Professional Documents
Culture Documents
Pedoman Kompetisi Panjat Tebing 2010 PDF
Pedoman Kompetisi Panjat Tebing 2010 PDF
i
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Tim Penyusun
Hendri C Wijaya
Suhardi
Wahyu Pristiawan Buntoro
Endi Gunardi
Yudistiro
Dedy Firdaus
Setting: Font Tahoma 7.5 , dicetak diatas kertas ukuran A5 dengan HP LaserJet 1160.
iii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
DAFTAR ISI iv
KATA PENGANTAR ix
BAB 1 FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 1
1.1 PENDAHULUAN 1
1.2 TUGAS FPTI 1
1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN 1
1.4 OFISIAL KOMPETISI FPTI 2
BAB 2 PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT , DAN
TIM OFISIAL 7
2.1 PENDAHULUAN 7
2.2 TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT DAN OFISIAL 7
2.3 KUOTA TIM 8
2.4 PENDAFTARAN ATLIT 8
2.5 KARTU IDENTITAS ATLIT (KIAT) 8
BAB 3 PERATURAN UMUM 11
3.1 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 11
3.2 DINDING PANJAT 19
3.3 KESELAMATAN/SAFETY 20
3.4 DAFTAR URUTAN PEMANJATAN 22
3.5 ISOLASI 23
3.6 OBSERVASI 24
3.7 PERSIAPAN SEBELUM PEMANJATAN 24
3.8 SERAGAM TIM DAN PERALATAN PEMANJATAN 25
3.9 PERAWATAN DINDING DAN JALUR PEMANJATAN 26
3.10 INSIDEN TEKNIS 26
3.11 PENGHENTIAN PEMANJATAN 27
3.12 PENGGUNAAN REKAMAN VIDEO UNTUK PENJURIAN 27
3.13 PENGUMUMAN HASIL KOMPETISI 28
3.14 PERINGKAT 29
3.15 TES ANTI DOPING 30
3.16 UPACARA 30
3.17 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) 30
iv
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
v
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
vi
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
vii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
LAMPIRAN 95
viii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
KATA PENGANTAR
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi FPTI ini adalah pengembangan dari Pedoman Kompetisi
FPTI versi sebelumnya. Sebagian besar isinya diambil murni dari IFSC Rules 2007 dan ICC
Hand Book Organiser 2005, yang diterbitkan secara terpisah oleh bidang Kompetisi FPTI, serta
dokumen-dokumen baru yang terfokus pada peraturan Sport Climbing, dan tata cara
penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing. Peraturan-peraturan baru serta perubahan -
perubahan yang telah ditambahkan pada pembaharuan tahunan komisi regulasi IFSC, ditambah
sedikit penyesuaian-penyesuaian dari FPTI.
Kami berharap Pedoman Penyelenggaran Kompetisi FPTI 2010 ini dapat berguna bagi
kemajuan dunia kompetisi panjat tebing nasional dan tentu saja bagi seluruh yang terlibat
didalamnya (Pengda FPTI diseluruh Indonesia, para atlit dan tim ofisial, para penyelenggara
kompetisi dan semua pihak).
ix
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Federasi Panjat Tebing Indonesia ( selanjutnya disingkat FPTI ) bertanggung jawab
terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan
olahraga dan kompetisi panjat tebing nasional.
1.1.2 FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua kompetisi panjat tebing nasional,
seperti diatur dalam pasal 1.2 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang
berhubungan dengan olahraga panjat tebing.
b. Menerima permohonan dari calon-calon penyelenggara untuk mengorganisir
dan atau menyelenggarakan kompetisi /kejuaraan.
c. Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olah raga
panjat tebing dan setelah melihat kemampuan pengorganisasian dan
pendanaan.
d. Seluruh kompetisi yang telah diakui FPTI harus diselenggarakan dan
dijalankan dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah
ditetapkan.
1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN
1.3.1 Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI
yang diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah
kompetisi yang diakui oleh FPTI.
1.3.2 Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui dan
diakui FPTI adalah sebagai berikut:
a. Jenis Kejuaraan, yang terdiri dari:
1. Terbuka.
1
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2. Militer.
3. Kelompok Umur.
4. Pelajar.
b. Tingkat Kejuaraan:
1. Nasional.
2. Regional (beberapa Provinsi yang berada dalam satu wilayah).
3. Provinsi/Daerah.
4. Kabupaten/Kota.
c. Kejuaraan yang direkomendasi FPTI, yaitu:
1. Sirkuit Nasional.
2. Kejuaraan Nasional FPTI.
3. Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.
4. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar.
5. Kompetisi Regional.
6. Kompetisi Regional Kelompok Umur.
7. Kejuaraan Daerah/Sirkuit Daerah.
8. Even Kompetisi Nasional dan Daerah.
1.3.3 Dalam suatu kejuaraan/kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat
kejuaraan/kompetisi.
1.3.4 Hanya atlit pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku yang
berhak mengikuti kejuaraan/kompetisi yang disetujui dan atau disetujui dan diakui
oleh FPTI yang menjadi dasar penghitungan Peringkat Nasional.
2
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii. Bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keselamatan dari
setiap jalur atau Boulder dalam suatu kompetisi.
iii. Chief Routesetter bertanggung jawab untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan semua aspek yang berhubungan dengan pembuatan dan
pengaturan jalur yang akan digunakan dalam kompetisi, termasuk desain dari
setiap jalur, pemasangan pegangan dan peralatan lain yang berhubungan
dengan peraturan kompetisi.
iv. Chief Routesetter dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa
pembuat jalur (tim routesetting).
v. Memberi masukan Jury President pada setiap permasalahan teknis dalam area
kompetisi.
vi. Menyiapkan dan menyusun topo jalur Lead lengkap dengan nilai, memberi
masukan penentuan posisi kamera serta menentukan alokasi waktu
pemanjatan untuk setiap jalur.
vii. Memberi penilaian terhadap Calon Juri Kompetisi dan Calon Routesetter yang
sedang menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi
nasional.
viii. Chief Routesetter diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai
semua jalur yang dipergunakan dalam kompetisi kepada FPTI dengan format
yang sudah ditetapkan oleh FPTI.
e Route Judge (Juri Jalur):
i. Route Judge bertugas membantu tugas penjurian dan bertanggung jawab
pada Category Judge. FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief
Routesetter dan Route Judge (Juri Jalur) bersama-sama tergabung dalam Juri
Kompetisi FPTI (FPTI Judge)
1.4.4 Ofisial Kompetisi yang bertugas wajib mendapat surat mandat penugasan dari FPTI.
1.4.5 Penyelenggara wajib menyediakan personil untuk membantu Jury President dan
Chief Routesetter sesuai kebutuhan atas pembiayaan dan tanggung jawab
penyelenggara. Struktur Organisasi Kompetisi lihat Lampiran 11.
1.4.6 Penerbitan Surat Tugas.
a. FPTI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial
Kompetisi yang akan melaksanakan suatu kejuaraan/kompetisi.
b. Surat Tugas harus sudah diterbitkan paling lambat 15 (lima belas) hari
kalender sebelum tanggal pelaksanaan kejuaraan/kompetisi, format surat
tugas terdapat pada Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing:
Lampiran 13.
c. Surat Tugas dinyatakan sah jika ditanda tangani oleh salah seorang pejabat
berikut:
• Ketua Umum.
• Ketua Harian/Wakil Ketua Umum.
• Sekretaris Umum.
1.4.7 Mekanisme Penunjukkan Ofisial Kompetisi.
4
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Mengacu pada ayat 1.4.6 di atas, mekanisme Penugasan Ofisial Kompetisi adalah
sebagai berikut:
a. FPTI Delegate.
Adalah orang pribadi anggota pengurus FPTI yang mengerti dan memahami seluruh
peraturan yang ada dalam Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman
Kompetisi Panjat Tebing termasuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
FPTI, tapi tidak perlu mempunyai kualifikasi sebagai Juri Kompetisi FPTI.
i. Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi, penerbitan
Surat Tugas FPTI Delegate, menjadi kewenangan Pengurus Daerah FPTI.
ii. Untuk Kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan Nasional penerbitan Surat
Tugas FPTI Delegate menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.
iii. Surat Tugas untuk FPTI delegate dapat disatukan dengan Surat Tugas untuk
Juri Kompetisi.
b. Juri Kompetisi.
i. Setelah menerima Surat Rekomendasi Kompetisi (lihat Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010, Pasal 2.1.), berkaitan dengan
Juri Kompetisi (Jury President, Chief Routesetter), Penyelenggara melakukan
koordinasi dengan Pengurus Daerah FPTI untuk menentukan nama Ofisial
Kompetisi. Daftar nama dapat dilihat di website FPTI.
ii. Berdasarkan daftar nama tersebut diatas dan masukan dari Pengda FPTI,
Penyelenggara menentukan Ofisial Kompetisi (selain FPTI Delegate) yang
akan menangani kejuaraan/kompetisi yang akan diselenggarakan. Selanjutnya
penyelenggara mengajukan secara resmi kepada FPTI.
iii. Selanjutnya FPTI akan menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi.
iv. Untuk Kompetisi tingkat kabupaten/kota dan provinsi penerbitan Surat Tugas
menjadi kewenangan Pengda FPTI, sedangkan untuk kejuaraan/kompetisi
tingkat regional dan nasional penerbitan Surat Tugas menjadi kewenangan
Pengurus Pusat FPTI.
v. Semua biaya yang timbul dari penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi
menjadi tanggung jawab penyelenggara kecuali Kejurnas FPTI akan diatur
tersendiri.
1.4.8 Renumerasi Ofisial Kompetisi.
a. Semua biaya yang timbul berkaitan dengan penunjukkan dan penugasan Ofisial
Kompetisi, terkecuali Kejurnas FPTI, Pra PON dan PON menjadi tanggungjawab
Penyelenggara.
b. Biaya dimaksud diantaranya adalah transport menuju tempat kompetisi pergi pulang,
honor selama kegiatan kompetisi, akomodasi dan konsumsi selama
kejuaraan/kompetisi berlangsung.
c. Standar honor (renumerasi) Ofisial Kompetisi diatur dalam Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi FPTI.
5
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Penyelenggara Kompetisi adalah perorangan, lembaga dan atau organisasi anggota FPTI
yang telah memenuhi syarat dan mendapat rekomendasi untuk menyelenggarakan suatu
kompetisi/kejuaraan panjat tebing.
2.1.2 Atlit adalah semua individu yang terdaftar dan telah memenuhi syarat sebagai peserta
kompetisi panjat tebing, baik secara perseorangan maupun utusan organisasi anggota
FPTI.
2.1.3 Tim Ofisial adalah personil yang bertanggung jawab terhadap atlit baik sebagai
perorangan maupun sebagai sebuah tim yang merupakan utusan Pengurus Daerah yang
telah memenuhi syarat.
2.1.4 FPTI menghormati semua yang berkaitan dengan aktifitas tiap penyelenggara kompetisi,
atlit, tim ofisial.
7
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2.3.1 Kuota Tim untuk para atlit ditetapkan hanya untuk Seri Sirkuit Nasional, Kejuaraan
Nasional FPTI, Kejuaraan Nasional FPTI Kelompok Umur, Kejurnas Antar Pelajar, Pra
PON dan PON.
2.3.2 Setiap tim diijinkan untuk mendaftarkan sampai maksimal lima (5) tim ofisial yang
dijamin bebas bea masuk dalam area kompetisi (venues). Tim ofisial ini harus
dicantumkan dalam formulir permohonan/pendaftaran dan secara khusus dijelaskan
untuk masing-masing posisi dibawah ini:
a. Tim Manajer.
b. Tim Pelatih.
c. Tim Medis.
