
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Mengacu pada ayat 1.4.6 di atas, mekanisme Penugasan Ofisial Kompetisi adalah
sebagai berikut:
a. FPTI Delegate.
Adalah orang pribadi anggota pengurus FPTI yang mengerti dan memahami seluruh
peraturan yang ada dalam Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman
Kompetisi Panjat Tebing termasuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
FPTI, tapi tidak perlu mempunyai kualifikasi sebagai Juri Kompetisi FPTI.
i. Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi, penerbitan
Surat Tugas FPTI Delegate, menjadi kewenangan Pengurus Daerah FPTI.
ii. Untuk Kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan Nasional penerbitan Surat
Tugas FPTI Delegate menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.
iii. Surat Tugas untuk FPTI delegate dapat disatukan dengan Surat Tugas untuk
Juri Kompetisi.
b. Juri Kompetisi.
i. Setelah menerima Surat Rekomendasi Kompetisi (lihat Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010, Pasal 2.1.), berkaitan dengan
Juri Kompetisi (Jury President, Chief Routesetter), Penyelenggara melakukan
koordinasi dengan Pengurus Daerah FPTI untuk menentukan nama Ofisial
Kompetisi. Daftar nama dapat dilihat di website FPTI.
ii. Berdasarkan daftar nama tersebut diatas dan masukan dari Pengda FPTI,
Penyelenggara menentukan Ofisial Kompetisi (selain FPTI Delegate) yang
akan menangani kejuaraan/kompetisi yang akan diselenggarakan. Selanjutnya
penyelenggara mengajukan secara resmi kepada FPTI.
iii. Selanjutnya FPTI akan menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi.
iv. Untuk Kompetisi tingkat kabupaten/kota dan provinsi penerbitan Surat Tugas
menjadi kewenangan Pengda FPTI, sedangkan untuk kejuaraan/kompetisi
tingkat regional dan nasional penerbitan Surat Tugas menjadi kewenangan
Pengurus Pusat FPTI.
v. Semua biaya yang timbul dari penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi
menjadi tanggung jawab penyelenggara kecuali Kejurnas FPTI akan diatur
tersendiri.
1.4.8 Renumerasi Ofisial Kompetisi.
a. Semua biaya yang timbul berkaitan dengan penunjukkan dan penugasan Ofisial
Kompetisi, terkecuali Kejurnas FPTI, Pra PON dan PON menjadi tanggungjawab
Penyelenggara.
b. Biaya dimaksud diantaranya adalah transport menuju tempat kompetisi pergi pulang,
honor selama kegiatan kompetisi, akomodasi dan konsumsi selama
kejuaraan/kompetisi berlangsung.
c. Standar honor (renumerasi) Ofisial Kompetisi diatur dalam Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi FPTI.

5
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

6
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

2. PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT, TIM OFISIAL

2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Penyelenggara Kompetisi adalah perorangan, lembaga dan atau organisasi anggota FPTI
yang telah memenuhi syarat dan mendapat rekomendasi untuk menyelenggarakan suatu
kompetisi/kejuaraan panjat tebing.
2.1.2 Atlit adalah semua individu yang terdaftar dan telah memenuhi syarat sebagai peserta
kompetisi panjat tebing, baik secara perseorangan maupun utusan organisasi anggota
FPTI.
2.1.3 Tim Ofisial adalah personil yang bertanggung jawab terhadap atlit baik sebagai
perorangan maupun sebagai sebuah tim yang merupakan utusan Pengurus Daerah yang
telah memenuhi syarat.
2.1.4 FPTI menghormati semua yang berkaitan dengan aktifitas tiap penyelenggara kompetisi,
atlit, tim ofisial.

2.2 TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT, TIM


OFISIAL
2.2.1 Menjadi kewajiban semua penyelenggara kompetisi, atlit, tim ofisial serta semua yang
berhubungan dengan penyelenggaraan kompetisi yang disetujui atau, disetujui dan
diakui FPTI, apakah bekerjasama langsung dengan FPTI atau dalam asosiasi dengan
anggota federasi atau dengan penyelenggara kompetisi, untuk:
a. Secara sukarela menerima bahwa promosi, pengembangan dan administrasi yang
berhubungan dengan olahraga dan kompetisi panjat tebing dikontrol sepenuhnya
oleh FPTI.
b. Menjamin bahwa tidak ada bantuan keuangan atau perjanjian lain yang akan
diterima organisasi penyelenggara (misal: televisi, sponsor kompetisi, dll), yang
dikhawatirkan akan menimbulkan konflik dengan perjanjian yang telah dibuat
dengan FPTI tanpa terlebih dahulu mengajukan permohonan tertulis kepada FPTI.
c. Selalu meminta masukan dan persetujuan FPTI tentang berbagai hal yang mungkin
bertentangan dengan tujuan utama olahraga panjat tebing.
2.2.2 Menjadi tanggung jawab penyelenggara kompetisi untuk:
a. Menjalankan, mempromosikan dan mengembangkan secara aktif olahraga panjat
tebing, dan sungguh-sungguh menegakkan prinsip-prinsip Piagam Olimpiade
(Olympic Charter), peraturan-peraturan dari IOC Medical Code, dan juga peraturan
FPTI serta aturan yang telah ditetapkan untuk kompetisi olah raga panjat tebing
nasional.
b. Memahami dan mematuhi aturan dan peraturan dalam olah raga panjat tebing serta
menjamin bahwa para atlit dan tim ofisial menjunjung tinggi sportivitas.
c. Bersama-sama dengan para atlit dan tim ofisial berusaha dengan terus menerus
dan aktif melawan penggunaan obat-obatan dan bahan-bahan terlarang lainnya,
serta berusaha mematuhi semua aturan dan pedoman yang ada untuk menjamin
berlangsungnya test pemakaian doping setelah kompetisi ketika diperlukan.
d. Melarang segala metode atau praktik yang dapat menyebabkan resiko yang tidak
diinginkan terhadap kesehatan atau perkembangan fisik para atlit.

7
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

e. Bersama-sama berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melawan setiap keinginan


untuk memanipulasi aturan dan peraturan yang dapat menguntungkan atlit dan tim
ofisial tertentu.
f. Menyakinkan bahwa para atlit dan tim ofisial akan memperlakukan atlit, ofisial dan
pihak lainnya yang terlibat dalam olah raga panjat tebing dengan penuh hormat
setiap saat baik selama kompetisi berlangsung atau pada kegiatan lainnya.
2.2.3 Menjadi tanggung jawab semua tim ofisial dan atlit untuk memastikan bahwa mereka
dibekali informasi yang memadai berkaitan dengan kompetisi.

2.3 KUOTA TIM

2.3.1 Kuota Tim untuk para atlit ditetapkan hanya untuk Seri Sirkuit Nasional, Kejuaraan
Nasional FPTI, Kejuaraan Nasional FPTI Kelompok Umur, Kejurnas Antar Pelajar, Pra
PON dan PON.
2.3.2 Setiap tim diijinkan untuk mendaftarkan sampai maksimal lima (5) tim ofisial yang
dijamin bebas bea masuk dalam area kompetisi (venues). Tim ofisial ini harus
dicantumkan dalam formulir permohonan/pendaftaran dan secara khusus dijelaskan
untuk masing-masing posisi dibawah ini:
a. Tim Manajer.
b. Tim Pelatih.
c. Tim Medis.

Tim ofisial ini diijinkan untuk memasuki dan meninggalkan zona isolasi dengan ketentuan
yang sama seperti yang diberlakukan pada atlit.

2.4 PENDAFTARAN ATLIT

2.4.1 Batas waktu pendaftaran bagi atlit yang diberitahukan pada informasi kompetisi yang
disebarkan FPTI harus dipatuhi.
2.4.2 Pendaftaran setelah batas waktu dikenakan biaya pendaftaran tambahan.
2.4.3 Berdasarkan kebijakan FPTI Delegate, perubahan nama-nama atlit dapat diterima.
Perubahan ini harus diberitahukan kepada FPTI Delegate sebelum penutupan zona
isolasi.

2.5 KARTU IDENTITAS ATLIT (KIAT)

2.5.1 Setiap atlit yang akan ikut atau diikutsertakan dalam kejuaraan/kompetisi yang disetujui
atau kompetisi yang disetujui dan diakui yang diadakan oleh perorangan, lembaga atau
federasi anggota FPTI harus mempunyai Kartu Identitas Atlit (selanjutnya disingkat
KIAT) yang masih berlaku dari FPTI.
2.5.2 Setiap KIAT hanya berlaku untuk 1 tahun, misal: dari tanggal 1 Januari sampai 31
Desember. Setiap Pengda FPTI boleh, atas nama atlit, memperbaharui KIAT tersebut

8
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

setiap tahun dengan melengkapi formulir permohonan dan mengirimnya kepada PP


FPTI.
2.5.3 Biaya penerbitan KIAT ditetapkan sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah).

9
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3. PERATURAN UMUM KOMPETISI

3.1 KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI


3.1.1 FPTI mempertandingkan kategori kompetisi sebagai berikut:
a. Lead: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan cara
merintis (leading), atlit diamankan (di-belay) dari bawah, setiap titik
pengaman (quickdraw) dikaitkan secara berurutan, sesuai dengan arah jalur
(sumbu jalur) pemanjatan, dan ketinggian yang dicapai; atau dalam kasus
gerakan pemanjatan menyamping (traverse) dan atau tebing menggantung
(roof section): secara horisontal dari satu tempat ketempat lain. Jarak yang
paling lebar/jauh/dan atau tinggi yang dapat ditempuh pada sumbu jalur,
yang menentukan peringkat atlit pada satu babak.
b. Boulder: merupakan kompetisi yang terdiri dari sejumlah boulder. Setiap
pemanjatan pada boulder dilakukan secara solo (solo climbing) dan
diamankan dengan matras landasan jatuh. Jumlah keseluruhan total nilai yang
diraih oleh atlit pada tiap-tiap boulder, yakni jumlah usaha yang digunakan
untuk mencapai titik tertentu (tumpuan bonus atau tumpuan top) menentukan
peringkat atlit. Boulder dapat dilaksanakan secara beregu.
c. Speed: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan top-rope,
atlit dibelay dari bawah. Waktu yang ditempuh seorang atlit dalam
menyelesaikan jalur menentukan peringkat atlit dalam suatu babak kompetisi.
d. Speed Estafet: Kompetisi kategori speed yang terdiri dari 4 (empat) jalur
speed untuk setiap regu dan dipertandingkan secara berantai dengan 4
(empat) orang atlit setiap regu berhadapan dengan regu yang lain. Waktu
yang ditempuh oleh suatu regu akan menentukan peringkat masing-masing
regu.
e. Multipitch: adalah kompetisi kategori Lead yang dilakukan oleh dua orang atlit
yang bekerjasama dalam menyelesaikan suatu jalur pemanjatan. Jalur
pemanjatan dibagi menjadi 2 (dua) pitch dan dalam melakukan pemanjatan
kedua atlit saling mengamankan dan bergantian untuk menjadi leader
(perintis) dan belayer (penambat).
3.1.2 Pada setiap kategori kompetisi harus dipertandingkan nomor putra dan putri, tidak
direkomendasikan kejuaraan yang hanya ditujukan bagi putra saja atau putri saja.
3.1.3 Pada setiap Kompetisi/Kejuaraan Tingkat Nasional (kecuali Kejurnas, Pra PON dan
atau PON ) dapat terdiri dari minimal salah satu kategori:
a. Lead.
b. Boulder.
c. Speed.
Atau kombinasi dari ketiga kategori kompetisi tersebut.
3.1.4 Nomor Kompetisi.
Pada suatu kejuaraan dapat dipertandingkan nomor:
a. Perorangan.
b. Non-Perorangan.

11
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.1.5 Nomor Kompetisi Perorangan


Tidak perlu diatur lebih lanjut karena sudah cukup jelas.
3.1.6 Nomor Kompetisi Non-Perorangan terdiri dari Nomor Beregu Kategori; Nomor Beregu
Ganda Campuran; Nomor Beregu Estafet; Nomor Beregu Multi-pitch.
3.1.7 Nomor Beregu – Kategori
a. Kategori kompetisi yang dapat dilakukan untuk nomor beregu-kategori adalah:
i. Lead.
ii. Speed format Klasik.
iii. Boulder.
b Suatu Nomor kompetisi beregu hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu
yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
c. Jumlah atlit dan Babak Kompetisi
i. Nomor beregu hanya dipertandingkan dalam 2 babak untuk kategori Lead
dan Boulder, yaitu babak semi final dan babak final. Untuk kategori Speed
harus ada babak kualifikasi dan babak Putaran - Final.
ii. Jumlah atlit untuk setiap regu pada masing-masing nomor kompetisi
adalah 2 (dua); 3 (tiga) atlit; 4 (empat) dan 5 (lima).
iii. Setiap regu dapat mendaftarkan 2 (dua) atlit cadangan.
iv. Daftar atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge
60 (enam puluh) menit sebelum zona isolasi nomor beregu dibuka.
d. Urutan pemanjatan:
i. Untuk kategori Speed, nomor urut pemanjatan untuk setiap regu disusun
oleh manajer tim pada kertas tertutup.
ii. Susunan nomor urut pemanjatan untuk setiap regu harus sudah diterima
oleh Category Judge paling lambat 15 (lima belas) menit sebelum babak
Kualifikasi atau suatu babak pada putaran-Final dimulai.

e. Penilaian Nomor Kompetisi Beregu Kategori ditentukan sebagai berikut:


i. Kategori Lead dan Boulder.
a) Penyusunan peringkat regu didasarkan pada nilai akumulasi yang
diperoleh setiap regu pada setiap babak.
b) Regu dengan akumulasi nilai tertinggi menempati peringkat tertinggi.
c) Jika terjadi akumulasi nilai sama pada beberapa regu, akan dilakukan
penentuan peringkat dengan cara melihat akumulasi nilai pada babak
sebelumnya.
e). Jika metode (c) tetap tidak dapat digunakan memisahkan peringkat
regu tersebut, maka regu yang mempunyai pemanjat dengan nilai
pemanjatan tertinggi pada babak terakhir berhak menempati peringkat
lebih baik dari regu lainnya.

12
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

f) Jika pemisahan peringkat tidak dapat dilakukan karena terjadi nilai


sama menggunakan metode (c) atau (d), maka diadakan babak Super-
Final yang hanya diwakili oleh salah satu anggota regu.
g) Jika peringkat sama terjadi pada 2 (dua) regu teratas, maka akan diadakan Super-
Final untuk kedua regu.
h) Pada kategori Lead, jika pada babak Super - Final masih terjadi peringkat sama
akan dilihat catatan waktu dari masing-masing regu.
i) Pada kategori Boulder, jika pada babak Super- Final masih terjadi peringkat sama
pada satu jalur, akan dilakukan pada jalur berikutnya sampai peringkat dapat
dipisahkan.
ii. Kategori Speed.
a) Pada babak Kualifikasi:
1 Penyusunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu tercepat yang
diperoleh oleh setiap regu.
2 Jika salah satu anggota regu gagal menyelesaikan salah satu jalur
pemanjatan, maka regu tersebut didiskualifikasi. Anggota regu yang
belum melakukan pemanjatan tidak diperkenankan melakukan
pemanjatan.
b) Pada babak Putaran-Final:
Pemanjatan pada babak putaran-Final dilakukan menggunakan skema Pasal
7.7.8 Peraturan Kompetisi ini.
1 Penentuan regu pemenang dalam setiap head pada putaran-Final
dilakukan dengan sistem gugur (knock-out), yaitu berdasarkan total
waktu yang ditempuh oleh masing-masing atlit anggota suatu regu pada
kedua jalur pemanjatan.
2 Atlit ketiga dari masing-masing regu harus tetap melakukan pemanjatan
walaupun regu pemenang telah dapat ditentukan dari pemanjatan yang
telah dilakukan oleh dua atlit sebelumnya dari masing-masing regu.
3 Penentuan peringkat regu selain untuk peringkat 1, 2 dan 3 ditentukan
dengan melihat total waktu pada setiap babak, yaitu babak putaran-Final
dan babak Kualifikasi.
4 Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan:
a) Jika salah satu anggota regu gagal menyelesaikan salah satu jalur
pemanjatan, maka anggota regu lawannya dinyatakan sebagai
pemenang jika dapat menyelesaikan kedua jalur pemanjatan.
b) Anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan
pertamanya, tidak diperkenankan melakukan pemanjatan pada jalur
kedua.
5 Penggantian atlit:
a) Atlit yang mengikuti putaran-Final dapat diganti oleh manajer tim
dengan atlit cadangan yang telah didaftarkan.

13
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

b) Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan dikarenakan cedera


atau sakit harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis yang
disediakan oleh penyelenggara.
c) Setiap regu hanya diijinkan melakukan paling banyak dua kali
penggantian atlit.
d) Penggantian atlit dilakukan bersamaan dengan pemasukan urutan
pemanjatan oleh manajer tim sebelum suatu babak putaran-Final
dimulai.
e) Atlit yang telah digantikan oleh atlit cadangan tidak dapat
menggantikan kembali atlit lainnya.
3.1.8 Nomor Beregu- Ganda Campuran.
a. Umum.
i. Nomor Beregu Ganda Campuran dapat dipertandingkan dalam suatu
kejuaraan/kompetisi.
b. Kategori kompetisi yang dapat dilakukan pertandingan nomor beregu ganda
campuran adalah:
i. Lead.
ii. Boulder.
iii. Speed Format A.
iv. Multipitch.
c Suatu nomor kompetisi beregu ganda campuran hanya dapat dilaksanakan
jika jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
d Jalur dan Urutan Pemanjatan
i. Jalur yang digunakan untuk nomor beregu ganda campuran adalah selalu
sama untuk putra dan putri.
ii. Chief Route harus dapat merancang suatu jalur yang memungkinkan
untuk atlit putra dan putri.
iii. Urutan Pemanjatan untuk ganda campuran adalah pada suatu babak, atlit
putra melakukan pemanjatan terlebih dahulu baru selanjutnya atlit putri.
f Jumlah Atlit dan Babak Kompetisi:
i. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit
dan harus terdiri dari 1 (satu) atlit putra dan 1 (satu) atlit putri.
ii. Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 1 (satu) atlit cadangan
putra dan 1 (satu) atlit cadangan putri. Daftar atlit dan atlit cadangan
harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh) menit
sebelum zona isolasi untuk nomor beregu ganda campuran di buka.
iii. Nomor beregu hanya dipertandingkan dalam 2 babak untuk katagori Lead
dan Boulder. Untuk kategori Speed harus ada babak Kualifikasi dan
putaran-Final.
iv. Untuk kategori Speed harus ada babak Kualifikasi dan putaran - Final,
tanpa memandang jumlah regu yang terdaftar.

14
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

g Penilaian Nomor Kompetisi Beregu Ganda Campuran ditentukan sebagai


berikut:
i. Kategori Lead dan Boulders.
a) Penyusunan peringkat regu didasarkan pada nilai akumulasi yang
diperoleh setiap regu pada setiap babak.
b) Regu dengan akumulasi nilai tertinggi menempati peringkat tertinggi.
c) Jika terjadi akumulasi nilai sama pada lebih dari satu regu, maka regu
yang mempunyai pemanjat dengan nilai pemanjatan tertinggi berhak
menempati peringkat lebih baik dari regu lainnya.
d) Jika nilai sama pada babak Final terjadi pada lebih dari satu regu,
akan dilakukan Penentuan peringkat dengan:
1 Melihat hasil pada babak sebelumnya.
2 Jika penentuan peringkat tidak dapat dilakukan setelah melihat
babak sebelumnya, maka regu yang mempunyai pemanjat
dengan nilai pemanjatan lebih tinggi berhak menempati peringkat
lebih baik dari regu lainnya.
e) Jika pemisahan peringkat tidak dapat dilakukan karena terjadi nilai
sama menggunakan metode (c) atau (d), maka peringkat dibiarkan
tetap sama. Jika peringkat sama terjadi pada 3 (tiga) regu teratas,
maka penentuan peringkat akhir dilakukan dengan melihat hasil
pemanjatan terbaik dari masing-masing anggota regu, jika cara ini
tetap tidak dapat memisahkan peringkat, maka dilakukan babak
super-final, dengan hanya melibatkan satu atlit dari tiap regu dengan
prosedur yang sama untuk babak Super-Final kategori Lead (Pasal
4.8.5) dan Boulder (Pasal 5.6.5).
f) Proses penghitungan waktu pada babak Super Final akan dilakukan
point to point, yaitu pada saat atlit memegang tumpuan (hold),
sampai atlit menyelesaikan pemanjatannya atau terjatuh
(penghitungan waktu menggunakan stopwatch dengan minimal 50
memory).
ii. Kategori Speed
a) Babak Kualifikasi:
1. Penyusunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu yang
diperoleh oleh setiap regu. Jika salah satu regu gagal
menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu tersebut
didiskualifikasi dan anggota regu yang belum melakukan
pemanjatan tidak diperkenankan melakukan pemanjatan.
2. Jika terjadi peringkat sama, urutan pemanjatan heat pemanjatan
ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari masing-
masing regu, regu yang memiliki waktu terbaik akan menempati
peringkat yang lebih baik.
b). Babak Putaran-Final:
1. Pemanjatan pada babak ini dilakukan menggunakan skema
sesuai ayat 7.8.13.

15
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

2. Penentuan pemenang pada setiap putaran dilakukan dengan


sistem gugur, yaitu:
a). Berdasarkan total waktu yang ditempuh kedua pemanjat dari
masing masing regu pada kedua jalur pemanjatan.
b). Jika terjadi total waktu sama, maka pemanjatan untuk kedua
regu diulang lagi. Jika setelah dilakukan sekali pemanjatan
ulang tetap diperoleh total waktu sama, pemanjatan diulang
lagi sampai maksimal 3 (tiga) kali, jika masih sama sampai
dengan pemanjatan ulang ketiga, maka penentuan
pemenang dilakukan dengan melihat waktu terbaik dari tiap
regu, regu yang memiliki pemanjat dengan waktu terbaik
akan menempati peringkat yang lebih baik.
c). Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan:
1. Jika salah satu anggota regu gagal menyelesaikan jalur
pemanjatan, maka regu tersebut dinyatakan kalah,
apabila semua anggota regu lawannya dapat
menyelesaikan jalur pemanjatan.
2. Jika satu anggota regu dari masing-masing regu gagal
menyelesaikan pemanjatan, maka pemanjatan untuk
kedua regu diulang sekali lagi. Jika setelah diulang
kegagalan serupa tetap terjadi, maka kedua regu
didiskualifikasi dan calon lawan pada putaran berikutnya
mendapat bye.
3. Anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur
pemanjatan pertamanya, tidak diperkenankan
melakukan pemanjatan pada jalur kedua.
d) Penggantian Atlit:
1. Atlit yang mengikuti putaran-final dapat diganti oleh
manajer tim dengan atlit cadangan yang telah
didaftarkan.
2. Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan
dikarenakan cedera atau sakit harus dinyatakan oleh
dokter atau paramedis yang disediakan oleh
Penyelenggara.
3. Selama putaran - Final, setiap regu hanya diijinkan
melakukan penggantian satu kali untuk atlit putra dan
satu kali untuk atlit putri.
4. Penggantian atlit dilakukan segera setelah suatu babak
dalam putaran- Final berakhir.

3.1.9 Nomor Beregu-Estafet


a. Umum
i. Kategori kompetisi yang dapat dipertandingkan untuk nomor beregu estafet
hanya Speed Estafet.

16
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.


iii. Suatu nomor kompetisi beregu estafet hanya dapat dilaksanakan, jika
jumlah regu yang mendaftar minimal 6 (enam) regu.
iv. Beregu–estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet
campuran.
v. Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.
b. Prosedur pemanjatan nomor Beregu Estafet:
i. Beregu-estafet dilakukan pada 4 (empat) jalur untuk masing-masing
regu:
a) Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing sesuai
dengan urutan pemanjatan yang dibuat oleh manajer tim.
b) Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan
segera melakukan pemanjatan setalah aba-aba start disampaikan. Jika
terjadi kesalahan start pada atlit pertama maka atlit yang
bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang
diantara keduanya.
Jika terjadi dua kali kesalahan start maka akan didiskualifikasi.
c) Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda selesai jalur
pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish
berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu
berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan
pemanjatan di jalur kedua.
d) Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan,
ditandai dengan indikator 2 bh lampu menyala di finish berwarna merah
dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan
signal suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan pemanjatan di jalur
ketiga.
e) Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan,
ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna
merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna
hijau dan signal suara (bel), atlit keempat mulai melakukan
pemanjatan di jalur keempat.
f) Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat
waktu sebagai tanda akhir dari pemanjatan beregu-estafet.
ii. Suatu regu dinyatakan gugur apabila:
a) Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan
pemanjatan sementara atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya, belum
menyelesaikan pemanjatan (mencuri start pada jalur berikutnya). Jika
terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan mengangkat
tangan.
b) Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.
iii. Jika terjadi kesalahan teknis pada salah satu regu,maka pemanjatan regu
tersebut akan diulang seluruhnya.

17
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c Jumlah Atlit Babak Kompetisi.


i. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap nomor adalah 4 (empat) atlit.
ii Jumlah atlit untuk nomor beregu-estafet campuran untuk setiap regu terdiri
dari 2 (dua) atlit putra dan 2 (dua) atlit putri.
iii. Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 2 (dua) atlit cadangan,
untuk estafet-campuran atlit cadangan terdiri 1(satu) orang putra dan 1
(satu) orang putri.
iv. Daftar nama atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category
Judge 60 (enam puluh) menit sebelum ruang isolasi nomor beregu-estafet
dibuka.
v. Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori beregu- estafet terdiri dari
8 (delapan) regu atau lebih, maka kompetisi akan dilakukan dalam 2 (dua)
babak, yaitu Kualifikasi dan putaran -Final.

d Penggantian Atlit:
i. Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit
cadangan yang telah didaftarkan.
ii. Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan dikarenakan cedera atau
sakit harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis yang disediakan oleh
penyelenggara.
iii. Selama putaran - Final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian
satu kali untuk atlit putra dan satu kali untuk atlit putri.
iv. Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.

