You are on page 1of 12

J.

Agrivigor 10(3): 272-283, Mei – Agustus 2011; ISSN 1412-2286

EFEK SISTEM IRIGASI TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN HASIL BUNGA POTONG MAWAR
Effects of irrigation application systems on growth
and yield of cut flower rose
Sri Wuryaningsih1, Y. Nasihin2 dan Y.Sulyo2
E-mail :wuryan_sri@yahoo.co.id
1. Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian
Jl. Salak 22 Bogor
2. Balai Penelitian Tanaman Hias
Jl. Raya Ciherang, Pacet, Cianjur 43253

ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Rumah Plastik Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias dari
Mei sampai dengan Desember 2008. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan acak
kelompok pola petak terbagi (2 x 2) dengan 8 ulangan. Petak utama (A): terdiri atas 2 taraf
irigasi yaitu :I1 = Irigasi berdasarkan pembacaan tensiometer pada taraf -150 hPa dan I2 =
Irigasi berdasarkan pembacaan tensiometer pada taraf -300 hPa. Anak petak 2 cara
pemberian air, yaitu drip menggunakan (a) belalai (spaghetti) dan (b) mikro sprinkler yang
dipasang 1/2 m di atas guludan. Kultivar mawar menggunakan Red Baron yang ditempel
pada batang bawah kultivar Multic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara taraf irigasi
maupun cara pemberian air terhadap tinggi tanaman, diameter batang, panjang tangkai
bunga, diameter kuncup bunga dan panjang ruas. Cara pemberian air mikro sprinkle
menghasilkan produksi bunga nyata lebih banyak dengan vase life lebih lama dibandingkan
dengan cara pemberian air sistem belalai, yaitu masing–masing 52,75 bunga plot-1 dan 12,79
hari. Pada umumnya intensitas embun tepung lebih rendah pada – 300 hPa dengan sistem
belalai.
Kata kunci : Mawar, irigasi, tensiometer, cara pemberian air

ABSTRACH
The research to find out the most efficient of water application method on cut flower rose
cultivation was conducted in bow type plastic house at Indonesia Ornamental Crops
Research Institute from May to December 2008. The experimental design used was
randomized complete block design with split plot pattern (2 x 2) with 8 replications. The
main plot (A) consisted of 2 irrigation levels: I1 = Irrigation based on tensiometer reading at
-150 hPa and I2 = Irrigation based on tensiometer reading at - 300 hPa. As sub plot were 2
water application systems i.e. drip used (a) spaghetti and (b) micro sprinkler which was lied
1/2 m above soil level. Rose cv. Red Baron budded on the rootstock cv. Multic was used .
The result showed that no significantly different between irrigation level and irrigation
system on the parameters of plant growth i.e.: plant height, stem diameter, flower stalk
length, flower buds and node length. Micro sprinklers water application system resulted in
higher flower production and longer vase life than spaghetti system. They were 52, 75
flower plot-1 and 12, 79 days respectively. Powdery mildew intensities was mostly lower at
– 300 hPa level and spaghetti system.
Key words : Ros, Irrigation, tensiometer, water application systems

PENDAHULUAN punyai nilai komersial tinggi. Selain


Mawar merupakan salah satu untuk bunga potong, tanaman mawar
komoditas tanaman hias yang mem- dapat digunakan sebagai tanaman