Tim ofisial ini diijinkan untuk memasuki dan meninggalkan zona isolasi dengan ketentuan
yang sama seperti yang diberlakukan pada atlit.
2.4.1 Batas waktu pendaftaran bagi atlit yang diberitahukan pada informasi kompetisi yang
disebarkan FPTI harus dipatuhi.
2.4.2 Pendaftaran setelah batas waktu dikenakan biaya pendaftaran tambahan.
2.4.3 Berdasarkan kebijakan FPTI Delegate, perubahan nama-nama atlit dapat diterima.
Perubahan ini harus diberitahukan kepada FPTI Delegate sebelum penutupan zona
isolasi.
2.5.1 Setiap atlit yang akan ikut atau diikutsertakan dalam kejuaraan/kompetisi yang disetujui
atau kompetisi yang disetujui dan diakui yang diadakan oleh perorangan, lembaga atau
federasi anggota FPTI harus mempunyai Kartu Identitas Atlit (selanjutnya disingkat
KIAT) yang masih berlaku dari FPTI.
2.5.2 Setiap KIAT hanya berlaku untuk 1 tahun, misal: dari tanggal 1 Januari sampai 31
Desember. Setiap Pengda FPTI boleh, atas nama atlit, memperbaharui KIAT tersebut
8
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
11
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
12
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
15
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
16
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
17
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
d Penggantian Atlit:
i. Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit
cadangan yang telah didaftarkan.
ii. Atlit yang tidak dapat melanjutkan pertandingan dikarenakan cedera atau
sakit harus dinyatakan oleh dokter atau paramedis yang disediakan oleh
penyelenggara.
iii. Selama putaran - Final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian
satu kali untuk atlit putra dan satu kali untuk atlit putri.
iv. Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.
a Umum.
i. Multipitch adalah kategori kompetisi yang merupakan bagian dari kategori
lead dan mengadopsi sistem climbing procedure dengan membagi suatu jalur
pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang dilakukan oleh dua orang atlit yang
bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan waktu dan
prosedur yang telah ditentukan.
ii. Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan
minimal 20 (dua puluh) meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding
panjat memenuhi standar untuk digunakan nomor kompetisi ini.
iii. Suatu nomor kompetisi beregu-multipitch hanya dapat dilaksanakan jika
jumlah regu yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
iv. Beregu-multipitch terdiri dari 2 (dua) babak:
a) Babak Semi Final.
b) Babak Final, dan jika diperlukan kan diadakan babak Super-Final.
18
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.2.1 Semua kompetisi yang direkomendasikan oleh FPTI harus dilakukan pada dinding
buatan yang dirancang khusus untuk itu. Dimensi dan standar material diatur pada
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing 2010 Pasal 2.5.
3.2.2 Seluruh permukaan dinding panjat dapat digunakan untuk pemanjatan dengan
perkecualian sebagai berikut:
19
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.3 KESELAMATAN/SAFETY
3.3.1 Penyelenggara kompetisi mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab penuh
untuk menjaga dan menjamin keselamatan (safety) didalam zona isolasi, zona
transit, zona kompetisi, area publik dan pada semua aktivitas lain yang terkait
dengan jalannya kompetisi.
3.3.2 Jury President, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai
wewenang penuh dalam mengambil keputusan atas setiap hal terkait dengan
keselamatan diseluruh area kompetisi, termasuk menolak untuk memberi ijin untuk
memulai atau melanjutkan suatu babak dalam kompetisi. Ofisial Kompetisi atau
personil panitia yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur keselamatan,
atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat
dibebastugaskan dalam kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena kompetisi.
3.3.3 Belayer yang ditunjuk penyelenggara harus sudah terlatih untuk melakukan belaying
(penambatan) sesuai dalam aturan kompetisi. Category Judge mempunyai
wewenang untuk memerintahkan mengganti belayer setiap saat selama kompetisi
berlangsung. Jika seorang belayer telah diganti, yang bersangkutan tidak diijinkan
lagi untuk menjadi belay bagi atlit lain pada kompetisi tersebut.
3.3.4 Sebelum kejuaraan dimulai, Jury President harus memastikan bahwa seluruh pra-
sarana dan sarana kompetisi telah memenuhi standar keselamatan (safety) dan
layak digunakan dalam kompetisi.
3.3.5 Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin keselamatan. Setiap
jalur pemanjatan atau boulder harus dirancang untuk menghindari kemungkinan
jatuhnya atlit:
a. Dapat mencederai atlit.
b. Dapat mencederai atau menganggu atlit lain.
3.3.6 Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memeriksa setiap jalur
atau boulder sebelum memulai suatu babak kompetisi, untuk memastikan bahwa
20
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
standar keselamatan telah terpenuhi. Secara khusus, Jury President, Category Judge
dan Chief Routesetter harus memastikan bahwa semua perlengkapan dan prosedur
keselamatan sesuai dengan standar UIAA dan per aturan FPTI.
3.3.7 Semua perlengkapan yang digunakan dalam kompetisi harus sesuai dengan standar
UIAA atau peraturan FPTI, kecuali ada kebijakan lain yang ditentukan oleh FPTI,
atau terdapat keadaan luar biasa, berdasarkan wewenang yang diberikan Jury
President oleh FPTI. Atlit yang berkompetisi pada kategori Lead dan Speed harus
menggunakan tali tunggal (single rope) yang memenuhi standar UIAA yang
disediakan penyelenggara. Frekuensi pergantian tali pengaman harus diputuskan
oleh Category Judge.
3.3.8 Beberapa tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dalam mengamankan jalur
pemanjatan:
a. Setiap titik pengamanan yang digunakan selama kompetisi harus dilengkapi
dengan quickdraw yang dapat disambung dengan karabiner sehingga seorang
atlit dapat mengaitkan talinya. Hubungan sambungan antara quickdraw dan
titik pengamanan (protection point) harus sesuai standar UIAA yaitu Maillon
Rapide (MR) 10 mm, dimana kunci pengamannya dapat ditutup dan
dikencangkan sesuai dengan spesifikasi.
b. Jika diperlukan penambahan quickdraw yang tidak normal harus
menggunakan satu quickdraw panjang dengan kekuatan yang sama dengan
quickdraw yang lebih pendek.
• Tidak diperkenankan menyambung dua quickdraw atau lebih
menggunakan screw-gate karabiner atau non screw-gate karabiner
untuk memperoleh satu quickdraw yang lebih panjang.
• Tidak diperkenankan memperpendek quickdraw yang panjang dengan
cara mengikatnya untuk mendapatkan satu quickdraw yang diinginkan.
3.3.9 Sebelum memulai setiap babak kompetisi, Category Judge harus memastikan bahwa
tenaga medis dan paramedis yang berkualifikasi selalu hadir untuk memastikan
respon yang cepat jika terjadi kecelakaan atau cideranya atlit maupun Ofisial
Kompetisi yang bertugas didalam zona kompetisi.
3.3.10 Jika ada keyakinan, bahwa seorang atlit tidak sehat untuk mengikuti kompetisi,
karena berbagai sebab, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki
kewenangan untuk meminta pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh dokter
yang akan melakukan tes fisik yang diakui, sebagai berikut:
• Tubuh bagian bawah: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) kali scot-trush
berturut-turut.
• Tubuh bagian atas: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) push-up berturut-
turut. Jika berdasar hasil tes,dokter menganggap atlit yang bersangkutan
tidak layak untuk mengikuti kompetisi, maka Jury President dapat melarang
atlit tersebut untuk mengikuti kompetisi. Namun jika pada babak berikutnya
terbukti atlit bersangkutan telah pulih, maka ia bisa meminta kembali untuk
menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.
21
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.3.11 Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari atlit, misal pada
kompetisi Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder dengan melalui
sebuah tangga.
3.4.1 Daftar urutan pemanjatan babak awal harus disusun dan diumumkan pada
pertemuan teknis pada hari yang telah ditentukan sebelum pembukaan kompetisi.
Daftar urutan pemanjatan harus diumumkan di papan pengumuman kompetisi dan
di zona isolasi dan dikeluarkan untuk Juri Kompetisi, Manajer Tim, MC dan pers.
3.4.2 Daftar urutan pemanjatan untuk setiap babak berikutnya harus disusun dalam waktu
tidak lebih dari 30 menit setelah berakhir babak sebelumnya. Urutan pemanjatan,
harus diumumkan di papan pengumuman yang tepat, misal di hotel penginapan
dimana Manajer Tim dan atlit menginap.
3.4.3 Daftar urutan pemanjatan akan berisi juga informasi tentang kompetisi babak
berikutnya,termasuk:
a. Nama, No. ID FPTI (KIAT), dan asal (Nama Provinsi untuk tingkat nasional,
nama Kabupaten/Kota untuk tingkat Provinsi, atau nama klub untuk tingkat
Kabupaten/Kota).
b. Waktu pembukaan dan penutupan zona isolasi untuk babak berikutnya.
c. Waktu Pemanjatan suatu babak akan dimulai.
d. Informasi lainnya yang sesuai standar pelaporan yang disetujui FPTI atau Jury
President. Semua daftar urutan pemanjatan harus dibuat dalam format yang
telah ditetapkan FPTI.
3.4.4 Metode penyusunan urutan pemanjatan:
a. Jika babak kualifikasi dilakukan pada jalur pemanjatan tunggal, urutan
pemanjatan pada babak ini ditentukan berdasarkan undian (random), kecuali
untuk atlit yang menempati peringkat FPTI disusun dengan urutan terbalik
berdasarkan peringkatnya.
b. Jika babak Kualifikasi dilakukan pada dua jalur pemanjatan atau lebih yang
identik, atlit akan dialokasikan untuk setiap jalur pemanjatan pada babak
tersebut berdasarkan pada:
i. Posisi masing-masing atlit pada Peringkat Nasional terakhir, yaitu mereka
yang menempati Peringkat Sirkuit Nasional akan dialokasikan dengan
urutan terbalik untuk setiap jalur pemanjatan, dengan ketentuan
peringkat ganjil dijalur pertama, dan peringkat genap dijalur kedua.
ii. Atlit yang tidak masuk dalam Peringkat Nasional akan dialokasikan
disetiap jalur berdasarkan undian hingga berjumlah sebanding pada
setiap jalur pemanjatan.
iii. Selanjutnya urutan pemanjatan pada masing-masing jalur pemanjatan
ditentukan berdasarkan undian (random). Kecuali untuk atlit yang
menempati Peringkat Nasional FPTI disusun berurut terbalik.
iv. Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat provinsi akan digunakan Peringkat
22
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Daerah/Provinsi.
v. Posisi Atlit pada Peringkat Nasional lebih tinggi dari Peringkat
Daerah/Provinsi.
c. Urutan pemanjatan pada babak berikutnya, kecuali untuk babak Super-Final,
urutan pemanjatan ditentukan oleh urutan terbalik dari peringkat pada babak
sebelumnya. Jika terdapat dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat
yang sama pada babak sebelumnya maka urutan pemanjatan untuk mereka
ditentukan berdasarkan Peringkat FPTI.
d. Pada babak Super - Final: urutan pemanjatan pada babak ini harus sama
seperti pada babak Final.
e. Daftar peringkat babak Kualifikasi dan putaran-final kategori Speed ditentukan
berdasarkan aturan pada pasal 7.7
3.5 ISOLASI
3.5.1 Semua atlit yang hendak melakukan pemanjatan dalam satu babak disuatu
kompetisi harus didaftar dan pada saat memasuki zona isolasi tidak melewati batas
waktu yang telah ditentukan oleh Jury President yang diumumkan oleh
penyelenggara. Adalah merupakan tanggung jawab dari tim ofisial/atlit untuk
memastikan bahwa ia telah mendapatkan informasi lengkap mengenai detail suatu
babak dalam suatu kompetisi.