3.1.10 Nomor Beregu-Multipitch.

a Umum.
i. Multipitch adalah kategori kompetisi yang merupakan bagian dari kategori
lead dan mengadopsi sistem climbing procedure dengan membagi suatu jalur
pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang dilakukan oleh dua orang atlit yang
bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan waktu dan
prosedur yang telah ditentukan.
ii. Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan
minimal 20 (dua puluh) meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding
panjat memenuhi standar untuk digunakan nomor kompetisi ini.
iii. Suatu nomor kompetisi beregu-multipitch hanya dapat dilaksanakan jika
jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
iv. Beregu-multipitch terdiri dari 2 (dua) babak:
a) Babak Semi Final.
b) Babak Final, dan jika diperlukan kan diadakan babak Super-Final.

b Keselamatan dan Belaying.

18
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i. Titik pengamanan (protection point) pada P1 disediakan 3 buah hanger dan


pada P2 disediakan 4 buah hanger.
a) Posisi protection point (hanger) harus sejajar.
b) Setiap hanger dihubungkan dengan karabiner autolock.
c) Pada masing-masing pitch sudah ditentukan posisi dari cowtail, simpul
clove hitch (pangkal) dan figure of eight knot (simpul 8).
d) Atlit harus menempatkan semua pengaman sesuai dengan urutan yang
telah ditentukan.
ii. Semua quickdraw (runners) sudah dalam posisi terpasang sesuai dengan
sumbu jalur pemanjatan.
iii. Quickdraw (runner set) harus terhubung dengan hanger dengan Mailon
Rapide (MR) 10mm.
iv. Semua atlit dibekali dengan cowtail dan belay device yang telah ditentukan.
v. Semua belay device yang digunakan pada nomor beregu-multipitch adalah
Stitch Plate atau ATC .
c Jumlah Atlit dan Babak Kompetisi.
i. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit.
ii. Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori ini lebih dari atau sama
dengan 8 (delapan) regu, maka kompetisi kategori ini dilaksanakan dalam 2
(dua) babak, yaitu Semi-Final dan Final.

d Peringkat setiap babak Kompetisi.


i. Penyusunan peringkat regu didasarkan pada akumulasi nilai tertinggi yang
diperoleh kedua atlit pada setiap babak.
ii. Regu dengan akumulasi nilai tertingi menempati peringkat tertinggi.
iii. Jika terjadi nilai sama yang melibatkan lebih dari satu regu, maka semua regu
yang mempunyai nilai pemanjatan sama berhak menempati peringkat sama.
iv. Jika nilai sama terjadi pada babak Final terdapat lebih dari satu regu, maka
penentuan peringkat ditentukan dengan melihat hasil babak sebelumnya.
v. Jika penentuan peringkat tidak dapat ditentukan dengan melihat babak
sebelumnya, maka penentuan peringkat dilakukan babak Super Final.Dan jika
pada babak Super Final masih mempunyai nilai yang sama maka penentuan
pemenang akan ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik.

3.2 DINDING PANJAT

3.2.1 Semua kompetisi yang direkomendasikan oleh FPTI harus dilakukan pada dinding
buatan yang dirancang khusus untuk itu. Dimensi dan standar material diatur pada
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010 Pasal 2.5.
3.2.2 Seluruh permukaan dinding panjat dapat digunakan untuk pemanjatan dengan
perkecualian sebagai berikut:

19
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a. Lubang-lubang yang dibuat pada dinding panjat untuk penempatan tumpuan


tidak boleh digunakan sebagai pegangan tangan atlit waktu memanjat.
b. Sisi atau tepi kiri atau kanan serta bagian atas dinding panjat tidak boleh
digunakan untuk memanjat.
3.2.3 Jika diperlukan untuk membatasi area pemanjatan, garis, tumpuan atau features
(bentang permukaan) pada bidang dinding panjat yang bukan merupakan bagian
dari jalur pemanjatan, maka harus dibuat pembatas dengan menggunakan tanda
yang jelas dan tidak terputus-putus dengan tanda warna hitam.
a. Pembatas area, pegangan/pijakan, features (bentang permukaan) yang tidak
boleh dipegang harus diberi tanda warna merah.
b. Pembatas area, tumpuan/pijakan, features (bentang permukaan ) yang tidak
boleh digunakan untuk pemanjatan, tapi ada kemungkinan tersentuh harus
diberi tanda warna hitam. Jika terdapat pembatasan area tumpuan atau
bidang selain yang dijelaskan diatas, maka harus diinformasikan kepada
semua atlit.

3.3 KESELAMATAN/SAFETY
3.3.1 Penyelenggara kompetisi mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab penuh
untuk menjaga dan menjamin keselamatan (safety) didalam zona isolasi, zona
transit, zona kompetisi, area publik dan pada semua aktivitas lain yang terkait
dengan jalannya kompetisi.
3.3.2 Jury President, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai
wewenang penuh dalam mengambil keputusan atas setiap hal terkait dengan
keselamatan diseluruh area kompetisi, termasuk menolak untuk memberi ijin untuk
memulai atau melanjutkan suatu babak dalam kompetisi. Ofisial Kompetisi atau
personil panitia yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur keselamatan,
atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat
dibebastugaskan dalam kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena kompetisi.
3.3.3 Belayer yang ditunjuk penyelenggara harus sudah terlatih untuk melakukan belaying
(penambatan) sesuai dalam aturan kompetisi. Category Judge mempunyai
wewenang untuk memerintahkan mengganti belayer setiap saat selama kompetisi
berlangsung. Jika seorang belayer telah diganti, yang bersangkutan tidak diijinkan
lagi untuk menjadi belay bagi atlit lain pada kompetisi tersebut.
3.3.4 Sebelum kejuaraan dimulai, Jury President harus memastikan bahwa seluruh pra-
sarana dan sarana kompetisi telah memenuhi standar keselamatan (safety) dan
layak digunakan dalam kompetisi.
3.3.5 Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin keselamatan. Setiap
jalur pemanjatan atau boulder harus dirancang untuk menghindari kemungkinan
jatuhnya atlit:
a. Dapat mencederai atlit.
b. Dapat mencederai atau menganggu atlit lain.
3.3.6 Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memeriksa setiap jalur
atau boulder sebelum memulai suatu babak kompetisi, untuk memastikan bahwa

20
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

standar keselamatan telah terpenuhi. Secara khusus, Jury President, Category Judge
dan Chief Routesetter harus memastikan bahwa semua perlengkapan dan prosedur
keselamatan sesuai dengan standar UIAA dan per aturan FPTI.
3.3.7 Semua perlengkapan yang digunakan dalam kompetisi harus sesuai dengan standar
UIAA atau peraturan FPTI, kecuali ada kebijakan lain yang ditentukan oleh FPTI,
atau terdapat keadaan luar biasa, berdasarkan wewenang yang diberikan Jury
President oleh FPTI. Atlit yang berkompetisi pada kategori Lead dan Speed harus
menggunakan tali tunggal (single rope) yang memenuhi standar UIAA yang
disediakan penyelenggara. Frekuensi pergantian tali pengaman harus diputuskan
oleh Category Judge.
3.3.8 Beberapa tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dalam mengamankan jalur
pemanjatan:
a. Setiap titik pengamanan yang digunakan selama kompetisi harus dilengkapi
dengan quickdraw yang dapat disambung dengan karabiner sehingga seorang
atlit dapat mengaitkan talinya. Hubungan sambungan antara quickdraw dan
titik pengamanan (protection point) harus sesuai standar UIAA yaitu Maillon
Rapide (MR) 10 mm, dimana kunci pengamannya dapat ditutup dan
dikencangkan sesuai dengan spesifikasi.
b. Jika diperlukan penambahan quickdraw yang tidak normal harus
menggunakan satu quickdraw panjang dengan kekuatan yang sama dengan
quickdraw yang lebih pendek.
• Tidak diperkenankan menyambung dua quickdraw atau lebih
menggunakan screw-gate karabiner atau non screw-gate karabiner
untuk memperoleh satu quickdraw yang lebih panjang.
• Tidak diperkenankan memperpendek quickdraw yang panjang dengan
cara mengikatnya untuk mendapatkan satu quickdraw yang diinginkan.

3.3.9 Sebelum memulai setiap babak kompetisi, Category Judge harus memastikan bahwa
tenaga medis dan paramedis yang berkualifikasi selalu hadir untuk memastikan
respon yang cepat jika terjadi kecelakaan atau cideranya atlit maupun Ofisial
Kompetisi yang bertugas didalam zona kompetisi.
3.3.10 Jika ada keyakinan, bahwa seorang atlit tidak sehat untuk mengikuti kompetisi,
karena berbagai sebab, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki
kewenangan untuk meminta pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh dokter
yang akan melakukan tes fisik yang diakui, sebagai berikut:
• Tubuh bagian bawah: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) kali scot-trush
berturut-turut.
• Tubuh bagian atas: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) push-up berturut-
turut. Jika berdasar hasil tes,dokter menganggap atlit yang bersangkutan
tidak layak untuk mengikuti kompetisi, maka Jury President dapat melarang
atlit tersebut untuk mengikuti kompetisi. Namun jika pada babak berikutnya
terbukti atlit bersangkutan telah pulih, maka ia bisa meminta kembali untuk
menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.

21
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.3.11 Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari atlit, misal pada
kompetisi Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder dengan melalui
sebuah tangga.

3.4 DAFTAR URUTAN PEMANJATAN

3.4.1 Daftar urutan pemanjatan babak awal harus disusun dan diumumkan pada
pertemuan teknis pada hari yang telah ditentukan sebelum pembukaan kompetisi.
Daftar urutan pemanjatan harus diumumkan di papan pengumuman kompetisi dan
di zona isolasi dan dikeluarkan untuk Juri Kompetisi, Manajer Tim, MC dan pers.
3.4.2 Daftar urutan pemanjatan untuk setiap babak berikutnya harus disusun dalam waktu
tidak lebih dari 30 menit setelah berakhir babak sebelumnya. Urutan pemanjatan,
harus diumumkan di papan pengumuman yang tepat, misal di hotel penginapan
dimana Manajer Tim dan atlit menginap.
3.4.3 Daftar urutan pemanjatan akan berisi juga informasi tentang kompetisi babak
berikutnya,termasuk:
a. Nama, No. ID FPTI (KIAT), dan asal (Nama Provinsi untuk tingkat nasional,
nama Kabupaten/Kota untuk tingkat Provinsi, atau nama klub untuk tingkat
Kabupaten/Kota).
b. Waktu pembukaan dan penutupan zona isolasi untuk babak berikutnya.
c. Waktu Pemanjatan suatu babak akan dimulai.
d. Informasi lainnya yang sesuai standar pelaporan yang disetujui FPTI atau Jury
President. Semua daftar urutan pemanjatan harus dibuat dalam format yang
telah ditetapkan FPTI.
3.4.4 Metode penyusunan urutan pemanjatan:
a. Jika babak kualifikasi dilakukan pada jalur pemanjatan tunggal, urutan
pemanjatan pada babak ini ditentukan berdasarkan undian (random), kecuali
untuk atlit yang menempati peringkat FPTI disusun dengan urutan terbalik
berdasarkan peringkatnya.
b. Jika babak Kualifikasi dilakukan pada dua jalur pemanjatan atau lebih yang
identik, atlit akan dialokasikan untuk setiap jalur pemanjatan pada babak
tersebut berdasarkan pada:
i. Posisi masing-masing atlit pada Peringkat Nasional terakhir, yaitu mereka
yang menempati Peringkat Sirkuit Nasional akan dialokasikan dengan
urutan terbalik untuk setiap jalur pemanjatan, dengan ketentuan
peringkat ganjil dijalur pertama, dan peringkat genap dijalur kedua.
ii. Atlit yang tidak masuk dalam Peringkat Nasional akan dialokasikan
disetiap jalur berdasarkan undian hingga berjumlah sebanding pada
setiap jalur pemanjatan.
iii. Selanjutnya urutan pemanjatan pada masing-masing jalur pemanjatan
ditentukan berdasarkan undian (random). Kecuali untuk atlit yang
menempati Peringkat Nasional FPTI disusun berurut terbalik.
iv. Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat provinsi akan digunakan Peringkat

22
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Daerah/Provinsi.
v. Posisi Atlit pada Peringkat Nasional lebih tinggi dari Peringkat
Daerah/Provinsi.
c. Urutan pemanjatan pada babak berikutnya, kecuali untuk babak Super-Final,
urutan pemanjatan ditentukan oleh urutan terbalik dari peringkat pada babak
sebelumnya. Jika terdapat dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat
yang sama pada babak sebelumnya maka urutan pemanjatan untuk mereka
ditentukan berdasarkan Peringkat FPTI.
d. Pada babak Super - Final: urutan pemanjatan pada babak ini harus sama
seperti pada babak Final.
e. Daftar peringkat babak Kualifikasi dan putaran-final kategori Speed ditentukan
berdasarkan aturan pada pasal 7.7

3.5 ISOLASI

3.5.1 Semua atlit yang hendak melakukan pemanjatan dalam satu babak disuatu
kompetisi harus didaftar dan pada saat memasuki zona isolasi tidak melewati batas
waktu yang telah ditentukan oleh Jury President yang diumumkan oleh
penyelenggara. Adalah merupakan tanggung jawab dari tim ofisial/atlit untuk
memastikan bahwa ia telah mendapatkan informasi lengkap mengenai detail suatu
babak dalam suatu kompetisi.
3.5.2 Hanya orang-orang tersebut di bawah yang diijinkan masuk zona isolasi:
a. Ofisial Kompetisi FPTI.
b. Panitia Penyelenggara yang mendapat ijin dari Jury President.
c. Atlit yang ambil bagian pada babak kompetisi yang akan berlangsung.
d. Tim Ofisial yang resmi yang mendapat ijin Jury President.
e. Personil lain yang secara khusus diberi ijin oleh Jury President. Orang-orang
ini selama berada didalam zona isolasi harus dikawal dan diawasi guna
menjamin keamanan zona isolasi dan mencegah terjadinya gangguan-
gangguan atau campur tangan pihak lain terhadap para atlit.
f. Semua jenis binatang tidak diijinkan berada dalam zona isolasi.
3.5.3 Merokok diperbolehkan hanya di area yang telah disediakan, biasanya area ini
berada di dekat pintu masuk zona isolasi. Saat di area ini, atlit atau orang lain masih
tetap berlaku aturan dalam area zona isolasi.
3.5.4 Selama berada dalam zona isolasi di area kompetisi atlit tidak diijinkan untuk
berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang yang berada di luar area
kompetisi, kecuali secara khusus diberi wewenang/ijin untuk melakukan hal tersebut
oleh Jury President. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan atlit
terkena sanksi diskualifikasi.
3.5.5 Atlit atau Tim Ofisial tidak diijinkan membawa atau menggunakan telepon selular
atau perlengkapan komunikasi elektronik yang sejenis, kamera, video kamera atau
peralatan perekam sejenis saat di area isolasi, tanpa ijin Jury President.

23
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.5.6 Atlit tidak diperbolehkan untuk membawa atau menggunakan alat pemutar suara
(audio listening equipment), selama observasi dan saat pemanjatan.

3.6 OBSERVASI

3.6.1 Sebelum kompetisi dimulai, atlit yang ambil bagian khususnya dalam babak
kompetisi yang akan berlangsung diijinkan melakukan observasi dimana mereka
diijinkan untuk mempelajari jalur atau boulder tersebut. Aturan lebih lanjut
mengenai observasi tersebut diatur pada sub-bab tersendiri untuk masing-masing
kategori kompetisi Lead, Multipitch, Boulder, Speed dan Speed Estafet.
3.6.2 Selama berada di area observasi, semua atlit tetap terikat aturan yang berlaku di
isolasi. Ofisial Tim tidak diijinkan untuk menemani atlit selama masa observasi. Atlit
harus berada di area observasi selama waktu observasi jalur. Atlit tidak diijinkan
memanjat di papan panjat atau berdiri menggunakan alat penambah ketinggian. Atlit
tidak diijinkan berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang lain yang berada di
luar area observasi. Mereka hanya diijinkan meminta penjelasan dari wasit/Category
Judge.
3.6.3 Selama waktu observasi, atlit dapat menggunakan binokuler untuk mengobservasi,
dan membuat sketsa kasar dan catatan. Tidak diperkenankan menggunakan alat
observasi lain atau alat perekam elektronik.
3.6.4 Atlit tidak boleh mendapat pengetahuan atau informasi jalur atau boulder selain dari
apa yang didapatnya pada waktu observasi atau informasi yang disampaikan oleh
Jury President atau Wasit.
3.6.5 Merupakan tanggung jawab pribadi tiap atlit untuk mencari informasi sebanyak-
banyaknya mengenai jalur atau boulder.

3.7 PERSIAPAN SEBELUM PEMANJATAN


3.7.1 Setelah menerima instruksi resmi untuk meninggalkan zona isolasi untuk menuju
zona transit, atlit tidak boleh ditemani oleh siapapun selain petugas resmi.
3.7.2 Di dalam zona transit, setiap atlit dapat melakukan persiapan akhir, seperti
memakai sepatu panjat, memasang tali dengan simpul yang telah ditetapkan, dan
sebagainya, sesuai dengan yang biasa terjadi saat kompetisi .
3.7.3 Semua perlengkapan memanjatan yang digunakan termasuk simpul yang digunakan
harus diperiksa terlebih dahulu dan disetujui oleh petugas resmi, baik menyangkut
keselamatan dan maupun kesesuaian dengan peraturan FPTI, sebelum atlit diijinkan
melakukan pemanjatan pada jalur pemanjatan atau boulder. Setiap atlit
diperlakukan sama dan mempunyai tanggung jawab pribadi tentang
perlengkapan/peralatan dan pakaian yang seharusnya digunakan selama per
tandingan/kompetisi.
3.7.4 Penggunaan peralatan, simpul atau pakaian, atau modifikasi rompi pemanjatan yang
tidak diijinkan, atau bentuk promosi yang tidak sesuai dengan peraturan, atau
pelanggaran lain atas peraturan FPTI, maka atlit akan mendapatkan sanksi
diskualifikasi. Atlit tidak diijinkan kembali ke zona isolasi setelah keluar menuju zona
transit.

24
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.7.5 Setiap atlit harus siap meninggalkan zona transit dan masuk dalam zona kompetisi
ketika diinstruksikan. Setiap keterlambatan untuk melaksanakan hal tersebut
berakibat atlit akan mendapatkan kartu kuning, kelambatan selanjutnya akan
membuat atlit didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian Kartu Merah) sesuai
prosedur Kedisiplinan Dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).

3.8 SERAGAM TIM DAN PERALATAN PEMANJATAN

3.8.1 Semua peralatan yang digunakan oleh atlit didalam suatu kejuaraan/kompetisi
harus memenuhi standard UIAA, IFSC atau FPTI, kecuali jika ditetapkan lain oleh
FPTI atau berdasarkan pertimbangan Jury President yang telah mendapat
kewenangan dari FPTI. Penggunaan peralatan dan pakaian atau simpul yang tidak
disetujui atau modifikasi yang tidak disetujui atau tidak memenuhi standard atau
bertentangan dengan aturan dari pihak pemasang iklan atau setiap pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan FPTI terkait dengan pakaian dan peralatan
pemanjatan, akan mengakibatkan atlit mendapat sanksi disiplin sesuai prosedur
Kedisiplinan dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).
3.8.2 Seragam tim dapat digunakan kapan saja, dan terutama sekali pada Upacara
Penghormatan Pemenang (UPP), ofisial dan atlit dapat memakai suatu seragam tim
yang berbeda.
3.8.3 Setiap atlit harus menggunakan seat-harness yang sesuai standar UIAA
(penggunaan seat-harness wajib pada kompetisi Lead dan Speed), dan sepatu
panjat. Setiap atlit bebas menggunakan kantong kapur (chalkbag), dan pakaian
(tambahan untuk team top) yang mereka inginkan. Semua peralatan dan pakaian
tersebut harus sesuai dengan aturan pemasangan iklan sebagai berikut:
a. Headwear: Hanya mencantumkan nama dan atau logo perusahaan.
b. T-shirt: Jika disediakan oleh panitia kompetisi, maka setiap atlit wajib
memakai, tidak diijinkan memotong atau melakukan modifikasi.
c. Nomor urut atlit harus dipasang dengan jelas dibagian belakang t- shirt.
d. Team Top: Mencantumkan label sponsor, totalnya tidak lebih dari 300 m . 2

e. Harness: Mencantumkan nama atau logo perusahaan dan label sponsor,


totalnya tidak lebih dari 200 cm .
2

f. Chalk Bag: mencantumkan nama atau logo perusahaan dan label sponsor,
totalnya tidak lebih dari 100 cm .
2

g. Penggunaan bahan kimia selain magnesium karbonat untuk menyerap


keringat selama melakukan pemanjatan pada suatu jalur pemanjatan atau
boulder harus mendapat ijin dari Jury President.

3.8.4 Pelanggaran dalam mematuhi peraturan tersebut akan menyebabkan atlit mendapat
sanksi disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan
dalam Bab 13).

25
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.9 PERAWATAN DINDING DAN JALUR PEMANJATAN

3.9.1 Chief Routesetter harus menjamin bahwa tim yang terlatih dan berpengalaman
selalu ada pada setiap babak kompetisi untuk melakukan perawatan dan perbaikan
yang diminta oleh Category Judge dengan cara yang aman dan efisien. Prosedur
keselamatan harus secara tegas dilaksanakan.
3.9.2 Sesuai dengan instruksi Category Judge, Chief Routesetter akan segera menyiapkan
perbaikan. Chief Routesetter yang akan memberi masukan kepada Jury President
apakah hasil perbaikan tersebut terdapat keuntungan atau kerugian untuk atlit
berikutnya. Keputusan Jury President apakah kompetisi dilanjutkan, dihentikan atau
mengulang babak pertandingan berkaitan dengan hal tersebut adalah final yang
tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada protes yang dapat merubah keputusan
tersebut.

3.10 INSIDEN TEKNIS


3.10.1 Insiden teknis didefinisikan sebagai kejadian yang menimbulkan keuntungan atau
kerugian yang tidak adil bagi atlit yang bukan merupakan hasil dari suatu tindakan
yang dilakukan atlit. Jenis dari insiden teknis, dan prosedur yang dapat dilakukan
saat hal tersebut terjadi akan dijelaskan secara lebih rinci dalam Bab yang
membahas kategori kompetisi Lead, Boulder dan Speed.
3.10.2 Belayer harus membiarkan tali agak kendor setiap saat. Setiap tegangan pada tali
bisa dianggap merupakan bantuan tambahan atau panduan bagi atlit, dapat
dinyatakan oleh Category Judge sebagai insiden teknis.
3.10.3 Secara umum insiden teknis dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Jika insiden teknis dinyatakan oleh Category Judge:
i. Jika atlit masih dalam posisi yang baik setelah terjadi insiden teknis, atlit
dapat memilih melanjutkan pemanjatan atau menerima insiden teknis.
Jika atlit memilih untuk melanjutkan pemanjatan maka tidak ada protes
berkaitan dengan insiden teknis yang telah terjadi.
ii. Jika atlit dalam posisi yang tidak baik karena terjadinya insiden teknis,
Category Judge akan segera membuat keputusan apakah akan dinyatakan
telah terjadi insiden teknis dan selanjutnya menghentikan pemanjatan
pada jalur pemanjatan atau boulder, dan mengijinkan atlit melakukan
pemanjatan ulang sesuai dengan peraturan mengenai insiden teknis.
b. Jika insiden teknis dinyatakan oleh atlit:
i. Jika atlit masih dalam posisi yang baik setelah terjadi insiden teknis, atlit
harus menjelaskan kejadian yang terkait dengan insiden teknis, dan
dengan persetujuan Category Judge dapat melanjutkan atau
menghentikan pemanjatan. Jika atlit memilih melanjutkan pemanjatan,
maka tidak ada protes berkaitan dengan insiden teknis yang dialaminya.
ii. Jika atlit dalam posisi yang tidak baik karena terjadi insiden teknis,
Category Judge akan segera membuat keputusan apakah akan dinyatakan
telah terjadi insiden teknis atau tidak. Keputusan tersebut adalah final.

26
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c. Konfirmasi tentang suatu insiden teknis adalah keputusan Jury President, Jika
diperlukan akan melakukan konsultasi dengan Chief Routesetter. Keputusan
yang diambil oleh Jury President bersifat final.

3.11 PENGHENTIAN PEMANJATAN PADA SUATU JALUR


3.11.1 Pemanjatan yang dilakukan atlit akan dihentikan sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk masing-masing kategori kompetisi.
3.11.2 Atlit diperbolehkan memanjat turun (climb down) selama melakukan pemanjatan
asalkan tidak melanggar peraturan berkaitan dengan penghentian pemanjatan pada
suatu jalur pemanjatan.

3.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO UNTUK PENJURIAN


3.12.1 Perekaman Video resmi harus dilakukan pada setiap pemanjatan yang dilakukan
oleh seorang atlit pada kategori Lead, Speed dan Boulder.
3.12.2 Untuk setiap kompetisi Lead dan Speed dapat menggunakan setidaknya satu video
kamera atau dua video kamera.
Untuk kompetisi kategori Boulder minimal 2 (dua) kamera video yang akan
ditempatkan untuk mengliput seluruh boulder yang digunakan dalam suatu babak
kompetisi Boulder. Sebaiknya orang yang mengoperasikan kamera, yaitu orang yang
berpengalaman dalam merekam kompetisi panjat tebing.
3.12.3 Sebelum kompetisi dimulai Category Judge atau Jury President akan memberi
pengarahan kepada operator tentang teknik dan prosedur perekaman video yang
tepat. Posisi kamera harus ditentukan oleh Jury President dengan berkonsultasi
dengan Category Judge dan Chief Routesetter. Perhatian khusus harus diberikan
untuk menjamin bahwa operator kamera tidak terganggu selama mereka melakukan
pekerjaan mereka dan tidak seorangpun yang diijinkan menghalangi pandangan
kamera.
3.12.4 Suatu monitor televisi yang dihubungkan pada sistem pemutar ulang video (video
playback sistem) harus disediakan untuk melihat kembali dan mengamati setiap
kejadian untuk tujuan penjurian. Playback Monitor harus ditempatkan dengan tepat
sehingga para juri dapat mengamati semua materi rekaman video yang diputar
ulang dan mendiskusikan setiap kejadian tanpa dilihat orang lain, dan tidak
terganggu selama melakukan diskusi, tetapi harus cukup dekat dengan meja
penjurian.
3.12.5 Hanya hasil rekaman video resmi dan yang dapat digunakan untuk tujuan
penjurian, dan untuk melihat hasil rekaman tersebut hanya terbatas untuk Jury
President, Category Judge, Chief Routesetter, dan FPTI Delegate.
3.12.6 Pada akhir tiap babak kompetisi, kaset video harus diberikan kepada FPTI
Delegate.Tidak boleh dilakukan pengandaan rekaman kaset video tersebut tanpa
adanya ijin dari FPTI. Kaset video kompetisi hanya digunakan untuk tujuan penjurian
kompetisi dan kursus. Dengan alasan apapun pita rekaman tersebut tidak boleh
digunakan kecuali atas ijin dari FPTI.