272
Efek sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil bunga potong mawar

taman, tanaman pot berbunga dan tanah berpasir adalah setiap 2 atau 3
bunga tabur. Kebutuhan setiap tahun hari dengan pupuk nitrogen 380 kg N/
selalu meningkat, terutama pada bulan- ha.
bulan tertentu antara lain pada hari Manajemen irigasi (frekuensi dan
valentin. Menurut Danielson (1991), kuantitas) dalam budidaya tanaman
tanaman mawar memerlukan lingkung- mawar selama tahapan yang berbeda
an yang spesifik untuk mengendalikan dari perkembangan tanaman merupakan
kualitas dan produktivitasnya. Tanaman salah satu faktor yang paling penting
ini jika memungkinkan harus ditanam dalam produksi bunga dan meminimal-
terpisah di dalam satu rumah plastik kan penggunaan air di rumah kaca.
atau areal khusus. Kebutuhan cahaya, Misalnya pada mawar taman, setelah
suhu dan kelembabannya lebih pasti/ pemangkasan kebutuhan penyiraman-
eksak, artinya toleransinya sempit, di- nya tidak perlu sering, karena transpi-
bandingkan dengan kebanyakan tanam- rasinya berkurang.
an hias lain. Disamping itu tanaman Dalam budidaya tanaman mawar
mawar merupakan tanaman yang rakus, di rumah plastik, pengairan harus selalu
dengan demikian apabila ingin pertum- diberikan walaupun musim hujan.
buhan dan produksinya baik, maka Perkiraan kebutuhan air tanaman yang
tanah harus mempunyai persedian tepat adalah merupakan salah satu
unsur-unsur hara yang dibutuhkan. prasyarat dalam pengelolaan tanaman di
Air merupakan salah satu faktor lingkungan terkendali. Petani mawar
penting dalam kontribusinya terhadap harus menyediakan sekitar 60 m3 air per
produksi mawar bunga potong, ter- ha per hari (Anonymous 2000).
utama pada keadaan cuaca panas. Tedjasarwana (2011) melaporkan bahwa
Penggunaan air bulanan pada Jatropha pada bulan kesatu sampai kedua setelah
bervariasi dari 10-20 sampai 140 mm tanam, pengairan dilakukan secara terus
tergantung pada ketersediaan air dan menerus setiap hari satu kali penyiram-
lingkungan tumbuh. Studi ini menunjuk- an. Pengairan dilakukan setiap pagi.
kan bahwa J. curcas (jarak pagar) me- Pada tanaman mawar menjelang dewasa
miliki mekanisme toleransi kekeringan dan seterusnya pengairan tidak hanya
yang baik, namun dalam kondisi ke- dilakukan melalui selang rough drip,
lembaban tanah yang menguntungkan tetapi juga melalui penyemprotan meng-
tanaman jarak bisa menggunakan se- gunakan pipa paralon dan nozzle berupa
jumlah besar air untuk pertumbuhan pengabutan ke seluruh per-tanaman.
dan hasil tinggi (Kesava Rao et al., 2012). Ketersediaan air di dunia makin lama
Hasil penelitian pada tanaman cabe di makin berkurang, sehingga penggunaan-
rumah kaca menunjukkan bahwa per- nya harus dihemat. Lebih jauh lagi, se-
lakuan pengurangan air 75 % dan 50 % bagai akibat persediaan air yang ter-
dari kebutuhan air skala komersial me- batas, karena adanya perubahan iklim
nurunkan massa kering total 7,29- dan meningkatnya persaingan kebutuh-
44,10%. (Shao, Guang-Cheng, et al., an antara penggunaan domestik dan ko-
2008). Selanjutnya untuk meningkatkan mersial, maka rumah kaca dan pem-
efisiensi penggunaan air maka frekuensi bibitan didorong untuk mengurangi
irigasi tetes pada tanaman jagung di jumlah air irigasi.

273
Sri Wuryaningsih, Y. Nasihin dan Y.Sulyo

Penjadwalan kapan dan banyak- lebih, 5) Berdasarkan pembacaan hasil


nya volume air yang diberikan setiap monitoring nampan (pan) evaporasi, 6).
kali pemberian sebaiknya disesuaikan Berdasarkan perbedaan suhu kanopi
dengan yang diambil setiap hari oleh tanaman, 7). Berdasarkan pembacaan
tanah dan kebutuhan tanaman harian pada alat ( Neutron probe, TDR (time
selama musim tanam. Jika terjadi ke- domain reflectrometry) , FDR (Frequency
kurangan maka tanaman akan stress dan domain reflectrometry), Tensiometer,
akan menurunkan hasil serta kualitas Gypsum block dll) , 8) Berdasarkan berat
bunga. Di lain pihak jika kelebihan tanah. Panjang tangkai dan ukuran
selain tidak efisien, tanah akan ke- bunga ternyata sangat sensitif terhadap
kurangan oksigen dan akan berpeluang kadar air tanah, sehingga jika semua
meningkatnya infeksi patogen tanah. faktor mendukung, sebaiknya pengairan
Kalau aplikasinya melalui fertigasi, maka mawar dilakukan pada saat tanah masih
kelebihan pemberian air berpeluang mengandung air dalam jumlah sedang.
terjadinya pencemaran terhadap air Hal ini dapat ditentukan berdasarkan
tanah. Menurut Simonne et al. (2007) ada pembacaan tensiometer antara 100-300
5 tingkat pengelolaan air seperti tertera cm Hg (330 - 1000 hPa). Mengenai
pada Tabel 1. Selanjutnya menurut Glen kelembaban udara yang optimal untuk
(1992); Aldrich & Bartok (1992), pe- produksi tanaman mawar, yaitu 60-80 %.
nentuan periode pemberian air bagi Suhu malam yang terendah, yang
tanaman ada beberapa cara yaitu : 1) dikehendaki, yaitu 60-68 oF ( Durkin
Asal tanaman tidak mati, 2) Perasaan, 3) 1992).
Saat tanaman stress, 4) Pengairan ber-

