You are on page 1of 18

ASISTENSI GEODESI FISIK

Sistem Tinggi

Dosen :
Dr. Ir. Muhammad Taufik
Akbar Kurniawan, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
03311540000017 Fikri Hadyan Putra
03311540000063 Dimas Haryo Nugroho Putro
03311540000071 Nisrina Ulfah
03311540000100 Fauzi Shidqi
03311540000101 Wafa Zakkiyah

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
SISTEM TINGGI

 Sistem Tinggi Geometrik


Sistem tinggi geometrik merupakan sistem tinggi yang mengacu pada bidang
elipsoid. Tinggi ini biasa disimbolkan dengan “h”, dimana ketinggian dihitung
sepanjang garis normal yang melalui titik tersebut. Nilai tinggi suatu titik disebut
dengan tinggi geodetik. Setiap pengukuran yang menggunakan sistem tinggi ini
memiliki tinggi dari elipsoid acuan, misalnya komponen tinggi dalam pengukuran
GPS/GNSS.

 Sistem Tinggi Fisis


Sistem tinggi fisis merupakan sistem tinggi yang menggunakan geoid sebagai
acuannya. Geoid itu sendiri merupakan bidang ekuipotensial yang dianggap berhimpit
dengan MSL yang tidak terganggu. Nilai tinggi suatu titik dalam sistem tinggi fisis
disimbolkan dengan “H” dan biasa disebut dengan tinggi orthometrik, dihitung
sepanjang garis unting-unting yang melewati titik tersebut. Tinggi fisis dapat
diperoleh dari pengukuran sipat datar.

 Tinggi Orthometrik
Tinggi orthometrik adalah tinggi yang mengacu ke permukaan Geoid.
 Tinggi Normal
Tinggi normal merupakan nilai rerata gravitasi normal sepanjang garis unting-
unting.

 Tinggi Dinamis
Tinggi dinamis adalah nilai gravitasi normal yang ditentukan pada lintang 45⁰.
Prinsip tinggi dinamis adalah titik-titik yang terletak pada bidang ekuipotensial yang
sama memiliki “tinggi” yang sama. Tinggi dinamis dapat dinyatakan dengan
banyaknya lapisan-lapisan bidang ekuipotensial, sehingga memiliki satuan potensial.
Perbedaan tinggi dinamik dengan bilangan geopotensial hanya dalam skala atau unit
saja (pembagian dengan γ0 hanya mengkonversikannya ke dalam panjang).

 Bilangan Geopotensial
Bilangan geopotensial adalah beda potensial antara dua titik (A dan B) maka :
DAFTAR PUSTAKA

Ramdani, Dadan. 2012. Sistem Tinggi. https://blogs.itb.ac.id/dadanramdani/2012/02/27/


sistem-tinggi-2/. Diakses pada tanggal 23 April 2018.
Anonim. 2017. Mengenal Sistem Tinggi di Geodesi. http://www.jasasurveypemetaan.com/?s=
sistem+tinggi. Diakses pada tanggal 23 April 2018.
ASISTENSI GEODESI FISIK
RESUME BENTUK BUMI

Dosen :
Dr. Ir. Muhammad Taufik
Akbar Kurniawan, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
03311540000017 Fikri Hadyan Putra
03311540000063 Dimas Haryo Nugroho Putro
03311540000071 Nisrina Ulfah
03311540000100 Fauzi Shidqi
03311540000101 Wafa Zakkiyah

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
BENTUK BUMI

Bentuk muka bumi dipengaruhi oleh dua macam tenaga, yaitu tenaga endogen (tenaga
dari dalam bumi) dan tenaga eksogen (tenaga dari luar bumi).