27
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.13 PENGUMUMAN HASIL KOMPETISI


3.13.1 Penyelenggara harus memastikan, bahwa papan pengumuman atau cara lain yang
sesuai akan menampilkan hasil yang dicapai dan peringkat semua atlit selama
kejuaraan/kompetisi berlangsung.
3.13.2 Pada saat setiap atlit akan memulai pemanjatan, akan diinformasikan nama atlit
serta klub atau daerah asalnya, dan setelah atlit menyelesaikan pemanjatan akan
ditampilkan hasil yang dicapai atau diperoleh seorang atlit. Lembar Hasil Pemanjatan
sesuai Lampiran 4 akan disampaikan ke operator display hasil pemanjatan.
3.13.3 Pada akhir setiap babak kompetisi, Category Judge segera menyampaikan daftar
hasil lengkap yang menunjukkan peringkat dari seluruh atlit. Setelah diperiksa dan
disetujui/ditandatangani oleh Category Judge dan Jury President, hasil setiap babak
kompetisi diumumkan secara terbuka.
3.13.4 Hasil Pemanjatan sesuai ayat 3.13.2 dan 3.13.3 diatas merupakan hasil sementara
(provisional) dan dianggap sebagai hasil belum resmi. Protes dapat dilakukan oleh
manajer tim atau atlit atas hasil tersebut yang dilakukan pada waktu yang telah
ditetapkan oleh Jury President.
3.13.5 Setelah Lembar Hasil diperiksa, atau diperbaiki, hasil sementara (provisional) yang
resmi akan diumumkan dengan tanda tangan oleh Category Judge dan Jury
President.
3.13.6 Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi Provisional harus dicetak dengan format sesuai
Lampiran 4 - 9 dan akan memuat informasi berikut:
a. Logo FPTI dan Logo Kejuaraan/Kompetisi.
b. Nama Kejuaraan/Kompetisi.
c. Tempat Kejuaraan/Kompetisi.
d. Tanggal Kejuaraan/kompetisi.
e. Jenis Kejuaraan/Kompetisi.
f. Kategori Kejuaraan/Kompetisi.
g. Babak Kompetisi.
h. Jika Babak Kompetisi pada satu atau lebih jalur paralel, hasil setiap jalur harus
secara jelas ditampilkan.
i. Nama dan Jabatan Ofisial Kompetisi.
j. Waktu saat peringkat diumumkan.
k. Batas waktu pengajuan protes (10 menit setelah waktu diumumkan).
3.13.7 Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi Resmi akan meliputi informasi berikut (contoh
format Lembar Hasil Setiap Babak sesuai Lampiran 7) yaitu berisi:
a. Posisi peringkat setiap atlit dengan urutan menurun.
b. No. ID FPTI (KIAT).
c. Nama Lengkap Atlit.
d. Nama daerah atau klub asal atlit. (sesuai tingkat kejuaraan/kompetisi).
e. Nilai atau catatan waktu yang dicapai atlit.
3.13.8 Lembar Hasil Akhir akan meliputi semua informasi yang akan diterangkan diatas

28
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ditambah informasi berikut (contoh format Lembar Hasil Akhir Kompetisi sesuai
Lampiran 9)
a. Untuk setiap nama atlit, ketinggian, nilai atau catatan, nilai atau catatan
waktu pada setiap babak sebelumnya.
b. Khusus untuk kategori Speed ditambah waktu yang ditempuh untuk setiap
babak dalam kompetisi.
3.13.9 Untuk kategori Speed wajib diumumkan rekor total waktu tercepat yang dicapai
oleh atlit putra maupun putri untuk masing-masing kelas yang dipertandingkan.
Catatan rekor ini ditampilkan pada Lembar Hasil Akhir Kompetisi.
3.13.10 Tembusan Lembar Hasil Kompetisi Resmi untuk setiap babak (termasuk Final dan
Super-Final) disampaikan kepada:
a. Jury President.
b. Category Judge.
c. FPTI Delegate.
d. Manajer Tim, dalam hal tidak ada Manajer Tim, bisa disampaikan kepada atlit
yang dianggap sebagai Manajer Tim.
e. Ruang Pers.
f. Media informasi umum.
3.13.11 Semua daftar hasil pertandingan yang resmi harus dicetak dalam format yang sesuai
dengan aturan FPTI, dipublikasikan dalam papan pengumuman resmi, dan
menyebarkan hasilnya kepada para anggota juri kompetisi, manajer tim, juru bicara
kompetisi,dan pers.

3.14 PERINGKAT
3.14.1 Prosedur untuk peringkat individual atlit selama kompetisi dijelaskan dalam bagian
kompetisi Lead, Boulder dan Speed.
3.14.2 Peringkat Nasional adalah susunan peringkat atlit secara perorangan yang disusun
secara akumulatif berdasarkan kejuaraan/kompetisi dibawah ini:
a. Sirkuit Nasional.
b. Kejuaraan Nasional FPTI.
c. Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.
3.14.3 Pemeringkatan atlit nasional dilakukan untuk semua kategori dan nomor kompetisi
perorangan serta kelompok umur.
3.14.4 FPTI mempublikasikan Peringkat Nasional berikut:
a. Prosedur untuk menghitung Peringkat Nasional dijelaskan dalam Pasal 10.5.
b. Peringkat Nasional Berjalan disusun dengan dasar dari hasil yang dicapai atlit
pada semua kompetisi yang diadakan FPTI 12 bulan sebelumnya.
c. Peringkat Nasional dipublikasikan melalui media resmi FPTI.

29
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.15 TES ANTI DOPING


3.15.1 FPTI mengatur/mengadakan tes anti doping kepada atlit sesuai dengan peraturan
World Anti Doping Code, dan UIAA Anti Doping Policy. Aturan dan Prosedur
Kedisplinan dalam Kompetisi, dan Peraturan Anti Doping Komite Olahraga Nasional
(KON) Komite Olahraga Internasional (KOI).
3.15.2 Semua Pemenang Kompetisi tingkat nasional dapat dikenakan tes Anti- Doping.

3.16 UPACARA
3.16.1 Kecuali ditentukan lain oleh Jury President, semua atlit wajib mengikuti Upacara
Pembukaan. Mengabaikan peraturan ini dapat membuat atlit dikenakan sanksi
disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
3.16.2 Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
KON/KOI.
3.16.3 Kecuali ditentukan lain oleh Jury President, semua finalis harus menghadiri Upacara
Penghormatan Pemenang (UPP). Mengabaikan peraturan ini dapat membuat atlit
dikenakan sanksi disiplin sesuai Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.

3.17 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE)


3.17.1 Keadaan kahar (force majeure) adalah situasi luar biasa yang tidak dapat
diperkirakan kapan terjadinya dan jika terjadi dapat membuat pelaksanaan kompetisi
tidak dapat berjalan sesuai rencana.
3.17.2 Pernyataan telah terjadi force majeure hanya dapat dilakukan oleh:
a. Kepala pemerintahan yang sah (Presiden, Gubernur, Walikota atau Bupati).
b. FPTI Delegate.
3.17.3 Force majeure yang perlu pernyataan dari pemerintah adalah situasi yang
melibatkan kepentingan publik, antar lain dan tidak terbatas pada: bencana alam,
huru-hara, penjarahan masal, kerusuhan politik, penyerbuan musuh asing, atau
terjadi kudeta kekuasaan yang sah.
3.17.4 Force majeure yang perlu dinyatakan oleh FPTI Delegate adalah situasi yang secara
teknis sangat mengganggu jalannya kompetisi yang sedang atau akan dilaksanakan,
antara lain dan tidak terbatas pada: hujan yang terus menerus, robohnya konstruksi
dinding panjat, atau terjadinya kecelakaan dalam kompetisi yang
melibatkan banyak korban.
3.17.5 Pernyataan force majeure wajib segera diumumkan melalui media yang paling
efektif yang ada dilokasi kompetisi.
3.17.6 Jika force majeure telah dinyatakan terjadi, maka kompetisi dapat:
a. Ditunda hingga waktu tertentu.
b. Segera dihentikan (tidak dilanjutkan).
3.17.7 Jika kompetisi dihentikan akibat terjadinya force majeure, maka hasil kompetisi
ditentukan berdasarkan babak kompetisi yang telah diselesaikan. Jika belum ada
babak kompetisi yang diselesaikan, FPTI Delegate mempunyai kewenangan untuk
menyatakan bahwa tidak ada hasil kompetisi.

30
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.17.8 Pernyataan force majeure yang dikeluarkan atau diterima setelah kompetisi
dinyatakan selesai, yang ditandai dengan selesainya pemanjatan terakhir, tidak
dapat merubah hasil kompetisi. Hasil kompetisi dapat diumumkan pada waktu dan
kesempatan lain setelah force majeure berlalu.

3.18 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI


3.18.1 Pengundian dilakukan untuk berbagai keperluan dalam suatu kompetisi.
3.18.2 Tidak diijinkan melakukan protes terhadap proses pengundian dan hasil undian yang
telah dilakukan.
3.18.3 Penggunaan prosedur pengundian merupakan kewenangan dari Jury President.
3.18.4 Proses pengundian dilakukan oleh Jury President atau Category Judge yang
bertanggung jawab pada kejuaraan/kompetisi atau suatu babak kompetisi yang
sedang dilaksanakan.
3.18.5 Peserta undian dapat merupakan atlit atau regu. Peserta undian harus
menguasakan pelaksanaan undian kepada manajer tim.
3.18.6 Pemilihan prosedur pengundian ditentukan berdasarkan jumlah peserta yang terlibat
pengundian:
a. Jika peserta undian adalah 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan
menggunakan sekeping mata uang logam, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Pengundi (Jury President atau Category Judge) menentukan masing-
masing satu sisi mata uang untuk setiap peserta yang terlibat
pengundian. Pengundi dan kedua peserta wajib mengingat hal ini.
2. Disaksikan kedua peserta, pengundi akan menempatkan sekeping mata
uang logam diantara kuku ibu-jari dan telunjuk yang dilingkarkan, dimana
salah satu sisi mata uang menghadap ke langit. Perlu diperhatikan bahwa
penempatan ini harus dilakukan secara random, peserta undian tidak
diijinkan mengatur penempatan ini.
3. Pengundi menyentil mata uang tersebut ke atas langit, dan
membiarkannya jatuh ke tanah atau lantai.
4. Pengundi dan peserta yang terlibat undian melihat sisi mata uang yang
menghadap ke langit, berdasarkan hasil ini dapat ditentukan siapa yang
memenangkan undian.
b. Jika peserta undian lebih dari 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan
menggunakan kertas tergulung, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Pengundi membuat gulungan kertas yang berukuran dan berwarna sama.
Jumlah gulungan kertas adalah sesuai dengan jumlah peserta undian. Setiap
gulungan kertas diberi nomor terurut.
2. Kemudian kertas bernomor yang telah tergulung dimasukkan kedalam wadah.
3. Masing-masing peserta mengambil kertas tergulung tersebut. Peserta dengan
abjad awal namanya mengambil gulungan kertas lebih dulu. Tidak boleh ada
kertas gulungan tersisa setelah semua peserta mengambil bagiannya. Setelah
membuka gulungan kertas dan membaca angka yang tertera, sebagai bukti
peserta undian wajib menandatangani gulungan kertas tersebut.

31
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4. Pemenang dari undian ditentukan berdasarkan urutan nomor yang diperoleh


oleh setiap peserta undian. Nomor yang paling kecil adalah pemenang undian.

3.19 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING)


3.19.1 Technical meeting wajib dilaksanakan oleh penyelenggara. Untuk itu harus
disediakan minimal ruang dengan penerangan memadai untuk menampung seluruh
jumlah Tim Ofisial semua peserta kejuaraan/kompetisi, peralatan pengeras suara,
papan tulis dan alat tulisnya, dan konsumsi untuk pimpinan Technical Meeting dan
pendampingnya. Konsumsi untuk peserta selama Technical Meeting bukan menjadi
tanggung jawab penyelenggara.
3.19.2 Technical Meeting harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat 12 (dua belas)
jam sebelum Kejuaraan/Kompetisi di buka. Tanggal dan waktu pelaksanaan
Technical Meeting wajib diinformasikan kepada seluruh calon peserta
Kejuaraan/kompetisi. Pelaksanaan Technical Meeting dilakukan tidak lebih dari 2,5
(dua setengah) jam.
3.19.3 Technical Meeting dibuka secara resmi oleh penyelenggara, selanjutnya Jury
President harus memimpin pelaksanaan Technical Meeting didampingi oleh Category
Judge dan Chief Routesetter. Sebelum technical meeting dimulai Penyelenggara
dapat melakukan registrasi akhir kepada seluruh atlit peserta.
3.19.4 Seluruh Manajer Tim atau atlit yang tidak mempunyai manajer tim wajib mengikuti
Technical Meeting. Jury President berwenang mendiskualifikasi atlit atau atlit yang
tim Manjernya tidak mengikuti technical meeting.
3.19.5 Selain Manajer tim atau atlit yang tidak memiliki manajer tim tidak diijinkan
mengikuti Technical Meeting.
3.19.6 Materi dalam Technical Meeting adalah:
a. Penjelasan umum tentang permasalahan teknis kompetisi dan kategori yang
dipertandingkan. Pendistribusian jadwal kompetisi, Denah Layout Kompetisi,
dan daftar Ofisial Kompetisi yang akan bertugas.
b. Penjelasan alokasi hadiah untuk setiap nomor Kompetisi.
c. Pendistribusian daftar atlit yang akan berkompetisi dan kategori kompetisi
yang akan diikuti oleh masing-masing atlit. Jury President wajib
menandatangani daftar tersebut, perubahan nama dan kategori kompetisi
tidak diijinkan setelah daftar tersebut ditanda tangani.
d. Perubahan nama dan kategori setelah daftar resmi ditandatangani oleh Jury
President, akan dikenakan biaya perubahan yang besarnya akan ditentukan
oleh Jury President.
e. Pengundian urutan pemanjatan untuk nomor-nomor kompetisi yang akan
dilaksanakan setelah upacara pembukaan. Demi alasan teknis, Jury President
berhak melakukan proses pengundian urutan pemanjatan tanpa melibatkan
peserta Technical Meeting. Urutan pemanjatan hasil pengundian wajib
ditempel pada tempat pengumuman yang telah ditentukan.
f. Hal-hal lain yang menurut Jury President perlu untuk diketahui oleh semua
peserta kejuaraan/kompetisi.

32
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4 LEAD

4.1 PENDAHULUAN
4.1.1 Peraturan ini harus dibaca bersamaan dengan BAB 3 Peraturan Umum Kompetisi.
4.1.2 Semua kompetisi yang diakui FPTI harus dilaksanakan dengan menggunakan dinding
panjat buatan yang dirancang khusus yang mempunyai lebar minimal 3 meter untuk
masing-masing jalur, tinggi minimal 15 meter, dimana akan memungkinkan
dibuatnya jalur-jalur dengan panjang minimal 18 meter. Atas kebijakan FPTI
Delegate, lebar yang kurang dari 3 meter bisa diterima, hanya untuk bagian-bagian
tertentu pada dinding.
4.1.3 Semua jalur kompetisi Lead dipanjat secara on-lead dimana atlit dibelay dari bawah.
Kecuali untuk Kejuaraan Kelompok Umur kelas Spider Kids, pemanjatan dapat
dilakukan secara top-rope.
4.1.4 Kompetisi Kategori Lead dapat terdiri dari jalur-jalur yang dipanjat secara:
a. On-sight: yaitu dipanjat setelah melakukan observasi jalur resmi pada periode
tertentu.
b. Flash: Setelah pemanjatan demontrasi jalur oleh pencoba jalur yang sah, atau
setelah melihat pemanjatan yang dilakukan oleh atlit lain.
c. After work: Sebelum pertandingan di mulai peserta di ijinkan untuk
melakukan percobaan pemanjatan pada jalur yang akan digunakan dalam
pertandingan.
4.1.5 Suatu jalur pemanjatan dianggap telah berhasil dipanjat jika pemanjatan dilakukan
sesuai dengan peraturan mengenai kompetisi kategori Lead dan jika tali pengaman
telah dikaitkan dengan karabiner dari quickdraw terakhir oleh atlit dengan urutan
yang benar dari posisi yang sah.
4.1.6 Kompetisi Kategori Lead terdiri dari:
a. Babak Kualifikasi, dimana akan ditempatkan dalam satu atau dua jalur yang
identik atau dua jalur yang tidak identik. Jika dilakukan pada dua jalur yang
tidak identik, jalur-jalur tesebut haruslah mempunyai grade dan karakter yang
sama.
b. Semi Final, Final, dan jika diperlukan babak Super Final, yang harus dilakukan
pada satu jalur pemanjatan Untuk kompetisi yang lebih spesifik alternatif yang
lain akan digunakan dan akan ditetapkan oleh FPTI.
Dalam kondisi tertentu Jury President dapat memutuskan membatalkan salah
satu babak dan untuk menentukan peringkat pemanjatan dapat di gunakan
babak sebelumnya.
4.1.7 Untuk perhitungan pada babak kualifikasi dengan dua jalur berbeda yang tidak
identik dan keduanya di panjat oleh seluruh peserta, hasil babak tersebut akan di
hitung berdasarkan :
Tp = √ pj1 x pj2
TP: total peringkat
Pj1: peringkat kualifikasi jalur 1

33
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Pj2: peringkat kualifikasi jalur 2


Nilai terkecil dari hasil penjumlahan merupakan peringkat terbaik, jika terjadi
peringkat yang sama maka tiap peserta dengan peringkat yang sama akan
mendapatkan nilai rata-rata dari penjumlahan yang kemudian di bagi berdasarkan
banyaknya jumlah peserta yang memiliki peringkat yang sama ( selalu dimulai
dengan angka pada saat terjadi peringkat yang sama )
Contoh: - Jika terjadi peringkat yang sama pada posisi pertama dengan 6 peserta
di jalur satu, maka mereka akan mendapatkan nilai rata-rata 3,5;
(1+2+3+4+5+6=21:6=3,5)
Jika terjadi peringkat yang sama pada posisi ke dua dengan 4 peserta di jalur dua,
maka mereka akan mendapatkan nilai rata-rata 3,5; (2+3+4+5=14:4=3,5)
4.1.8 Fomat alternatif lainnya dapat diambil dari kompetisi yang spesifik yang ditetapkanc
oleh IFSC.

4.2 OBSERVASI JALUR


4.2.1 Sesuai dengan Peraturan Umum, atlit atau (sebagai satu group) diijinkan untuk
melakukan observasi jalur pemanjatan on-sight yang akan dipanjatnya.
4.2.2 Waktu observasi jalur ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan
Chief Routesetter dan tidak lebih dari 6 (enam) menit untuk setiap jalur pemanjatan.
Jika jalur pemanjatan cukup panjang, waktu observasi dapat lebih dari 6 (enam)
menit.
4.2.3 Pada kasus Super Final, Jury President dapat memutuskan meniadakan waktu
observasi jalur.
4.2.4 Atlit diijinkan/diperbolehkan menyentuh tumpuan (hold) pertama, tanpa kedua kaki
meninggalkan/beranjak dari dasar atau lantai.
4.2.5 Setelah waktu observasi jalur berakhir, atlit harus segera kembali ke zona isolasi.
Setiap keterlambatan melaksanakan instruksi ini dapat membuat atlit menerima
peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning), keterlambatan lebih lanjut
dapat menyebabkan atlit didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian kartu merah)
dari kompetisi sesuai dengan Bab 13. Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.

4.3 PERCOBAAN PEMANJATAN


4.3.1 Jika percobaan jalur pemanjatan (after work) merupakan bagian dari kompetisi, Jury
President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter (kepala pembuat jalur)
akan menentukan jadwal pemanjatan, prosedur pemanjatan, dan berapa lama
periode percobaan jalur untuk setiap atlit.

4.4 BELAYING DAN KESELAMATAN


4.4.1 Tali yang digunakan untuk memanjat harus dikontrol oleh 2 (dua) orang Belayer.
Selama atlit melakukan pemanjatan Belayer harus benar-benar memperhatikan
gerakan dari atlit selama proses pemanjatan untuk memastikan bahwa:
a. Gerakan atlit tidak terbantu/terhalangi oleh regangan tali yang terlalu tegang.

34
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

b. Ketika atlit berusaha mengaitkan tali dengan protection point (titik


pengaman) dia tidak terhalang atau terbantu sedemikian rupa, jika atlit
gagal dalam mengaitkan tali ke protection point, maka belayer harus
mengendorkan tegangan tali (slack) dengan segera.
c. Jika atlit terjatuh harus segera dihentikan dengan cara yang dinamis dan
aman.
d. Kemungkinan jatuh yang berlebihan tidak terjadi pada atlit yang sedang di-
belay.
e. Perhatian yang lebih besar harus diberikan untuk menjamin bahwa jatuhnya
atlit tidak akan menimbulkan cedera yang disebabkan karena pinggir atau
features (bentangan) serta bagian lain dari dinding panjat.

4.4.2 Category Judge, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan dengan
persetujuan Jury President, dapat memutuskan apakah climbing rope telah
terpasang pada protection point (pengaman) yang pertama. Jika memungkinkan,
rancangan jalur harus dibuat sedemikian rupa dengan memperhitungkan
keamanannya sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut.
4.4.3 Pada saat mulai melakukan pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan:
a. Semua atlit harus dilengkapi sesuai peraturan kompetisi dan aturan mengenai
peralatan pemanjatan
b. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan
menggunakan simpul ”figure of eight”.
c. Sebelum atlit memulai pemanjatan, di zona transit belayer harus memeriksa
apakah perlengkapan atlit sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah
diikatkan ke harness atlit sesuai (4.4.3 b), dan harness atlit telah cukup
kencang.
d. Sebelum atlit memulai pemanjatan, belayer harus memastikan bahwa
gulungan tali telah diurai sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
dengan baik selama proses pemanjatan.
e. Setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, Category Judge dapat
memutuskan apakah belayer perlu dibantu oleh seorang asisten pada awal
jalur pemanjatan untuk memberikan pengamanan tambahan pada atlit di
bagian bawah jalur pemanjatan.

4.4.4 Belayer harus siap untuk mengendorkan tali (slack) setiap saat selama proses
pemanjatan. Setiap usaha mengencangkan tali (tension) dapat dianggap sebagai
bantuan tambahan atau halangan terhadap atlit, dapat dinyatakan sebagai insiden
teknis oleh Category Judge.
4.4.5 Setelah dapat menghubungkan tali dengan protection point (quickdraw) yang
terakhir atau setelah atlit terjatuh, atlit harus diturunkan secara perlahan untuk
menghindari benturan. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa atlit tidak
akan menginjak peralatan yang ada dibawah atau lantai.
4.4.6 Ketika atlit melepaskan tali dari harness-nya, belayer dapat menarik tali kebawah
secepat mungkin dan hati-hati agar tidak menganggu posisi runner pengaman

35
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

(quickdraw). Menjadi tanggung jawab belayer untuk memastikan atlit untuk keluar
dari Zona Kompetisi secepat mungkin.

4.5 PROSEDUR PEMANJATAN


4.5.1 Setiap jalur pemanjatan harus dialokasikan waktu untuk setiap atlit melakukan
pemanjatan. Waktu pemanjatan untuk babak Kualifikasi seharusnya selama 6 menit,
dan 8 menit untuk babak Semi Final dan babak Final. Waktu ini harus juga termasuk
waktu persiapan selama 40 (empat puluh) detik sebagai persiapan akhir di depan
jalur pemanjatan, sesuai dengan Pasal 4.5.2 dibawah ini. Periode waktu pemanjatan
ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan
diinformasikan kepada atlit pada saat pengarahan teknis (technical briefing) di Zona
Isolasi sebelum pengamatan jalur atau ditulis pada daftar urutan pemanjatan
(starting list) yang ditempel di Zona Isolasi.