Tabel 1. Tingkat pengelolaan air dan jadwal pemberian air yang sesuai
Tingkat pengelolaan air Cara pemberian air
0 Ditebak /dikira-kira (diairi kapan saja).

Dengan menggunakan perasaan (tanah sudah kelihatan


1 kering, beberapa tanaman kelihatan stress).
2 Menggunakan pengairan sistematik ( 3 hari sekali dengan 6
liter m-2).
3 Menggunakan alat pengukur tegangan air tanah untuk
menentukan saat pengairan.
Menggunakan alat pengukur tegangan air tanah untuk
4 menentukan saat pengairan dan banyaknya air yang
diberikan berdasarkan kebutuhan (budget).
Pengaturan pemberian air berdasarkan penggunaan oleh
5*) tanaman, dan menggunakan imbangan yang dinamis
berdasarkan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman,
bersamaan dengan menggunaan alat pengukur tegangan air
tanah.
*). Cara yang dianjurkan
Sumber : Simonne et al. (2007)

274
Efek sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil bunga potong mawar

Program komputer untuk pen- utama (A): terdiri atas 2 taraf cara irigasi
jadwalan dan penentuan banyaknya yaitu :
volume air pada tanaman tomat di (1) Irigasi berdasarkan pembacaan ten-
lapangan berdasarkan pembacaan eva- siometer pada taraf 150 hPA
porimeter dengan memasukkan nilai (2) Irigasi berdasarkan pembacaan ten-
yang dikehendaki ke komputer, ber- siometer pada taraf 300 hPA
sama nilai tinggi tanaman. Banyaknya Sebagai anak petak yaitu 2 cara
air yang diberikan (lamanya waktu) pemberian air, yaitu drip menggunakan
disesuaikan dengan stadia pertumbuhan (a) belalai (sphagety) dan (b) mikro
tanaman, populasi dan laju pertambahan sprinkler yang dipasang 1/2 m di atas
air yang diberikan (Passam et al., 1999). guludan.
Tegangan air ditentukan oleh Bahan tanaman ditanam pada
tekstur tanah. Dari hasil penelitian bedengan dengan ukuran 60 cm X 5 m.
sebelumnya pada tanaman krisan (Sulyo Setiap petak terdiri atas 20 tanaman.
et al. 2007) pada tanah andosol KP Lahan diolah dengan menggunakan
Segunung, pembacaan tensiometer 100 cangkul, kemudian dibuat bedengan
hPa, keadaan tanah masih cukup basah. selebar 60 cm. Pipa fertigasi, yaitu PE
Pemberian air 4 x seminggu dengan berdiameter 5/8 inchi dipasang di
volume sama, hasilnya lebih baik diban- tengah baris memanjang sepanjang
dingkan dengan pemberian air 2 x bedengan. Pipa tersebut diberi nozel 3600
seminggu. Untuk tanaman mawar di setiap 1 m, kemudian dihubungkan ke
Indonesia belum ada pedoman pasti pipa utama. Pipa dibuat sedemikian
yang dapat digunakan dalam hal pem- rupa, sehingga berada 1/2 m dari tanah.
berian air nya. Bibit ditanam dengan jarak tanam 30 cm
Berdasarkan hal – hal tersebut x 20 cm. Pemupukan yang diberikan
maka penelitian ini bertujuan men- berupa pupuk dasar yaitu: pupuk
dapatkan metode pemberian air yang kandang setara dengan 30 ton ha-1,
paling efisien pada budidaya mawar pupuk N dalam bentuk Urea sebanyak
bunga potong dengan perkiraan luaran 200 kg ha-1, pupuk P dalam bentuk SP 36
satu teknik pemberian air yang paling sebanyak 300 kg ha-1 dan pupuk K dalam
efisien melalui sistem irigasi yang baik bentuk ZK sebanyak 150 kg ha -1. Pupuk
untuk budidaya tanaman mawar di susulan diberikan bersamaan dengan
rumah plastik pengairan dalam bentuk larutan, melalui
fertigasi yaitu 200 ppm N dan 150 ppm K
BAHAN DAN METODE dalam bentuk KN03 berwarna putih.
Percobaan dilaksanakan di Kebun Penanaman bibit berumur 6 bulan sejak
Percobaan Balai Penelitian Tanaman penempelan. Tanaman dibending sesuai
Hias Segunung pada bulan Mei s/d kebutuhan .
Desember 2008. Rancangan yang diguna- Kultivar mawar yang digunakan
kan yaitu Rancangan acak kelompok yaitu kultivar Red Baron yang ditempel
dengan pola petak terpisah (2 x 2) pada batang bawah Multic. Pada
dengan 8 ulangan yang dilaksanakan di pembacaan yang telah ditentukan ter-
rumah plastik tipe busur (bahan kayu + sebut volume air yang diberikan, yaitu
pipa ledeng) berukuran 300 m2. Petak ditentukan berdasarkan waktu, sehingga