A. Bentuk Muka Bumi Yang Dihasilkan Oleh Tenaga Endogen.


Tenaga yang berasal dari dalam bumi itu disebut tenaga endogen. Secara umum
tenaga endogen bersifat membangun, namun ada pula yang bersifat merusak. Tenaga
endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya pergerakan kerak bumi.
Pergerakan ini disebut diastropisme. Pergeseran kerak bumi akan menjadikan permukaan
bumi berbentuk cembung, seperti pegunungan atau gunung-gunung berapi, serta berbentuk
cekung seperti laut dan danau. Secara geologis, tenaga endogen meliputi tektonisme,
vulkanisme, dan seisme (gempa).
Proses Tektonisme
a. Tektonisme adalah perubahan letak atau kedudukan lapisan kulit bumi secara
horizontal maupun vertical. Berdasarkan kecepatan gerak dan luas daerah, tektonisme
dibedakan atas epirogenesa dan orogenesa.
b. Epirogenesa adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical
akibat pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi sangat lambat serta
meliputi wilayah yang sangat luas. Gerakan epirogenesa dibagi menjadi dua sebagai
berikut.
1. Epirogenesa positif, yaitu gerak turunnya permukaan bumi sehingga laut seolah-
olah mengalami kenaikan.
2. Epirogenesa negatif, yaitu gerak naiknya permukaan bumi sehingga laut seolah-
olah mengalami penurunan.
c. Orogenesa adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal maupun vertical
akibat pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi sangat cepat serta
meliputi wilayah yang sempit. Misalnya, pembentukan deretan sirkum pasifik.
Proses Vulkanisme
Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfera yang bergerak ke
lapisan yang lebih atas atau keluar ke permukaan bumi (dalam arti luas). Pergerakan
magma sebagai ciri aktivitas magma dibedakan sebagai berikut.
1. Intrusi magma adalah aktivitas magma di dalam lapisan litosfera, memotong atau
menyisip litosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma disebut juga
plutonisme.
Bentuk-bentuk intrusi magma sebagai berikut:
a. Batholit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari dapur magma, terjadi karena
penurunan suhu yang lambat.
b. Lakolit, yaitu magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga cembung, sedangkan alasnya rata.
c. Sill, yaitu lapisan magma tipis yang menyusup di antara lapisan batuan di atas, datar
di bagian atasnya.
d. Gang, yaitu batuan dari intrusi magma yang memotong lapisan batuan yang
berbentuk pipih atau lempeng.
e. Apofisa, yaitu cabang dari irupsi korok (gang).
f. Diatrema, yaitu batuan yang mengisi pipa letusan.
2. Ekstrusi magma adalah kegiatan magma yang mencapai permukaan bumi. Ekstrusi
magma merupakan kelanjutan dari intrusi magma. Bahan yang dikeluarkan pada saat
terjadi proses ekstrusi magma, terutama ketika terjadi letusan gunung api adalah dalam
bentuk material padat yang disebut eflatal/piroklastik dan dalam bentuk cair berupa
lava dan lahar, serta dalam wujud gas, seperti belerang, nitrogen, gas asam arang, dan
gas uap air.
3. Ekstrusi areal, yaitu magma keluar dari lubang yang besar, karena magma terletak
sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga magma menghancurkan dapur magma
yang menyebabkan magma meleleh keluar ke permukaan bumi. Misalnya Yellow
Stone National Park di amerika serikat yang luasnya 10.000 KM2.
Proses Seisme (Gempa)
Gempa merupakan getaran yang terjadi karena gerakan batuan yang melewati batas
kelentingan atau kelengkungan. Jika batas kelentingan tersebut melampaui makan akan
menghasilkan sebuat getaran. Gempa dibedakan menjadi gempa tektonik, vulkanik, dan
longsoran.
1. Gempa Tektonik adalah gempa yang terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng
litosfer.
2. Gempa vulkanik adalah gempa yang terjadi karena adanya aktivitas gunung api.
3. Gempa longsoran adalah gempa yang terjadi akibat longsor atau runtuhnya tanah
perbukitan atau gua kapur.