3.5.2 Hanya orang-orang tersebut di bawah yang diijinkan masuk zona isolasi:
a. Ofisial Kompetisi FPTI.
b. Panitia Penyelenggara yang mendapat ijin dari Jury President.
c. Atlit yang ambil bagian pada babak kompetisi yang akan berlangsung.
d. Tim Ofisial yang resmi yang mendapat ijin Jury President.
e. Personil lain yang secara khusus diberi ijin oleh Jury President. Orang-orang
ini selama berada didalam zona isolasi harus dikawal dan diawasi guna
menjamin keamanan zona isolasi dan mencegah terjadinya gangguan-
gangguan atau campur tangan pihak lain terhadap para atlit.
f. Semua jenis binatang tidak diijinkan berada dalam zona isolasi.
3.5.3 Merokok diperbolehkan hanya di area yang telah disediakan, biasanya area ini
berada di dekat pintu masuk zona isolasi. Saat di area ini, atlit atau orang lain masih
tetap berlaku aturan dalam area zona isolasi.
3.5.4 Selama berada dalam zona isolasi di area kompetisi atlit tidak diijinkan untuk
berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang yang berada di luar area
kompetisi, kecuali secara khusus diberi wewenang/ijin untuk melakukan hal tersebut
oleh Jury President. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan atlit
terkena sanksi diskualifikasi.
3.5.5 Atlit atau Tim Ofisial tidak diijinkan membawa atau menggunakan telepon selular
atau perlengkapan komunikasi elektronik yang sejenis, kamera, video kamera atau
peralatan perekam sejenis saat di area isolasi, tanpa ijin Jury President.
23
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.5.6 Atlit tidak diperbolehkan untuk membawa atau menggunakan alat pemutar suara
(audio listening equipment), selama observasi dan saat pemanjatan.
3.6 OBSERVASI
3.6.1 Sebelum kompetisi dimulai, atlit yang ambil bagian khususnya dalam babak
kompetisi yang akan berlangsung diijinkan melakukan observasi dimana mereka
diijinkan untuk mempelajari jalur atau boulder tersebut. Aturan lebih lanjut
mengenai observasi tersebut diatur pada sub-bab tersendiri untuk masing-masing
kategori kompetisi Lead, Multipitch, Boulder, Speed dan Speed Estafet.
3.6.2 Selama berada di area observasi, semua atlit tetap terikat aturan yang berlaku di
isolasi. Ofisial Tim tidak diijinkan untuk menemani atlit selama masa observasi. Atlit
harus berada di area observasi selama waktu observasi jalur. Atlit tidak diijinkan
memanjat di papan panjat atau berdiri menggunakan alat penambah ketinggian. Atlit
tidak diijinkan berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang lain yang berada di
luar area observasi. Mereka hanya diijinkan meminta penjelasan dari wasit/Category
Judge.
3.6.3 Selama waktu observasi, atlit dapat menggunakan binokuler untuk mengobservasi,
dan membuat sketsa kasar dan catatan. Tidak diperkenankan menggunakan alat
observasi lain atau alat perekam elektronik.
3.6.4 Atlit tidak boleh mendapat pengetahuan atau informasi jalur atau boulder selain dari
apa yang didapatnya pada waktu observasi atau informasi yang disampaikan oleh
Jury President atau Wasit.
3.6.5 Merupakan tanggung jawab pribadi tiap atlit untuk mencari informasi sebanyak-
banyaknya mengenai jalur atau boulder.
24
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.7.5 Setiap atlit harus siap meninggalkan zona transit dan masuk dalam zona kompetisi
ketika diinstruksikan. Setiap keterlambatan untuk melaksanakan hal tersebut
berakibat atlit akan mendapatkan kartu kuning, kelambatan selanjutnya akan
membuat atlit didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian Kartu Merah) sesuai
prosedur Kedisiplinan Dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).
3.8.1 Semua peralatan yang digunakan oleh atlit didalam suatu kejuaraan/kompetisi
harus memenuhi standard UIAA, IFSC atau FPTI, kecuali jika ditetapkan lain oleh
FPTI atau berdasarkan pertimbangan Jury President yang telah mendapat
kewenangan dari FPTI. Penggunaan peralatan dan pakaian atau simpul yang tidak
disetujui atau modifikasi yang tidak disetujui atau tidak memenuhi standard atau
bertentangan dengan aturan dari pihak pemasang iklan atau setiap pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan FPTI terkait dengan pakaian dan peralatan
pemanjatan, akan mengakibatkan atlit mendapat sanksi disiplin sesuai prosedur
Kedisiplinan dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan dalam Bab 13).
3.8.2 Seragam tim dapat digunakan kapan saja, dan terutama sekali pada Upacara
Penghormatan Pemenang (UPP), ofisial dan atlit dapat memakai suatu seragam tim
yang berbeda.
3.8.3 Setiap atlit harus menggunakan seat-harness yang sesuai standar UIAA
(penggunaan seat-harness wajib pada kompetisi Lead dan Speed), dan sepatu
panjat. Setiap atlit bebas menggunakan kantong kapur (chalkbag), dan pakaian
(tambahan untuk team top) yang mereka inginkan. Semua peralatan dan pakaian
tersebut harus sesuai dengan aturan pemasangan iklan sebagai berikut:
a. Headwear: Hanya mencantumkan nama dan atau logo perusahaan.
b. T-shirt: Jika disediakan oleh panitia kompetisi, maka setiap atlit wajib
memakai, tidak diijinkan memotong atau melakukan modifikasi.
c. Nomor urut atlit harus dipasang dengan jelas dibagian belakang t- shirt.
d. Team Top: Mencantumkan label sponsor, totalnya tidak lebih dari 300 m . 2
f. Chalk Bag: mencantumkan nama atau logo perusahaan dan label sponsor,
totalnya tidak lebih dari 100 cm .
2
3.8.4 Pelanggaran dalam mematuhi peraturan tersebut akan menyebabkan atlit mendapat
sanksi disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.(seperti dijelaskan
dalam Bab 13).
25
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.9.1 Chief Routesetter harus menjamin bahwa tim yang terlatih dan berpengalaman
selalu ada pada setiap babak kompetisi untuk melakukan perawatan dan perbaikan
yang diminta oleh Category Judge dengan cara yang aman dan efisien. Prosedur
keselamatan harus secara tegas dilaksanakan.
3.9.2 Sesuai dengan instruksi Category Judge, Chief Routesetter akan segera menyiapkan
perbaikan. Chief Routesetter yang akan memberi masukan kepada Jury President
apakah hasil perbaikan tersebut terdapat keuntungan atau kerugian untuk atlit
berikutnya. Keputusan Jury President apakah kompetisi dilanjutkan, dihentikan atau
mengulang babak pertandingan berkaitan dengan hal tersebut adalah final yang
tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada protes yang dapat merubah keputusan
tersebut.
26
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c. Konfirmasi tentang suatu insiden teknis adalah keputusan Jury President, Jika
diperlukan akan melakukan konsultasi dengan Chief Routesetter. Keputusan
yang diambil oleh Jury President bersifat final.
27
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
28
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ditambah informasi berikut (contoh format Lembar Hasil Akhir Kompetisi sesuai
Lampiran 9)
a. Untuk setiap nama atlit, ketinggian, nilai atau catatan, nilai atau catatan
waktu pada setiap babak sebelumnya.
b. Khusus untuk kategori Speed ditambah waktu yang ditempuh untuk setiap
babak dalam kompetisi.
3.13.9 Untuk kategori Speed wajib diumumkan rekor total waktu tercepat yang dicapai
oleh atlit putra maupun putri untuk masing-masing kelas yang dipertandingkan.
Catatan rekor ini ditampilkan pada Lembar Hasil Akhir Kompetisi.
3.13.10 Tembusan Lembar Hasil Kompetisi Resmi untuk setiap babak (termasuk Final dan
Super-Final) disampaikan kepada:
a. Jury President.
b. Category Judge.
c. FPTI Delegate.
d. Manajer Tim, dalam hal tidak ada Manajer Tim, bisa disampaikan kepada atlit
yang dianggap sebagai Manajer Tim.
e. Ruang Pers.
f. Media informasi umum.
3.13.11 Semua daftar hasil pertandingan yang resmi harus dicetak dalam format yang sesuai
dengan aturan FPTI, dipublikasikan dalam papan pengumuman resmi, dan
menyebarkan hasilnya kepada para anggota juri kompetisi, manajer tim, juru bicara
kompetisi,dan pers.
3.14 PERINGKAT
3.14.1 Prosedur untuk peringkat individual atlit selama kompetisi dijelaskan dalam bagian
kompetisi Lead, Boulder dan Speed.
3.14.2 Peringkat Nasional adalah susunan peringkat atlit secara perorangan yang disusun
secara akumulatif berdasarkan kejuaraan/kompetisi dibawah ini:
a. Sirkuit Nasional.
b. Kejuaraan Nasional FPTI.
c. Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.
3.14.3 Pemeringkatan atlit nasional dilakukan untuk semua kategori dan nomor kompetisi
perorangan serta kelompok umur.
3.14.4 FPTI mempublikasikan Peringkat Nasional berikut:
a. Prosedur untuk menghitung Peringkat Nasional dijelaskan dalam Pasal 10.5.
b. Peringkat Nasional Berjalan disusun dengan dasar dari hasil yang dicapai atlit
pada semua kompetisi yang diadakan FPTI 12 bulan sebelumnya.
c. Peringkat Nasional dipublikasikan melalui media resmi FPTI.
29
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.16 UPACARA
3.16.1 Kecuali ditentukan lain oleh Jury President, semua atlit wajib mengikuti Upacara
Pembukaan. Mengabaikan peraturan ini dapat membuat atlit dikenakan sanksi
disiplin sesuai prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
3.16.2 Upacara Penghormatan Pemenang (UPP) mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
KON/KOI.
3.16.3 Kecuali ditentukan lain oleh Jury President, semua finalis harus menghadiri Upacara
Penghormatan Pemenang (UPP). Mengabaikan peraturan ini dapat membuat atlit
dikenakan sanksi disiplin sesuai Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
30
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.17.8 Pernyataan force majeure yang dikeluarkan atau diterima setelah kompetisi
dinyatakan selesai, yang ditandai dengan selesainya pemanjatan terakhir, tidak
dapat merubah hasil kompetisi. Hasil kompetisi dapat diumumkan pada waktu dan
kesempatan lain setelah force majeure berlalu.
31
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
32
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4 LEAD
4.1 PENDAHULUAN
4.1.1 Peraturan ini harus dibaca bersamaan dengan BAB 3 Peraturan Umum Kompetisi.
4.1.2 Semua kompetisi yang diakui FPTI harus dilaksanakan dengan menggunakan dinding
panjat buatan yang dirancang khusus yang mempunyai lebar minimal 3 meter untuk
masing-masing jalur, tinggi minimal 15 meter, dimana akan memungkinkan
dibuatnya jalur-jalur dengan panjang minimal 18 meter. Atas kebijakan FPTI
Delegate, lebar yang kurang dari 3 meter bisa diterima, hanya untuk bagian-bagian
tertentu pada dinding.
4.1.3 Semua jalur kompetisi Lead dipanjat secara on-lead dimana atlit dibelay dari bawah.
Kecuali untuk Kejuaraan Kelompok Umur kelas Spider Kids, pemanjatan dapat
dilakukan secara top-rope.
