Professional Documents
Culture Documents
Document
Document
berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : Xanthomonadales
Family : Xanthomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Species : Xanthomonas albilineans L.
(Pieretti, 2009).
Umumnya genus Xanthomonas merupakan bakteri patogen. Pada awal
1995).
organisme dan menempati relung ekologi yang beragam, seperti tanah dan air,
serta jaringan tanaman. Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0,25-0,3 x 0,6-1,0
µm, tunggal atau membentuk rantai, bergerak dengan flagel polar, dan Gram
negatif.
Koloni bakteri ini berwarna kuning tetapi berlendir dan bakteri tumbuh
lambat dan muncul setelah 4- 6 hari, lembab, mengkilap, dan kuning transparan.
X. albilineans adalah bakteri yang tidak biasa karena ternyata tidak memiliki
adalah bulat, cembung dan berdiameter 1-3 mm. Suhu optimum untuk
pertumbuhan Xanthomonas antara 25oC- 30oC dan suhu minimum berkisar antara
5-10oC. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan awal adalah 20oC pada suspensi
yang agak encer. Derajat keasaman (pH) untuk menumbuhkan bakteri ini berkisar
antara 6,2-6,4 atau yang berbeda tergantung strain bakteri dan medium yang
penyakit ini terdapat di semua negara penghasil tebu. Pada varietas-varietas yang
tunas samping berkembang dan daun-daun dari tunas ini juga mempunyai garis-
garis klorotis. Susunan akar sangat jelek, sehingga tanaman yang sakit dapat
penyakit ini dapat menyebabkan layu cepat dan kematian tanaman. Infeksi laten
berkepanjangan dapat terjadi, yang memerlukan deteksi oleh isolasi atau tes
Gejala luar yang penting untuk mengenal penyakit ini adalah terdapatnya
garis atau jalur klorotis pada daun. garis atau jalur ini lurus, dan sejajar dengan ibu
tulang daun, kadang-kadang memanjang sepanjang daun. Garis klorotis lebih
sehingga tanaman yang sakit dapat dicabut dengan mudah. Kalau batang tanaman
X. albilineans dapat menyebabkan tiga fase yang berbeda dari infeksi dan
simtomatologi tebu: laten (tidak ada gejala), kronis, dan akut (Ricaud dan Ryan,
1989; Rott dan Davis, 2000; Saumtally dan Dookun, 2004). Ekspresi gejala dan
keagresifan patogen. Fase kronis ditandai dengan gejala yang berbeda-beda dalam
disebut "garis pensil", klorosis daun atau pemutihan, daun nekrosis awalnya
sepanjang garis pensil, kemudian berkembang tidak normal dari sisi tunas sampai
pada batang, perubahan warna kemerahan dari pembuluh, layu, dan kemudian
mati (Birch, 2001; Ricaud dan Ryan, 1989; Rott dan Davis, 2000; Saumtally dan
Dookun, 2004). Gejala bisa disebabkan karena penyumbatan xilem oleh bakteri
klorosis dan nekrosis berhubungan dengan perubahan sel yang disebabkan oleh
racun albicidin yang diproduksi oleh patogen. Albicidin adalah phytotoxin yang
minggu sampai dua bulan setelah penanaman. Ada kalanya tanaman yang sakit
hanya tampak sedikit merana, bahkan ada yang tampak menjadi sehat kembali,
terutama jika hujan turun dengan teratur. Pada saat ini tanaman tadi sukar
dibedakan dari tanaman yang benar-benar sehat. Gejala pada daun akan terlihat
lagi pada saat musim kering mulai (Pieretti et al., 2009). Menurut Davis et al.
biasa dengan cara mekanis. France (2007) melaporkan patogen menyerang xilem,
ditransmisikan dalam stek, mekanis, dan dengan hujan yang tertiup angin.
memotong setek-setek tebu. Bakteri yang berada dalam tanah dapat menginfeksi
tanaman melalui akar-akar tetapi penularan dengan cara ini tidak mempunyai arti
yang penting, karena bakteri tidak dapat bertahan lama dalam tanah
(Semangun, 2008).