B. Bentuk Muka Bumi Yang Dihasilkan Oleh Tenaga Eksogen.


Tenaga eksogen dapat menyebabkan relief permukaan bumi berubah. Proses perubahan
muka bumi dapat berlangsung secara mekanis, biologis, maupun secara kimiawi. Tenaga
eksogen ini menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi, gerak massa batuan, dan sedimentasi
yang bersifat merusak bentuk permukaan bumi.
a. Erosi, merupakan proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alamiah dari
suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di permukaan
bumi
Menurut kecepatannya :
 Erosi geologi: Suatu bentuk erosi dimana proses pengahancuran tanah relatif
seimbang dengan proses pembentukannya. Tidak menimbulkan kerusakan alam.
 Erosi yang dipercepat : Erosi dimana proses penghancuran tanah lebih cepat
dibandingkan proses pembentukannya. Mengakibatkan tanah menjadi tidak subur,
sehingga lahan kritis makin meluas
Menurut zat pelarutnya :
 Erosi air : Disebabkan oleh air, baik di dalam tanah, permukaan maupun sungai.
Dibedakan menjadi :
 Erosi percikan : Disebabkan percikan air hujan
 Erosi lembar : Terjadi pada lapisan tanah bagian atas, menyebabkan tanah menjadi
tidak subur
 Erosi alur : Terjadi pada saat air mengalir
 Erosi parit : Lereng yang terkena erosi membentuk parit yang cukup dalam
 Erosi angin (deflasi) : Disebabkan tenaga angin, biasa terjadi di gurun
 Erosi es/glasial : Disebabkan oleh massa es yang bergerak
 Erosi air laur (abrasi) : Disebabkan oleh gelombang laut (erosi morena)
Bentuk tanah sebagai akibat erosi :
1. Cliff : Pantai terjal & berdinding curam sebagai akibat abrasi
2. Relung : Cekung yang memiliki dinding cliff
3. Dataran abrasi : Hamparan wilayah daratan akibat abrasi
4. Ngarai : Lembah yang dalam
5. Batu jamur : Batu yang disebabkan erosi angin
b. Sedimentasi, merupakan proses pengendapan batuan/tanah yang dilakukan oleh air,
angin, dan es.
1. Sedimentasi fluvial adalah proses pengendapan materi yang diangkut oleh air
sepanjang aliran sungai. Bentuk lahan hasil sedimentasi fluvial :
 Delta : Endapan pasir, lumpur, & kerikil yang terdapat di muara sungai
 Bantaran sungai : Daratan yang terdapat di tengah-tengah badan sungai/pada
kelokan dalam sungai sebagai hasil endapan
2. Sedimen eolis (terrestrial) : Di daerah gurun/pantai
3. Sedimen marin : Proses pengendapan yang dilakukan oleh gelombang laut yang
terdapat di sepanjang pantai. Bentukan alam dari sedimen marin :
 Beach/bisik : Bentukan deposisional umumnya pada pantai yang landai, terjadi
jika swash membawa muatan sedimen
 Bar : Gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil pengerjaan
arus laut
 Tombolo : Gosong pasor yang menghubungkan suatu pulau karang dengan
pulau utama
c. Pelapukan. Batuan yang telah terbentuk melalui berbagai proses akhirnya lama
kelamaan akan mengalami proses penghancuran atau pelapukan. Batuan yang
berukuran besar akan terpecah menjadi batuan yang berukuran lebih kecil, bahkan
sampai menjadi debu. Pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan fisika, kimia dan
biologik-mekanik.
ASISTENSI GEODESI FISIK
Pergerakan Kerak Bumi

Dosen :
Dr. Ir. Muhammad Taufik
Akbar Kurniawan, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
03311540000017 Fikri Hadyan Putra
03311540000063 Dimas Haryo Nugroho Putro
03311540000071 Nisrina Ulfah
03311540000100 Fauzi Shidqi
03311540000101 Wafa Zakkiyah

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
TEORI PERGERAKAN LEMPENG

Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah menjadi
bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi
pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa yang akan datang. Adapun berbagai teori
terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.

1. Teori kontraksi (Contraction theory)


Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa
bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses
pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan
dataran. Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852).
Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di
bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk
pegunungan dan lembah-lembah.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat
besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua
benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-
pecah menjadi benua benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan
Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika
Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.