4.1.4 Kompetisi Kategori Lead dapat terdiri dari jalur-jalur yang dipanjat secara:
a. On-sight: yaitu dipanjat setelah melakukan observasi jalur resmi pada periode
tertentu.
b. Flash: Setelah pemanjatan demontrasi jalur oleh pencoba jalur yang sah, atau
setelah melihat pemanjatan yang dilakukan oleh atlit lain.
c. After work: Sebelum pertandingan di mulai peserta di ijinkan untuk
melakukan percobaan pemanjatan pada jalur yang akan digunakan dalam
pertandingan.
4.1.5 Suatu jalur pemanjatan dianggap telah berhasil dipanjat jika pemanjatan dilakukan
sesuai dengan peraturan mengenai kompetisi kategori Lead dan jika tali pengaman
telah dikaitkan dengan karabiner dari quickdraw terakhir oleh atlit dengan urutan
yang benar dari posisi yang sah.
4.1.6 Kompetisi Kategori Lead terdiri dari:
a. Babak Kualifikasi, dimana akan ditempatkan dalam satu atau dua jalur yang
identik atau dua jalur yang tidak identik. Jika dilakukan pada dua jalur yang
tidak identik, jalur-jalur tesebut haruslah mempunyai grade dan karakter yang
sama.
b. Semi Final, Final, dan jika diperlukan babak Super Final, yang harus dilakukan
pada satu jalur pemanjatan Untuk kompetisi yang lebih spesifik alternatif yang
lain akan digunakan dan akan ditetapkan oleh FPTI.
Dalam kondisi tertentu Jury President dapat memutuskan membatalkan salah
satu babak dan untuk menentukan peringkat pemanjatan dapat di gunakan
babak sebelumnya.
4.1.7 Untuk perhitungan pada babak kualifikasi dengan dua jalur berbeda yang tidak
identik dan keduanya di panjat oleh seluruh peserta, hasil babak tersebut akan di
hitung berdasarkan :
Tp = √ pj1 x pj2
TP: total peringkat
Pj1: peringkat kualifikasi jalur 1
33
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
34
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.4.2 Category Judge, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan dengan
persetujuan Jury President, dapat memutuskan apakah climbing rope telah
terpasang pada protection point (pengaman) yang pertama. Jika memungkinkan,
rancangan jalur harus dibuat sedemikian rupa dengan memperhitungkan
keamanannya sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut.
4.4.3 Pada saat mulai melakukan pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan:
a. Semua atlit harus dilengkapi sesuai peraturan kompetisi dan aturan mengenai
peralatan pemanjatan
b. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan
menggunakan simpul ”figure of eight”.
c. Sebelum atlit memulai pemanjatan, di zona transit belayer harus memeriksa
apakah perlengkapan atlit sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah
diikatkan ke harness atlit sesuai (4.4.3 b), dan harness atlit telah cukup
kencang.
d. Sebelum atlit memulai pemanjatan, belayer harus memastikan bahwa
gulungan tali telah diurai sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
dengan baik selama proses pemanjatan.
e. Setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, Category Judge dapat
memutuskan apakah belayer perlu dibantu oleh seorang asisten pada awal
jalur pemanjatan untuk memberikan pengamanan tambahan pada atlit di
bagian bawah jalur pemanjatan.
4.4.4 Belayer harus siap untuk mengendorkan tali (slack) setiap saat selama proses
pemanjatan. Setiap usaha mengencangkan tali (tension) dapat dianggap sebagai
bantuan tambahan atau halangan terhadap atlit, dapat dinyatakan sebagai insiden
teknis oleh Category Judge.
4.4.5 Setelah dapat menghubungkan tali dengan protection point (quickdraw) yang
terakhir atau setelah atlit terjatuh, atlit harus diturunkan secara perlahan untuk
menghindari benturan. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa atlit tidak
akan menginjak peralatan yang ada dibawah atau lantai.
4.4.6 Ketika atlit melepaskan tali dari harness-nya, belayer dapat menarik tali kebawah
secepat mungkin dan hati-hati agar tidak menganggu posisi runner pengaman
35
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
(quickdraw). Menjadi tanggung jawab belayer untuk memastikan atlit untuk keluar
dari Zona Kompetisi secepat mungkin.
4.5.2 Pada saat masuk Zona Kompetisi di depan dinding panjat, atlit diminta untuk segera
melewati garis start. Pada saat tersebut, Category Judge akan memulai menghitung
waktu yang diambil oleh atlit dalam menyelesaikan pemanjatan. Setiap atlit
diperbolehkan selama 40 detik pertama untuk melakukan pemanasan, 40 detik ini
merupakan bagian dari seluruh waktu pemanjatan yang telah ditentukan. Jika atlit
tidak melakukan pemanjatan setelah berakhir detik ke-40, atlit akan diperintahkan
dengan segera melakukan pemanjatan. Pelanggaran atas perintah akan
menyebabkan akan terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
Untuk pemanjatan dengan prosedur flash aturan ini tidak dapat di terapkan
4.5.3 Pemanjatan yang dilakukan dianggap telah dimulai jika kedua ujung kaki atlit telah
meninggalkan dasar (lantai atau tanah)
4.5.4 Atlit boleh bertanya kepada Category Judge setiap saat selama melakukan
pemanjatan mengenai waktu pemanjatan yang masih tersisa, dan Category Judge
segera menginformasikan waktu yang masih tersisa. Category Judge tanpa diminta
akan memberikan informasi kepada atlit jika waktu masih tersisa 60 (enam puluh)
detik. Jika waktu pemanjatan telah habis, Category Judge akan menghentikan
pemanjatan dan prosedur pengukuran akan dilakukan. Atlit yang tidak mematuhi
perintah dari Category Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan
terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
4.5.5 Selama pemanjatan dilakukan:
a. Atlit akan mengaitkan semua quickdraw secara berurutan. Quickdraw harus
dikaitkan sebelum bagian terbawah tubuh atlit bergerak meninggalkan
karabiner terbawah dari quickdraw yang belum dikaitkan [dalam hal jalur
menyamping (traverse) atau roof, sebelum tubuh terbawah atlit melewati
quickdraw yang belum dikaitkan sesuai dengan sumbu jalur yang dibuat oleh
pembuat jalur]. Peserta tersebut dapat memasang quickdraw tanpa
melakukan back climb (back climb yang artinya pada saat peserta melepaskan
kedua tangannya dari posisi awal) sesaat setelah seluruh tubuhnya
meninggalkan carabiner terbawah dari quickdraw yang belum terpasang.
Setiap pelanggaran atas aturan ini akan menyebabkan pemanjatan yang
sedang dilakukan dihentikan dan dilakukan pengukuran sesuai dengan pasal
4.7 di bawah. Penolakan yang dilakukan oleh atlit atas instruksi Category
36
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.7 PENILAIAN
4.7.1 Berdasarkan pasal 4.10 dibawah, dalam hal atlit jatuh atau Category Judge
memerintahkan pemanjatan dihentikan, tumpuan tertinggi yang dipegang atau
disentuh (atau dalam kasus traverse atau pada roof, tumpuan (hold) terjauh
yang dipegang atau disentuh) pada sumbu jalur, akan menentukan hasil yang
dicapai oleh atlit.
4.7.2 Nilai suatu tumpuan (hold) akan ditentukan oleh oleh Chief Routesetter sebelum
suatu babak kompetisi dimulai, yang diberi tanda pada sketsa topo jalur pemanjatan
yang digunakan oleh Category Judge.
4.7.3 Hanya tumpuan yang menggunakan tangan yang akan diberikan nilai. Sesuai
dengan yang ditentukan oleh Category Judge, Tumpuan yang dipegang mempunyai
nilai yang lebih tinggi daripada tumpuan yang disentuh:
a. Tumpuan yang dipegang akan diberikan ketinggian tumpuan tersebut tanpa
tanda.
b. Tumpuan yang disentuh akan diberikan ketinggian tumpuan tersebut dengan
tanda minus (-)
c. Tumpuan yang dipegang dan kemudian suatu gerakan pemanjatan dilakukan
dengan tujuan untuk menambah ketinggian tumpuan yang dipegang dan satu
tanda plus (+).
d. Adalah kewenangan Category Judge untuk menentukan nilai tumpuan yang
dicapai oleh seorang atlit.
4.7.4 Jika atlit menyentuh tumpuan selain dari yang telah ditentukan oleh Chief
Routesetter, tumpuan ini tidak dianggap sebagai ketinggian maksimum (dalam
kasus bagian traverse atau roof pada jalur, jarak terjauh) yang dicapai oleh atlit.
4.7.5 Hanya bagian yang bisa digunakan untuk pemanjatan yang akan dinilai untuk
menentukan hasil yang dicapai oleh atlit.
38
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.7.6 Jika atlit memegang quickdraw terakhir sebelum tali dikaitkan secara aman ke
karabiner pada titik pengamanan terakhir, hal ini akan dianggap sebagai bantuan
tambahan dan pemanjatan akan dihentikan serta diukur sesuai dengan bagian 4.7.1
dan 4.7.3
39
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
40
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
5.1 UMUM.
5.1.1 Peraturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Peraturan Umum Kompetisi
5.1.2 Multipitch adalah kategori yang merupakan bagian dari kategori Lead dan mengadopsi
sistem prosedur pemanjatan dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua)
pitch, yang selanjutnya dinyatakan dengan P1 untuk pitch 1 dan P2 untuk pitch 2, yang
dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan
dengan waktu dan prosedur yang telah ditentukan.
5.1.3 Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20
(dua puluh) meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi
standar untuk digunakan nomor kompetisi ini.
5.1.4 Kategori Multipitch terdiri dari:
a. Beregu putra dan beregu putri.
b. Beregu campuran.
5.1.5 Suatu nomor kompetisi Beregu-Multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu
yang mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
5.1.6 Nomor Beregu Multipitch terdiri dari 2 (dua) babak:
a. Babak Semi Final
b. Babak Final
41
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
42
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
5.5 PENILAIAN
5.5.1 Nilai Max 2 Top.
Jika C1 telah melakukan pemanjatan sesuai dengan aturan dan memegang tumpuan
terakhir, kemudian memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai,
dan memegang tanda/bel sebagai tanda akhir pemanjatan.
5.5.2 Top 1 + Nilai.
Jika C2 melakukan prosedur pengamanan pada P2 yang sama seperti yang dilakukan
pemanjat pertama di P1 dan C1 tidak sampai P2.
5.5.3 Pitch 1 + Nilai.
Jika C1 dinyatakan telah sampai di akhir P1, dan sudah memasang pengaman sesuai
dengan prosedur. Selanjutnya C2 telah melakukan pemanjatan dan tidak sampai di akhir
P2.
5.5.4 Minimal Nilai Pemanjatan.
Jika C1 jatuh dan tidak sampai ke akhir P1.
43
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
masih mempunyai nilai yang sama maka penentuan pemenang akan ditentukan dengan
melihat catatan waktu terbaik.
44
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6 BOULDER
6.1 UMUM
6.1.1 Aturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Aturan Umum Kompetisi.
6.1.2 Kompetisi Boulders terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek yang disebut
boulder. Semua boulder harus dipanjat tanpa tali pengaman. Jumlah tumpuan pada
tiap boulder harus paling banyak 12 (dua belas) dan jumlah rata-rata tumpuan untuk
semua boulder rata-rata antara 4 (empat) sampai 8 (delapan) dalam satu babak.