4.5.2 Pada saat masuk Zona Kompetisi di depan dinding panjat, atlit diminta untuk segera
melewati garis start. Pada saat tersebut, Category Judge akan memulai menghitung
waktu yang diambil oleh atlit dalam menyelesaikan pemanjatan. Setiap atlit
diperbolehkan selama 40 detik pertama untuk melakukan pemanasan, 40 detik ini
merupakan bagian dari seluruh waktu pemanjatan yang telah ditentukan. Jika atlit
tidak melakukan pemanjatan setelah berakhir detik ke-40, atlit akan diperintahkan
dengan segera melakukan pemanjatan. Pelanggaran atas perintah akan
menyebabkan akan terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
Untuk pemanjatan dengan prosedur flash aturan ini tidak dapat di terapkan
4.5.3 Pemanjatan yang dilakukan dianggap telah dimulai jika kedua ujung kaki atlit telah
meninggalkan dasar (lantai atau tanah)
4.5.4 Atlit boleh bertanya kepada Category Judge setiap saat selama melakukan
pemanjatan mengenai waktu pemanjatan yang masih tersisa, dan Category Judge
segera menginformasikan waktu yang masih tersisa. Category Judge tanpa diminta
akan memberikan informasi kepada atlit jika waktu masih tersisa 60 (enam puluh)
detik. Jika waktu pemanjatan telah habis, Category Judge akan menghentikan
pemanjatan dan prosedur pengukuran akan dilakukan. Atlit yang tidak mematuhi
perintah dari Category Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan
terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
4.5.5 Selama pemanjatan dilakukan:
a. Atlit akan mengaitkan semua quickdraw secara berurutan. Quickdraw harus
dikaitkan sebelum bagian terbawah tubuh atlit bergerak meninggalkan
karabiner terbawah dari quickdraw yang belum dikaitkan [dalam hal jalur
menyamping (traverse) atau roof, sebelum tubuh terbawah atlit melewati
quickdraw yang belum dikaitkan sesuai dengan sumbu jalur yang dibuat oleh
pembuat jalur]. Peserta tersebut dapat memasang quickdraw tanpa
melakukan back climb (back climb yang artinya pada saat peserta melepaskan
kedua tangannya dari posisi awal) sesaat setelah seluruh tubuhnya
meninggalkan carabiner terbawah dari quickdraw yang belum terpasang.
Setiap pelanggaran atas aturan ini akan menyebabkan pemanjatan yang
sedang dilakukan dihentikan dan dilakukan pengukuran sesuai dengan pasal
4.7 di bawah. Penolakan yang dilakukan oleh atlit atas instruksi Category

36
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan atlit mendapat


peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning) sesuai Bab 13. Prosedur
Kedisiplinan dalam Kompetisi.
b. Demi faktor keamanan president juri dapat merubah pasal 4.5.5.a dengan
titik pegangan untuk memasangan quickdraw lebih awal. Informasi ini harus
diberitahukan kepada peserta pada saat briefing teknis di zona isolasi. Titik
pegangan serta quickdraw tersebut harus diberi tanda dengan jelas, sebaiknya
mengunakan tanda silang warna biru, dan harus di tunjukan pada saat
observasi jalur. Gerakan apapun yang dilakukan peserta setelah melewati
pegangan yang diberi tanda silang biru tanpa memasang quickdraw yang
bertanda silang biru akan tidak di perhitungkan dan peserta dianggap telah
menyelesaikan pemanjatan.
c. Ketika atlit mengaitkan tali ke quickdraw sesuai dengan pasal 4.5.5 (a) tapi
terjadi kesalahan teknis (technical error) pada tali yang dikaitkan, atlit
diijinkan untuk mengaitkan quickdraw berikutnya secara berurutan kemudian
melepaskan kaitan pada quickdraw yang mengalami kesalahan teknis dan
mengaitkan ulang (jika perlu dengan pemanjatan menurun). Pada akhirnya
semua titik pengaman harus dikaitkan secara berurutan.
d. Category Judge dapat memerintahkan pemanjatan dihentikan dan mengukur
ketinggian maksimum (jarak maksimum, dalam hal jalur pemanjatan
menyamping atau roof) jika ia menganggap bahwa pemanjatan selanjutnya
akan membahayakan keselamatan atlit.
4.5.6 Tumpuan-tumpuan (pegangan atau pijakan) pada jalur harus selalu dibersihkan
secara teratur dengan metode yang diputuskan oleh Category Judge setelah
berkonsultasi dengan Chief Routesetter sebelum suatu babak dimulai. Sangat
dianjurkan jalur pemanjatan dibersihkan setiap maksimum 20 atlit telah melakukan
pemanjatan. Periode pembersihan harus diumumkan kepada atlit selama mengikuti
technical meeting tentang observasi suatu jalur dan/atau dicantumkan pada daftar
urutan pemanjatan (starting list) di zona isolasi. Atlit tidak diijinkan membersihkan
tumpuan/pegangan manapun selama melakukan pemanjatan.

4.6 INSIDEN TEKNIS


4.6.1 Insiden teknis pada kategori Lead didefinisikan sebagai:
a. Pegangan yang pecah atau berputar.
b. Posisi quickdraw atau karabiner yang tidak semestinya.
c. Tali pemanjatan yang terlalu tegang, dimana dapat membantu atau
menghalangi pemanjatan atlit.
d. Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan seorang atlit
yang tidak fair bagi atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang
dilakukannya.
4.6.2 Jika atlit gagal dan menyatakan bahwa penyebab kegagalannya adalah karena
insiden teknis, maka atlit tersebut harus diarahkan ke Zona Isolasi yang terpisah
untuk menunggu hasil penyelidikan atas klaim yang diajukan.
4.6.3 Atlit yang mengalami insiden teknis diberikan waktu pemulihan (recuperation)
dalam zona isolasi yang terpisah, dan diberi kesempatan untuk memakai fasilitas
37
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

pemanasan, tetapi atlit yang bersangkutan tidak diijinkan untuk berkomunikasi


dengan orang lain kecuali dengan Ofisial Kompetisi.
4.6.4 Maksimum waktu jeda sebelum atlit melakukan usaha pemanjatan ulang adalah
sekitar 2 (dua) menit untuk setiap tumpuan yang telah dicapai sebelum atlit
mengalami insiden teknis. Atlit berhak mendapatkan waktu jeda minimal 20 menit.
Category Judge akan menentukan urutan pemanjatan ulang untuk atlit tersebut,
berdasarkan permintaan waktu jeda yang diajukan atlit asalkan belum melewati
waktu maksimalnya. Semua atlit yang mengalami insiden teknis akan diinformasikan
urutan pemanjatan ulangnya.
4.6.5 Jika insiden teknis terjadi pada babak final, waktu jeda tidak boleh lebih dari 20 (dua
puluh) menit setelah atlit terakhir menyelesaikan pemanjatan.
4.6.6 Jika pemanjatan ulang dilakukan setelah atlit terakhir, atlit yang mengalami insiden
teknis ternyata menempati peringkat pertama pada babak yang sedang berlangsung,
maka atlit tersebut tidak diijinkan melakukan pemanjatan ulang. Ketentuan ini tidak
berlaku jika yang mengalami insiden teknis lebih dari 1 (satu) atlit.
4.6.7 Hasil akhir pemanjatan atlit yang mengalami insiden teknis, adalah merupakan hasil
terbaik dari usaha pemanjatan yang telah dilakukannya.

4.7 PENILAIAN
4.7.1 Berdasarkan pasal 4.10 dibawah, dalam hal atlit jatuh atau Category Judge
memerintahkan pemanjatan dihentikan, tumpuan tertinggi yang dipegang atau
disentuh (atau dalam kasus traverse atau pada roof, tumpuan (hold) terjauh
yang dipegang atau disentuh) pada sumbu jalur, akan menentukan hasil yang
dicapai oleh atlit.
4.7.2 Nilai suatu tumpuan (hold) akan ditentukan oleh oleh Chief Routesetter sebelum
suatu babak kompetisi dimulai, yang diberi tanda pada sketsa topo jalur pemanjatan
yang digunakan oleh Category Judge.
4.7.3 Hanya tumpuan yang menggunakan tangan yang akan diberikan nilai. Sesuai
dengan yang ditentukan oleh Category Judge, Tumpuan yang dipegang mempunyai
nilai yang lebih tinggi daripada tumpuan yang disentuh:
a. Tumpuan yang dipegang akan diberikan ketinggian tumpuan tersebut tanpa
tanda.
b. Tumpuan yang disentuh akan diberikan ketinggian tumpuan tersebut dengan
tanda minus (-)
c. Tumpuan yang dipegang dan kemudian suatu gerakan pemanjatan dilakukan
dengan tujuan untuk menambah ketinggian tumpuan yang dipegang dan satu
tanda plus (+).
d. Adalah kewenangan Category Judge untuk menentukan nilai tumpuan yang
dicapai oleh seorang atlit.
4.7.4 Jika atlit menyentuh tumpuan selain dari yang telah ditentukan oleh Chief
Routesetter, tumpuan ini tidak dianggap sebagai ketinggian maksimum (dalam
kasus bagian traverse atau roof pada jalur, jarak terjauh) yang dicapai oleh atlit.
4.7.5 Hanya bagian yang bisa digunakan untuk pemanjatan yang akan dinilai untuk
menentukan hasil yang dicapai oleh atlit.

38
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4.7.6 Jika atlit memegang quickdraw terakhir sebelum tali dikaitkan secara aman ke
karabiner pada titik pengamanan terakhir, hal ini akan dianggap sebagai bantuan
tambahan dan pemanjatan akan dihentikan serta diukur sesuai dengan bagian 4.7.1
dan 4.7.3

4.8 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI


4.8.1 Setelah babak kompetisi berakhir, semua atlit atau regu akan di peringkat
berdasarkan tumpuan tertinggi yang dipegang atau disentuh sesuai dengan Pasal
4.7.3 diatas.
4.8.2 Dalam hal terdapat peringkat sama, perhitungan mundur akan digunakan, yaitu hasil
babak sebelumnya dipakai untuk memisahkan peringkat yang sama ini. Jika masih
sama, babak sebelumnya akan digunakan. Proses prosedur ini tidak digunakan jika
atlit tidak menggunakan jalur yang sama pada suatu babak atau untuk
pertandingan dengan sistim after works.
4.8.3 Jury President boleh memutuskan bahwa Bagian 4.8.2 dapat ditangguhkan dan
prosedur hitung mundur (countback) tidak boleh digunakan untuk menentukan
peringkat pada akhir babak Final. Keputusan ini harus diinformasikan.
4.8.4 Jika tidak dinyatakan lain dalam format kompetisi, jika suatu babak Kualifikasi
mengharuskan para atlit di bagi menjadi dua atau lebih jalur yang tidak sama tapi
mempunyai tingkat kesulitan yang sama, para atlit yang tidak berhak ke babak
selanjutnya, peringkat akhir akan ditentukan berdasarkan akumulasi nilai yang
diperolehnya dari peringkat pada jalur-jalur tersebut.
4.8.5 Jika prosedur hitung mundur digunakan terdapat peringkat sama untuk tempat
pertama setelah akhir babak Final, Super Final akan dilakukan. Jika peringkat sama
masih tetap terjadi setelah Super Final, jika tetap diperoleh hasil yang sama, maka
peringkat ditentukan berdasarkan catatan yang ditempuh, atlit yang mempunyai
catatan waktu lebih baik mempunyai peringkat lebih baik. Cara penilaian ini harus di
beritahukan kepada peserta Super Final, manager tim dan kepada seluruh pihak
yang berkepentingan.

4.9 KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI


4.9.1 Pasal ini harus dibaca bersamaan dengan pasal 4.8 diatas yaitu prosedur Peringkat
Setiap Babak Kompetisi harus diselesaikan dulu sebelum pasal 4.9 ini diterapkan.
4.9.2 Jika terdapat kekurangan jumlah atlit atau regu yang dapat menyelesaikan jalur
pada babak sebelumnya, sisa tempat dari kuota yang telah ditentukan akan diisi oleh
peringkat terbaik berikutnya.
4.9.3 Kuota pasti atlit kualifikasi untuk babak Semi Final dan Final adalah 26 (dua puluh
enam) dan 8 (delapan) atlit.
4.9.4 Jika kuota pasti untuk Semi Final dan Final berlebih setelah prosedur hitung mundur
digunakan, jumlah terbanyak dari atlit atau regu akan mengikuti babak selanjutnya
dalam kompetisi.
4.9.5 Jika terdapat dua kelompok dalam babak kualifikasi, kuota tetap untuk babak
selanjutnya harus dibagi sama untuk kedua group tersebut.

39
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4.10 PENGHENTIAN PEMANJATAN PADA SATU JALUR


4.10.1 Keberhasilan pemanjatan pada suatu jalur:
Atlit dianggap telah berhasil menyelesaikan suatu pemanjatan pada satu jalur
pemanjatan jika pemanjatan dilakukan sesuai dengan pasal 4.1.5 diatas.
4.10.2 Ketidak berhasilan pemanjatan pada suatu jalur:
Atlit dianggap tidak berhasil menyelesaikan pemanjatan pada suatu jalur jika:
a. Jatuh.
b. Melebihi batas waktu yang telah ditentukan pada satu jalur.
c. Menggunakan bagian dari dinding yang dapat membantu pemanjatan,
tumpuan atau features yang telah ditandai agar tidak digunakan saat
memanjat.
d. Menggunakan lubang atau sesuatu pada dinding panjat yang disediakan utuk
menempatkan tumpuan atau pengaman.
e. Menggunakan sisi kiri-kanan atau bagian atas dari dinding panjat.
f. Gagal mengaitkan tali pada titik quickdraw sesuai dengan peraturan
kompetisi.
g. Menggunakan bolt, hanger atau quickdraw untuk memanjat.
h. Setelah melakukan start, menyentuh dasar/lantai dengan bagian tubuh
manapun.
i. Menggunakan alat bantu.
4.10.3 Jika terjadi pelanggaran yang berhubungan dengan pasal 4.10.2, b-i, Category
Judge dapat menghentikan pemanjatan yang sedang dilakukan atlit, dan akan
dilakukan pengukuran ketinggian yang dicapai oleh atlit sebelum melakukan
pelanggaran b- i. Atlit atau manager tim dapat segera mengajukan protes berkaitan
hal tersebut, apabila tidak setuju dengan keputusan yang telah dibuat. Jika
permohonan protes dibuat, maka atlit akan disuruh ke Zona Isolasi yang terpisah.
Protes harus dilakukan sesuai Prosedur Protes dalam Kompetisi. Jika protes diterima,
maka atlit akan diberi kesempatan untuk melakukan pemanjatan ulang. Atlit berhak
atas waktu jeda istirahat sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam pasal 4.6.3.
yaitu bagi atlit yang mengalami insiden teknis. Nilai dari pemanjatan atlit akan
diambil hasil terbaik dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.

4.11 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO


4.11.1 Jika menurut Category Judge perlu menggunakan rekaman video untuk memeriksa
usaha pemanjatan yang dilakukan atlit sebelum Category Judge mengambil
keputusan, maka usaha pemanjatan seluruh atlit akan direkam. Jika pemanjatan
telah selesai dilakukan oleh seorang atlit, Category Judge akan segera
mengumumkan ketinggian yang dicapai oleh atlit, tapi hasil ini masih provisional
(sementara) dan masih harus dikonfirmasikan dahulu berdasarkan rekaman video,
jika seluruh atlit telah menyelesaikan suatu babak kompetisi.
4.11.2 Hanya video rekaman resmi yang dapat digunakan oleh para juri untuk memperkuat
kualitas aturan pegang sentuh (hold - touch) dalam pengukuran ketinggian dan
peringkat atlit pada akhir tiap babak suatu kompetisi.

40
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

5 MULTIPITCH (Lead berantai)

5.1 UMUM.
5.1.1 Peraturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Peraturan Umum Kompetisi
5.1.2 Multipitch adalah kategori yang merupakan bagian dari kategori Lead dan mengadopsi
sistem prosedur pemanjatan dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua)
pitch, yang selanjutnya dinyatakan dengan P1 untuk pitch 1 dan P2 untuk pitch 2, yang
dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan
dengan waktu dan prosedur yang telah ditentukan.
5.1.3 Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20
(dua puluh) meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi
standar untuk digunakan nomor kompetisi ini.
5.1.4 Kategori Multipitch terdiri dari:
a. Beregu putra dan beregu putri.
b. Beregu campuran.
5.1.5 Suatu nomor kompetisi Beregu-Multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu
yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
5.1.6 Nomor Beregu Multipitch terdiri dari 2 (dua) babak:
a. Babak Semi Final
b. Babak Final

5.2 KESELAMATAN DAN BELAYING


5.2.1 Titik pengamanan (protection point) pada akhir P1 disediakan 3 buah hanger, dan pada
akhir P2 disediakan 4 buah hanger.
a. Posisi protection point (hanger) harus sejajar.
b. Setiap hanger dihubungkan dengan karabiner autolock.
c. Pada masing-masing pitch sudah ditentukan posisi dari cowtail, simpul clove hitch
(pangkal) dan figure of eight knot (simpul delapan).
d. Atlit harus menempatkan semua pengaman sesuai dengan urutan yang telah
ditentukan.
5.2.2 Semua quickdraw (runners) sudah dalam posisi terpasang sesuai dengan sumbu jalur
pemanjatan.
5.2.3 Quickdraw (runner set) harus terhubung dengan hanger dengan Mailon Rapide (MR)
10mm.
5.2.4 Semua atlit dibekali dengan cowtail dan belay device yang telah ditentukan.
5.2.5 Semua belay device yang digunakan pada nomor beregu-multipitch adalah Stich Plate
atau ATC.

41
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

5.3 PROSEDUR PEMANJATAN


5.3.1 Sebelum melewati garis Start, kedua pemanjat telah mengaitkan kedua ujung tali ke
harness masing–masing dengan simpul figure of eight sebelum melakukan pemanjatan.
5.3.2 Waktu pemanjatan dihitung ketika pemanjat perintis (lead climber) telah melewati garis
Start.
5.3.3 Pemanjat pertama (C1), melakukan pemanjatan secara sepengamatan (on-sight) menuju
akhir pitch (P1) di belay oleh pemanjat kedua (C2) dengan System Body Belay.
5.3.4 Pemanjat pertama mengaitkan tali ke quickdraw (runner) yang sudah terpasang, secara
berurutan sampai di akhir P1.
5.3.5 Pemanjat pertama (C1) dinyatakan telah sampai di P1, apabila telah memasang
pengaman dengan urutan sebagai berikut:
a. Mengaitkan tali pemanjatan ke quickdraw (runner) yang di tandai khusus,
memasang cowtail pada hanger yang telah ditandai.
b. Memasang pengaman untuk melakukan Hanging Belay (penambatan sambil
bergantung) dengan menggunakan simpul clove hitch pada pengaman (protection
point)/hanger, dan simpul tersebut diupayakan sedekat mungkin dengan harness.
c. Selanjutnya pemanjat tersebut memasang simpul 8 yang akan dihubungkan pada
pengaman (protection point) terakhir, pembuatan simpul dimaksud harus rapi dan
sesuai standar pembuatan simpul, jarak antara simpul masing-masing pengaman
tidak terlalu kendur dengan tetap memperhatikan fall factor.
d. Pemanjat kedua (C2) dapat membuka belay device setelah mendapat bendera
kuning dari Juri kemudian C1 menarik tali sisa dan menjulurkan ke bawah.
e. Pada proses pemasangan (point 5.3.5 a – d) pada P1 atau P2, pemanjat tidak
diperkenankan menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan.
5.3.6 Pemanjat pertama menyiapkan peralatan belaying untuk C2 dengan sistem hanging body
belay.
5.3.7 Pemanjat kedua (C2) melakukan pemanjatan setelah mendapat tanda dari juri yang
berupa bendera berwarna hijau, dengan melepaskan tali dari quickdraw (runner) secara
berurutan, dan melanjutkan pemanjatan sampai P2 atau TOP.
5.3.8 Pemanjat kedua (C2) melakukan prosedur pengamanan yang sama seperti yang
dilakukan C1 pada P1, sesuai dengan point 5.3.5 a – e.
5.3.9 Pemanjat kedua (C2) menyiapkan belaying untuk C1 untuk mencapai P2 atau TOP.
5.3.10 Pemanjat pertama (C1) dapat membuka belay device setelah mendapat tanda dari Juri
berupa bendera kuning, dan pemanjat kedua dapat menarik tali pemanjatan dan
menjulurkannya kebawah.
5.3.11 Pemanjat pertama (C1) dapat membuka semua pengaman di P1 setelah mendapat
tanda dari Juri berupa bendera hijau dengan urutan terbalik pada saat pemasangan
pengaman, kemudian melakukan pemanjatan menuju P2 (TOP) dengan melepas tali dari
quickdraw (runner) secara berurutan. Pada proses membuka pengaman pada P1
pemanjat tidak diperkenankan menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai
pegangan.
5.3.12 Pemanjat Pertama (C1) dinyatakan telah sampai di P2 (TOP) apabila telah memasang
pengaman dengan urutan sebagai berikut:

42
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a. Memegang tumpuan terakhir,


b. Memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai.
c. Selanjutnya C1 memegang tanda/bel sebagai tanda akhir pemanjatan.
d. Prosedur diatas dilakukan tanpa melepas runner top di P2.
5.3.13 Pemanjatan dinyatakan selesai dan kedua pemanjat diturunkan melalui fixrope oleh
petugas.

5.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI.


5.4.1 Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit.
5.4.2 Untuk nomor beregu Campuran, terdiri dari 1 (satu) atlit putra dan 1 (satu) atlit putri.
5.4.3 Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori Multipitch lebih dari atau sama
dengan 8 (delapan) regu, maka kompetisi kategori ini dilaksanakan dalam 2 (dua) babak,
yaitu Semi-Final dan babak Final.

5.5 PENILAIAN
5.5.1 Nilai Max 2 Top.
Jika C1 telah melakukan pemanjatan sesuai dengan aturan dan memegang tumpuan
terakhir, kemudian memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai,
dan memegang tanda/bel sebagai tanda akhir pemanjatan.
5.5.2 Top 1 + Nilai.
Jika C2 melakukan prosedur pengamanan pada P2 yang sama seperti yang dilakukan
pemanjat pertama di P1 dan C1 tidak sampai P2.
5.5.3 Pitch 1 + Nilai.
Jika C1 dinyatakan telah sampai di akhir P1, dan sudah memasang pengaman sesuai
dengan prosedur. Selanjutnya C2 telah melakukan pemanjatan dan tidak sampai di akhir
P2.
5.5.4 Minimal Nilai Pemanjatan.
Jika C1 jatuh dan tidak sampai ke akhir P1.

5.6 PERINGKAT SETIAP BABAK.


5.6.1 Penyusunan peringkat regu didasarkan pada akumulasi nilai tertinggi yang diperoleh
kedua atlit pada setiap babak.
5.6.2 Regu dengan akumulasi nilai tertinggi menempati peringkat tertinggi.
5.6.3 Jika terjadi nilai sama yang melibatkan lebih dari satu regu, maka semua regu yang
mempunyai nilai pemanjatan sama berhak menempati peringkat sama.
5.6.4 Jika nilai sama terjadi pada babak Final terdapat lebih dari satu regu, maka penentuan
peringkat ditentukan dengan melihat hasil babak sebelumnya.
5.6.5 Jika penentuan peringkat tidak dapat ditentukan dengan melihat babak sebelumnya,
maka penentuan peringkat dilakukan babak Super Final. Dan jika pada babak Super Final

43
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

masih mempunyai nilai yang sama maka penentuan pemenang akan ditentukan dengan
melihat catatan waktu terbaik.

5.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN


5.7.1 Jika salah satu pemanjat terjatuh, maka pemanjatan dianggap selesai, dan dinilai
berdasarkan pegangan (hold) yang terakhir di pegang.
5.7.2 Jika salah satu pemanjat melakukan kesalahan pada pembuatan dan penempatan
simpul, akan mendapatkan peringatan pertama. Dan jika melakukan kesalahan yang
sama kedua kalinya (untuk masing-masing pemanjat), maka pemanjatan tersebut akan
diberhentikan.
5.7.3 Apabila gerakan yang dilakukan oleh belaying membantu pemanjat untuk menambah
ketinggian, maka Juri berhak memberhentikan pemanjatan yang dilakukan oleh suatu
regu.
5.7.4 Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan atau belay device sebelum juri
memberikan tanda berupa bendera hijau, pemanjatan akan dihentikan.
5.7.5 Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan belay device tidak secara
berurutan.
5.7.6 Apabila pemanjat melepas runners dengan tidak berurutan.
5.7.7 Untuk ketentuan penghentian pemanjatan lainnya mengikuti peraturan umum kategori
Lead.

5.8 ATURAN TAMBAHAN


5.8.1 Tegangan tali diperbolehkan selama tidak membantu pemanjat menambah ketinggian.
5.8.2 Limit waktu pemanjatan ditentukan oleh Chief Routte dan di umumkan oleh Jury
President.
5.8.3 Apabila pemanjat melakukan kesalahan memasang urutan pengaman pada P1 dan P2,
juri lintasan akan memberi peringatan dengan menyampaikan urutan yang benar.
5.8.4 Jika salah satu pemanjat melakukan pembuatan dan penempatan simpul tanpa terlebih
dahulu mengaitkan tali ke runner top (yang ditandai khusus), maka pemanjatan
dihentikan.

44
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

6 BOULDER

6.1 UMUM
6.1.1 Aturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Aturan Umum Kompetisi.
6.1.2 Kompetisi Boulders terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek yang disebut
boulder. Semua boulder harus dipanjat tanpa tali pengaman. Jumlah tumpuan pada
tiap boulder harus paling banyak 12 (dua belas) dan jumlah rata-rata tumpuan untuk
semua boulder rata-rata antara 4 (empat) sampai 8 (delapan) dalam satu babak.
6.1.3 Seluruh boulder pada kompetisi Boulder harus diamankan dengan matras landasan
jatuh. Menjadi tanggung jawab pembuat jalur untuk menentukan jumlah dan karakter
dari boulder sesuai dengan ukuran dan posisi matras, jika beberapa matras/landasan
jatuh digabungkan, maka harus ditutup sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan
atlit jatuh diantaranya.
6.1.4 Kompetisi Boulder terdiri atas 3 (tiga) babak, yaitu babak Kualifikasi, Semi-Final dan
babak Final. Jika kejadian kahar (force majeur), jumlah babak dalam kompetisi dapat
dikurangi menjadi hanya 2 (dua) babak. Jika suatu babak dibatalkan, maka hasil dari
babak sebelumnya akan diperhitungkan sebagai nilai akhir untuk menentukan rangking
atlit .
6.1.5 Babak Semi-Final dan Final harus dilakukan pada hari yang sama. Harus ada jeda
waktu minimal 2 (dua) jam antara akhir babak Semi-Final dan awal babak Final. Ruang
isolasi ditutup paling lambat 1 (satu) jam sebelum babak Final dimulai.
6.1.6 Jumlah boulder dalam babak Kualifikasi 5 (lima) dan jumlah boulder pada babak Semi-
Final dan babak Final 4 (empat). Jika kejadian kahar (force majeur). Jumlah boulder
dapat dikurangi atas kebijakan Jury President.
6.1.7 Demi alasan keselamatan, boulder harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian
tubuh atlit yang terbawah harus tidak lebih tinggi dari 3 (tiga) meter di atas matras
landasan jatuh.
6.1.8 Juga demi alasan keselamatan, boulder tidak dirancang untuk memungkinkan atlit
meloncat ke kebawah (downward jumps).
6.1.9 Wasit pada setiap boulder terdiri dari seorang juri dan satu orang asisten, salah
satunya harus pemegang kualifikasi nasional.
6.1.10 Setiap boulder harus mempunyai posisi start yang sudah ditentukan dimana semua
usaha pemanjatan harus dimulai. Posisi untuk start ini setidaknya posisi yang tetap
dan diberi tanda untuk kedua tangan, serta posisi yang tetap dan ditandai untuk salah
satu atau kedua kaki. Posisi start ini harus ditandai dengan jelas, dan tanda tersebut
harus dibuat sama untuk setiap boulder. Warna yang digunakan harus berbeda dengan
warna yang digunakan untuk menandai tumpuan bonus serta pembatas yang
dimaksud dalam Pasal 3.2.3. Atas keputusan Chief Routesetter, tumpuan start yang
sudah ditentukan diberi label/tulisan kiri dan kanan.
6.1.11 Nilai bonus diberikan untuk penggunaan tumpuan tertentu pada boulder. Penempatan
tumpuan bonus ditentukan oleh Chief Routesetter. Tumpuan ini harus ditandai dengan
jelas, dan digunakan warna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk
menandai tumpuan start dan finish (top). Nilai bonus akan diberikan kepada pemanjat
yang dapat menyelesaikan pemanjatan (top) walau tanpa memegang point bonus.