3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)


Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut
Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecahpecah dan terus bergerak melalui dasar
laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak
ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai
Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan
fosil pada kedua daerah tersebut.
4. Teori konveksi (Convection theory)
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih
dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada
di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke
permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudera), lava tersebut akan
membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi
yang lebih tua. Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera
(Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya
didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh dari
punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal
dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari
lapisan di bawah kulit bumi.

5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan
bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu lapisan yang plastik
atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan
selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang berada di bawahnya. Keadaan inilah yang
melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic
Plate theory) pada tahun 1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang
menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi. Teori lempeng tektonik
dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas
beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik
pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan
astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi. Litosfer sebagai lapisan paling
luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan merupakan lapisan kerak bumi
yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang
kaku dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai
ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada
arah vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas kalian!
Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng samudera (tebal
sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer dengan kecepatan
rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.
Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya
cairan astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan
lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang telah
menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi
sekitar 12 lempeng. Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari
data penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan
paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya
merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua, Teori
Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana
telah dijelaskan pada teori-teori di atas. Berdasarkan kajian para ahli, lempeng tektonik yang
tersebar di permukaan bumi.Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan mendesak satu
sama lain. Lempeng tektonik bagian atas disebut lempeng samudera, sedangkan lempeng
tektonik pada bagian atas terdapat masa kontinen disebut lempeng benua. Kedua lempeng ini
memiliki sifat yang berbeda. Apabila dua lempeng yang berbeda sifat tersebut saling mendekat,
umumnya lempeng samudera akan ditekuk ke bawah lempeng benua hingga jauh ke dalam
lapisan astenosfer. Bertemunya antara dua lempeng seperti ini dinamakan gerakan
bertumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan
lempenglempeng disebut subduction zone.
Selain saling mendekat kemudian bertumbukan, gerakan lempeng juga ada yang saling
menjauh dengan lempeng lainnya, dinamakan gerak divergent atau disebut juga sebagai proses
pemekaran. Hasil pemekaran lempeng yang berada di atas benua disebut rifting, sedangkan
pemekaran yang berada di samudera disebut spreading. Contoh proses ini adalah pecahnya
Benua Pangea pada Zaman Trias dengan membentuk celah sepanjang pinggiran Atlantik yang
memisahkan Afrika dan Amerika Latin. Benua nampak seperti sebuah sobekan kertas yang
keduanya menunjukkan ciri-ciri bekas sobekan yang berpasangan. Selain itu, ada juga gerakan
lempeng yang hanya bersinggungan atau berpapasan, disebut juga transcurrent fault. Setiap
gerakan lempeng yang berbeda tersebut, akan mempengaruhi gejala dan fenomena alam di atas
permukaan bumi. Secara lengkap, prinsip pergerakan lempeng-lempeng tektonik adalah
sebagai berikut:

a. Konvergensi
Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik. Tumbukan
antarlempeng tektonik dapat berupa tumbukan antara lempeng benua dengan benua atau antara
lempeng benua dengan lempeng dasar samudera. Zone atau tempat terjadinya tumbukan antara
lempeng tektonik benua dengan benua disebut Zone Konvergen. Contohnya tumbukan antara
lempeng India dengan lempeng Benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya pegunungan
lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak
tertingginya, yaitu Mount Everest. Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan Benua
Eropa yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Alpen. Zone berupa jalur tumbukan
antarlempeng benua dengan lempeng dasar samudera, disebut Zone Subduksi atau zone
tunjam, contohnya tumbukan antara lempeng benua Amerika dengan lempeng dasar Samudera
Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Pegunungan Andes.
Fenomana yang dihasilkannya:
1) lempeng samudera menghujam ke bawah lempeng benua;
2) terbentuk palung laut di tempat tumbukan tersebut;
3) pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan;
4) terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi dan ekstrusi;
5) daerah hiposentra gempa dangkal dan dalam;
6) penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng;
7) timbunan sedimen campuran atau melange.
Contoh:
Pegunungan di pantai barat Amerika, deretan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa
Tenggara, merupakan akibat pembengkakan lempeng benua. Bermunculan puncak gunungapi
dan terjadi gempa di sepanjang pulau dan pegunungan tersebut. Ingatlah bahaya gempa yang
menimbulkan Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara pada akhir Desember 2004, gempa
tersebut timbul akibat adanya tumbukanantara lempeng samudera Australia terhadap lempeng
benua Asia.