275
Sri Wuryaningsih, Y. Nasihin dan Y.Sulyo

kadar air tanah kembali ke kapasitas ∑(nxv)


lapang. Pipa fertigasi dipasang satu baris I = ---------------------- x 100 %
memanjang sepanjang bedengan. Pipa N x V
tersebut dihubungkan dengan tangki Dimana: I = intensitas serangan embun
penampung air melalui pompa. Peme- tepung (%)
liharaan berupa pengen-dalian hama dan n=jumlah sampel setiap kategori serang-
patogen sesuai ke-butuhan. Pengamatan an
terdiri atas: 1) tinggi tanaman diukur v = nilai skoring
dari permukaan tanah sampai dengan N = jumlah tanaman sampel
ujung tanaman dari sampel yang V = Nilai skoring tertinggi
diambil sebanyak 5 tanaman/plot, 2) Analisis data menggunakan Uji
diameter batang di-ukur di bagian Beda Nyata Jujur 5 % untuk perbedaan
tengah dari tinggi tanaman dari sampel yang nyata dan 1 % untuk yang sangat
yang diambil sebanyak 5 tanaman/plot, nyata.
3) panjang tangkai bunga diukur jarak
dari ujung bunga sampai daun pertama HASIL DAN PEMBAHASAN
pada saat panen dari sampel yang di- Analisis data yang disajikan pada
ambil sebanyak 5 tanaman plot-1, 4) Dia- Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada
meter kuncup bunga diukur dari sampel interaksi antara tegangan air tanah dan
yang diambil sebanyak 5 tanaman plot-1, cara pemberian air. Baik taraf tegangan
5) panjang ruas diukur jarak antara dua air tanah maupun cara pemberian air
buku dari sampel yang di-ambil se- tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
banyak 5 tanaman plot-1, 6). Vase life di- tanaman, diameter batang, panjang tang-
kai bunga dan diameter kuncup bunga.
hitung jumlah hari sejak bunga dipanen
Dengan demikian dapat dikatakan
dan mulai layu dari bunga yang tang-
bahwa pemberian air pada taraf 150 hPa,
kainya direndam dalam botol berisi 200
baik dengan cara pemberian air belalai
ml air biasa dari sampel yang di-ambil
maupun mikro sprinkler sudah cukup
sebanyak 5 tanaman/plot, 7) pro-duksi
untuk pertumbuhan tanaman mawar
bunga dihitung produksi bunga plot-1
kultivar Red Baron. Hasil yang sama
sampai dengan 4 bulan sesudah tanam,
dilaporkan oleh Plaut et al. (1976) yang
dan 8) intensitas serangan embun te-
mencoba pemberian air pada mawar
pung. Gejala serangan embun tepung
dengan 2 s/d 15 kPa (20 s/d 150 hPa).
diamati berdasarkan skoring sebagai
Pepin et al. (2009) melaporkan bahwa
berikut:
tidak ada efek nyata dari dua batas
0 = tidak ada gejala serangan
irigasi (-40 cm dan -100 cm) terhadap
1 = serangan + 10 % dari total daun yang
hasil dan pertumbuhan tanam-an tomat
terserang
yang ditanam dalam rumah kaca, kecuali
2 = serangan 25 % dari total daun yang
untuk diameter batang yang sedikit ber-
terserang
kurang di bawah batas irigasi -100 cm.
3 = serangan 50 % dari total daun yang
Dua sistem irigasi (sistem tetes vs sistem
terserang
kabut) tidak berpengaruh njata terhadap
4 = serangan 75 % dari total daun yang
pertumbuhan tanaman dan biomassa,
terserang
hasil dan kualitas buah, kandungan
5 = seluruh daun sudah menunjukkan
mineral dari buah, daun dan batang.
gejala serangan dihitung berdasarkan
rumus :