45
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

6.1.12 Tumpuan akhir (top point) harus diberi tanda dengan warna yang sama dengan
tumpuan start.
6.1.13 Pemanjatan boulder dinyatakan berhasil jika atlit berhasil memegang tumpuan akhir
(top) dengan kedua tangan dengan sempurna.
6.1.14 Tanda yang dimaksud dalam ayat 6.1.10, 6.1.11 dan 6.1.12 akan selalu sama
selama kejuaraan/kompetisi berlangsung. Suatu contoh penandaan yang digunakan
harus ditempatkan pada dinding pemanasan di zona isolasi.
6.1.15 Agar penonton dapat melihat dengan jelas, sebaiknya konstruksi boulder di letakkan
pada posisi yang lebih tinggi dari lantai dan dapat terlihat dari berbagai posisi
dengan jelas.
6.1.16 Babak Final untuk Putra dan Putri harus dilaksanakan secara bersamaan.

6.2 OBSERVASI
6.2.1 Tidak ada waktu observasi tersendiri untuk kompetisi Boulder karena waktu
observasi merupakan bagian dari waktu yang disediakan untuk melakukan
pemanjatan pada boulder.
6.2.2 Atlit harus tetap berada pada zona observasi yang telah ditentukan selama periode
observasi.
6.2.3 Atlit tidak diijinkan untuk melakukan pemanjatan atau berdiri menggunakan alat
bantu. Atlit tidak boleh berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang lain diluar
area observasi. Atlit hanya boleh meminta penjelasan kepada Jury President,
Category Judge, Juri atau asisten Juri pada masing-masing boulder. Menyentuh
tumpuan dengan tangan atau kaki, atau bagian lain dari dinding (termasuk chalking
hold - menambah ketebalan bubuk magnesium pada tumpuan) atau memberi tanda
tambahan selama observasi dapat dihitung sebagai 1 (satu) kali usaha pemanjatan
pada boulder.
6.2.4 Pada babak Final waktu observasi adalah 2 menit.

6.3 PROSEDUR PEMANJATAN


6.3.1 Pada babak Kualifikasi dan Semi-Final, atlit melakukan pemanjatan pada beberapa
boulder dengan urutan yang telah ditentukan. Setelah menyelesaikan setiap boulder,
atlit mendapat masa istirahat yang waktunya sama dengan waktu pemanjatan yang
disebut waktu rotasi (rotation period) yaitu 5 (lima) menit untuk babak Kualifikasi
dan 6 (enam) menit untuk babak Semi-Final, serta 4 (empat) menit untuk babak
Final. Setiap boulder terdiri dari suatu daerah yang ditandai dengan jelas agar atlit
dapat melihat route dan termasuk matras landasan jatuh.
6.3.2 Pada setiap akhir waktu rotasi, atlit harus segera menghentikan pemanjatan dan
masuk ketempat istirahat (resting area). Tempat tersebut harus tidak
memungkinkan atlit mengamati boulder manapun. Atlit yang telah menyelesaikan
waktu istirahatnya harus segera menghadap ke boulder selanjutnya bersamaan
dengan terdengarnya tanda waktu rotasi.
6.3.3 Harus dipastikan bahwa atlit telah menandatangani Lembar Hasil Pemanjatan
Boulders sesuai Lampiran 5 sebelum meninggalkan suatu boulder.

46
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

6.3.4 Pada babak Final setiap boulder harus dipanjat oleh semua atlit sesuai dengan
urutan start masing-masing sebelum melanjutkan ke boulder berikutnya.
6.3.5 Waktu rotasi untuk babak final adalah 4 (empat) menit. Jika sebelum 4 (empat)
menit atlit telah menyelesaikan pemanjatannya, atlit tersebut akan segera ke Zona
Isolasi terpisah dari atlit yang belum menyelesaikan pemanjatan, dan atlit
berikutnya segera melakukan pemanjatan pada boulder tersebut. Fasilitas
pemanasan harus disediakan di ruang isolasi terpisah.
6.3.6 Jika semua atlit telah menyelesaikan boulder pertama pada babak Final, mereka
semua bergerak menuju boulder kedua. Prosedur yang sama dilakukan untuk dua
boulder lainnya.
6.3.7 Suatu pemanjatan pada boulder dianggap telah mulai dilakukan ketika semua
anggota tubuh atlit telah meninggalkan matras landasan jatuh.
6.3.8 Awal dan akhir setiap waktu rotasi diumumkan dengan jelas dan tegas. Satu menit
tersisa dari waktu rotasi akan diinformasikan dengan tanda yang lain. Tanda yang
dipakai akan disepakati pada Technical Meeting dan akan diinformasikan kepada atlit
sebelum suatu babak dimulai.
6.3.9 Semua tumpuan harus dibersihkan oleh juri atau asisten juri sebelum atlit memulai
usaha pemanjatan pertamanya pada suatu boulder. Atlit boleh meminta tumpuan
untuk dibersihkan sebelum melakukan pemanjatan pada boulder, pembersihan atas
permintaan atlit tidak mengubah kuota waktu pemanjatan yang dimilikinya. Sikat
atau alat lainnya dapat digunakan oleh atlit untuk membersihkan tumpuan yang
dapat diraih dari lantai/dasar. Hanya sikat atau bahan lain yang disediakan
penyelenggara pada setiap boulder yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
6.3.10 Penggunaan bahan lain selain chalk (bubuk magnesium) hanya dapat dilakukan bila
mendapat ijin dari Jury President.
6.3.11 Suatu usaha pemanjatan (attempt) dinilai berhasil jika tumpuan akhir (top) dipegang
kedua tangan dan Juri/wasit menyatakan “OK” ( dengan suara atau tanda lainnya).
6.3.12 Suatu usaha pemanjatan dianggap selesai ketika atlit kembali menyentuh lantai
dasar/matras, atau telah berakhirnya waktu rotasi (rotation time).
6.3.13 Atlit akan dihentikan jika ia melampaui batas boulder atau menggunakan tumpuan
yang dilarang untuk digunakan. Jika rotasi waktu masih tersisa, atlit dapat
melakukan usaha pemanjatan boulder lagi.

6.4 INSIDEN TEKNIS


6.4.1 Insiden teknis pada kompetisi Boulders didefinisikan sebagai berikut :
a. Pecah atau longgarnya tumpuan.
b. Kejadian lain yang dapat merugikan atau keuntungan yang tidak-fair untuk
seorang atlit yang terjadi karena tindakan yang tidak dilakukan oleh atlit
tersebut.
6.4.2 Pada babak Kualifikasi atau Semi-Final, jika insiden teknis terjadi karena pecah atau
longgarnya tumpuan yang dapat diperbaiki sebelum akhir dari periode pemanjatan
yang sedang berjalan, atlit yang mengalami technical incident akan ditawarkan
kesempatan untuk melanjutkan pemanjatannya.

47
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a. Jika atlit memilih untuk melanjutkan maka insiden teknis diakhiri dan tidak
ada protes untuk itu.
b. Jika atlit memilih untuk tidak melanjutkan pemanjatannya dalam periode
pemanjatan (rotation period) yang berjalan, maka atlit dapat melakukan
pemanjatan setelah suatu babak kompetisi berakhir. Dalam hal ini Jury
President akan memutuskan kapan waktu lowong yang tersedia, sehingga atlit
yang mengalami insiden melanjutkan pemanjatan pada boulder dimana
insiden teknis terjadi. Atlit mempunyai waktu sesuai sisa waktu saat insiden
teknis terjadi, dengan minimum 2 (dua) menit.
6.4.3 Pada babak Kualifikasi atau Semi-Final, jika insiden teknis tidak dapat diperbaiki
sebelum rotasi waktu berakhir. Pada saat tanda diumumkan akhir rotasi waktu,
babak dihentikan untuk atlit yang mengalami insiden teknis, juga bagi seluruh atlit
boulder sebelumnya. Bagi atlit lainnya, babak dilanjutkan. Setelah perbaikan
selesai, atlit yang mengalami insiden teknis diijinkan untuk melanjutkan pemanjatan
dengan waktu sisa saat terjadi insiden, dengan minimum 2 (dua) menit dalam waktu
rotasi. Setelah waktu ini, kompetisi dimulai lagi dengan tanda waktu rotasi
bersamaan untuk semua atlit .
6.4.4 Jika insiden teknis terjadi pada babak Final, atlit yang mengalami insiden teknis
harus kembali masuk ke Zona Isolasi sambil menunggu perbaikan. Jika perbaikan
telah selesai dilakukan, atlit tersebut kembali melakukan pemanjatan. Atlit
mempunyai waktu tersisa setelah mengalami insiden teknis minimal 2 (dua) menit.
6.4.5 Jika insiden teknis terjadi, usaha pemanjatan pertama yang dilakukan oleh atlit yang
mengalami insiden teknis pada boulder yang sama setelah pemanjatan yang
mengakibatkan insiden teknis, dihitung sebagai kelanjutan dari usaha pemanjatan
sebelumnya.

6.5 PERINGKAT SETIAP BABAK


6.5.1 Setelah setiap babak kompetisi para atlit diberi peringkat berdasarkan kriteria
berikut ini:
a. Jumlah total boulder yang berhasil diselesaikan (memegang tumpuan top).
b. Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) yang dilakukan untuk
menyelesaikan boulder (memegang tumpuan top).
c. Jumlah total tumpuan bonus yang berhasil di pegang dengan sempurna.
d. Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) untuk memegang tumpuan bonus.
6.5.2 Jika terjadi peringkat sama, hasil dari babak sebelumnya diperhitungkan melalui cara
perhitungan mundur.
Penghitungan mundur tidak dapat diterapkan jika atlit - atlit yang telah pemanjatan
dibagi menjadi 2 (dua) grup atau lebih.
6.5.3 Jika setelah dilakukan penghitungan mundur masih terjadi peringkat sama pada
peringkat pertama pada akhir babak Final, suatu Super Final diadakan pada satu
jalur-masalah.
6.5.4 Semua atlit yang mempunyai peringkat-sama akan mencoba memanjat hanya satu
kali dengan urutan pemanjatan yang sama pada saat final, waktu pemanjatan
ditentukan oleh Juri Kepala setelah berkonsultasi dengan Pembuat Jalur dan

48
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

pemanjatan harus dilakukan 40 (empatpuluh) detik setelah tanda start. Hasil dari
masing-masing atlit akan dinilai menurut Pasal 4.7 Peraturan Kompetisi Lead.
6.5.5 Setelah atlit melakukan pemanjatan, dilakukan pemeringkatan, jika beberapa atlit
berhasil mencapai tumpuan top, maka diputuskan mempunyai peringkat - sama dan
peringkat akhir diumumkan.
6.5.6 Jika tidak seorangpun mencapai tumpuan top, dan jika masih ada peringkat - sama
pada urutan pertama, para atlit ini harus melakukan pemanjatan lagi dengan cara
yang sama hingga para atlit tersebut dapat dipisahkan rangkingnya, pemanjatan
untuk memisahkan peringkat- sama ini boleh dilakukan paling banyak 6 (enam) kali
pemanjatan pada jalur-masalah yang berbeda. Jika peringkat-sama masih tetap
terjadi pada akhir Super Final, maka para atlit tersebut dibiarkan mempunyai
peringkat-sama.

6.6 KUOTA MASING-MASING BABAK


6.6.1 Pasal ini harus dibaca dengan merujuk Pasal 6.5, diatas, yaitu Peringkat Babak
Kompetisi, artinya penentuan peringkat harus diselesaikan sebelum pasal ini
diterapkan.
6.6.2 Jika jumlah atlit yang berhasil menyelesaikan boulder pada babak sebelumnya tidak
mencukupi, kuota atlit pada babak Final diisi oleh terbaik berikutnya.
6.6.3 Kuota untuk babak Semi- Final adalah 20 (dua puluh) atlit, dan untuk babak final 6
(enam) atlit. Jika kuota ini terlampaui karena adanya peringkat sama, jumlah atlit
yang lebih banyak berhak mengikuti babak final.
6.6.4 Kuota untuk nomor beregu untuk babak Final 6 (enam) regu. Jika kuota ini
terlampaui karena adanya peringkat sama, jumlah regu yang lebih banyak berhak
mengikuti babak final.
6.6.5 Jika babak kualifikasi dilakukan pada dua kelompok, kuota pasti untuk babak
berikutnya dibagi sama untuk kedua kelompok tersebut.

6.7 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO


6.7.1 Rekaman video resmi tentang usaha pemanjatan yang dilakukan seorang atlit, dapat
digunakan Juri untuk tujuan memeriksa/meneliti atas permohonan protes resmi.

49
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

50
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7 SPEED

7.1 UMUM
7.1.1 Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Bab 3, Peraturan Umum.
7.1.2 Kompetisi speed pada dasarnya terdiri atas babak Kualifikasi dan babak Final.
7.1.3 Kompetisi kategori Speed dapat dilakukan pada:
a. Format klasik yang terdiri atas:
i. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta
feature (bentang penampang) dan tingkat kesulitan (grade) yang mirip
(Format A).
ii. 4 (empat) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan, feature, rancangan
dan tingkat kesulitan (grade) yang identik (Format B).
b. Format World Record dengan 2 (dua) jalur pemanjatan atau lebih dengan
panjang dan lebar lintasan, feature, rancangan jalur serta grade yang tetap.
7.1.4 Untuk format Klasik setiap peserta melakukan pemanjatan di dua jalur untuk setiap
heat-nya, dan untuk format World Record setiap peserta hanya memanjat sekali
untuk setiap heat-nya,
Untuk format World Record biasanya menggunakan sistim flash
7.1.5 Ketinggian yang direkomendasikan antara 15 – 21 meter dengan panjang overhang
maksimal 5 meter. Jika dalam jalur pemanjatan terdapat roof, panjangnya tidak lebih
dari 1 meter.

7.2 JALUR
7.2.1 Jalur pemanjatan kategori speed untuk semua babak harus dibuat dengan tingkat
kesulitan (grade) yang hampir sama untuk semua jalur yang dipakai pada suatu
babak kompetisi, tidak dibenarkan jalur yang memiliki tingkat kesulitan yang jauh
antara jalur satu dengan jalur lainnya pada suatu babak kompetisi.
7.2.2 Jika babak Kualifikasi dan babak putaran-Final dilaksanakan:
a. Pada hari yang sama: jalur-jalur untuk kedua babak sama.
b. Pada hari yang berbeda: jalur-jalur untuk masing-masing babak harus
berbeda. Para atlit akan diberitahu mengenai hal tersebut.
7.2.3 Ketinggian sebuah jalur antara 15 - 21 meter, dengan panjang total overhang tidak
lebih dari 5 (lima) meter. Apabila jalur mempunyai roof, panjang roof tidak lebih dari
1 meter.
7.2.4 Ketinggian dan konstruksi Jalur Rekor Dunia Speed, panjang lintasan 15 (lima belas)
meter dengan kemiringan (overhang) 5º (lima) derajat. Untuk Ketentuan mengenai
dimensi dan material dinding panjat speed rekor sesuai Pasal 7.12.
Jalur format World Record terdiri dari :
a) 10 meter untuk laki - laki dan wanita.
b) 15 meter untuk laki-laki dan wanita.

51
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c) 10 dan 15 meter untuk kelompok umur.

7.3 KESELAMATAN/SAFETY
7.3.1 Atlit melakukan pemanjatan pada semua jalur secara top-rope di-belay dari bawah
dengan body-belay.
7.3.2 Top rope harus melalui dua titik pengaman (protection point) yang terpisah, dimana
masing-masing protection point terdiri dari satu cincin kait berkunci (Screwgate
Carabiner) ke titik pengaman (protection point) dengan quickdraw sling dan Maillon
Rapide 8 mm atau 10mm, yang sesuai dengan spesifikasi pabrik.
7.3.3 Konstruksi Pengaman: Titik pengaman (protection point) top-rope harus dipasang
pada batang kontruksi besi yang dibuat khusus untuk itu pada konstruksi dinding
panjat dengan pengamanan back up yang memadai.
7.3.4 Posisi dari protection point terakhir sebaiknya diatas tombol finish (tombol alat
pengatur tanda selesai pemanjatan) pada suatu jalur.
7.3.5 Posisi dari protection point harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membantu,
menghalangi maupun membahayakan atlit selama melakukan pemanjatan suatu
jalur.
7.3.6 Tali untuk memanjat harus dihubungkan dengan harness atlit dengan:
a. Simpul figure of eight atau,
b. screwgate karabiner yang telah tersimpul dengan baik, atau dengan
menggunakan dua screwgate karabiner dalam posisi berlawanan (opposition).
7.3.7 Setiap tali dikendalikan oleh dua orang belayer. Belayer harus menempatkan diri di
bawah dinding panjat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat
kejatuhan tumpuan (hold) atau peralatan lain yang mungkin terjadi selama
pemanjatan. Selama atlit melakukan usaha pemanjatan suatu jalur, belayer harus
memusatkan perhatian terhadap pergerakan atlit untuk menjamin:
a. Bahwa pergerakan atlit tidak terhalangi dengan cara apapun oleh tali yang
terlalu ketat atau yang terlalu longgar.
b. Kemungkinan jatuh harus terjadi dengan aman.
c. Atlit tidak mengalami jatuh terlalu jauh atau terlalu deras.
d. Perhatian lebih harus diberikan, sehingga jatuhnya atlit tidak membuatnya
cedera karena menimpa bagian pinggir atau bagian lain dari dinding panjat.
7.3.8 Setelah atlit menyelesaikan jalur pemanjatan atau setelah terjatuh, atlit harus
diturunkan ke dasar/lantai.
Perhatian harus tetap dilakukan untuk menjamin bahwa atlit tidak akan
menimpa/menginjak peralatan yang ada di dasar lantai.
7.3.9 Semua perlengkapan (karabiner, quickdraw, hanger dll) yang tidak diperlukan harus
disingkirkan dari jalur pemanjatan.
7.3.10 Jalur-jalur pemanjatan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga atlit tidak bisa
saling menganggu satu dengan lainnya. Jika axis (sumbu/garis tengah) dari jalur
tidak tegak lurus, maka harus dibuat dengan arah berlawanan.

52
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.4 PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN


7.4.1 Penghitungan waktu pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan harus dilakukan
dengan menggunakan sistem pencatat waktu elektrik (electric timer device).
7.4.2 Jika menggunakan pencatatan waktu elektrik (electric timer device). Tombol yang
mengatur waktu harus mempunyai tingkat ketepatan 0,01 detik. Jika sistem
pengatur waktu ini mengalami kegagalan pada suatu pemanjatan, maka akan
dinyatakan sebagai insiden teknis pada kedua atau semua atlit yang ada di heat
pemanjatan. Sistem penghitungan waktu manual tidak akan digunakan dalam kasus
ini.
7.4.3 Jika terpaksa menggunakan sistem penghitungan waktu secara manual, setiap jalur
harus dilengkapi dengan tombol yang dengan indikator lampu warna merah,
dan/atau signal yang dapat didengar. Setiap jalur harus dicatat waktunya oleh wasit
dan dua asisten, yang masing-masing mengoperasikan stopwatch. Waktu yang
ditempuh atlit ditentukan oleh Category Judge dengan menghitung rata-rata dari
ketiga stopwatch, dengan mengabaikan kesalahan pencatatan waktu yang terjadi.
Stopwatch yang digunakan memiliki tingkat ketepatan 0,01 detik dengan merk dan
spesifikasi yang sama.
7.4.4 Untuk kategori Speed Beregu dan Speed Estafet akan diatur tersendiri.

7.5 PENYELESAIAN JALUR PEMANJATAN


7.5.1 Suatu jalur pemanjatan dikatakan berhasil diselesaikan, apabila atlit sudah
melakukan pemanjatan sesuai dengan peraturan, dan atlit telah menekan tombol
pengatur waktu (finish) dengan tangannya.
7.5.2 Seorang atlit dianggap tidak menyelesaikan pemanjatan pada suatu jalur, jika:
a. Terjatuh.
b. Melebihi batas waktu yang ditetapkan untuk tiap jalur.
c. Menyentuh atau menggunakan bagian-bagian tertentu dari area yang telah
diberi pembatasan agar tidak disentuh sesuai dengan Ayat 3.2.2.
d. Menggunakan pinggir kiri/kanan atau pinggir atas dari dinding panjat.
e. Setelah melakukan start, menyentuh dasar/lantai dengan bagian tubuh yang
manapun.
f. Menggunakan alat bantu.

7.6 PENGUMUMAN HASIL


7.6.1 Informasi mengenai peringkat dan catatan waktu pemanjatan untuk tiap atlit dalam
setiap babak kompetisi dapat ditunjukkan kepada penonton dan manajer, segera
setelah pemanjatan selesai setelah hasil diputuskan.
a. Dengan pengumuman elektronik (pada papan atau layar) atau,
b. Dengan sebarkan informasi melalui poster atau papan tulis jika butir a tidak
tersedia.
7.6.2 Hasil Keseluruhan pertandingan harus menunjukkan catatan waktu yang ditempuh
atlit pada setiap jalur dan tiap babak.

53
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.6.3 Laporan hasil kompetisi pada setiap babak dan akhir kompetisi pada semua jalur dan
babak kompetisi sesuai format pada Lampiran 7 - 9.

7.7 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT ATLIT – FORMAT KLASIK


7.7.1 Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi merupakan kebalikan dari Peringkat
Nasional terbaru. Atlit yang tidak masuk peringkat nasional mendapat urutan awal
pada babak kompetisi dengan urutan acak (random) sesuai pasal 3.4.4.a.
7.7.2 Jika babak Kualifikasi dan babak Putaran-Final diadakan pada hari yang sama, maka
jalur untuk kedua babak tersebut adalah sama. Jika babak Kualifikasi dan babak
Final dilakukan pada hari yang berbeda, maka jalur untuk tiap babak harus berbeda.
Atlit harus diinformasikan mengenai hal tersebut pada saat Technical Meeting.
7.7.3 Atlit melakukan pemanjatan pada jalur pertama. Apabila berhasil melakukan
pemanjatan di jalur pertama, maka dilanjutkan memanjat pada jalur kedua.
7.7.4 Setiap atlit harus dirangking berdasarkan total waktu yang diperoleh dari kedua
jalur yang berhasil diselesaikan.
7.7.5 Jika atlit gagal menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan pada babak
Kualifikasi, maka atlit tersebut tersisih dan menempati peringkat terakhir.
7.7.6 Jumlah atlit pada babak Final adalah:
a. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak Kualifikasi adalah 16 (enam
belas) atlit atau lebih, maka 16 jumlah atlit yang berhak mengikuti babak
Final adalah 16 (enam belas) atlit.
b. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak Kualifikasi kurang dari 16 (enam
belas) atlit, maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak Final adalah 8
(delapan) atlit.
c. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak Kualifikasi kurang dari 8
(delapan) atlit, maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak Final adalah 4
(empat) atlit.
d. Jika jumlah atlit yang dapat menyelesaikan babak Kualifikasi kurang dari 4
(empat) atlit, maka babak Kualifikasi akan diulang hingga mencapai jumlah
atlit yang berhak mengikuti babak putaran Final adalah 4 (empat) atlit. Babak
putaran-Final terdiri dari: Per-delapan Final, Per-empat Final, dan Semi-Final
serta Final.
7.7.7 Pemanjatan pada babak Putaran-Final dilakukan dengan menggunakan sistem
gugur, yaitu ditentukan dari total waktu yang ditempuh atlit pada kedua jalur
pemanjatan.
7.7.8 Urutan pemanjatan pada babak Final didasarkan pada rangking akhir babak
Kualifikasi, sebagai berikut:

54
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Skema 1: Jika babak final melibatkan 16 atlit

Nomor Heat Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking

1 1 16
2 8 9
3 4 13
4 5 12
5 2 15
6 7 10
7 3 14
8 6 11

Skema 2: Jika babak final melibatkan 8 atlit


Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
Nomor Heat

1 1 8
2 4 5
3 2 7
4 3 6

Skema 3: Jika babak final melibatkan 4 atlit


Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
Nomor Heat

1 1 4
2 2 3

Urutan pemanjatan dalam babak final ditunjukkan dalam skema pada Gambar 1
dibawah: (lihat halaman selanjutnya)
Gambar 1: Skema 1 – Jika babak final melibatkan 16 atlit

55
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Gambar 1
Bagan urutan dalam babak final dengan melibatkan 16, 8 dan 4 atlit . (Huruf Roman
tertulis menunjukkan rangking akhir dari atlit).

56
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.7.9 Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak Final:


a. Jika seorang atlit dalam babak Semi-Final atau Final gagal untuk
menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan, maka atlit tersebut gugur
dan atlit lawannya dinyatakan sebagai pemenang heat pemanjatan tersebut,
apabila atlit lawannya dapat menyelesaikan kedua jalur pemanjatan. Jika
kedua atlit gagal untuk menyelesaikan salah satu jalur, maka heat
pemanjatan tersebut akan diulang untuk mendapatkan pemenang pada heat
pemanjatan tersebut.
b. Heat pemanjatan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat harus tetap
dilakukan dan harus menghasilkan pemenang.
c. Jika kedua atlit dalam heat pemanjatan Final gagal untuk menyelesaikan jalur
mereka, maka heat pemanjatan harus diulang lagi sampai diperoleh
pemenangnya.
7.7.10 Peringkat sama (tied competitor):
a. Pada babak Kualifikasi:
i. Jika terdapat dua atau lebih atlit mempunyai peringkat yang sama
pada babak Kualifikasi untuk ranking terakhir yang berhak mengikuti
babak putaran Final, maka semua atlit tersebut tidak berhak mengikuti
babak putaran-Final. dan mereka semua diberi peringkat sama.
ii. Jika dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat yang sama dalam
babak Kualifikasi, tapi bukan pada peringkat terakhir, maka mereka
akan dipisahkan secara acak untuk menentukan peringkatnya dalam
babak Final, mereka harus dibagi secara acak untuk penempatan urutan
pemanjatan.
b. Pada babak putaran Final.
i. Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat
pemanjatan babak Semi-Final dan Final, pemenang akan ditentukan
dengan melakukan heat pemanjatan tambahan antara kedua atlit.
ii. Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat
pemanjatan selain babak Semi-Final dan Final, maka pemenang akan
ditentukan dengan melihat hasil pada heat pemanjatan sebelumnya
pada babak Final, atau hasil pemanjatan pada babak Kualifikasi untuk
heat pertama dalam babak Final.
7.7.11 Tentang jalur rekor akan ada penambahan setelah peraturan IFSC dikeluarkan.