b. Divergensi
Divergensi yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik contohnya gerakan
saling menjauh antara lempeng Afrika dengan Amerika bagian selatan. Zone berupa jalur
tempat berpisahnya lempeng-lempeng tektonik disebut
Zone Divergen (zone sebar pisah). Fenomena yang terjadi, sebagai berikut:
1) Perenggangan lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepinya.
2) Pembentukan tanggul dasar samudera (med ocean ridge) di sepanjang tempat
perenggangan lempeng-lempeng tersebut.
3) Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal
(lava bantal) dan hamparan leleran lava encer, dan 4) Aktivitas gempa.
Contoh:
Di Lautan Atlantik, tanggul dasar samudera memanjang dari dekat Kutub Utara sampai
mendekati Kutub Selatan. Celah ini menjadikan benua Amerika bergerak saling menjauh
dengan benua Eropa dan Afrika. c. Sesar mendatar Sesar mendatar (Transform), yaitu gerakan
saling bergesekan (berlawanan arah) antarlempeng tektonik. Contohnya, gesekan antara
lempeng Samudera
Pasifik dengan lempeng daratan Amerika Utara yang mengakibatkan terbentuknya
Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di
utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zone berupa jalur tempat bergesekan
lempeng-lempeng tektonik disebut Zone Sesar Mendatar (Zone Transform). Bentukan alam
yang dihasilkan antara lain patahan atau sesar mendatar. Gerak patahan atau sesar ini dapat
menimbulkan gempa bumi. Contoh: Sesar Sam Andreas di California.
c. Sesar mendatar
Sesar mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan arah)
antarlempeng tektonik. Contohnya, gesekan antara lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng
daratan Amerika Utara yang mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang
membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai Los Angeles
di selatan Amerika Serikat. Zone berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik
disebut Zone Sesar Mendatar (Zone Transform). Bentukan alam yang dihasilkan antara lain
patahan atau sesar mendatar. Gerak patahan atau sesar ini dapat menimbulkan gempa bumi.
Contoh: Sesar Sam Andreas di California. Tenaga endogen yang telah mengakibatkan adanya
variasi bentuk muka bumi, tidak hanya terjadi di daratan melainkan juga di dasar laut.