276
Efek sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil bunga potong mawar

Tabel 1. Pengaruh taraf dan cara pemberian air pada tinggi tanaman, diameter batang,
panjang tangkai bunga dan diameter kuncup bunga mawar potong kultivar Red
Baron
Tinggi Diameter Panjang Diameter
Perlakuan Tanaman Batang Tangkai Bunga Kuncup Bunga
(cm) (cm) (cm) (cm)
Taraf air (Water Level)

150 h PA 69,88 a 0,74 a 14,43 a 3,50 a

300 h PA 71,36 a 0,70 a 14,35 a 3,73 a

Cara Pemberian Air

Belalai 70,63 k 0,72 k 14,15 k 3,54 k

Mikro sprinkler 70,61 k 0,72 k 14,54 k 3,70 k

Interaksi (Interaction) NS NS NS NS

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berbeda pada
Beda nyata Jujur 5 %.

Vase life bunga potong merupakan tanaman untuk tumbuh, berkem-bang


salah satu parameter yang perlu dan berproduksi. Turner (1993) melapor-
diperhatikan dalam budidaya mawar kan bahwa ketersediaan air yang kurang
bunga potong. Analisis data yang disaji- selama inisiasi bunga memiliki efek pada
kan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas bunga.
baik taraf air maupun cara pemberian- Air yang dapat diserap tanaman
nya berpengaruh nyata terhadap vase adalah air yang berada dalam pori-pori
life bunga mawar potong kultivar Red tanah di lapisan perakaran. Cara pem-
Baron. Vase life dari bunga mawar berian air secara mikro sprinkle adalah
potong kultivar Red Baron pada taraf air sistem irigasi dengan pemancaran yaitu
300 h Pa lebih lama dibandingkan pada memberi tekanan pada air dalam pipa
taraf air 150 h Pa yaitu berturut – turut dan memancarkan ke udara sehingga
12,76 hari dan 12,25 hari. Hal ini diduga menyerupai hujan selanjutnya jatuh
disebabkan oleh ketersediaan air yang pada permukaan tanah. Sedangkan cara
lebih rendah pada taraf air 150 h Pa belalai merupakan sistem irigasi tetes
dibandingkan taraf air 300 h Pa meng- dengan memakai pipa-pipa dan pada
akibatkan kandungan hara dan air yang tempat-tempat tertentu diberi lubang
terserap tanaman dengan pem-berian air untuk jalan keluarnya air me-netes ke
pada taraf 150 hPA lebih rendah se- tanah. Air irigasi yang diguna-kan pada
hingga daya tahan bunga (vase life) percobaan ini mengandung hara yang
bunganya kurang baik diban-dingkan merupakan pupuk susulan dan diberi-
dengan pemberian air pada taraf 300 h kan bersamaan dengan peng-airan
PA. Air merupakan salah satu kom- dalam bentuk larutan, melalui fertigasi
ponen penting yang dibutuhkan oleh yaitu 200 ppm N, dan 150 ppm K dalam