Mikroorganisme Endofit
keuntungan tapi pihak lainnya tidak dirugikan dan tidak diuntungkan. Mutualisme
adalah hubungan sesama mkhluk hidup yang saling menguntungkan kedua belah
pihak. Pada situasi ini tanaman merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme
(Carrol, 1988 )
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatu mikroba, tidak
Keberadaan Endofit
tanaman diantaranya tanaman obat (Tan dan Zou, 2001), tanaman perkebunan
et al., 2003). Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar dimuka bumi ini,
yang terdiri dari bakteri dan fungi (Strobel dan Daisy, 2003). Menurut Strobel dan
Daisy (2003), endofit di daerah tropis dengan jumlah yang tinggi menghasilkan
senyawa metabolit sekunder yang aktif dalam jumlah yang lebih banyak
memproduksi senyawa aktif memiliki beberapa kelebihan, antara lain (1) lebih
cepat menghasilkan dengan mutu yang seragam, (2) dapat diproduksi dengan
skala yang besar, (3) kemungkinan diperoleh komponen bioaktif baru dengan
mikroba endofitik yang berasal dari tumbuhan tersebut masih banyak yang belum
Melliawati et al., 2006). Bakteri atau fungi tersebut dapat menghasilkan senyawa
(Strobel dan Daisy, 2003), antiserangga (Azevedo et al, 2000), zat pengatur
tumbuh (Tan dan Zou, 2001) dan penghasil enzim-enzim hidrolitik seperti
amilase, selulase, xilanase, ligninase (Choi et al, 2005), kitinase (Zinniel et al,
2002).
Bakteri dan jamur endofit biasanya masuk pertama kali melalui perakaran
Shende, 1987), atau bagian atas tanaman seperti batang, bunga, radikel kecambah,
stomata ataupun kotiledon dan daun yang sobek. Bakteri kemudian berkoloni di
titik tempat dia masuk atau menyebar ke seluruh bagian tanaman (Halmann et al.,
1997) hidup dalam sel, ruang interseluler atau dalam sistem pembuluh. Sumber
inokulum jamur endofit umumnya spora yang terbang di udara, namun bisa juga
ditularkan melalui biji atau vektor serangga (Ghimire dan Hyde, 2004; Aly et al.,
2011). Bellone dan Silvia (2012) melaporkan bahwa baik bakteri endofit
tanaman tebu melalui akar lateral yang baru tumbuh, kemudian berkembang di
dalam jaringan dan merubah dinding sel untuk memfasilitasi endofit lain
mengkolonisasi.
mikroorganisme yang dapat mengubah fosfat tidak larut dalam tanah menjadi
bentuk larut dengan jalan mensekresikan asam organik tertentu. Contoh asam
organik tersebut antara lain asam asetat, propionat, laktat dan suksinat. Jenis
seperti etielen, auksin, sitokinin (Bacon dan Hinton 2002) atau meningkatkan
Jamur Endofit
tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan (Clay, 1988).
Jamur ini menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu
Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, jamur ini merupakan organisme yang
sangat heterogen.
bahwa jamur endofit dimasukkan dalam famili Balansiae yang terdiri dari 5 genus
kekeringan. Selain itu, jamur endofit dapat membentuk proses penyerapan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan hasil fotosintesis
Hubungan yang erat antara jamur endofit dan tanaman inangnya yakni
mengandung endofit sering tumbuh lebih cepat dari tanaman yang tidak terinfeksi.
acid (IAA), sitokinin, dan senyawa pemacu pertumbuhan lain. Selain itu endofit
dapat membantu inang dalam mengambil nutrisi seperti nitrogen dan fosfor (Tan
dan Zou, 2001). Mikroba endofit juga mampu meningkatkan kemampuan adaptasi
cacing, serangga pemakan inang, serta bakteri dan fungi patogen. Endofit yang
jaringan kecil tanaman. Hal ini didukung oleh fakta bahwa seringnya beberapa
spesies endofit menyembuhkan bagian berbeda dari tanaman yang sama. Dalam
ruang interseluler dari daun, batang reproduktif, dan benih dari tanaman inangnya.
ketika inokulumnya diangkut ke bagian tanaman lain, atau secara vertikal ketika
bahwa hasil dari serangan beberapa patogen mungkin tergantung pada asosiasi
endofit dengan inangnya. Oleh karena itu, sekumpulan jenis endofit ditentukan
penyakit pada jenis tanaman yang sama. Oleh karenanya, endofit mungkin
secara alami oleh organisme dan bersifat toksik bagi mikroalga, bakteri, fungi,
virus atau protozoa. Antibiotik bila dimaksudkan untuk kelompok organisme yang
fungi. Fungi dari genus Aspergillus dan Penicilin lebih sering memproduksi
mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas terhadap bakteri dan
beberapa jamur (Sri et al., 2000). Penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming
pada tahun 1929. Fleming memperlihatkan bahwa pada suatu cawan agar yang
jamur dan koloni jamur tersebut dikelilingi oleh suatu zona yang jernih,
sekerabat dan sifat-sifat serta aktivitas yang agak berbeda. Semua penisilin
sifat unik pada masing-masing penisilin adalah rantai sampingnya yang berbeda-
beda (Pelczar dan Chan, 2005). Antibiotik ini spesifik menghambat sintesis
dinding sel bakteri, mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga dinding
sel akan melemah dan akibatnya akan mengalami lisis (Susanti dan Sri, 2004).