zona subduksi indonesia


Dalam geologi , subduksi adalah proses yang terjadi pada batas konvergen di mana satu
lempeng tektonik bergerak di bawah lempeng tektonik lain, tenggelam ke mantel Bumi ,
sebagai berkumpul piring. Sebuah zona subduksi adalah area di bumi di mana dua lempeng
tektonik bergerak ke arah satu sama lain dan subduksi terjadi. Zona subduksi terjadi ketika
lempeng samudra bertabrakan dengan lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng
benua tersebut ke dalam astenosfer. Lempeng litosfer samudra mengalami subduksi karena
memiliki densitas yang lebih tinggi. Lempeng ini kemudian mencair dan menjadi magma.
Tingkat subduksi biasanya diukur dalam sentimeter per tahun, dengan rata-rata konvergensi
yang kira-kira 2 sampai 8 cm per tahun (sekitar tingkat kuku tumbuh) .
Penjelasan mengenai kerak benua dan kerak samudra:
a) Kerak benua mempunyai lapisan lebih tebal dibandingkan kerak samudra. Lapisan
atas pada kerak ini adalah berupa batuan granit, sedangkan lapisan dibawahnya berupa batuan
basalt yang lebih rapat. Lapisan-lapisan ini menurut peristiwa geologi terbentuk pada berbagai
zaman melalui berbagai macam proses. Batuan yang paling tua ditemukan pada perisai
prokambium. Batuan yang lebih muda terbentuk selama zaman-zaman pembentukan gunung.
b) Kerak samudra merupakan sedimen yang mempunyai ketebalan 800 meter. Kerak
samudra yang dibentuk letusan gunung api sepanjang celah-celah bawah laut disebut pematang
tengah samudra. Umurnya kurang dari 200 juta tahun. Secara geologis lebih muda
dibandingkan dengan kerak benua yang berumur 3,8 miliar tahun.
Zona subduksi melibatkan lempeng samudera geser di bawah baik pelat kontinental
atau lain lempeng samudera (yaitu, lempeng subduksi selalu samudera sedangkan Lempeng
subduksi mungkin atau mungkin tidak kelautan). zona subduksi sering dicatat untuk suku
mereka yang tinggi vulkanisme , gempa bumi , dan bangunan gunung . Hal ini karena proses
subduksi mengakibatkan meleleh dari mantel yang menghasilkan busur vulkanik sebagai
batuan yang relatif ringan secara paksa terendam.
Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa arus konveksi dari bagian mantel telah
mendorong lempeng samudra secara vertikal sehingga lempeng samudra melengkung ke atas
dan bagian puncaknya patah. Pada lokasi itu, kemudian terbentuk pegunungan bawah laut atau
punggung bawah laut (mid oceanic ridge). Bagian puncak yang patah disusupi magma dari
bawah sehingga membentuk jalur gunung api bawah laut. Beberapa jalur gunung api bawah
laut itu makin lama makin bertambah tinggi dan puncaknya menyembul diatas permukaan laut
sehingga membentuk pulau-pulau gunung api.
Lempeng samudra yang patah, mengikuti arus konveksi, yaitu sebagian bergeser ke kiri
dan sebagian bergeser ke kanan. Lempeng samudra yang bergeser tersebut akhirnya
menumbuk lempeng benua dan menunjam ke bawah yang membentuk zona subduksi. Karena
menunjam ke bawah, lempeng samudera yang semula padat dan keras menjadi luluh atau lebur,
sebab semakin masuk ke dalam bumi suhunya semakin tinggi. Lempeng samudra yang luluh
tersebut berubah menjadi dua bentuk, yaitu massa cair dan gas yang menjadi sumber tenaga.
Di daerah subduksi, makin lama jumlah luluhan lempeng samudra makin bertambah
banyak sehingga terkumpullah massa cair dalam jumlah yang besar dan juga tertumpuk energi
yang makin lama makin besar dan kuat. Tumpukan energi yang besar itu akhirnya akan mampu
melepaskan diri dengan menjebol lapisan kulit bumi diatasnya. Akibat desakan arus konveksi
ke atas mengakibatkan kulit bumi retak dan membelah (divergensi). Kemudian, masing-masing
belahan bergeser ke kiri dan ke kanan secara horizontal tersebut bertumbukan dengan pecahan
kerak bumi lainnya.
Pada zona konvergensi ini, lempeng samudra (yang lebih berat) akan menyulap ke
dalam (subduksi) akan terangkat ke atas (overridge), melengkung, dan terpatah-patah
(dislokasi), gerakan yang timbul pada saat itu disebut gempa dislokasi atau gempa tektonik