277
Sri Wuryaningsih, Y. Nasihin dan Y.Sulyo

bentuk KN03. Dengan cara pemberian air Taraf air tidak berpengaruh nyata
mikro sprinkel maka tanaman secara terhadap produksi bunga per plot yang
otomatis akan tersiram, sehingga hara diamati sampai dengan 4 bulan sesudah
bisa terserap melalui stomata yang ada tanam, namun cara pemberian air
di daun maupun batang tanaman yang berpengaruh nyata terhadap produksi
berwarna hijau. Dengan demikian me- bunga per plot. Cara pemberian air
tabolisme tanaman yang disiram dengan mikro sprinkle menghasilkan bunga
cara mikro sprinkel lebih baik yang nyata lebih banyak dibandingkan cara
mengakibatkan vase life bunganya lebih pemberian air belalai yaitu berturut –
lama dibandingkan cara belalai. Hal ini turut 26,37 dan 21, 65 bunga/plot
sesuai dengan yang dikemuka-kan oleh selama 4 bulan sesudah tanam. Per-
Goszczynska et al. (1990) bahwa kan- bedaan ini diduga bahwa adanya per-
dungan karbohidrat di petals ber-peran bedaan dalam efisiensi pencucian antara
menunda menjadi tua. Selan-jutnya dua cara pemberian air. Biswas et al.
walaupun bunga mawar sudah dipetik (2008) melaporkan bahwa cara pem-
dari tanaman, namun secara fisiologis berian air belalai efisiensi pencucian 65
kuntum bunga masih aktif menyerap air, % sedangkan mikro sprinkle 95 %.
bilamana jumlah air kurang meng- Efisiensi dengan cara mikro sprinkle
akibatkan defisit air di wilayah tangkai lebih tinggi diduga disebabkan oleh ting-
bunga dan berkontribusi untuk ter- kat aplikasi yang lebih rendah persatu-
jadinya layu pada leher bunga (Zieslin an luas yang dibasahi.
et al., 1978).

Tabel 2 . Pengaruh taraf dan cara pemberian air pada panjang ruas, vase life dan produksi
bunga mawar potong kultivar Red Baron
Produksi bunga plot-1
Panjang ruas Vase life (hari)
Perlakuan sampai dengan 4 bulan
(cm)
sesudah tanam (tangkai)
Tegangan air pada saat
mulai pengairan
150 h PA 4,96 a 12,25 b 25,37 a

300 h PA 4,76 a 12,76 a 22,65 a

Cara pemberian air

Belalai 4,90 k 12,22 l 21,65 k

Micro sprinkle 4,81 k 12,79 k 26,37 l

Interaksi NS NS NS

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berbeda pada
Beda nyata Jujur 5 %.

278
Efek sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil bunga potong mawar

Gambar 1. Intensitas gejala serangan embun tepung pada tanaman mawar Red Baron
dengan taraf tegangan air tanah yang berbeda

Keuntungan pemberian air secara mikro tanah adalah 1,51 mS cm-1 (Lersel et al.,
sprinkle adalah penyebaran air lebih 2009). Penyakit embun tepung me-
baik sehingga tanaman lebih seragam rupakan salah satu penyakit penting
dan profil tanah lebih baik dibanding pada tanaman mawar dalam budidaya
pemberian secara belalai. Cara pemberi- mawar bunga potong di rumah plastik.
an air mengguna-kan sistem belalai me- (Semangun, 1991; Suhardi dan Saefullah
nunjukkan daun tanaman tidak ter- (2004). Penyakit embun tepung ber-
basahi oleh air. Dengan demikian diduga pengaruh pada pertumbuhan tanaman
daerah serapan hara bagi akar tanaman dan menurunkan kualitas bunga (Linde
dengan cara pemberian mikro sprinkle dan Shishkoff 2003). Gejala serangan
lebih luas dibandingkan dengan cara penyakit embun tepung pada mawar
belalai, sehingga hara yang terserap bunga potong ditandai dengan adanya
lebih banyak lapisan berwarna putih seperti tepung
Pendekatan untuk irigasi lebih pada permukaan daun yang sebenarnya
efisien juga dapat dilakukan dengan terdiri dari miselium, konidiofor dan
penggunaan sensor kelembaban tanah konidium jamur. Pada awal serangan,
untuk mengendalikan irigasi. Sensor ke- biasanya gejalanya hanya terlihat dalam
lembaban tanah dapat mendeteksi ke- jumlah tepung yang sedikit, akan tetapi
tika kadar air turun di bawah titik yang apabila serangan telah lanjut, maka per-
dikehendaki dan secara otomatis meng- mukaan daun akan ditutupi oleh embun
aktifkan irigasi bila diperlukan. Pen- tepung (Semangun, 1991). Persentase
dekatan ini pada tanaman hydrangea intensitas embun tepung pada Gambar 1
menyebabkan penghematan air irigasi dapat diketahui bahwa sampai dengan
dari 133.000 galon dibandingkan hanya pengamatan minggu kelima intensitas
23.300 galon. Irigasi yang berlebihan pada taraf tegangan air 150 h PA lebih
mengakibatkan pencucian hara lebih tinggi dibandingkan intensitas pada taraf
lanjut yaitu garam terlarut di plot tegangan air 300 h PA, namun sebalik-
kontrol adalah 0,94 mS cm-1, sedangkan nya pada pengamatan minggu keenam
garam terlarut di plot sensor kelembaban sampai dengan ke-delapan.