6.1.3 Seluruh boulder pada kompetisi Boulder harus diamankan dengan matras landasan
jatuh. Menjadi tanggung jawab pembuat jalur untuk menentukan jumlah dan karakter
dari boulder sesuai dengan ukuran dan posisi matras, jika beberapa matras/landasan
jatuh digabungkan, maka harus ditutup sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan
atlit jatuh diantaranya.
6.1.4 Kompetisi Boulder terdiri atas 3 (tiga) babak, yaitu babak Kualifikasi, Semi-Final dan
babak Final. Jika kejadian kahar (force majeur), jumlah babak dalam kompetisi dapat
dikurangi menjadi hanya 2 (dua) babak. Jika suatu babak dibatalkan, maka hasil dari
babak sebelumnya akan diperhitungkan sebagai nilai akhir untuk menentukan rangking
atlit .
6.1.5 Babak Semi-Final dan Final harus dilakukan pada hari yang sama. Harus ada jeda
waktu minimal 2 (dua) jam antara akhir babak Semi-Final dan awal babak Final. Ruang
isolasi ditutup paling lambat 1 (satu) jam sebelum babak Final dimulai.
6.1.6 Jumlah boulder dalam babak Kualifikasi 5 (lima) dan jumlah boulder pada babak Semi-
Final dan babak Final 4 (empat). Jika kejadian kahar (force majeur). Jumlah boulder
dapat dikurangi atas kebijakan Jury President.
6.1.7 Demi alasan keselamatan, boulder harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian
tubuh atlit yang terbawah harus tidak lebih tinggi dari 3 (tiga) meter di atas matras
landasan jatuh.
6.1.8 Juga demi alasan keselamatan, boulder tidak dirancang untuk memungkinkan atlit
meloncat ke kebawah (downward jumps).
6.1.9 Wasit pada setiap boulder terdiri dari seorang juri dan satu orang asisten, salah
satunya harus pemegang kualifikasi nasional.
6.1.10 Setiap boulder harus mempunyai posisi start yang sudah ditentukan dimana semua
usaha pemanjatan harus dimulai. Posisi untuk start ini setidaknya posisi yang tetap
dan diberi tanda untuk kedua tangan, serta posisi yang tetap dan ditandai untuk salah
satu atau kedua kaki. Posisi start ini harus ditandai dengan jelas, dan tanda tersebut
harus dibuat sama untuk setiap boulder. Warna yang digunakan harus berbeda dengan
warna yang digunakan untuk menandai tumpuan bonus serta pembatas yang
dimaksud dalam Pasal 3.2.3. Atas keputusan Chief Routesetter, tumpuan start yang
sudah ditentukan diberi label/tulisan kiri dan kanan.
6.1.11 Nilai bonus diberikan untuk penggunaan tumpuan tertentu pada boulder. Penempatan
tumpuan bonus ditentukan oleh Chief Routesetter. Tumpuan ini harus ditandai dengan
jelas, dan digunakan warna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk
menandai tumpuan start dan finish (top). Nilai bonus akan diberikan kepada pemanjat
yang dapat menyelesaikan pemanjatan (top) walau tanpa memegang point bonus.
45
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6.1.12 Tumpuan akhir (top point) harus diberi tanda dengan warna yang sama dengan
tumpuan start.
6.1.13 Pemanjatan boulder dinyatakan berhasil jika atlit berhasil memegang tumpuan akhir
(top) dengan kedua tangan dengan sempurna.
6.1.14 Tanda yang dimaksud dalam ayat 6.1.10, 6.1.11 dan 6.1.12 akan selalu sama
selama kejuaraan/kompetisi berlangsung. Suatu contoh penandaan yang digunakan
harus ditempatkan pada dinding pemanasan di zona isolasi.
6.1.15 Agar penonton dapat melihat dengan jelas, sebaiknya konstruksi boulder di letakkan
pada posisi yang lebih tinggi dari lantai dan dapat terlihat dari berbagai posisi
dengan jelas.
6.1.16 Babak Final untuk Putra dan Putri harus dilaksanakan secara bersamaan.
6.2 OBSERVASI
6.2.1 Tidak ada waktu observasi tersendiri untuk kompetisi Boulder karena waktu
observasi merupakan bagian dari waktu yang disediakan untuk melakukan
pemanjatan pada boulder.
6.2.2 Atlit harus tetap berada pada zona observasi yang telah ditentukan selama periode
observasi.
6.2.3 Atlit tidak diijinkan untuk melakukan pemanjatan atau berdiri menggunakan alat
bantu. Atlit tidak boleh berkomunikasi dengan cara apapun dengan orang lain diluar
area observasi. Atlit hanya boleh meminta penjelasan kepada Jury President,
Category Judge, Juri atau asisten Juri pada masing-masing boulder. Menyentuh
tumpuan dengan tangan atau kaki, atau bagian lain dari dinding (termasuk chalking
hold - menambah ketebalan bubuk magnesium pada tumpuan) atau memberi tanda
tambahan selama observasi dapat dihitung sebagai 1 (satu) kali usaha pemanjatan
pada boulder.
6.2.4 Pada babak Final waktu observasi adalah 2 menit.
46
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6.3.4 Pada babak Final setiap boulder harus dipanjat oleh semua atlit sesuai dengan
urutan start masing-masing sebelum melanjutkan ke boulder berikutnya.
6.3.5 Waktu rotasi untuk babak final adalah 4 (empat) menit. Jika sebelum 4 (empat)
menit atlit telah menyelesaikan pemanjatannya, atlit tersebut akan segera ke Zona
Isolasi terpisah dari atlit yang belum menyelesaikan pemanjatan, dan atlit
berikutnya segera melakukan pemanjatan pada boulder tersebut. Fasilitas
pemanasan harus disediakan di ruang isolasi terpisah.
6.3.6 Jika semua atlit telah menyelesaikan boulder pertama pada babak Final, mereka
semua bergerak menuju boulder kedua. Prosedur yang sama dilakukan untuk dua
boulder lainnya.
6.3.7 Suatu pemanjatan pada boulder dianggap telah mulai dilakukan ketika semua
anggota tubuh atlit telah meninggalkan matras landasan jatuh.
6.3.8 Awal dan akhir setiap waktu rotasi diumumkan dengan jelas dan tegas. Satu menit
tersisa dari waktu rotasi akan diinformasikan dengan tanda yang lain. Tanda yang
dipakai akan disepakati pada Technical Meeting dan akan diinformasikan kepada atlit
sebelum suatu babak dimulai.
6.3.9 Semua tumpuan harus dibersihkan oleh juri atau asisten juri sebelum atlit memulai
usaha pemanjatan pertamanya pada suatu boulder. Atlit boleh meminta tumpuan
untuk dibersihkan sebelum melakukan pemanjatan pada boulder, pembersihan atas
permintaan atlit tidak mengubah kuota waktu pemanjatan yang dimilikinya. Sikat
atau alat lainnya dapat digunakan oleh atlit untuk membersihkan tumpuan yang
dapat diraih dari lantai/dasar. Hanya sikat atau bahan lain yang disediakan
penyelenggara pada setiap boulder yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
6.3.10 Penggunaan bahan lain selain chalk (bubuk magnesium) hanya dapat dilakukan bila
mendapat ijin dari Jury President.
6.3.11 Suatu usaha pemanjatan (attempt) dinilai berhasil jika tumpuan akhir (top) dipegang
kedua tangan dan Juri/wasit menyatakan “OK” ( dengan suara atau tanda lainnya).
6.3.12 Suatu usaha pemanjatan dianggap selesai ketika atlit kembali menyentuh lantai
dasar/matras, atau telah berakhirnya waktu rotasi (rotation time).
6.3.13 Atlit akan dihentikan jika ia melampaui batas boulder atau menggunakan tumpuan
yang dilarang untuk digunakan. Jika rotasi waktu masih tersisa, atlit dapat
melakukan usaha pemanjatan boulder lagi.
47
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a. Jika atlit memilih untuk melanjutkan maka insiden teknis diakhiri dan tidak
ada protes untuk itu.
b. Jika atlit memilih untuk tidak melanjutkan pemanjatannya dalam periode
pemanjatan (rotation period) yang berjalan, maka atlit dapat melakukan
pemanjatan setelah suatu babak kompetisi berakhir. Dalam hal ini Jury
President akan memutuskan kapan waktu lowong yang tersedia, sehingga atlit
yang mengalami insiden melanjutkan pemanjatan pada boulder dimana
insiden teknis terjadi. Atlit mempunyai waktu sesuai sisa waktu saat insiden
teknis terjadi, dengan minimum 2 (dua) menit.
6.4.3 Pada babak Kualifikasi atau Semi-Final, jika insiden teknis tidak dapat diperbaiki
sebelum rotasi waktu berakhir. Pada saat tanda diumumkan akhir rotasi waktu,
babak dihentikan untuk atlit yang mengalami insiden teknis, juga bagi seluruh atlit
boulder sebelumnya. Bagi atlit lainnya, babak dilanjutkan. Setelah perbaikan
selesai, atlit yang mengalami insiden teknis diijinkan untuk melanjutkan pemanjatan
dengan waktu sisa saat terjadi insiden, dengan minimum 2 (dua) menit dalam waktu
rotasi. Setelah waktu ini, kompetisi dimulai lagi dengan tanda waktu rotasi
bersamaan untuk semua atlit .
6.4.4 Jika insiden teknis terjadi pada babak Final, atlit yang mengalami insiden teknis
harus kembali masuk ke Zona Isolasi sambil menunggu perbaikan. Jika perbaikan
telah selesai dilakukan, atlit tersebut kembali melakukan pemanjatan. Atlit
mempunyai waktu tersisa setelah mengalami insiden teknis minimal 2 (dua) menit.
6.4.5 Jika insiden teknis terjadi, usaha pemanjatan pertama yang dilakukan oleh atlit yang
mengalami insiden teknis pada boulder yang sama setelah pemanjatan yang
mengakibatkan insiden teknis, dihitung sebagai kelanjutan dari usaha pemanjatan
sebelumnya.
48
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
pemanjatan harus dilakukan 40 (empatpuluh) detik setelah tanda start. Hasil dari
masing-masing atlit akan dinilai menurut Pasal 4.7 Peraturan Kompetisi Lead.
6.5.5 Setelah atlit melakukan pemanjatan, dilakukan pemeringkatan, jika beberapa atlit
berhasil mencapai tumpuan top, maka diputuskan mempunyai peringkat - sama dan
peringkat akhir diumumkan.
6.5.6 Jika tidak seorangpun mencapai tumpuan top, dan jika masih ada peringkat - sama
pada urutan pertama, para atlit ini harus melakukan pemanjatan lagi dengan cara
yang sama hingga para atlit tersebut dapat dipisahkan rangkingnya, pemanjatan
untuk memisahkan peringkat- sama ini boleh dilakukan paling banyak 6 (enam) kali
pemanjatan pada jalur-masalah yang berbeda. Jika peringkat-sama masih tetap
terjadi pada akhir Super Final, maka para atlit tersebut dibiarkan mempunyai
peringkat-sama.
49
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
50
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7 SPEED
7.1 UMUM
7.1.1 Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Bab 3, Peraturan Umum.
7.1.2 Kompetisi speed pada dasarnya terdiri atas babak Kualifikasi dan babak Final.
7.1.3 Kompetisi kategori Speed dapat dilakukan pada:
a. Format klasik yang terdiri atas:
i. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta
feature (bentang penampang) dan tingkat kesulitan (grade) yang mirip
(Format A).
ii. 4 (empat) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan, feature, rancangan
dan tingkat kesulitan (grade) yang identik (Format B).
b. Format World Record dengan 2 (dua) jalur pemanjatan atau lebih dengan
panjang dan lebar lintasan, feature, rancangan jalur serta grade yang tetap.