7.8 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT – FORMAT WORLD RECORD


7.8.1 Babak Kualifikasi dan babak Putaran- Final dilaksanakan dalam sistem heat
pemanjatan pemanjatan, jumlah heat pemanjatan ditentukan oleh jumlah atlit
seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

57
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Jumlah Atlit
Jumlah Heat
pemanjatan

1-4 1
5-8 2
9-12 3
13-16 4
17-20 5
21-24 6
25 – 28 7
29 -32 8
dst dst

Jumlah atlit pada setiap heat pemanjatan ditentukan sedemikian rupa, sehingga
jumlah pemanjatan relatif sama antara heat pemanjatan yang satu dengan heat
pemanjatan lainnya.
Jika hanya terdapat 4 (empat) atlit atau kurang yang terdaftar pada kategori
tersebut, maka tidak ada babak kualifikasi.
7.8.2 Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi harus dipersiapkan sesuai dengan
prosedur berikut:
a. Urutan pemanjatan (seeding list) atlit ditentukan berdasarkan Peringkat
Nasional FPTI terbaru, atlit yang terdaftar tapi mempunyai peringkat paling
rendah di beri nomor urutan pertama, demikian seterusnya. Atlit yang tidak
masuk dalam Peringkat Nasional FPTI akan ditambahkan ke dalam setiap heat
pemanjatan secara acak (random).
b. Atlit kemudian ditempatkan pada heat pemanjatan dengan urutan
pemisahan/pemanjatan secara zig–zag.
c. Proses pemanjatan antar-Heat pemanjatan pemanjatan harus di gambar
dalam bentuk bagan.
d. Pada saat pemanjatan, atlit dengan peringkat lebih baik berada di bagian
dalam.
7.8.3 Jumlah atlit yang berhak masuk ke putaran Final:
a. Jika jumlah atlit yang terdaftar adalah 16 (enam belas) atau lebih, maka 16
atlit berhak ikut dalam putaran Final.
b. Jika jumlah atlit yang terdaftar adalah 8 (delapan) dan 15 (lima belas), maka
8 (delapan) atlit berhak ikut dalam putaran Final.
c. Jika jumlah atlit yang terdaftar antara 5 (lima) dan 7 (tujuh), maka 4 atlit
berhak ikut dalam putaran Final.

58
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.8.4 Semua pemenang pada setiap heat pemanjatan dalam babak Kualifikasi berhak maju
ke babak putaran Final.
Sisa tempat babak Final akan diisi oleh atlit yang mempunyai catatan waktu
tercepat diantara atlit yang masih ada. Jika dua atau lebih atlit mempunyai
peringkat yang sama atau berhak maju ke babak putaran Final, maka akan diadakan
heat pemanjatan antara atlit tersebut sampai diantara mereka sampai memperoleh
hasil berbeda.
Jika terdapat lebih dari 16 heat pemanjatan dalam babak Kualifikasi, maka 16 atlit
dengan catatan waktu terbaik yang berhak maju ke babak putaran Final.
7.8.5 Jika atlit gagal menyelesaikan pemanjatannya pada suatu jalur dalam babak
Kualifikasi, maka atlit tersebut tersisih dan ditempatkan pada posisi yang terakhir.
7.8.6 Babak putaran Final terdiri dari: babak per-empat Final, Semi Final, dan babak Final.
Setiap babak terdiri atas satu atau beberapa heat pemanjatan tergantung jumlah
atlit yang berhak ikut babak putaran Final seperti yang ditunjukkan ayat 7.8.1.
diatas.
7.8.7 Urutan pemanjatan pada babak pertama dalam babak putaran Final harus disiapkan
sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
a. Daftar urutan pemanjatan (seeding list) untuk setiap atlit terbaik pada babak
kualifikasi dan diatur sesuai dengan hasil yang dicapai masing-masing atlit
pada babak Kualifikasi, atlit yang lolos Kualifikasi dengan catatan waktu
paling lambat diberi urutan pemanjatan pertama, diikuti oleh atlit terbaik
berikutnya sesuai dengan catatan waktu mereka pada babak Kualifikasi.
b. Semua atlit ditempatkan dalam heat pemanjatan dengan urutan pemisahan
(seeding list) secara zig –zag dengan cara seperti dibawah ini:

Bagan 16 Atlit – Babak Per-empat Final


Heat Jumlah Atlit yang Ditempatkan
Pemanjatan Berdasarkan Peringkat dan Random
1 10 11
A

B 2 9 12 19

C 3 8 13 18
7 17
D 4 14
5 15
E 6 16

c. Jika ada beberapa atlit yang gagal menyelesaikan pemanjatannya pada babak
Kualifikasi, babak putaran Final akan diikuti jumlah atlit yang lebih sedikit.
Namun urutan pemanjatan untuk atlit yang berhak mengikuti babak putaran
Final tidak berubah.
d. Pada saat pemanjatan, atlit dengan peringkat lebih baik berada di bagian
dalam.

59
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.8.8 Pada babak putaran Final, dua atlit yang dapat menyelesaikan pemanjatannya
dengan waktu tercepat dalam setiap heat pemanjatan berhak maju ke babak
berikutnya pada babak putaran Final. Atlit lainnya akan dirangking sesuai dengan
catatan waktu yang diperoleh dalam babak putaran Final yang telah diikutinya.
7.8.9 Atlit yang berhak masuk ke babak Semi-Final dari heat pemanjatan A pada babak
per-empat Final akan ditempatkan dalam heat pemanjatan sama pada babak Semi-
Final dengan atlit yang lolos dari heat pemanjatan D, dan atlit yang berhak masuk
ke babak Semi-Final dari heat pemanjatan B di babak per-empat Final akan
ditempatkan pada tempat yang sama dalam heat pemanjatan babak Semi-Final
dengan atlit yang lolos dari heat pemanjatan C.
7.8.10 Atlit pada heat pemanjatan terakhir (final heat) dalam babak putaran Final akan
diperingkatkan sesuai dengan catatan waktu yang diperolehnya pada heat
pemanjatan Babak Final.
7.8.11 Jika atlit gagal untuk menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak putaran Final,
maka atlit tersebut akan diperingkatkan pada posisi terakhir pada babak putaran
Final, dan tersisih dari semua heat pemanjatan yang berikutnya.
7.8.12 Jika dua atlit atau lebih mempunyai catatan waktu yang sama pada heat
pemanjatan terakhir (final heat) pada babak Final, pemenang akan ditentukan
dengan dengan melakukan satu atau beberapa heat pemanjatan tambahan diantara
atlit yang mempunyai catatan waktu sama sampai diperoleh hasil yang berbeda
diantara mereka.
7.8.13 Jika dua atau lebih atlit mempunyai catatan waktu yang sama pada heat
pemanjatan lainnya dalam babak putaran Final, maka peringkat atlit-atlit tersebut
ditentukan berdasarkan hasil yang mereka raih pada pemanjatan sebelumnya dalam
babak putaran Final, atau jika pada babak pertama dalam babak putaran Final
ditentukan oleh catatan waktu mereka pada babak Kualifikasi. Jika tetap sama,
digunakan babak sebelumnya secara berturut-turut akan dihitung dengan prosedur
countback.
Bagan 16 Atlit – Babak Per-empat Final
Heat Peringkat Kualifikasi
Pemanjatan
1
A 10 11

B 2 9 12 19

C 3 8 13 18
17
D 4 7 14

E 5 6 15 16

60
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Bagan 8 Atlit – Babak Semi


Final
Heat
Peringkat Kualifikasi
Pemanjatan
1 4 5
A 8
2 3 6 7
B

Bagan 4 Atlit – Babak Final


Heat
Peringkat Kualifikasi
Pemanjatan

A 1 2 3 4

7.9 DEMONSTRASI DAN OBSERVASI


7.9.1 Chief Routesetter atau anggota lain yang tergabung dalam tim routesetting harus
melakukan demontrasi pemanjatan pada jalur-jalur pemanjatan yang ada.
7.9.2 Pemanjatan demo harus dilakukan sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama
dengan kecepatan rendah dan pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh.
Hal ini akan diikuti dengan periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan,
Waktu yang dipergunakan untuk periode observasi biasanya dilakukan paling lama 6
(enam) menit, yang mana Jury President. dapat menentukan berapa waktu
observasinya.
7.9.3 Jika digunakan Format-B, Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief
Routesetter dapat menentukan hanya satu jalur yang dilakukan demonstrasi
pemanjatan.
7.9.4 Atlit diijinkan untuk memegang tumpuan-tumpuan pertama, yang terjangkau
dengan tidak meninggalkan dasar/lantai.

7.10 PROSEDUR PEMANJATAN


7.10.1 Pada saat diinstruksikan untuk memulai/start pemanjatan suatu jalur oleh Category
Judge, masing-masing atlit harus mengambil posisi start.
7.10.2 Posisi Start yang benar adalah satu kaki harus di dasar/lantai dan kaki lainnya pada
(foothold yang pertama), dan dengan satu atau kedua tangan pada tumpuan
pertama (first handhold). Posisi tangan tidak boleh melewati garis start, dan atlit
tidak boleh melakukan gerakan sebelum Jury meneriakan ’’Ya’’ atau tanda start yang
lain.
7.10.3 Jika kedua atlit sudah pada posisi start, maka Category Judge akan berteriak
”Bersedia” . Kecuali bila ada atlit yang belum siap, selanjutnya Category Judge akan
mengatakan ”Siap” dan setelah jeda sebentar (short pause) (<2 detik) Category
Judge akan memberikan aba-aba dengan singkat (< 2detik) dan keras, tanda/signal
untuk start yang jelas terdengar, atau meneriakkan ”Ya”. jika penghitung waktu
yang digunakan adalah manual.

61
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Semua instruksi lisan yang diberikan harus diberikan dengan keras dan dapat
didengar dengan jelas.
7.10.4 Penempatan tanda/signal start harus berjarak sama jauhnya dari kedua atau semua
atlit yang akan melakukan pemanjatan.
7.10.5 Ketika Category Judge memberikan tanda atau instruksi untuk start, harus dipastikan
tidak ada keributan atau gangguan apapun yang bisa mengganggu atlit atau wasit
untuk mendengar tanda untuk start.
7.10.6 Jika terjadi kesalahan start (false start), Category Judge akan menghentikan
pemanjatan kedua atlit secepatnya. Instruksi ini harus diberikan dengan keras dan
jelas terdengar. Atlit yang melakukan 2 kali kesalahan start akan dinyatakan
tersisih.
7.10.7 Setelah sampai pada akhir jalur, atlit harus menghentikan pencatat waktunya
dengan menekan tombol pencatat waktu menggunakan tangannya.
7.10.8 Setelah berhasil menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur dalam babak
kualifikasi, atlit harus kembali ke zona isolasi terpisah sampai Category Judge
memerintahkan mereka untuk meninggalkan zona tersebut.
7.10.9 Jika suatu heat pemanjatan dalam babak putaran Final sudah diselesaikan, harus
diperhatikan beberapa prosedur berikut:
a. Ketika format Klasik yang diterapkan, atlit yang berhak masuk ke heat
pemanjatan berikutnya harus menuju ke zona isolasi terpisah.
b. Ketika format World Record yang diterapkan, semua atlit yang dapat
menyelesaikan jalur pemanjatannya harus menuju ke zona isolasi terpisah.

7.11 INSIDEN TEKNIS


7.11.1 Insiden teknis dalam kompetisi speed didefinisikan sebagai:
a. Tumpuan (hold) yang pecah atau berputar.
b. Tali pemanjatan yang terlalu tegang, yang dapat membantu atau
mengarahkan pemanjatan seorang atlit.
c. Kegagalan alat pengukur waktu (electric timer device)
d. Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan yang tidak-fair
bagi seorang atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang
dilakukannya.
7.11.2 Jika seorang atlit mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha
pemanjatannya, maka atlit yang bersangkutan dapat mengulang pemanjatannya
dengan segera setelah perbaikan selesai dilakukan.
7.11.3 Jika seorang atlit mengalami insiden teknis pada heat pemanjatan dalam babak
putaran Final ketika format Klasik diterapkan, dan atlit menghentikan usaha
pemanjatannya, maka atlit yang menjadi lawan tersebut akan meneruskan untuk
memanjat. Jika insiden teknis dinyatakan benar terjadi, maka kedua atau semua atlit
harus mengulang heat pemanjatan tersebut.
7.11.4 Atlit yang terkena insiden teknis harus menunggu di zona isolasi terpisah sampai
perbaikan dilakukan. Hal ini juga berlaku pada semua atlit pada babak kualifikasi
speed format Klasik, yang telah menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur

62
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

yang tidak terjadi insiden teknis, dan pada atlit yang tetap harus menyelesaikan
usaha pemanjatan pada jalur pemanjatan lainnya.
7.11.5 Diberikan waktu jeda minimal 5 (lima) menit untuk atlit yang mengalami technical
incident.

7.12 SPEED REKOR


7.12.1 Aturan dan prosedur pemanjatan speed rekor sama dengan speed Format-A.
7.12.2 Jalur dan panjang lintasan dan ketinggian speed rekor adalah identik dan bersifat
tetap (topo jalur dan tinggi dinding panjat sesuai Lampiran 10).
7.12.3 Penghitungan waktu Speed Rekor menggunakan Electronic Timer Device dengan
merk dan standar yang sesuai dengan ketentuan IFSC.
7.12.4 Speed rekor hanya dipertandingkan pada Kejurnas, Pra-PON/PON dan pada nomor
perorangan.
7.12.5 Penghitungan waktu Speed Rekor menggunakan Electronic Timer Device dengan
merk dan standar yang sesuai dengan ketentuan IFSC.
7.12.6 Ketentuan dan aturan lebih lanjut akan mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh
IFSC.

63
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

64
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

8 SPEED – ESTAFET

8.1 UMUM
8.1.1 Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Bab 3, Peraturan Umum.
8.1.2 Speed Estafet adalah sebuah kompetisi kecepatan yang dilakukan oleh 4 (empat)
atlit yang tergabung dalam sebuah regu yang melakukan pemanjatan secara estafet
atau berantai dimana suatu akan berhadapan dengan regu lain dalam suatu babak.
8.1.3 Speed Estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet campuran.
a. Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.
b. Suatu nomor kompetisi beregu estafet hanya dapat dilaksanakan, jika jumlah
regu yang mendaftar minimal adalah 6 (enam) regu .
c. Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.
8.1.4 Speed Estafet dapat dipertandingkan jika jumlah regu yang terdaftar adalah paling
sedikit 6 (enam) regu.
8.1.5 Speed Estafet terdiri dari dua kelompok jalur, yang terbagi menjadi Kelompok jalur
dan kelompok jalur B dimana masing-masing kelompok jalur terdiri dari 4 (empat)
jalur. Kelompok jalur A akan identik dengan kelompok Jalur B.
8.1.6 Masing-masing regu akan melakukan pemanjatan pada kedua kelompok jalur
tersebut, catatan waktu pemanjatan masing-masing regu akan diambil waktu
pemanjatan terbaik terbaik diantara kedua kelompok jalur tersebut.

8.2 DEMONSTRASI DAN OBSERVASI


8.2.1 Chief Routesetter atau anggota lain yang tergabung dalam tim routesetting harus
melakukan demontrasi pemanjatan pada jalur-jalur pemanjatan dalam Kelompok
jalur–A atau Kelompok jalur–B.
8.2.2 Pemanjatan demo harus dilakukan sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama
dengan kecepatan rendah dan pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh.
Hal ini akan diikuti dengan periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan,
Waktu yang dipergunakan untuk periode observasi biasanya dilakukan paling lama 6
(enam) menit, yang mana Jury President. dapat menentukan berapa waktu
observasinya.
8.2.3 Jika ke-empat jalur pada tiap Kelompok Jalur adalah identik, Jury President setelah
berkonsultasi dengan Chief Routesetter dapat menentukan hanya satu jalur yang
dilakukan demonstrasi pemanjatan.
8.2.4 Atlit diijinkan untuk memegang tumpuan-tumpuan pertama, yang terjangkau
dengan tidak meninggalkan dasar/lantai.

8.3 PROSEDUR PEMANJATAN


8.3.1 Kompetisi Speed-Estafet dilakukan dengan menggunakan 8 (delapan) jalur terbagi
menjadi 2 Kelompok Jalur Pemanjatan yang mana setiap Kelompok Jalur terdiri dari
4 (empat) jalur untuk masing-masing regu, sesuai poin 8.1.3 diatas.

65
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

8.3.2 Setiap Regu akan melakukan 2 (dua) kali usaha pemanjatan, yaitu pemanjatan pada
Kelompok Jalur–A dan Kelompok Jalur–B.
8.3.3 Prosedur Pemanjat Speed – Estafet adalah sebagai berikut:
a. Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing-masing pada
Kelompok Jalur–A dan regu yang lain pada Kelompok Jalur–B, urutan
pemanjatan masing-masing regu pada tiap Kelompok Jalur sesuai dengan
urutan yang dibuat oleh manajer tim.
b. Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan segera
melakukan pemanjatan setelah aba-aba start disampaikan.
c. Jika terjadi kesalahan start pada atlit pertama pada suatu regu, maka atlit
yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang
diantara kedua regu. Jika terjadi dua kali kesalahan start maka suatu regu
akan didiskualifikasi.
d. Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda akhir (finish) jalur
pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish
berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna
hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan pemanjatan di jalur
kedua.
e. Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan,
ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah
dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal
suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan pemanjatan di jalur ketiga.
f. Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan,
ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah
dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal
suara (bel), atlit keempat mulai melakukan pemanjatan di jalur keempat.
g. Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat waktu
sebagai tanda akhir dari pemanjatan beregu-estafet.
h. Setelah masing-masing regu menyelesaikan pemanjatan pada suatu kelompok
jalur (A atau B), maka kedua regu akan bertukar tempat, dan prosedur yang
sama akan diterapkan pada usaha pemanjatan pada kelompok jalur yang lain.
8.3.4 Suatu regu dinyatakan gugur apabila:
a. Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan pemanjatan
sementara atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya belum menyelesaikan
pemanjatan (mencuri start pada jalur berikutnya).
Jika terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan mengangkat
tangan.
b. Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.
8.3.5 Jika terjadi insiden teknis pada salah satu regu, maka pemanjatan regu tersebut
akan diulang seluruhnya.

8.4 INSIDEN TEKNIS


8.4.1 Insiden teknis dalam kompetisi Speed - Estafet didefinisikan sebagai:

66
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a. Tumpuan (hold ) yang pecah atau berputar.


b. Tali pemanjatan yang terlalu tegang, yang dapat membantu atau
mengarahkan pemanjatan seorang atlit.
c. Kegagalan alat pengukur waktu elektrik (electric timer device).
d. Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan yang tidak-fair
bagi seorang atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang
dilakukannya.
8.4.2 Jika seorang atlit suatu regu mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha
pemanjatannya, maka pemanjatan suatu regu akan diulang semuanya.
8.4.3 Jika seorang atlit suatu regu mengalami insiden teknis pada heat pemanjatan dalam
babak putaran-final dan atlit menghentikan usaha pemanjatannya, maka regu yang
menjadi lawan nya akan meneruskan untuk memanjat.
8.4.4 Regu yang atlit nya mengalami insiden teknis harus menunggu di zona isolasi
terpisah sampai perbaikan dilakukan.
8.4.5 Jika seorang atlit suatu regu mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha
pemanjatannya, maka pemanjatan suatu regu akan diulang semuanya.

8.5 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI


8.5.1 Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap nomor adalah 4 (empat) atlit.
8.5.2 Jumlah atlit untuk nomor beregu-estafet campuran untuk setiap regu terdiri dari 2
(dua) atlit putra dan 2 (dua) atlit putri.
8.5.3 Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 2 (dua) atlit cadangan, untuk
estafet-campuran atlit cadangan terdiri 1 (satu) orang putra dan 1 (satu) orang
putri.
8.5.4 Daftar nama atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60
(enam puluh) menit sebelum ruang isolasi nomor beregu-estafet dibuka.
8.5.5 Daftar urutan pemanjatan harus sudah diterima Category Judge 10 menit sebelum
suatu babak dimulai.
8.5.6 Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori beregu-estafet terdiri dari 8
(delapan) regu atau lebih, maka kompetisi akan dilakukan dalam 2 (dua) babak,
yaitu Kualifikasi dan putaran-Final.

8.6 PENILAIAN SPEED ESTAFET


8.6.1 Babak Kualifikasi:
a. Penyususunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu terbaik yang
diperoleh setiap regu pada kedua Kelompok Jalur. Untuk setiap anggota regu
yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu tersebut mendapat
penalti tambahan waktu 200 detik untuk pemanjat pertama, 180 detik untuk
pemanjat kedua, 160 detik untuk pemanjat ketiga, 140 detik untuk pemanjat
keempat.

67
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

b. Jika terjadi peringkat sama, peringkat ditentukan dengan melihat catatan


waktu terbaik dari masing-masing regu, regu yang memiliki atlit dengan
catatan waktu terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.
c. Jika peringkat atlit tidak bisa dipisahkan dengan mekanisme 8.6.1. b, maka
akan diadakan kualifikasi ulang dengan hanya melibatkan satu pemanjat dari
masing-masing regu. Regu dengan catatan waktu terbaik berhak atas
peringkat yang lebih baik.
8.6.2 Babak Putaran – Final.
a. Pemanjatan pada babak ini dilakukan menggunakan bagan 7.7.8.
b. Penentuan pemenang pada setiap putaran dilakukan dengan sistem gugur,
yaitu:
i. Berdasarkan total waktu terbaik yang ditempuh semua atlit dari masing-
masing regu diantara kedua Kelompok Jalur.
ii. Waktu pemanjatan yang digunakan untuk menentukan peringkat suatu
adalah waktu tempuh terbaik yang diperoleh masing-masing regu pada
kedua Kelompok Jalur Pemanjatan.
iii. Jika terjadi total waktu sama, maka pemanjatan kedua regu diulang
sampai pemisahan peringkat dapat dilakukan, maksimal 4 (empat) kali.
jika sampai dengan pemanjatan yang keempat nilai masih sama, maka
penentuan pemenang akan dilakukan dengan melihat catatan waktu
terbaik dari masing-masing regu, regu yang memiliki catatan waktu
terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.
iv. Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan,
maka regu tersebut dinyatakan gugur.

8.7 PENGGANTIAN ATLIT


a. Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit
cadangan yang telah didaftarkan.
b. Apabila atlit yang bersangkutan diganti dikarenakan cedera atau sakit, harus
dinyatakan oleh dokter atau paramedis serta memiliki kualifikasi yang
disediakan panitia.
c. Selama putaran-Final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian
satu kali untuk atlit putra dan satu kali untuk atlit putri.
d. Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.

68
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

9 SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA

9.1 PENGERTIAN
9.1.1 Sirkuit Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disebut Sirkuit) merupakan serangkaian
kejuaraan resmi FPTI skala nasional yang terjadwal selama satu tahun.
9.1.2 Sirkuit Panjat Tebing Indonesia terdiri atas:
a. Sirkuit Nasional.
b. Sirkuit Provinsi/Daerah.
9.1.3 Atlit adalah atlit panjat tebing pemegang Kartu Identitas Atlit yang sah dengan
status domisili tetap di suatu provinsi yang direkomendasikan oleh Pengurus Daerah
FPTI dimana atlit tersebut terdaftar.
9.1.4 Badan Sirkuit Nasional adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merencanakan,
mengawasi dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan
Kompetisi dan Sirkuit Panjat tebing Indonesia ditingkat nasional.
9.1.5 Badan Sirkuit Daerah adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merencanakan,
mengawasi dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan
Kompetisi dan Sirkuit Panjat Tebing Indonesia ditingkat provinsi.
9.1.6 Tugas Badan Sirkuit antara lain:
a. Mempromosikan kegiatan Sirkuit kepada masyarakat.
b. Mengkoordinasikan bidang-bidang teknis dalam FPTI untuk memperlancar
setiap seri Sirkuit.
c. Memastikan bahwa setiap seri Sirkuit dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana.
d. Menyusun dan mempublikasikan daftar peringkat berjalan serta Peringkat
Akhir Nasional pada saat akhir musim Kompetisi.
9.1.7 Penyelenggara adalah susunan kepanitiaan yang memastikan suatu Kejuaraan serta
Sirkuit dapat terlaksana sesuai dengan rencana.
9.1.8 Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat
Tebing Indonesia (PP FPTI) yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis
atas terlaksananya kompetisi pada setiap kejuaraan dan setiap seri Sirkuit yaitu
terdiri dari FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter.

9.2 UMUM
9.2.1 Sirkuit Nasional maksimal digelar sebanyak 6 (enam) seri dalam setahun yang dapat
disebut 1 (satu) musim kompetisi. Terbagi dalam beberapa seri sirkuit dan 1 (satu)
seri Grand Final.
9.2.2 Sirkuit Provinsi maksimal digelar sebanyak 4 (empat) seri dalam setahun yang dapat
disebut 1 (satu) musim kompetisi. Terbagi dalam beberapa seri sirkuit dan 1 (satu)
seri Grand Final.
9.2.3 Seri Sirkuit merupakan Kompetisi resmi bersifat profesional, maka 3 atlit yang
menempati posisi teratas berhak atas hadiah uang dan medali.