279
Sri Wuryaningsih, Y. Nasihin dan Y.Sulyo

Gambar 2. Intensitas gejala serangan embun tepung pada tanaman mawar Red
Baron pada dua sistem pemberian air

Gambar 3. Grafik hubungan persentase kadar air dan hari pengukuran dengan interval
pengamatan setiap tiga hari

Hal ini diduga bahwa pada taraf akibatkan per-sentase inten-sitas embun
tegangan air 150 h PA awalnya masih tepung lebih rendah. Semakin tinggi
cukup kondusif untuk perkembangan kadar air, maka intensitas pe-nyakit akan
embun tepung selanjutnya dengan ber- semakin tinggi. Jika ditelaah lebih lanjut,
jalannya waktu maka pada taraf tegang- bahwa ketahanan tanaman mawar
an air 150 h PA kondisi tanaman diduga tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar
lebih kering dibanding-kan pada taraf air. Semakin tinggi kadar air, maka akan
tegangan air 300 h PA yang meng- semakin peka, sebaliknya semakin

280
Efek sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil bunga potong mawar

rendah kadar air daun, maka akan lebih dibandingkan pada 150 hPa (12,25).
tahan terhadap penyakit tersebut. Kadar Cara pemberian air dengan mikro
air yang tinggi menyebabkan tanaman sprinkle menghasilkan produksi bunga
lebih sukulen, sehingga lebih cocok bagi nyata lebih banyak dengan vase life lebih
perkembangan patogen. Di samping itu lama dibandingkan cara pemberian air
intensitas embun tepung juga dipenga- belalai yaitu masing–masing 52,75 bunga
ruhi oleh suhu udara. Suhu udara yang plot-1 dan 12,79 hari.
terlalu tinggi akan menurunkan kelem-
baban, sedangkan keadaan cuaca yang DAFTAR PUSTAKA
mendung atau hujan yang terus-menerus Aldrich, R. A., and J. W. Bartok, Jr. 1992.
akan berakibat kelembaban menjadi Greenhouse Engineering. NRAES
naik. coop. Ext. Ithaca.203p.
Persentase intensitas serangan embun Anonymous. 2000 Capital requirement
tepung pada dua cara pemberian air for rose growing 2000. www.
dapat dikatakan intensitasnya sama, pathfastpublishing. com. 8
sampai dengan pengamatan minggu February 2008.
ketiga cara pemberian belalai persentase Biswas, T.K., G. Schrale, and R. Stirzaker.
intensitasnya lebih tinggi dibandingkan 2008. New tools and method-logies
micro sprinkle. Selanjutnya pada peng- for in situ monitoring of root zone
amatan minggu keempat sampai delap- salinity and leaching efficiency
an persentase intensitas pada cara pem- under drip and sprinkler irrigation.
berian mikro sprinkle lebih tinggi di- Acta Hort.792: 115-122. http://
bandingkan cara pemberian belalai. Hal www.actahort.org/books/792/
ini diduga bahwa dengan cara pem- 792_11.htm
berian mikro sprinkle areal tanaman Danielson, R. 1991. Rose the cut crop. Pp
yang tersentuh air lebih luas diban- 753-758. in: Ball, Vic (ed.). Ball Red
dingkan cara belalai, sehingga ling- Book 15th Ed. Greenhouse growing.
kungannya lebih lembab yang memung- Geo J. Ball. Inc. Publish. West
kinkan serangan embun tepung lebih Chicago, II.
tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan pe- Durkin, D. 1. 1992. Roses. Pp. 67-112. in:
nelitian Thompson et al. (1993) bahwa Larson, R. A. (ed.). Introduction to
peningkatan kadar air daun secara nyata Floriculture. 2nd Ed. Academic
dapat meningkatkan intensitas serangan Press. Inc. New York.
embun tepung pada tanaman gandum. El-Hendawy,S.E., E. M. Hokam and U.
Hal tersebut dapat terjadi karena proses Schmidhalter. 2008. Drip Irrigation
infeksi dan perkembangan patogen di Frequency: The Effects and Their
dalam tanaman dipengaruhi oleh ber- Interaction with Nitrogen
bagai faktor pendukung antara lain kan- Fertilization on Sandy Soil Water
dungan air yang tinggi dalam tanaman Distribution, Maize Yield and
dan sukulensi tanaman. Water Use Efficiency Under
Egyptian Conditions. J. of Agro.
KESIMPULAN and Crop Sci. 194 (3): 180–192.
Pada taraf air irigasi 300 hPa, vase life Glen, D. M. 1992. Scheduling
bunga mawar lebih lama (12,76 hari) consideration for automated