7.1.4 Untuk format Klasik setiap peserta melakukan pemanjatan di dua jalur untuk setiap
heat-nya, dan untuk format World Record setiap peserta hanya memanjat sekali
untuk setiap heat-nya,
Untuk format World Record biasanya menggunakan sistim flash
7.1.5 Ketinggian yang direkomendasikan antara 15 – 21 meter dengan panjang overhang
maksimal 5 meter. Jika dalam jalur pemanjatan terdapat roof, panjangnya tidak lebih
dari 1 meter.
7.2 JALUR
7.2.1 Jalur pemanjatan kategori speed untuk semua babak harus dibuat dengan tingkat
kesulitan (grade) yang hampir sama untuk semua jalur yang dipakai pada suatu
babak kompetisi, tidak dibenarkan jalur yang memiliki tingkat kesulitan yang jauh
antara jalur satu dengan jalur lainnya pada suatu babak kompetisi.
7.2.2 Jika babak Kualifikasi dan babak putaran-Final dilaksanakan:
a. Pada hari yang sama: jalur-jalur untuk kedua babak sama.
b. Pada hari yang berbeda: jalur-jalur untuk masing-masing babak harus
berbeda. Para atlit akan diberitahu mengenai hal tersebut.
7.2.3 Ketinggian sebuah jalur antara 15 - 21 meter, dengan panjang total overhang tidak
lebih dari 5 (lima) meter. Apabila jalur mempunyai roof, panjang roof tidak lebih dari
1 meter.
7.2.4 Ketinggian dan konstruksi Jalur Rekor Dunia Speed, panjang lintasan 15 (lima belas)
meter dengan kemiringan (overhang) 5º (lima) derajat. Untuk Ketentuan mengenai
dimensi dan material dinding panjat speed rekor sesuai Pasal 7.12.
Jalur format World Record terdiri dari :
a) 10 meter untuk laki - laki dan wanita.
b) 15 meter untuk laki-laki dan wanita.
51
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.3 KESELAMATAN/SAFETY
7.3.1 Atlit melakukan pemanjatan pada semua jalur secara top-rope di-belay dari bawah
dengan body-belay.
7.3.2 Top rope harus melalui dua titik pengaman (protection point) yang terpisah, dimana
masing-masing protection point terdiri dari satu cincin kait berkunci (Screwgate
Carabiner) ke titik pengaman (protection point) dengan quickdraw sling dan Maillon
Rapide 8 mm atau 10mm, yang sesuai dengan spesifikasi pabrik.
7.3.3 Konstruksi Pengaman: Titik pengaman (protection point) top-rope harus dipasang
pada batang kontruksi besi yang dibuat khusus untuk itu pada konstruksi dinding
panjat dengan pengamanan back up yang memadai.
7.3.4 Posisi dari protection point terakhir sebaiknya diatas tombol finish (tombol alat
pengatur tanda selesai pemanjatan) pada suatu jalur.
7.3.5 Posisi dari protection point harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membantu,
menghalangi maupun membahayakan atlit selama melakukan pemanjatan suatu
jalur.
7.3.6 Tali untuk memanjat harus dihubungkan dengan harness atlit dengan:
a. Simpul figure of eight atau,
b. screwgate karabiner yang telah tersimpul dengan baik, atau dengan
menggunakan dua screwgate karabiner dalam posisi berlawanan (opposition).
7.3.7 Setiap tali dikendalikan oleh dua orang belayer. Belayer harus menempatkan diri di
bawah dinding panjat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat
kejatuhan tumpuan (hold) atau peralatan lain yang mungkin terjadi selama
pemanjatan. Selama atlit melakukan usaha pemanjatan suatu jalur, belayer harus
memusatkan perhatian terhadap pergerakan atlit untuk menjamin:
a. Bahwa pergerakan atlit tidak terhalangi dengan cara apapun oleh tali yang
terlalu ketat atau yang terlalu longgar.
b. Kemungkinan jatuh harus terjadi dengan aman.
c. Atlit tidak mengalami jatuh terlalu jauh atau terlalu deras.
d. Perhatian lebih harus diberikan, sehingga jatuhnya atlit tidak membuatnya
cedera karena menimpa bagian pinggir atau bagian lain dari dinding panjat.
7.3.8 Setelah atlit menyelesaikan jalur pemanjatan atau setelah terjatuh, atlit harus
diturunkan ke dasar/lantai.
Perhatian harus tetap dilakukan untuk menjamin bahwa atlit tidak akan
menimpa/menginjak peralatan yang ada di dasar lantai.
7.3.9 Semua perlengkapan (karabiner, quickdraw, hanger dll) yang tidak diperlukan harus
disingkirkan dari jalur pemanjatan.
7.3.10 Jalur-jalur pemanjatan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga atlit tidak bisa
saling menganggu satu dengan lainnya. Jika axis (sumbu/garis tengah) dari jalur
tidak tegak lurus, maka harus dibuat dengan arah berlawanan.
52
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
53
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.6.3 Laporan hasil kompetisi pada setiap babak dan akhir kompetisi pada semua jalur dan
babak kompetisi sesuai format pada Lampiran 7 - 9.
54
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
1 1 16
2 8 9
3 4 13
4 5 12
5 2 15
6 7 10
7 3 14
8 6 11
1 1 8
2 4 5
3 2 7
4 3 6
1 1 4
2 2 3
Urutan pemanjatan dalam babak final ditunjukkan dalam skema pada Gambar 1
dibawah: (lihat halaman selanjutnya)
Gambar 1: Skema 1 – Jika babak final melibatkan 16 atlit
55
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Gambar 1
Bagan urutan dalam babak final dengan melibatkan 16, 8 dan 4 atlit . (Huruf Roman
tertulis menunjukkan rangking akhir dari atlit).
56
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
57
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Jumlah Atlit
Jumlah Heat
pemanjatan
1-4 1
5-8 2
9-12 3
13-16 4
17-20 5
21-24 6
25 – 28 7
29 -32 8
dst dst
Jumlah atlit pada setiap heat pemanjatan ditentukan sedemikian rupa, sehingga
jumlah pemanjatan relatif sama antara heat pemanjatan yang satu dengan heat
pemanjatan lainnya.
Jika hanya terdapat 4 (empat) atlit atau kurang yang terdaftar pada kategori
tersebut, maka tidak ada babak kualifikasi.
7.8.2 Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi harus dipersiapkan sesuai dengan
prosedur berikut:
a. Urutan pemanjatan (seeding list) atlit ditentukan berdasarkan Peringkat
Nasional FPTI terbaru, atlit yang terdaftar tapi mempunyai peringkat paling
rendah di beri nomor urutan pertama, demikian seterusnya. Atlit yang tidak
masuk dalam Peringkat Nasional FPTI akan ditambahkan ke dalam setiap heat
pemanjatan secara acak (random).
b. Atlit kemudian ditempatkan pada heat pemanjatan dengan urutan
pemisahan/pemanjatan secara zig–zag.
c. Proses pemanjatan antar-Heat pemanjatan pemanjatan harus di gambar
dalam bentuk bagan.
d. Pada saat pemanjatan, atlit dengan peringkat lebih baik berada di bagian
dalam.
7.8.3 Jumlah atlit yang berhak masuk ke putaran Final:
a. Jika jumlah atlit yang terdaftar adalah 16 (enam belas) atau lebih, maka 16
atlit berhak ikut dalam putaran Final.
b. Jika jumlah atlit yang terdaftar adalah 8 (delapan) dan 15 (lima belas), maka
8 (delapan) atlit berhak ikut dalam putaran Final.
c. Jika jumlah atlit yang terdaftar antara 5 (lima) dan 7 (tujuh), maka 4 atlit
berhak ikut dalam putaran Final.
58
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.8.4 Semua pemenang pada setiap heat pemanjatan dalam babak Kualifikasi berhak maju
ke babak putaran Final.
Sisa tempat babak Final akan diisi oleh atlit yang mempunyai catatan waktu
tercepat diantara atlit yang masih ada. Jika dua atau lebih atlit mempunyai
peringkat yang sama atau berhak maju ke babak putaran Final, maka akan diadakan
heat pemanjatan antara atlit tersebut sampai diantara mereka sampai memperoleh
hasil berbeda.
Jika terdapat lebih dari 16 heat pemanjatan dalam babak Kualifikasi, maka 16 atlit
dengan catatan waktu terbaik yang berhak maju ke babak putaran Final.
7.8.5 Jika atlit gagal menyelesaikan pemanjatannya pada suatu jalur dalam babak
Kualifikasi, maka atlit tersebut tersisih dan ditempatkan pada posisi yang terakhir.
7.8.6 Babak putaran Final terdiri dari: babak per-empat Final, Semi Final, dan babak Final.
Setiap babak terdiri atas satu atau beberapa heat pemanjatan tergantung jumlah
atlit yang berhak ikut babak putaran Final seperti yang ditunjukkan ayat 7.8.1.
diatas.
7.8.7 Urutan pemanjatan pada babak pertama dalam babak putaran Final harus disiapkan
sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
a. Daftar urutan pemanjatan (seeding list) untuk setiap atlit terbaik pada babak
kualifikasi dan diatur sesuai dengan hasil yang dicapai masing-masing atlit
pada babak Kualifikasi, atlit yang lolos Kualifikasi dengan catatan waktu
paling lambat diberi urutan pemanjatan pertama, diikuti oleh atlit terbaik
berikutnya sesuai dengan catatan waktu mereka pada babak Kualifikasi.
b. Semua atlit ditempatkan dalam heat pemanjatan dengan urutan pemisahan
(seeding list) secara zig –zag dengan cara seperti dibawah ini:
B 2 9 12 19
C 3 8 13 18
7 17
D 4 14
5 15
E 6 16
c. Jika ada beberapa atlit yang gagal menyelesaikan pemanjatannya pada babak
Kualifikasi, babak putaran Final akan diikuti jumlah atlit yang lebih sedikit.
Namun urutan pemanjatan untuk atlit yang berhak mengikuti babak putaran
Final tidak berubah.
d. Pada saat pemanjatan, atlit dengan peringkat lebih baik berada di bagian
dalam.
59
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.8.8 Pada babak putaran Final, dua atlit yang dapat menyelesaikan pemanjatannya
dengan waktu tercepat dalam setiap heat pemanjatan berhak maju ke babak
berikutnya pada babak putaran Final. Atlit lainnya akan dirangking sesuai dengan
catatan waktu yang diperoleh dalam babak putaran Final yang telah diikutinya.
7.8.9 Atlit yang berhak masuk ke babak Semi-Final dari heat pemanjatan A pada babak
per-empat Final akan ditempatkan dalam heat pemanjatan sama pada babak Semi-
Final dengan atlit yang lolos dari heat pemanjatan D, dan atlit yang berhak masuk
ke babak Semi-Final dari heat pemanjatan B di babak per-empat Final akan
ditempatkan pada tempat yang sama dalam heat pemanjatan babak Semi-Final
dengan atlit yang lolos dari heat pemanjatan C.
7.8.10 Atlit pada heat pemanjatan terakhir (final heat) dalam babak putaran Final akan
diperingkatkan sesuai dengan catatan waktu yang diperolehnya pada heat
pemanjatan Babak Final.
7.8.11 Jika atlit gagal untuk menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak putaran Final,
maka atlit tersebut akan diperingkatkan pada posisi terakhir pada babak putaran
Final, dan tersisih dari semua heat pemanjatan yang berikutnya.