69
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

9.2.4 Seri Sirkuit merupakan kejuaraan resmi yang dijadikan dasar penghitungan Peringkat
Nasional, atlit yang berada pada peringkat 1- 30 akan memperoleh nilai yang akan
dijadikan dasar penghitungan peringkat nasional.
9.2.5 Nilai tersebut akan diakumulasi dan pada saat musim kompetisi berakhir akan
diumumkan daftar Peringkat Nasional.
9.2.6 Setiap Sirkuit Nasional yang diadakan FPTI harus meliputi nomor-nomor untuk pria
dan perempuan. Tidak ada atlit dibawah umur 16 tahun yang diijinkan untuk
mengikuti Sirkuit Nasional.

9.3 PENYELENGGARA SIRKUIT


9.3.1 Setiap seri Sirkuit diselenggarakan oleh suatu organisasi.
9.3.2 Organisasi atau penyelenggara yang akan menyelenggarakan suatu seri Sirkuit harus
mengajukan permohonan kepada Badan Sirkuit Nasional/Daerah sebelum
pelaksanaan Rakernas/Rakerda.
9.3.3 Penyelenggara setiap seri Sirkuit harus sudah diagendakan pada Rapat Kerja
Nasional/Daerah FPTI.
9.3.4 Jadwal setiap seri Sirkuit paling lambat sudah diumumkan setiap akhir tahun.
9.3.5 Penyelenggara wajib menanggung setiap kerugian yang timbul karena perubahan
jadwal yang dilakukannya.
Penyelenggara yang tidak bertanggung jawab dimasukkan kedalam daftar hitam
(blacklist organiser) yang hanya bisa dibatalkan atas kebijakan Ketua Umum FPTI.

9.4 KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI


9.4.1 Setiap seri Sirkuit wajib mempertandingkan ketiga kategori kompetisi, yaitu:
a. Lead.
b. Speed.
c. Boulder.
Jika tidak mungkin menggelar ketiga kategori kompetisi, maka diperbolehkan
mempertandingkan minimal 2 kategori kompetisi, yaitu: Lead dan Speed, atau Speed
dan Boulder, atau Lead dan Boulder.
9.4.2 Hanya nomor perorangan yang wajib dilaksanakan pada setiap kategori.
9.4.3 Waktu Pelaksanaan Sirkuit Nasional maksimum 4 hari jika menyelenggarakan semua
katagori (Lead, Boulder dan Speed ). Dan maksimal 3 hari jika menyelengarakan 2
kategori (misal Lead dan Speed).

9.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


9.5.1 Kuota atlit dan ofisial:
a. Setiap Pengurus Daerah FPTI berhak mengirimkan/merekomendasikan
maksimal 12 (dua belas) atlit putra dan 12 (dua belas) atlit putri.
b. Pengda FPTI tuan rumah berhak mengirimkan/merekomendasikan maksimal
20 (dua puluh) atlit putra dan 20 (dua puluh) atlit putri.

70
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan/merekomendasikan maksimal 1


(satu) orang manajer tim, 2 (dua) orang pelatih dan 2 (dua) orang ofisial.
d. Daftar nama atlit, manajer dan ofisial harus sudah diterima Badan Sirkuit
Nasional/Daerah paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal
pembukaan suatu seri Sirkuit. (Lihat Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi
Panjat Tebing 2010)

9.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA


9.6.1 Setiap peserta yang berpartisipasi dalam setiap seri Sirkuit dikenakan biaya
administrasi sebesar Rp. 75.000 (Sirkuit Nasional) dan Rp. 30.000 (Sirkuit Daerah)
untuk setiap atlit pada setiap seri Sirkuit yang diikutinya.
9.6.2 Uang administrasi diatas dialokasikan 40% sebagai uang kas FPTI ( PP FPTI untuk
Sirkuit Nasional dan Pengda tuan rumah Sirkuit Daerah) dan 60% menjadi hak
Panitia Penyelenggara.
9.6.3 Biaya tersebut sudah termasuk kaos Kompetisi peserta Sirkuit.
9.6.4 Uang yang telah dibayarkan tidak dapat dikembalikan dengan alasan apapun.

9.7 PENGHARGAAN PADA SETIAP SERI SIRKUIT


9.7.1 Minimal tiga atlit terbaik untuk setiap nomor berhak atas medali dan hadiah uang
yang disediakan oleh penyelenggara dalam setiap seri Sirkuit Nasional/Daerah.
9.7.2 Tiga puluh (30) atlit peringkat pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan
berhak atas nilai seperti diatur pada pasal 9.8 dibawah.
9.7.3 Penyelenggara wajib menyediakan hadiah berupa uang dengan total hadiah minimal
sebesar Rp. 20 juta (Sirkuit Nasional) dan Rp. 10 juta (Sirkuit Daerah) untuk setiap
seri. Hadiah dalam bentuk barang tidak dapat dianggap sebagai hadiah berupa
uang.
9.7.4 Setiap seri Sirkuit ditetapkan sebagai kejuaraan kelas utama dengan bobot kompetisi
adalah 4 (empat).

9.8 PERINGKAT SIRKUIT NASIONAL/DAERAH


9.8.1 Pada tiap akhir Sirkuit Nasional/Daerah, 30 atlit terbaik suatu kategori, baik pria dan
perempuan akan diberi nilai:

71
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai


1 100 11 31 21 10
2 80 12 28 22 9
3 65 13 26 23 8
4 55 14 24 24 7
5 51 15 22 25 6
6 47 16 20 26 5
7 43 17 18 27 4
8 40 18 16 28 3
9 37 19 14 29 2
10 34 20 12 30 1

9.8.2 Nilai yang diperoleh atlit setiap selesainya Sirkuit Nasional/Daerah akan
dijumlahkan. Kumpulan nilai akan dihitung ulang setiap selesainya Sirkuit
Nasional/Daerah dan atlit yang mempunyai nilai akan dirangking dari nilai tertinggi
sampai terendah berdasar akumulasi nilai yang diperoleh. Peringkat Sirkuit
Nasional/Daerah untuk Lead, Boulder dan Speed akan dipublikasikan setiap akhir
dari tiap babak pada Sirkuit Nasional/Daerah.

9.9 LAIN-LAIN
9.9.1 Atlit pemegang Kartu ID dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili
tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan sejak memperoleh kartu ID dari
suatu Pengda FPTI tidak diperkenankan mengikuti seri Sirkuit.
9.9.2 Rentang waktu antar seri Sirkuit dalam satu musim (nasional atau daerah) tidak
boleh kurang dari 14 (empat belas hari), kecuali jika dua seri atau lebih dilaksanakan
dalam jarak tidak lebih dari 100 (seratus) kilometer atau 2 (dua) jam perjalanan
darat.

Secara detail mengenai penyelenggaraan Sirkuit Nasional diatur tersendiri dalam


’Manual Sirkuit Panjat Tebing Indonesia’

72
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH
(KEJURNAS/KEJURDA) FPTI

10.1 PENDAHULUAN
10.1.1 Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Kejuaraan Daerah (Kejurda) Panjat Tebing FPTI
adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang
tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja
Nasional/Rapat Kerja Daerah FPTI.
10.1.2 Atlit adalah atlit yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI atau Pengurus Cabang
FPTI dimana atlit tersebut adalah pemegang Kartu Identitas Atlit (KIAT) yang syah
di provinsi/kabupaten tersebut. Tidak ada atlit dibawah umur 16 tahun yang diijinkan
untuk mengikuti Kejurnas/Kejurda FPTI.
10.1.3 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan
yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat
FPTI untuk Kejuaraan Nasional, dan terdiri dari unsur-unsur Pengurus Cabang FPTI
tuan rumah dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuaraan Daerah.
10.1.4 Juara umum adalah Pengda FPTI atau Pengcab FPTI yang memperoleh terbanyak
medali terbaik.

10.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI


10.2.1 Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI
untuk Kejurnas dan personal yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda Panjat Tebing FPTI, yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis
atas terlaksananya kompetisi, yang terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category
Judge, Chief Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang
atau lebih.
10.2.2 Semua biaya yang timbul akibat penunjukkan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi
tanggung jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan menjadi tanggung jawab
Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda antara lain biaya transportasi menuju tempat
kompetisi pergi-pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.
10.2.3 Jika dianggap perlu, Tim Routesetting dapat ditambah. Biaya yang timbul akibat
penambahan ini menjadi tanggungjawab Pengda/Pengcab FPTI tuan rumah.

10.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


10.3.1 Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas/Kejurda meliputi:
a. Kompetisi Lead.
b. Kompetisi Speed.
c. Kompetisi Boulder.
d. Multipitch.
e. Speed Rekor.
f. Speed Estafet.
73
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10.3.2 Setiap kategori kompetisi wajib terdiri dari nomor:


a. Perorangan putra (pa) dan putri (pi).
b. Beregu putra dan putri, tiap regu terdiri dari 3 atlit .
c. Beregu ganda-campuran: tiap regu terdiri dari 2 atlit (1 pa dan 1 pi).
10.3.3 Untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran setiap tim hanya berhak
mendaftarkan satu regu, kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.
10.3.4 Suatu nomor kompetisi hanya dapat dikompetisikan di Kejurnas FPTI jika jumlah
atlit atau regu yang akan berpartisipasi minimal 20 atlit untuk nomor perorangan
dan atau 6 regu untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran.
10.3.5 Penyusunan Peringkat untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran ditentukan
berdasarkan:
a. Lead-Boulder beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan pada nilai
akumulasi yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
b. Speed beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi waktu
tercepat yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
10.3.6 Kompetisi nomor beregu/beregu ganda-campuran Lead dan Boulders terdiri dari 3
(tiga) babak yaitu Kualifikasi, Semi-Final dan Final. Kuota regu pada babak Semi
Final untuk nomor beregu ganda-campuran Lead dan Boulder adalah 12 (dua
belas) regu dan babak Final adalah 6 (enam) regu.

10.4 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


10.4.1 Kuota atlit dan ofisial:
a. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 10 (sepuluh) putra
dan 10 (sepuluh) putri.
b. Pengda FPTI tuan rumah penyelenggara Kejurnas berhak mengirimkan 15
(lima belas) putra dan 15 (lima belas) putri.
c. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial
(satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).
d. Daftar nama atlit , manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan
Kejurnas/Kejurda. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir
Pendaftaran Kejurnas/Kejurda.

10.5 PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI


10.5.1 Tiga terbaik untuk setiap nomor kompetisi berhak atas medali yang disediakan
oleh PP FPTI/Pengda FPTI. Untuk peringkat 1, 2, dan 3 tidak diperkenankan
terdapat lebih dari satu atlit atau regu.
10.5.2 Tigapuluh (30) atlit peringkat pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan
berhak atas nilai berikut:

74
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai


1 100 11 31 21 10
2 80 12 28 22 9
3 65 13 26 23 8
4 55 14 24 24 7
5 51 15 22 25 6
6 47 16 20 26 5
7 43 17 18 27 4
8 40 18 16 28 3
9 37 19 14 29 2
10 34 20 12 30 1

10.5.3 Khusus untuk kejuaraan kelas Kelompok Umur akan dilakukan pemeringkatan
berdasarkan Kelompok Umur masing-masing.
10.5.4 Atlit Kelompok Umur tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan Kelas Umum,
pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan atlit tersebut tidak berhak
lagi mengikuti kejuaraan/Kompetisi maupun Kejuaraan Nasional/Kejuaraan Daerah
Kelompok Umur FPTI sesuai dengan Kelompok Umurnya dan peringkat Kelompok
Umurnya akan dicabut.

10.6 NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR


KOMPETISI
10.6.1 Dari kuota atlit pada 10.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi dengan
aturan sebagai berikut:

75
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Alokasi Atlit
Nomor
No Atlit Inti Atlit
Kompetisi
Semua Pengda Tuan Rumah Cadangan
A Nomor perorangan
A.1 Nomor Peorangan Putra
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulder 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
A.2 Nomor Perorangan Putri
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulder 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
B Nomor Non Perorangan
B.1 Beregu Putra
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.2 Beregu Putri
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.3 Beregu ganda-campuran
1 Lead 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
2 Speed 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
3 Boulder 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
Multipitch (Lead
4 Berantai) 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
5 Speed Estafet 2 pa+2 pi (1 Tim ) 4 pa+4 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi

76
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10.6.2 Atlit Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya
tidak akan ada pengecualian jika atlit inti tidak dapat meneruskan kompetisi.

Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI diatur dalam’PEDOMAN


PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI’

77
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

78
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

11 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH
(KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK
UMUR

11.1 PENDAHULUAN
11.1.1 Kejuaraan Nasional (Kejurnas) atau Kejuaraan Daerah (Kejurda) FPTI Kelompok
Umur adalah kompetisi panjat tebing untuk kelompok umur tertentu yang
dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya
ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI.
11.1.2 Atlit adalah atlit kelompok umur yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana
atlit tersebut berdomisili.
Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit (KIAT) yang syah dengan status
domisili tetap di provinsi tersebut.
11.1.3 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan
yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus
Pusat FPTI dan untuk Kejurda terdiri dari unsur Pengurus Daerah FPTI dan
Pengurus Cabang FPTI.
11.1.4 Juara umum adalah Pengda/Pengcab FPTI yang memperoleh terbanyak medali
terbaik.

11.2 OFISIAL KOMPETISI FPTI


11.2.1 Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI
untuk Kejurnas dan personal yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda Panjat Tebing FPTI, yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis
atas terlaksananya kompetisi, yang terdiri: FPTI Delegate, Jury President,
Category Judge,
Chief Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau
lebih.
11.2.2 Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi
tanggung jawab Pengurus PusatFPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI
untuk Kejurda, antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-
pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.
11.2.3 Jika dianggap perlu, Tim Routesetting dapat ditambah. Biaya yang timbul akibat
penambahan ini menjadi tanggung jawab Pengda FPTI tuan rumah.

11.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


11.3.1 Kategori kompetisi yang dipertandingkan dalam Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok
Umur ini meliputi:
a. Kompetisi Lead.
b. Kompetisi Speed.
c. Kompetisi Boulder.
79
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

d. Speed Rekor.
11.3.2 Setiap kategori kompetisi terdiri dari nomor perorangan putra dan perorangan
putri.
11.3.3 Suatu nomor kompetisi pada satu kelompok umur hanya dapat dilaksanakan
secara tersendiri, jika jumlah peserta minimal 6 (enam) atlit. Jika tidak memenuhi
kuota tersebut, maka pelaksanaan kompetisi nomor tersebut digabung dengan
nomor kompetisi kelompok umur lainnya, namun penyusunan peringkat tetap
dilakukan tersendiri berdasarkan kelompok umurnya.

11.4 PENGELOMPOKAN UMUR


11.4.1 Kejurnas FPTI Kelompok Umur memasukkan kategori Lead dan Speed untuk
kelompok umur sebagai berikut:

Tahun Tahun Kelahiran


Kegiatan Spider C Spider B Spider A Youth B Youth A Junior
2010 2003 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991
2011 2004 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992
2012 2005 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993
2013 2006 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994
2014 2007 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995

11.5 LEAD DAN SPEED


11.5.1 Kompetisi kategori Lead dan Speed diadakan sesuai dengan format yang disetujui
FPTI dengan pengecualian sesuai dengan Pasal 3.1.
11.5.2 Kompetisi kategori Lead terdiri dari 3 babak, disebut:
a. Babak Kualifikasi terdiri atas 2 jalur yang berbeda.
b. Babak Semi Final dan Final. Babak kualifikasi diadakan sesuai dengan aturan
European Youth Cup. Babak Semi Final dan Final diadakan sesuai dengan
aturan pada Bab 4 dari Peraturan Kompetisi FPTI.
11.5.3 Dalam kompetisi Speed, semua heat pemanjatan pada babak awal dalam babak
Final (Perdelapan Final, Perempat Final, Semi Final dan heat pemanjatan yang
digunakan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat) harus sudah lengkap
dilaksanakan untuk semua kelompok umur, sebelum heat pemanjatan pada babak
berikutnya dimulai.

11.6 BOULDER
11.6.1 Kompetisi Boulder, hanya dipertandingkan untuk kelompok umur :
a. Youth B.
b. Youth A.
c. Junior.
11.6.2 Semua kompetisi Boulders dijalankan sesuai dengan Bab 6 Boulder.

80
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

11.7 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


11.7.1 Kuota atlit dan ofisial:
a. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 3 (tiga) putra dan 3
(tiga) putri, untuk setiap kelompok umur, kecuali tuan rumah berhak
mengirimkan paling banyak 6 (enam) putra dan 6 (enam) putri, untuk
setiap kelompok umur.
b. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial
(satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).
c. Daftar nama atlit , manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan
Kejurnas/kejurda. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir
Pendaftaran Kejurnas. Formulir pendaftaran Kejurnas sesuai Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010.
d). Jury President berhak menolak daftar atlit yang diterima terlambat atau
meminta perubahan kategori kompetisi.

11.8 ALOKASI ATLIT PADA SETIAP KATEGORI


11.8.1 Dari kuota atlit pada Pasal 6.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi
pada masing-masing kelompok umur dengan aturan sebagai berikut:
11.8.2 Setiap Atlit diijinkan mengikuti lebih dari satu Kategori kompetisi.

No Nomor Kompetisi Alokasi Atlit Tuan Rumah


01 Lead perorangan putra 2 4
02 Lead perorangan putri 2 4
03 Speed perorangan putra 2 4
04 Speed perorangan putri 2 4
05 Boulder perorangan putra 2 4
06 Boulder perorangan putri 2 4

11.9 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA

a. Setiap FPTI peserta yang berpartisipasi dalam Kejurnas/Kejurda Kelompok


Umur dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.500.000.
b. Pelunasan biaya administrasi dan denda administrasi dilakukan sebelum
dilaksanakan Kejurnas Kelompok Umur FPTI. Peserta yang tidak melunasi
biaya dan denda administrasi tidak akan diijinkan berpartisipasi pada
Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur berikutnya.
c. Uang administrasi dan denda administrasi pada Pasal 11.9.a-b diatas
disetorkan ke rekening resmi FPTI selanjutnya dialokasikan dengan aturan
sebagai berikut:

81
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

• 40% untuk FPTI.


• 60% untuk FPTI Tuan Rumah.

Secara detail mengenai penyelenggaraan Kejurnas FPTI diatur dalam ’PEDOMAN


PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI’

82
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

12 KEJUARAAN NASIONAL ANTAR PELAJAR

12.1 PENDAHULUAN
12.1.1 Kejuaraan Nasional Panjat Tebing Antar Pelajar adalah kompetisi panjat tebing yang
dilaksanakan oleh FPTI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional
(Diknas), Komite Olahraga Nasional (KON) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora) yang diselenggarakan setiap tahun yang tempat dan tanggal
pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Bidang
Pembinan Olahraga Departemen Pendidikan Nasional (BAPOPSI) dan Rapat Kerja
FPTI
12.1.2 Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, yaitu kompetisi yang diikuti oleh siswa/siswi atau
pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menegah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikan.
12.1.3 Kejuaraan Nasional Antar Pelajar diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu:
a. Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS)
b. Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL)
c. Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORJAR/PORSENIJAR)
d. Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten
12.1.4 Atlit adalah siswa/pelajar yang diutus Diknas Kecamatan, Diknas Kabupaten dan
Diknas Propvinsi yang merupakan wakil /atau juara dari setiap jenjang atau tingkat
Kejuaraan antar Pelajar.
12.1.5 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Tuan Rumah, yang terdiri dari unsur Pengurus
FPTI dan Diknas Kabupaten, Provinsi dan diknas pusat, sesuai dengan tingkat
kejuaraan, yaitu Kejurnas Antar Pelajar, POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR
yang diselenggarakan.
12.1.6 Juara umum adalah Diknas Kecamatan, Kabupaten, dan Diknas Provinsi yang
memperoleh medali terbaik.

12.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR


12.2.1 Peserta Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, dikelompokkan sesuai dengan tingkat
pendidikan siswa atau pelajar, sebagai berikut:
a. Sekolah Dasar (SD)/Sederajat
b. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat
c. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat
12.2.2 Untuk Pekan Olahraga Pelajar: POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR,
dikelompokkan sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan siswa/pelajar, mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai kelompok umur, yaitu:
a. Sekolah Dasar (SD):
i) Spider Kid – C: 7 – 9 tahun.
ii) Spider Kid – B: 10 – 12 tahun.

83
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

b. Sekolah Menengah Pertama (SMP):


i) Spider Kid – A: 12 – 13 tahun.
ii) Youth B: 14 – 15 tahun.
c. Sekolah Menengah Atas (SMA):
i) Youth A: 16 – 17 tahun.
ii) Junior: 18 – 19 tahun.

12.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI


12.3.1 Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI
untuk Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga Pelajar; POPNAS dan
POPWIL dan personal yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuraan
Antar Pelajar Daerah dan PORJAR/PORSENIJAR provinsi, atas Permintaan
Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten sesuai
dengan tingkatan Kejuaraan yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis
atas terlaksananya Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga Pelajar.
12.3.2 Ofisial Kompetisi tersebut, terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge,
Chief Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau
lebih.
12.3.3 Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi
tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten sesuai dengan tingkatan Kejuaraan antara lain biaya transportasi menuju
tempat kompetisi pergi-pulang, akomodasi, konsumsi, dan honor.

12.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


12.4.1 Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas/Kejurda meliputi:
a. Lead.
b. Boulder.
c. Speed.
d. Speed Rekor.
12.4.2 Setiap kategori kompetisi wajib terdiri dari nomor:
a. Perorangan putra (pa) dan putri (pi).
b. Beregu putra dan putri, tiap regu terdiri dari 3 atlit.
c. Beregu ganda-campuran: tiap regu terdiri dari 2 atlit (1 pa dan 1 pi).
12.4.3 Untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran setiap tim hanya berhak
mendaftarkan satu regu, kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.
12.4.4 Suatu nomor kompetisi hanya dapat dikompetisikan, jika jumlah atlit atau regu yang
akan berpartisipasi minimal 12 atlit untuk nomor perorangan dan atau 6 regu untuk
nomor beregu/beregu ganda-campuran.
12.4.5 Penyusunan Peringkat untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran ditentukan
berdasarkan:

84
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a. Lead-Boulder beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan pada nilai


akumulasi yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
b. Speed beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi waktu tercepat
yang diperoleh tiap regu pada setiap babak.
12.4.6 Kompetisi nomor beregu/beregu ganda-campuran Lead dan Boulder terdiri dari 3
(tiga) babak yaitu Kualifikasi, Semi-Final dan Final. Kuota regu pada babak semi-final
untuk nomor beregu ganda-campuran Lead dan Boulder adalah 12 (dua belas) regu
dan babak final adalah 6 (enam) regu.

12.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


12.5.1 Kuota atlit dan ofisial:
a. Setiap Diknas Kabupaten/Pengcab FPTI, Diknas Provinsi/Pengda FPTI berhak
mengirimkan atlit sebanyak 5 (lima) putra dan 5 (lima) putri, untuk masing-
masing kelompok, sesuai poin 12.2.1 diatas.
b. Setiap Diknas/Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang
ofisial (satu orang manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).
c. Daftar nama atlit , manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejuaraan. Daftar
atlit inti dan cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran.
d. Ketentuan mengenai Kuota mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.

12.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN


12.6.1 Ketentuan mengenai administarasi dan pendafataran tunduk pada aturan yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan atau Diknas
Provinsi/Kabupaten.
12.6.2 Ketentuan yang belum diatur disini akan diatur antara FPTI dengan Dinas
Pendidikan.

85
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

86
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

13 KEDISIPLINAN DALAM KOMPETISI

13.1 PENGERTIAN
13.1.1 Kedisiplinan adalah ketaatan atau kepatuhan pada Peraturan Kompetisi ini yang
wajib dilaksanakan oleh atlit, ofisial atau manajer tim, Ofisial Kompetisi, dan
penyelenggara Kompetisi.
13.1.2 Zona Kompetisi merupakan bagian dari arena kompetisi yaitu antara lain terdiri dari:
a. Zona Isolasi.
b. Zona Transit (Call Zone).
c. Zona disekitar sarana kompetisi.
d. Dinding Panjat.
Denah lay out zona kompetisi sesuai Lampiran 1. Tata Ruang Kompetisi.
13.1.3 Kompetisi adalah kejuaraan panjat tebing yang mempertandingkan beberapa
kategori dan nomor kompetisi.
13.1.4 Tim Ofisial adalah personal yang mewakili atlit untuk mengurus dan menangani
administrasi dan keperluan atlit selama kejuaraan/kompetisi, tim ofisial bisa terdiri
dari manajer tim, pelatih dan ofisial medis.
13.1.5 Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat
Tebing Indonesia PP FPTI yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas
terlaksananya kompetisi pada setiap kejuaraan dan setiap seri Sirkuit yaitu terdiri
dari FPTI delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter.