281
Sri Wuryaningsih, Y. Nasihin dan Y.Sulyo

irrigation in 1990's. HortTech. 2(1): ‘Baccara’ roses. Scientia


73-74. Horticulturae, 5 (3): 277-285.
Goszczynska, D., H. Ttzhaki, A Borochov Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit
and A. H. Halevy. 1990. Effects of Tanaman Hortikultura di
sugar on physical and com- Indonesia. Gajah Mada Univ.
positional properties of rose petal Press. Yogyakarta. pp. 850.
membranes. Scientia Horticulturae Shao, Guang-Cheng., Zhan-Yu Zhang.,
43: 313-320. Na Liu, Shuang-En Yu, Weng-
Kesava Rao, A.V.R., S. P. Wani, P. Singh, Gang Xing. 2008. Comparative
K. Srinivas, Ch. Srinivasa Rao. effects of deficit irrigation (DI) and
2012. Water requirement and use partial rootzone drying (PRD) on
by Jatropha curcas in a semi-arid soil water distribution, water use,
tropical location. Biomass and growth and yield in greenhouse
Bioenergy. 39: 175–181. grown hot pepper .Scientia
Lersel,M.V., R.M. Seymour., M. Horticulturae 9(1): 11–16
Chappell., F. Watson and S. Dove. Simonne, E.H., M.D. Dukes and D.Z.
2009. Soil Moisture Sensor-Based Haman. 2007. Principle and
Irrigation Reduces Water Use and practice of irrigation management
Nutrient Leaching in a Commercial for vegetable. Univ. Florida IFAS. 7
Nursery. SNA Research Con- p
ference 54: 17 – 21. Suhardi dan A. Saefullah. 2004. Telaah
Linde, M., and N. Shishkoff. 2003. Bioekologi Penyakit Embun
Podwery Mildew. In: Roberts A, Tepung pada Tanaman Mawar. J.
Debener T, Gudin S (ed.): Encyclo- Hort. 14: 419- 425
pedia of Rose Science. Elsevier Sulyo, Y, Nugroho, E. D. And R.
Science, Oxford. p. 158-165 Maaswinkel. 2007. Pengaruh
Passam, H.C., A. B. Sideridis, and C. P. frekuensi pemberian air terhadap
Yialouris. 1999. A decision support pertumbuhan dan hasil krisan.
system for irrigation and nutrition Balai Penelitian Tanaman Hias.
management of tomatoes Laporan Penelitian.
cultivated in low technology, Tedjasarwana, R. 2011. Teknik Fertigasi
plastic covered greenhouses. Pada Budidaya Mawar Bunga
HortTech. 9(3): 436-440. Potong. http:// balithi.litbang.
Pepin, S., M. Dorais, N. Gruyer, C. deptan.go.id/.16 Februari 2011 jam
Ménard. 2009. Growth and 22.34
Physiological Responses of Organic Thompson, G.B., J.K.M. Brown, and
Greenhouse Tomato Crops to F.I.Woodward. 1993. The Effects of
Different Soil Moisture Conditions. Host Carbon-Dioxide, Nitrogen
Greensys 2009, june 14 – 19, 2009. and Water-Supply on the Infection
Quebec, Canada hal 109. of Wheat by Powdery Mildew and
Plaut, Z., N. Zieslin and N. Levav. 1976. Aphids. Plant, Cell and Env. 16(6):
Effect of different soil moisture 687-694
regimes and canopy wetting on

282
Efek sistem irigasi terhadap pertumbuhan dan hasil bunga potong mawar

Turner, L. B. 1993. The effect of water


stress on floral characters,
pollination and seed set in white
clover (Trifolium repens L.). J. Exp.
Bot. 44: 1155-1160.
Zieslin, N., Kohl Jr., H. C., Kofranek, A.
M. and Halevy, A. H. 1978.
Changes in the water status of cut
roses and its relationship to bent-
neck phenomenon. J. of the Am.
Soc. for Hort. Sci. 103: 176-179.

283

You might also like