7.8.12 Jika dua atlit atau lebih mempunyai catatan waktu yang sama pada heat
pemanjatan terakhir (final heat) pada babak Final, pemenang akan ditentukan
dengan dengan melakukan satu atau beberapa heat pemanjatan tambahan diantara
atlit yang mempunyai catatan waktu sama sampai diperoleh hasil yang berbeda
diantara mereka.
7.8.13 Jika dua atau lebih atlit mempunyai catatan waktu yang sama pada heat
pemanjatan lainnya dalam babak putaran Final, maka peringkat atlit-atlit tersebut
ditentukan berdasarkan hasil yang mereka raih pada pemanjatan sebelumnya dalam
babak putaran Final, atau jika pada babak pertama dalam babak putaran Final
ditentukan oleh catatan waktu mereka pada babak Kualifikasi. Jika tetap sama,
digunakan babak sebelumnya secara berturut-turut akan dihitung dengan prosedur
countback.
Bagan 16 Atlit – Babak Per-empat Final
Heat Peringkat Kualifikasi
Pemanjatan
1
A 10 11
B 2 9 12 19
C 3 8 13 18
17
D 4 7 14
E 5 6 15 16
60
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
A 1 2 3 4
61
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Semua instruksi lisan yang diberikan harus diberikan dengan keras dan dapat
didengar dengan jelas.
7.10.4 Penempatan tanda/signal start harus berjarak sama jauhnya dari kedua atau semua
atlit yang akan melakukan pemanjatan.
7.10.5 Ketika Category Judge memberikan tanda atau instruksi untuk start, harus dipastikan
tidak ada keributan atau gangguan apapun yang bisa mengganggu atlit atau wasit
untuk mendengar tanda untuk start.
7.10.6 Jika terjadi kesalahan start (false start), Category Judge akan menghentikan
pemanjatan kedua atlit secepatnya. Instruksi ini harus diberikan dengan keras dan
jelas terdengar. Atlit yang melakukan 2 kali kesalahan start akan dinyatakan
tersisih.
7.10.7 Setelah sampai pada akhir jalur, atlit harus menghentikan pencatat waktunya
dengan menekan tombol pencatat waktu menggunakan tangannya.
7.10.8 Setelah berhasil menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur dalam babak
kualifikasi, atlit harus kembali ke zona isolasi terpisah sampai Category Judge
memerintahkan mereka untuk meninggalkan zona tersebut.
7.10.9 Jika suatu heat pemanjatan dalam babak putaran Final sudah diselesaikan, harus
diperhatikan beberapa prosedur berikut:
a. Ketika format Klasik yang diterapkan, atlit yang berhak masuk ke heat
pemanjatan berikutnya harus menuju ke zona isolasi terpisah.
b. Ketika format World Record yang diterapkan, semua atlit yang dapat
menyelesaikan jalur pemanjatannya harus menuju ke zona isolasi terpisah.
62
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
yang tidak terjadi insiden teknis, dan pada atlit yang tetap harus menyelesaikan
usaha pemanjatan pada jalur pemanjatan lainnya.
7.11.5 Diberikan waktu jeda minimal 5 (lima) menit untuk atlit yang mengalami technical
incident.
63
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
64
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
8 SPEED – ESTAFET
8.1 UMUM
8.1.1 Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Bab 3, Peraturan Umum.
8.1.2 Speed Estafet adalah sebuah kompetisi kecepatan yang dilakukan oleh 4 (empat)
atlit yang tergabung dalam sebuah regu yang melakukan pemanjatan secara estafet
atau berantai dimana suatu akan berhadapan dengan regu lain dalam suatu babak.
8.1.3 Speed Estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet campuran.
a. Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.
b. Suatu nomor kompetisi beregu estafet hanya dapat dilaksanakan, jika jumlah
regu yang mendaftar minimal adalah 6 (enam) regu .
c. Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.
8.1.4 Speed Estafet dapat dipertandingkan jika jumlah regu yang terdaftar adalah paling
sedikit 6 (enam) regu.
8.1.5 Speed Estafet terdiri dari dua kelompok jalur, yang terbagi menjadi Kelompok jalur
dan kelompok jalur B dimana masing-masing kelompok jalur terdiri dari 4 (empat)
jalur. Kelompok jalur A akan identik dengan kelompok Jalur B.
8.1.6 Masing-masing regu akan melakukan pemanjatan pada kedua kelompok jalur
tersebut, catatan waktu pemanjatan masing-masing regu akan diambil waktu
pemanjatan terbaik terbaik diantara kedua kelompok jalur tersebut.
65
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
8.3.2 Setiap Regu akan melakukan 2 (dua) kali usaha pemanjatan, yaitu pemanjatan pada
Kelompok Jalur–A dan Kelompok Jalur–B.
8.3.3 Prosedur Pemanjat Speed – Estafet adalah sebagai berikut:
a. Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing-masing pada
Kelompok Jalur–A dan regu yang lain pada Kelompok Jalur–B, urutan
pemanjatan masing-masing regu pada tiap Kelompok Jalur sesuai dengan
urutan yang dibuat oleh manajer tim.
b. Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan segera
melakukan pemanjatan setelah aba-aba start disampaikan.
c. Jika terjadi kesalahan start pada atlit pertama pada suatu regu, maka atlit
yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang
diantara kedua regu. Jika terjadi dua kali kesalahan start maka suatu regu
akan didiskualifikasi.
d. Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda akhir (finish) jalur
pemanjatan, ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish
berwarna merah dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna
hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan pemanjatan di jalur
kedua.
e. Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan,
ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah
dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal
suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan pemanjatan di jalur ketiga.
f. Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan,
ditandai dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah
dan di start pada jalur ke 2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal
suara (bel), atlit keempat mulai melakukan pemanjatan di jalur keempat.
g. Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat waktu
sebagai tanda akhir dari pemanjatan beregu-estafet.
h. Setelah masing-masing regu menyelesaikan pemanjatan pada suatu kelompok
jalur (A atau B), maka kedua regu akan bertukar tempat, dan prosedur yang
sama akan diterapkan pada usaha pemanjatan pada kelompok jalur yang lain.
8.3.4 Suatu regu dinyatakan gugur apabila:
a. Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan pemanjatan
sementara atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya belum menyelesaikan
pemanjatan (mencuri start pada jalur berikutnya).
Jika terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan mengangkat
tangan.
b. Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.
8.3.5 Jika terjadi insiden teknis pada salah satu regu, maka pemanjatan regu tersebut
akan diulang seluruhnya.
66
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
67
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
68
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9.1 PENGERTIAN
9.1.1 Sirkuit Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disebut Sirkuit) merupakan serangkaian
kejuaraan resmi FPTI skala nasional yang terjadwal selama satu tahun.
9.1.2 Sirkuit Panjat Tebing Indonesia terdiri atas:
a. Sirkuit Nasional.
b. Sirkuit Provinsi/Daerah.
9.1.3 Atlit adalah atlit panjat tebing pemegang Kartu Identitas Atlit yang sah dengan
status domisili tetap di suatu provinsi yang direkomendasikan oleh Pengurus Daerah
FPTI dimana atlit tersebut terdaftar.
9.1.4 Badan Sirkuit Nasional adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merencanakan,
mengawasi dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan
Kompetisi dan Sirkuit Panjat tebing Indonesia ditingkat nasional.
9.1.5 Badan Sirkuit Daerah adalah sebuah badan yang dibentuk untuk merencanakan,
mengawasi dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang berhubungan dengan
Kompetisi dan Sirkuit Panjat Tebing Indonesia ditingkat provinsi.
9.1.6 Tugas Badan Sirkuit antara lain:
a. Mempromosikan kegiatan Sirkuit kepada masyarakat.
b. Mengkoordinasikan bidang-bidang teknis dalam FPTI untuk memperlancar
setiap seri Sirkuit.
c. Memastikan bahwa setiap seri Sirkuit dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana.
d. Menyusun dan mempublikasikan daftar peringkat berjalan serta Peringkat
Akhir Nasional pada saat akhir musim Kompetisi.
9.1.7 Penyelenggara adalah susunan kepanitiaan yang memastikan suatu Kejuaraan serta
Sirkuit dapat terlaksana sesuai dengan rencana.
9.1.8 Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat
Tebing Indonesia (PP FPTI) yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis
atas terlaksananya kompetisi pada setiap kejuaraan dan setiap seri Sirkuit yaitu
terdiri dari FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter.
9.2 UMUM
9.2.1 Sirkuit Nasional maksimal digelar sebanyak 6 (enam) seri dalam setahun yang dapat
disebut 1 (satu) musim kompetisi. Terbagi dalam beberapa seri sirkuit dan 1 (satu)
seri Grand Final.
9.2.2 Sirkuit Provinsi maksimal digelar sebanyak 4 (empat) seri dalam setahun yang dapat
disebut 1 (satu) musim kompetisi. Terbagi dalam beberapa seri sirkuit dan 1 (satu)
seri Grand Final.
9.2.3 Seri Sirkuit merupakan Kompetisi resmi bersifat profesional, maka 3 atlit yang
menempati posisi teratas berhak atas hadiah uang dan medali.
69
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9.2.4 Seri Sirkuit merupakan kejuaraan resmi yang dijadikan dasar penghitungan Peringkat
Nasional, atlit yang berada pada peringkat 1- 30 akan memperoleh nilai yang akan
dijadikan dasar penghitungan peringkat nasional.
9.2.5 Nilai tersebut akan diakumulasi dan pada saat musim kompetisi berakhir akan
diumumkan daftar Peringkat Nasional.
9.2.6 Setiap Sirkuit Nasional yang diadakan FPTI harus meliputi nomor-nomor untuk pria
dan perempuan. Tidak ada atlit dibawah umur 16 tahun yang diijinkan untuk
mengikuti Sirkuit Nasional.
70
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
71
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9.8.2 Nilai yang diperoleh atlit setiap selesainya Sirkuit Nasional/Daerah akan
dijumlahkan. Kumpulan nilai akan dihitung ulang setiap selesainya Sirkuit
Nasional/Daerah dan atlit yang mempunyai nilai akan dirangking dari nilai tertinggi
sampai terendah berdasar akumulasi nilai yang diperoleh. Peringkat Sirkuit
Nasional/Daerah untuk Lead, Boulder dan Speed akan dipublikasikan setiap akhir
dari tiap babak pada Sirkuit Nasional/Daerah.
9.9 LAIN-LAIN
9.9.1 Atlit pemegang Kartu ID dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili
tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan sejak memperoleh kartu ID dari
suatu Pengda FPTI tidak diperkenankan mengikuti seri Sirkuit.
9.9.2 Rentang waktu antar seri Sirkuit dalam satu musim (nasional atau daerah) tidak
boleh kurang dari 14 (empat belas hari), kecuali jika dua seri atau lebih dilaksanakan
dalam jarak tidak lebih dari 100 (seratus) kilometer atau 2 (dua) jam perjalanan
darat.
72
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH
(KEJURNAS/KEJURDA) FPTI
10.1 PENDAHULUAN
10.1.1 Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Kejuaraan Daerah (Kejurda) Panjat Tebing FPTI
adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang
tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja
Nasional/Rapat Kerja Daerah FPTI.
10.1.2 Atlit adalah atlit yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI atau Pengurus Cabang
FPTI dimana atlit tersebut adalah pemegang Kartu Identitas Atlit (KIAT) yang syah
di provinsi/kabupaten tersebut. Tidak ada atlit dibawah umur 16 tahun yang diijinkan
untuk mengikuti Kejurnas/Kejurda FPTI.
10.1.3 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan
yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat
FPTI untuk Kejuaraan Nasional, dan terdiri dari unsur-unsur Pengurus Cabang FPTI
tuan rumah dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuaraan Daerah.