13.2 KEDISIPLINAN ATLIT


13.2.1 Jury President mempunyai kewenangan menyeluruh terhadap aktivitas dan
keputusan mengenai kompetisi dalam area pertandingan, Pasal 1.4.3.2.b.
13.2.2 Jury President dan Category Judge mempunyai kewenangan untuk memberikan
sanksi terhadap pelanggaran aturan kompetisi dan ketidakdisiplinan seorang atlit
selama dalam zona kompetisi:
a. Informal, peringatan secara lisan.
b. Peringatan resmi yang ditandai dengan pemberian Kartu Kuning
13.2.3 Jury President mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mendiskualifikasi dari kompetisi yang disertai dengan menunjukkan Kartu
Merah.
b. Atlit yang telah menerima kartu merah tidak diperbolehkan mengikuti
kejuaraan/kompetisi yang direkomendasi FPTI berikutnya.
13.2.4 Peringatan dengan Kartu Kuning sesuai dengan Pasal 13.2.2.b. di atas dapat
diberikan untuk pelanggaran terhadap aturan sebagai berikut:
a. Pelanggaran terhadap instruksi Category Judge atau Jury President yang
menyebabkan:

87
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i) Keterlambatan untuk masuk ke zona isolasi pada waktu yang telah


ditentukan.
ii) Keterlambatan untuk meninggalkan zona transit dan masuk ke zona
kompetisi ketika diinstruksikan.
iii) Gagal untuk memulai start sesuai dengan instruksi Category Judge.
b. Tidak mematuhi aturan dan peraturan FPTI mengenai perlengkapan dan
pakaian.
c. Kesalahan karena tidak memakai nomer start yang dipasang di dada yang
sudah disediakan.
d. Ketidakhadiran peserta dalam upacara pembukaan.
e. Ketidakhadiran finalis dalam upacara penghormatan pemenang/penyerahan
hadiah (UPP).
f. Tidak mematuhi instruksi Category Judge dan/atau Jury President.
g. Mengucapkan kata-kata kotor atau mengumpatdan berbuat tidak sopan.
13.2.5 Pemberian Kartu Kuning kedua dalam satu Kejuaraan/kompetisi dapat membuat atlit
didiskualifikasi dari kejuaraan/kompetisi.
Pemberian Kartu Kuning ketiga dalam waktu yang sama akan menyebabkan:
a. Jika atlit sudah terdaftar untuk mengikuti kompetisi yang akan diadakan FPTI
berikutnya, maka atlit tersebut tidak dapat mengikuti kompetisi tersebut.
b. Jika atlit belum terdaftar, maka atlit tidak diijinkan untuk mendaftar dalam
kejuaraan/kompetisi yang akan diadakan FPTI berikutnya, ini sama dengan
sanksi pemberian kartu kuning ketiga.
13.2.6 Diskualifikasi tanpa Sanksi lebih lanjut:
Pelanggaran-pelanggaran atas peraturan berikut dapat menyebabkan atlit diberikan
sanksi Kartu Merah dan segera didiskualifikasi dari kompetisi tanpa sanksi lebih
lanjut, antara lain akibat:
a. Melakukan observasi jalur dari luar zona observasi yang diijinkan.
b. Menggunakan peralatan yang tidak diijinkan.
c. Atlit belum mempersiapkan peralatan pada saat akan mulai pemanjatan.
d. Atlit melakukan modifikasi pada kostum pertandingan dan atau tidak
menggunakan kostum atau nomor punggung resmi kompetisi yang dierikan
penyelenggara.
e. Menggunakan peralatan komunikasi tertentu yang dilarang selama dalam zona
isolasi atau area lain yang terlarang.
f. Atlit melakukan komunikasi dengan cara apapun dengan orang yang berada
diluar zona isolasi.
13.2.7 Pelanggaran-pelanggaran atas peraturan berikut akan membuat atlit diberikan Kartu
Merah dan dengan segera didiskualifikasi dari kejuaraan/kompetisi dan kasusnya
dibawah kepada Komisi Disiplin FPTI. Dengan sanksi skorsing tidak boleh mengikuti
Sirkuit Nasional dan Kejurnas atau, dalam kasus pelanggaran aturan dalam
kompetisi yang bukan Sirkuit atau Kejurnas tidak boleh mengikuti satu
kejuaraan/kompetisi yang diadakan FPTI:

88
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a. Pelanggaran -pelanggaran peraturan yang disengaja dalam zona kompetisi,


zona isolasi dan zona transit,antara lain:
i. Mengumpulkan informasi mengenai jalur pemanjatan yang akan ditempuh
atlit diluar dari yang seharusnya.
ii. Mengumpulkan dan/atau memberikan informasi kepada atlit lain diluar
yang telah ditetapkan dalam peraturan.
iii. Menganggu atlit lain yang sedang bersiap-siap, atau sedang melakukan
pemanjatan suatu jalur.
iv. Tidak mematuhi instruksi yang diberikan para wasit dan/atau ofisial
kompetisi.
v. Perilaku tidak sportif atau melakukan gangguan serius selama kompetisi.
vi. Menghina, mengancam atau berperilaku kasar terhadap ofisial FPTI,
penyelenggara, anggota tim (termasuk para atlit ) atau pihak lain.
vii. Menolak untuk mematuhi aturan mengenai promosi yang berhubungan
dengan pakaian atau perlengkapan lain.
viii. Tidak berpartisipasi pada acara resmi atau kegiatan resmi lainnya.
b. Pelanggaran yang dilakukan di luar zona kompetisi tetapi dalam arena
publik/penonton, antara lain:
i. Perilaku tidak sportif atau melakukan gangguan serius lain terhadap
jalannya kompetisi.
ii. Menghina, mengancam atau berperilaku kasar dan tidak sopan
terhadap Ofisial Kompetisi FPTI, penyelenggara, anggota tim (termasuk
para atlit ) atau pihak lain.
13.2.8 Dalam waktu secepatnya setelah dikeluarkannya Kartu Kuning atau Kartu Merah,
Jury President akan:
a. Menyampaikan pernyataan tertulis kepada tim manajer atlit , atau jika tidak
ada tim manajer, langsung kepada atlit yang bersangkutan, mengenai
pelanggaran yang dilakukan dan apakah Jury President akan membawa kasus
tersebut ke Komisi Disiplin FPTI untuk pemberian sanksi lebih lanjut.
b. Jury President akan mengirimkan copy pernyataan tersebut lengkap dengan
laporan detail termasuk bukti-bukti dan rekomendasi mengenai pemberian
sanksi lebih lanjut ke Komisi Disiplin FPTI.
13.2.9 Protes atas keputusan Jury President berkaitan dengan pemberian Kartu Kuning dan
kartu Merah, harus mengikuti aturan sesuai Bab 14. Prosedur Protes Dalam
Kompetisi.

13.3 KEDISIPLINAN TIM OFISIAL


13.3.1 Tim Ofisial akan diberlakukan sama seperti atlit dan akan diperlakukan sebagaimana
layaknya.

89
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

13.4 KEDISIPLINAN OFISIAL KOMPETISI


13.4.1 Pelanggaran Kedisiplinan yang dilakukan oleh Ofisial Kompetisi FPTI (Jury President,
Category Judge, Chief Routesetter Route Judge) harus dilaporkan kepada FPTI
Delegate.
13.4.2 FPTI delegate mempunyai kewenangan untuk menilai tindakan tidak-disiplin yang
dilakukan oleh Ofisial Kompetisi.
13.4.3 Jika FPTI Delegate menganggap bahwa tindakan tidak - disiplin telah dilakukan oleh
Ofisial Kompetisi, maka FPTI Delegate akan melaporkan tindakan ketidak-disiplinan
tersebut. Laporan ini dapat menjadi dasar pemberian sanksi kepada pelaku
ketidakdisiplinan.
13.4.4 Sanksi atas setiap tindakan tidak-disiplin yang dilakukan Ofisial Kompetisi akan
ditetapkan oleh FPTI, dan hal ini tidak membatalkan atau mengubah keputusan
mengenai hasil suatu Kejuaraa/kompetisi yang telah diambil.

13.5 KEDISIPLINAN PIHAK LAIN


13.5.1 Jury President mempunyai wewenang untuk mengusir dengan segera dari area
kompetisi, siapapun yang melanggar peraturan kompetisi, jika perlu menunda semua
aktifitas kompetisi sampai permintaannya dipenuhi.

90
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

14 PROSEDUR PROTES DALAM KOMPETISI

14.1 UMUM
14.1.1 Semua protes dan jawaban atas protes dilakukan secara tertulis menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
14.1.2 Suatu permohonan protes hanya akan diterima jika disertai dengan uang protes
yang telah ditetapkan tersendiri.

14.2 JURI PROTES


14.2.1 Pada setiap permohonan protes tertulis yang diajukan, Jury President akan
membentuk Juri Protes yang terdiri dari:
• Jury President,
• FPTI Delegate FPTI,
• Category Judge yang tidak terlibat dalam kasus bersangkutan.
14.2.2 Satu keputusan akan dibuat secepatnya dan keputusan Jury Protes akan dibuat
dalam bentuk tertulis dan disampaikan oleh Jury President kepada manajer tim dan
atau atlit yang secara resmi mengajukan protes.
14.2.3 Keputusan yang dibuat Juri Protes, jika berkaitan dengan Pasal 14.3. dan 14.4.
dibawah adalah merupakan keputusan final dan tidak bisa diajukan protes lebih
lanjut.

14.3 PROTES ATAS KEPUTUSAN JURI MENGENAI PEMANJATAN SUATU


JALUR
14.3.1 Protes yang dilakukan berkaitan dengan Bab 3, Peraturan Umum Kompetisi, ayat
3.10.3., dari Peraturan Kompetisi ini:
a. Dalam kasus dimana Category Judge, telah melihat dengan seksama rekaman
video sebelum mengambil keputusan, Category Judge akan mengijinkan atlit
untuk menyelesaikan pemanjatan sesuai dengan Peraturan Kompetisi.
b. Jika pemanjatan telah selesai dilakukan, peringkat atlit segera diinformasikan
oleh Jury President, pada suatu babak kompetisi setelah melihat hasil
rekaman video pada akhir babak kompetisi tersebut.
14.3.2 Pengukuran ketinggian untuk kategori Lead dan Boulder: rekaman video resmi
dapat digunakan oleh Jury President atau Category Judge untuk mengkonfirmasi
aturan ”pegang/sentuh” berkaitan dengan pengukuran ketinggian dan peringkat atlit
pada akhir suatu babak kompetisi.
14.3.3 Rekaman video untuk tujuan penjurian:
a. Hanya rekaman video resmi yang bisa digunakan oleh Jury President dan
Category Judge sebagai dasar penjurian.
b. Rekaman video hanya digunakan untuk masalah yang timbul dari Pasal 3.2.2.
dan 3.2.3 diatas.

91
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c. Melihat rekaman video resmi terbatas hanya untuk Jury President , Category
Judge, Chief Routesetter, FPTI Delegate.

14.4 PROTES SETELAH HASIL SUATU BABAK KOMPETISI DIUMUMKAN


14.4.1 Protes atas peringkat atlit setelah menyelesaikan suatu babak dalam kompetisi, dan
setelah hasil resmi diumumkan, harus dibuat tidak lebih dari 10 (sepuluh) menit
setelah hasil diumumkan. Permohonan protes ini harus dibuat hanya berdasarkan
hasil yang diumumkan pada akhir setiap babak kompetisi.
14.4.2 Protes harus dibuat tertulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ditujukan
kepada Jury President oleh manajer tim atau (jika manajer tim resmi tidak ada, oleh
atlit). Protes harus disertai dengan biaya yang telah ditetapkan.
14.4.3 Kompetisi Speed:
a. Dalam kasus protes atas peringkat atlit yang diumumkan, permohonan protes
dibuat sesuai dengan ayat 14.4.1 di atas.
b. Dalam babak putaran Final , pernyataan protes harus segera dilakukan setelah
pengumuman hasil yang diperoleh atlit dalam pemanjatan. Pernyataan protes
harus diikuti dengan pengajuan protes secara tertulis. Category Judge akan
segera mengajukan masalah tersebut kepada Jury President. Pada heat
pemanjatan yang selanjutnya, jika terkait dengan atlit yang mengajukan
protes akan ditunda sampai Jury President mengumumkan keputusannya.
Tidak ada biaya yang dibayarkan dalam protes jenis ini.

14.5 PROTES KEPADA FPTI DELEGATE


14.5.1 Protes atas laporan FPTI Delegate harus diajukan oleh Ofisial Kompetisi ke FPTI.
14.5.2 Ketidakdisiplinan yang dilakukan oleh FPTI Delegate hanya dapat dilaporkan oleh
penyelenggara. Laporan harus ditujukan kepada FPTI paling lambat 3 x 24 jam
setelah kompetisi dinyatakan ditutup.
14.5.3 FPTI berhak memberikan sanksi kepada FPTI Delegate. Sanksi yang diberikan
bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
14.5.4 Untuk protes jenis ini tidak dikenakan biaya.

14.6 KOMISI DISIPLIN FPTI


14.6.1 Komposisi dan prosedur Komisi Disiplin FPTI dijelaskan dalam dokumen FPTI yang
berhubungan dengan hal tersebut.

14.7 BIAYA PROTES


14.7.1 Besarnya biaya protes ditetapkan dalam Technical Meeting untuk setiap kasus, tidak
ada protes kolektif.
14.7.2 Biaya protes dibayarkan kepada Jury President dan atas pembayaran ini akan
diberikan tanda terima pembayaran.

92
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

14.7.3 Jika protes diterima, maka biaya tersebut akan dikembalikan kepada manajer tim
(jika tidak ada manajer tim, kepada atlit) yang mengajukan protes. Jika protes
ditolak maka biaya tersebut tidak dikembalikan dan pengelolaan atas biaya protes
tersebut menjadi wewenang Jury President.

93
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

94
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

LAMPIRAN-LAMPIRAN

95
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

96
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 1

97
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 2

SPESIFIKASI DINDING PANJAT

Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur wajib


• Tinggi dinding minimal = 12m.
• Tinggi dinding maksimal = 20 m.
• Lebar masing-masing bagian dari dinding minimal = 5m (keadaan khusus akan berlaku).
• Panjang jalur minimal = 15m.
• Dinding harus mampu menampung setidak -tidaknya 2 jalur yang dijalankan secara
serentak.
• Dinding harus cukup miring untuk memungkinkan dibuatnya jalur-jalur 8b style-kompetisi.
• Dinding panjat memiliki overhang minimal 200 dan memiliki roof minimal 2 m.
• Karakter dinding harus mempunyai variasi yang signifikan dalam tinggi dan lebar dinding
• Disain dinding dan kerangka harus memenuhi standar nasional yang relevan, di Eropa
standar ini adalah EN 12572.
• Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-
Dimensi dan variasi bentuk harus dibuat.
• Dinding harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya semua sisi
dinding panjat dengan kata lain bagian-bagian samping dinding harus ditambahkan.
Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur bebas
• Karakter dinding boleh dirubah pada malam hari atau bahkan di antara babak-babak
kompetisi.

Untuk kompetisi BOULDER, unsur-unsur wajib


• Harus ada cukup bagian-bagian dari dinding boulder yang berlainan untuk memungkinkan 6
problem dipanjat dengan serempak, masing-masing dinding boulder harus diantara dinding
memiliki sebuah kadar perbedaan yang signifikan dari boulder yang lain.
• Setidak-tidaknya untuk babak Final, semua problem harus bisa dilihat dari satu arah,
dengan kata lain bahwa semua problem harus menghadap kearah yang sama.
• Matras landasan jatuh harus disediakan dengan ketebalan minimal 30 cm.
• Matras harus bersambungan, jika matras terdiri dari susunan terpisah harus di cover,
sehingga tidak ada kemungkinan atlit jatuh diantara sambungan matras.
• Tinggi maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terendah
pada tubuh atlit
• Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-
Dimensi harus dibikin.
• Boulder seharusnya tidak di-disain sedemikian rupa yang mendorong pemanjat untuk
memanjat bagian atas boulder kecuali jika aturan tinggi maksimal tidak terlewati.
• Dinding harus didisain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya sisi lain
dinding panjat, dengan kata lain bagian -bagian samping harus ditambahkan.

98
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

SPESIFIKASI DINDING PANJAT (lanjutan)

Untuk kompetisi BOULDER, unsur-unsur bebas


• Boulder-boulder harus ditinggikan dari lantai atau tempat duduk harus diatur untuk
memberi sebanyak mungkin penonton dapat memperoleh sudut pandang yang bagus dari
semua boulder .
• Jika babak kualifikasi akan dijalankan dengan serentak maka harus ada cukup bagian-
bagian yang berlainan dari boulder untuk memungkinkan 12 problem dipanjat dengan
serentak.
Untuk kompetisi SPEED, unsur -unsur wajib
• Tinggi jalur harus 15-20m
• Total overhang pada dinding maksimal 5 m
• Lebar dinding speed harus 3 m
• Dinding tidak boleh mempunyai roof yang lebih panjang dari 1m
• Dinding harus didisain untuk menampung 2 jalur dengan panjang/kesulitan/style yang sama
• Masing-masing jalur harus diamankan dengan 2 titik belay, dan diatur sedemikian rupa
sehingga tali tidak mengganggu pemanjat
• Jalur-jalur dan titik belay harus diatur sehingga para pemanjat jatuh menjauh satu sama
lain
• Untuk Speed Rekor: - Tinggi jalur 15 m, lebar 3m dan overhang 50

- Topo jalur dan jenis tumpuan (hold), mengikuti ketentuan IFSC

Untuk Speed Estafet, Unsur wajib


• Harus tersedia 8 papan speed yang bentuk dan kemiringannya identik
• Kemiringan yang dianjurkan adalah 100

• Diusahakan tingkat kesulitan jalur tidak terlalu jauh diantara ke 8 jalur speed estafet.

Untuk kompetisi Speed, unsur-unsur bebas

• Variasi Jalur dan tumpuan selalu berubah pada setiap kompetisi.

99
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 3
FASILITAS ZONA ISOLASI
Dinding pemanasan harus dilengkapi dengan matras, yang harus
Dinding bersambungan.
pemanasan
isolasi – Dinding pemanasan harus mempunyai Hold-hold pilihan yang jenis dan
pembuatnya sama dengan yang dipakai dalam kompetisi.
wajib Ketinggian maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3 m.
(meter), ini diukur dari titik terbawah dari badan.
Dinding
Sebuah dinding pendinginan yang terpisah, yang bisa digunakan oleh
pemanasan
pemanjat setelah mereka selesai melakukan pemanjatan (yaitu, tidak di
isolasi –
dalam zona isolasi) bisa disediakan. Area ini seharusnya dilengkapi
dengan makanan dan minuman dan tidak boleh dimasuki oleh
bebas
publik/orang umum.
Toilet Toilet harus disediakan di zona isolasi, sebagai sebuah kemutlakan
minimal 2 untuk putra dan 2 untuk putri.

Zona isolasi harus ditempatkan di dalam jarak tempuh 5 menit dengan


jalan kaki dari arena pemanjatan utama.
Pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan transport dari zona
Lokasi
isolasi terutama jika jaraknya melebihi 300m.
Berbagai sarana untuk menjaga pemanjat tetap hangat dan kering harus
disediakan jika perjalanannya termasuk keluar ruangan.

Zona isolasi harus memiliki dinding pemanasan.


Ukuran zona Zona isolasi harus memiliki sebuah area dengan tempat duduk untuk
dan fasilitas semua pemanjat.
umum – Zona isolasi harus memiliki sebuah area untuk aktivitas aerobik.
Zona isolasi tidak boleh memiliki telepon umum.
wajib Sebuah area untuk merokok harus disediakan, ini harus di luar tetapi
harus dijaga.

Zona isolasi seharusnya berada di tempat yang tidak memungkinkan


untuk mendengar apa yang sedang terjadi di arena kompetisi.
Sebuah area untuk stretching harus disediakan.
Ukuran zona
Sebuah area terpisah seharusnya disediakan untuk katering.
dan fasilitas
Koran, majalah panjat dan video panjat seharusnya disediakan begitu
umum –
juga dengan suatu ‘hiburan’ lainnya.
bebas

100
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

FASILITAS ZONA ISOLASI (lanjutan)


Zona isolasi harus benar-benar tertutup dari area publik. Hanya
pemanjat, ofisial tim dan ofisial resmi yang diperbolehkan berada di
dalam area.

Orang lain (seperti: kru TV) hanya diperbolehkan masuk ke zona isolasi
jika ada ijin dari Jury President.

Keselamatan Pemanjat dan ofisial tim tidak diperbolehkan memiliki (membawa)


telepon genggam dan alat-alat perekam atau transmisi elektronik di dalam
zona isolasi. Penyelenggara harus mempunyai sarana untuk
mengumpulkan, memberi label, menyimpan dengan aman dan
mengembalikannya kepada pemilik setelah pemanjat bertanding dalam
babak tersebut atau bagi Ofisial Tim ketika mereka meninggalkan zona
isolasi.

Minuman dingin: Penyelenggara harus menyediakan cukup air untuk


pemanjat dalam setiap babak. Harus ada air mineral dan air bersoda.
Akan lebih baik jika ada jus buah dan soft-drink lainnya.
Minuman hangat: Penyelenggara harus menyediakan kopi dan teh untuk
Catering pemanjat dalam setiap babak.
Makanan: Penyelenggara harus menyediakan buah, kue-kue, sport bar,
roti dan roti isi seperti; keju dan yang lain untuk pemanjat dalam setiap
babak.
Makanan hangat dapat juga disediakan di antara babak-babak.

101
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 4
LEMBAR HASIL PEMANJATAN

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: …………………………………………[isi dg nama kompetisi]


Tanggal kompetisi: …………………………………………[isi dg tgl kompetisi]

LEMBAR HASIL PEMANJATAN

BABAK: [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super - final]


NOMOR: [Putra/Putri]
NAMA ATLET: …………………………………………
NO. ID CARD: …………………………………………

KATEGORI: Lead
LEAD
WAKTU PEMANJATAN: ………………………..
NILAI DICAPAI: ………………………..

KATEGORI: Boulder
BOULDER
NOMOR JALUR: ……………….
TOP: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI TOP: …………………
BONUS: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI BONUS: ………………..

KATEGORI : Kecepatan
SPEED - FORMAT A
CATATAN WAKTU:
JALUR-A: …………………….
JALUR-B: …………………….

SPEED RECORD
CATATAN WAKTU:
JALUR-A: ………………………….
JALUR-B: ………………………….

SPEED – FORMAT B
CATATAN WAKTU: ………………………..

Category Judge:

102
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 5

Lembar Hasil Pemanjatan Boulders

Lihat tabulasi pada Jalur-Masalah 2.

Isilah tabulasi setiap kali atlit menyentuh bagian dinding boulders, bukan saat atlit meninggalkan
matras (bukan setiap atlit jatuh). Hal ini yang disebut sebagai usaha-pemanjatan (attemp), dan
jika atlit berhasil meraih nilai bonus pada attemp ini beri tanda dengan huruf B pada garis tabulasinya.

Jika atlit berhasil meraih Tumpuan TOP pada usaha-pemanjatan yang dilakukan, pada contoh Jalur-
Masalah 2 dibawah diberikan tanda dengan huruf T pada attemp ke-5.

Nama kompetisi: …………………………………………..


Tanggal: …………………………………………..
Babak: [Kualifikasi/Semi-final/Final]

Nama Atlit : …………………………………………..


NoID: …………………………………………..

Jika atlit meraih Tumpuan TOP tanpa menyentuh Tumpuan Bonus, beri tanda dengan huruf B dan T
pada attemp yang dilakukannya.

Setelah waktu rotasi selesai, pastikan atlit membubuhkan paraf di kolom yang disediakan. Jangan
lupa mengisi nama juri di sebelah kanan nomor Jalur-Masalah dan berikan paraf pada kolom yang
tersedia.

Jika jumlah jalur-masalah kurang dari 6, coret tabel yang tidak digunakan.
Selain mengisi lembar ini, Juri juga mengisi bagian yang sesuai Lampiran 13 untuk diserahkan kepada
operator display untuk diumumkan kepada penonton.

103
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 6
LEMBAR HASIL SETIAP BABAK - PROVISIONAL

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi]


Jenis kompetisi: …………………………………………………………………… [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL

BABAK: ……….....………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final]


KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Nilai/Waktu Rangking

NOMOR: …....………………………………………………………………. [Putra/Putri]

Tempat kompetisi: …………………………………………...


Tanggal: …………………………………………...
Waktu diumumkan: …………………………………………...
Batas waktu protes: …………………………………………...

Category Judge

…………………………………………...

104
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 7

LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi]


Jenis kompetisi: …………………………………………………………………..… [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL

BABAK: ………………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final]


KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]
NOMOR: …………………………………………………………………. [Putra/Putri]

No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Nilai/Waktu Rangking


No.

Tempat kompetisi: …………………………………………...


Tanggal: …………………………………………...
Waktu diumumkan: …………………………………………...
Batas waktu protes: …………………………………………...

Category Judge Jury President

…………………………………………... ………………………………

105
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 8
Contoh pemeringkatan kompetisi Jalur-pendek
LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK - PROVISIONAL
[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dg nama kompetisi]


Jenis kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dengan jenis kompetisi]
LEMBAR HASIL
BABAK: Kualifikasi
KATEGORI: Boulders
NOMOR: Putri

Tempat kompetisi: ……………………………………………………


Tanggal: ……………………………………………………
Waktu diumumkan: ……………………………………………………
Batas waktu protes: ……………………………………………………

Category Judge

……………………………………………………
KETERANGAN

Pada kolom Jalur-1 sampai Jalur -4

TOP=1, artinya atlit berhasil menyelesaikan jalur-masalah


AT=1, artinya atlit berhasil meraih TOP pada usaha pemanjatan (attemp) ke-1.

B=1, artinya atlit berhasil meraih Tumpuan Bonus pada usaha pemanjatan (attemp) pertama.
Atlit yang berhasil TOP walaupun tidak menyentuh Tumpuan bonus, otomatis dihitung telah meraih
Tumpuan Bonus (sesuai Pasal 4.1.14).
AB=3, artinya atlit baru berhasil m eraih Tumpuan bonus setelah melakukan 3 kali usaha pemanjatan.

Atlit yang tidak berhasil meraih Tumpuan Bonus maupun TOP pada suatu jalur-masalah otomatis
mempunyai nilai
TOP=0, AT=0, B=0, AB=0 tidak peduli berapa kali pun melakukan usaha pemanjatan.

Pada kolom total


TOP=3, artinya atlit berhasil menyelesaikan 3 jalur-masalah
AT=3, artinya untuk 3 TOP tersebut atlit melakukan dalam 3 kali attemp.
B=4, artinya atlit berhasil meraih 4 Tumpuan Bonus.
AB=6, artinya untuk meraih 4 Tumpuan bonus tersebut, atlit melakukan 6 kali usaha pemanjatan
(attemp).
Peringkat 6 dan 7 seharusnya mempunyai peringkat sama yaitu 6. Peringkat 8 dan 9 harus
mempunyai peringkat sama yaitu 8.

106
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 9

LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI

[Kop Surat Kompetisi]

Nama kompetisi : ………………………………………………………….…. [isi dengan nama kompetisi]


Jenis kompetisi : ……………………………………………………………….[isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI

KATEGORI: …………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]


NOMOR: ……………………………………………................. [Putra/Putri]

Nama Nilai/Waktu
No. No. ID Klub Daerah
Lengkap Kualifikasi Semi-final Final Rangking

Tempat kompetisi: ………………………………………………………………


Tanggal: ………………………………………………………………
Waktu diumumkan: ………………………………………………………………
Batas waktu protes: ……………………………………………………………….

Category Judge Jury President

……………………... …………………………

107
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 10
TOPO JALUR SPEED REKOR

108
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 11

109
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

You might also like