10.1.4 Juara umum adalah Pengda FPTI atau Pengcab FPTI yang memperoleh terbanyak
medali terbaik.
74
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10.5.3 Khusus untuk kejuaraan kelas Kelompok Umur akan dilakukan pemeringkatan
berdasarkan Kelompok Umur masing-masing.
10.5.4 Atlit Kelompok Umur tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan Kelas Umum,
pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan atlit tersebut tidak berhak
lagi mengikuti kejuaraan/Kompetisi maupun Kejuaraan Nasional/Kejuaraan Daerah
Kelompok Umur FPTI sesuai dengan Kelompok Umurnya dan peringkat Kelompok
Umurnya akan dicabut.
75
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Alokasi Atlit
Nomor
No Atlit Inti Atlit
Kompetisi
Semua Pengda Tuan Rumah Cadangan
A Nomor perorangan
A.1 Nomor Peorangan Putra
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulder 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
A.2 Nomor Perorangan Putri
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulder 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
B Nomor Non Perorangan
B.1 Beregu Putra
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.2 Beregu Putri
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.3 Beregu ganda-campuran
1 Lead 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
2 Speed 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
3 Boulder 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
Multipitch (Lead
4 Berantai) 1 pa+1 pi (1 Tim ) 2 pa+2 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
5 Speed Estafet 2 pa+2 pi (1 Tim ) 4 pa+4 pi (2 Tim ) 1 pa + 1 pi
76
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
10.6.2 Atlit Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya
tidak akan ada pengecualian jika atlit inti tidak dapat meneruskan kompetisi.
77
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
78
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
11 KEJUARAAN NASIONAL/DAERAH
(KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK
UMUR
11.1 PENDAHULUAN
11.1.1 Kejuaraan Nasional (Kejurnas) atau Kejuaraan Daerah (Kejurda) FPTI Kelompok
Umur adalah kompetisi panjat tebing untuk kelompok umur tertentu yang
dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya
ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI.
11.1.2 Atlit adalah atlit kelompok umur yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana
atlit tersebut berdomisili.
Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit (KIAT) yang syah dengan status
domisili tetap di provinsi tersebut.
11.1.3 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Penyelenggara, adalah susunan kepanitiaan
yang terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus
Pusat FPTI dan untuk Kejurda terdiri dari unsur Pengurus Daerah FPTI dan
Pengurus Cabang FPTI.
11.1.4 Juara umum adalah Pengda/Pengcab FPTI yang memperoleh terbanyak medali
terbaik.
d. Speed Rekor.
11.3.2 Setiap kategori kompetisi terdiri dari nomor perorangan putra dan perorangan
putri.
11.3.3 Suatu nomor kompetisi pada satu kelompok umur hanya dapat dilaksanakan
secara tersendiri, jika jumlah peserta minimal 6 (enam) atlit. Jika tidak memenuhi
kuota tersebut, maka pelaksanaan kompetisi nomor tersebut digabung dengan
nomor kompetisi kelompok umur lainnya, namun penyusunan peringkat tetap
dilakukan tersendiri berdasarkan kelompok umurnya.
11.6 BOULDER
11.6.1 Kompetisi Boulder, hanya dipertandingkan untuk kelompok umur :
a. Youth B.
b. Youth A.
c. Junior.
11.6.2 Semua kompetisi Boulders dijalankan sesuai dengan Bab 6 Boulder.
80
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
81
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
82
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
12.1 PENDAHULUAN
12.1.1 Kejuaraan Nasional Panjat Tebing Antar Pelajar adalah kompetisi panjat tebing yang
dilaksanakan oleh FPTI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional
(Diknas), Komite Olahraga Nasional (KON) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora) yang diselenggarakan setiap tahun yang tempat dan tanggal
pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Bidang
Pembinan Olahraga Departemen Pendidikan Nasional (BAPOPSI) dan Rapat Kerja
FPTI
12.1.2 Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, yaitu kompetisi yang diikuti oleh siswa/siswi atau
pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menegah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikan.
12.1.3 Kejuaraan Nasional Antar Pelajar diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu:
a. Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS)
b. Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL)
c. Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORJAR/PORSENIJAR)
d. Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten
12.1.4 Atlit adalah siswa/pelajar yang diutus Diknas Kecamatan, Diknas Kabupaten dan
Diknas Propvinsi yang merupakan wakil /atau juara dari setiap jenjang atau tingkat
Kejuaraan antar Pelajar.
12.1.5 Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Tuan Rumah, yang terdiri dari unsur Pengurus
FPTI dan Diknas Kabupaten, Provinsi dan diknas pusat, sesuai dengan tingkat
kejuaraan, yaitu Kejurnas Antar Pelajar, POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR
yang diselenggarakan.
12.1.6 Juara umum adalah Diknas Kecamatan, Kabupaten, dan Diknas Provinsi yang
memperoleh medali terbaik.
83
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
84
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
85
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
86
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13.1 PENGERTIAN
13.1.1 Kedisiplinan adalah ketaatan atau kepatuhan pada Peraturan Kompetisi ini yang
wajib dilaksanakan oleh atlit, ofisial atau manajer tim, Ofisial Kompetisi, dan
penyelenggara Kompetisi.
13.1.2 Zona Kompetisi merupakan bagian dari arena kompetisi yaitu antara lain terdiri dari:
a. Zona Isolasi.
b. Zona Transit (Call Zone).
c. Zona disekitar sarana kompetisi.
d. Dinding Panjat.
Denah lay out zona kompetisi sesuai Lampiran 1. Tata Ruang Kompetisi.
13.1.3 Kompetisi adalah kejuaraan panjat tebing yang mempertandingkan beberapa
kategori dan nomor kompetisi.
13.1.4 Tim Ofisial adalah personal yang mewakili atlit untuk mengurus dan menangani
administrasi dan keperluan atlit selama kejuaraan/kompetisi, tim ofisial bisa terdiri
dari manajer tim, pelatih dan ofisial medis.
13.1.5 Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat Federasi Panjat
Tebing Indonesia PP FPTI yang bertugas dan bertanggung jawab secara teknis atas
terlaksananya kompetisi pada setiap kejuaraan dan setiap seri Sirkuit yaitu terdiri
dari FPTI delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter.
87
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
88
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
89
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
90
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14.1 UMUM
14.1.1 Semua protes dan jawaban atas protes dilakukan secara tertulis menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
14.1.2 Suatu permohonan protes hanya akan diterima jika disertai dengan uang protes
yang telah ditetapkan tersendiri.
91
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c. Melihat rekaman video resmi terbatas hanya untuk Jury President , Category
Judge, Chief Routesetter, FPTI Delegate.
92
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14.7.3 Jika protes diterima, maka biaya tersebut akan dikembalikan kepada manajer tim
(jika tidak ada manajer tim, kepada atlit) yang mengajukan protes. Jika protes
ditolak maka biaya tersebut tidak dikembalikan dan pengelolaan atas biaya protes
tersebut menjadi wewenang Jury President.
93
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
94
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
LAMPIRAN-LAMPIRAN
95
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
96
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 1
97
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 2
98
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
• Diusahakan tingkat kesulitan jalur tidak terlalu jauh diantara ke 8 jalur speed estafet.
99
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 3
FASILITAS ZONA ISOLASI
Dinding pemanasan harus dilengkapi dengan matras, yang harus
Dinding bersambungan.
pemanasan
isolasi – Dinding pemanasan harus mempunyai Hold-hold pilihan yang jenis dan
pembuatnya sama dengan yang dipakai dalam kompetisi.
wajib Ketinggian maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3 m.
(meter), ini diukur dari titik terbawah dari badan.
Dinding
Sebuah dinding pendinginan yang terpisah, yang bisa digunakan oleh
pemanasan
pemanjat setelah mereka selesai melakukan pemanjatan (yaitu, tidak di
isolasi –
dalam zona isolasi) bisa disediakan. Area ini seharusnya dilengkapi
dengan makanan dan minuman dan tidak boleh dimasuki oleh
bebas
publik/orang umum.
Toilet Toilet harus disediakan di zona isolasi, sebagai sebuah kemutlakan
minimal 2 untuk putra dan 2 untuk putri.
100
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Orang lain (seperti: kru TV) hanya diperbolehkan masuk ke zona isolasi
jika ada ijin dari Jury President.
101
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 4
LEMBAR HASIL PEMANJATAN
KATEGORI: Lead
LEAD
WAKTU PEMANJATAN: ………………………..
NILAI DICAPAI: ………………………..
KATEGORI: Boulder
BOULDER
NOMOR JALUR: ……………….
TOP: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI TOP: …………………
BONUS: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI BONUS: ………………..
KATEGORI : Kecepatan
SPEED - FORMAT A
CATATAN WAKTU:
JALUR-A: …………………….
JALUR-B: …………………….
SPEED RECORD
CATATAN WAKTU:
JALUR-A: ………………………….
JALUR-B: ………………………….
SPEED – FORMAT B
CATATAN WAKTU: ………………………..
Category Judge:
102
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 5
Isilah tabulasi setiap kali atlit menyentuh bagian dinding boulders, bukan saat atlit meninggalkan
matras (bukan setiap atlit jatuh). Hal ini yang disebut sebagai usaha-pemanjatan (attemp), dan
jika atlit berhasil meraih nilai bonus pada attemp ini beri tanda dengan huruf B pada garis tabulasinya.
Jika atlit berhasil meraih Tumpuan TOP pada usaha-pemanjatan yang dilakukan, pada contoh Jalur-
Masalah 2 dibawah diberikan tanda dengan huruf T pada attemp ke-5.
Jika atlit meraih Tumpuan TOP tanpa menyentuh Tumpuan Bonus, beri tanda dengan huruf B dan T
pada attemp yang dilakukannya.
Setelah waktu rotasi selesai, pastikan atlit membubuhkan paraf di kolom yang disediakan. Jangan
lupa mengisi nama juri di sebelah kanan nomor Jalur-Masalah dan berikan paraf pada kolom yang
tersedia.
Jika jumlah jalur-masalah kurang dari 6, coret tabel yang tidak digunakan.
Selain mengisi lembar ini, Juri juga mengisi bagian yang sesuai Lampiran 13 untuk diserahkan kepada
operator display untuk diumumkan kepada penonton.
103
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 6
LEMBAR HASIL SETIAP BABAK - PROVISIONAL
LEMBAR HASIL
Category Judge
…………………………………………...
104
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 7
LEMBAR HASIL
…………………………………………... ………………………………
105
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 8
Contoh pemeringkatan kompetisi Jalur-pendek
LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK - PROVISIONAL
[Kop surat kompetisi]
Category Judge
……………………………………………………
KETERANGAN
B=1, artinya atlit berhasil meraih Tumpuan Bonus pada usaha pemanjatan (attemp) pertama.
Atlit yang berhasil TOP walaupun tidak menyentuh Tumpuan bonus, otomatis dihitung telah meraih
Tumpuan Bonus (sesuai Pasal 4.1.14).
AB=3, artinya atlit baru berhasil m eraih Tumpuan bonus setelah melakukan 3 kali usaha pemanjatan.
Atlit yang tidak berhasil meraih Tumpuan Bonus maupun TOP pada suatu jalur-masalah otomatis
mempunyai nilai
TOP=0, AT=0, B=0, AB=0 tidak peduli berapa kali pun melakukan usaha pemanjatan.
106
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 9
Nama Nilai/Waktu
No. No. ID Klub Daerah
Lengkap Kualifikasi Semi-final Final Rangking
……………………... …………………………
107
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 10
TOPO JALUR SPEED REKOR
108
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 11
109
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010