Zona subduksi menandai situs konvektif downwelling dari bumi litosfer (yang kerak
rapuh ditambah bagian atas mantel atas). zona subduksi ada di batas lempeng konvergen di
mana satu piring dari litosfer samudera menyatu dengan plat lain. Turun-akan slab - tepi
terkemuka dari subduksi lempeng-dikalahkan oleh mutakhir dari pelat lain. Slab tenggelam
pada sudut sekitar 25 sampai 45 derajat ke permukaan bumi. Pada kedalaman sekitar 80-120
km, basal pelat samudra dikonversi menjadi batu metamorf disebut eclogite . Pada titik ini,
kepadatan meningkat litosfer samudra dan dilakukan ke dalam mantel oleh arus konvektif
downwelling. Hal ini pada zona subduksi bahwa bumi lithosfer, kerak samudera , sedimen
lapisan, dan beberapa terjebak air didaur ulang ke dalam mantel. Bumi adalah satu-satunya
planet di mana subduksi diketahui terjadi. Tanpa subduksi, lempeng tektonik tidak bisa eksis.
Subsidi sendimen biasanya kaya hydrous mineral dan tanah liat. Selama transisi dari
basal ke eclogite, bahan-bahan hydrous rusak, memproduksi jumlah berlebihan dari air, yang
padakanan yang begitu besar dan suhu ada sebagai fluida superkritis . Air superkritis, yang
panas dan lebih ringan dibandingkan dengan batuan sekitarnya, naik ke atasnya mantel mana
menurunkan tekanan dalam (dan dengan demikian suhu leleh) batuan mantel ke titik lebur yang
sebenarnya, menghasilkan magma. Magma ini, pada gilirannya, meningkat, karena mereka
kurang padat dari batuan mantel. Mantel magma ini yang diturunkan (yang basaltik dalam
komposisi) dapat terus meningkat, akhirnya ke permukaan bumi, mengakibatkan letusan
gunung berapi. Dari lava meletus tergantung pada sejauh mana yang diturunkan basalt mantel
(a) berinteraksi dengan (mencair) kerak bumi dan / atau (b) mengalami kristalisasi fraksional.
Diatas zona subduksi, gunung berapi yang ada di rantai panjang disebut busur vulkanik
. Gunung api yang ada di sepanjang busur cenderung menghasilkan letusan berbahaya karena
mereka kaya dalam air (dari pelat dan sedimen) dan cenderung menjadi sangat eksplosif.
Krakatau, Nevado del Ruiz, dan Gunung Vesuvius merupakan contoh gunung berapi busur.
Busur juga diketahui terkait dengan logam mulia seperti emas, perak dan tembaga - lagi
diyakini dibawa oleh air dan terkonsentrasi di sekitar gunung berapi tuan rumah mereka di batu
disebut "bijih".
Panas dari inti bumi yang disampaikan kepada mantel menyebabkan mantel untuk
convect banyak cara yang mendidih convects air dalam panci di atas kompor. Mantel di batas
inti-naik sementara tenggelam mantel mantel dingin, menyebabkan sel konveksi terbentuk.
Pada titik di mana dua ke bawah bergerak convecting sel bertemu (dingin mantel sinking),
konveksi dapat terjadi, memaksa kerak samudera di bawah ini baik benua atau kerak samudera
lainnya. kerak Continental cenderung untuk mengesampingkan kerak samudera karena terdiri
dari granit padat kurang dibandingkan dengan basalt dari kerak samudera.
Zona subduksi adalah penting karena beberapa alasan:
1. Zona subduksi Fisika: Penenggelaman litosfer mantel adalah kekuatan terkuat (tetapi
bukan satu-satunya) yang diperlukan untuk mendorong gerakan piring dan modus dominan
konveksi mantel .
2. Zona subduksi Kimia: The subduksi pelat dingin tenggelam di zona subduksi rilis air
ke dalam mantel atasnya, menyebabkan mantel leleh dan fraksionasi unsur antara permukaan
dan waduk mantel dalam, menghasilkan busur pulau dan kerak benua .
3. Subduksi zona subduksi campuran sedimen, kerak samudera, dan mantel litosfer
dengan mantel dari pelat utama untuk menghasilkan cairan, calc-alkaline series mencair,
deposito bijih, dan kerak benua.
Zona subduksi juga telah dianggap sebagai mungkin lokasi pembuangan untuk limbah
nuklir, di mana tindakan itu akan membawa bahan ke dalam planet mantel , aman jauh dari
kemungkinan pengaruh terhadap kemanusiaan atau lingkungan permukaan, tetapi metode
pembuangan saat ini dilarang oleh kesepakatan internasional .

Di Indonesia terlihat di sepanjang pesisir barat Sumatra, selatan Jawa sampe ke Laut
Banda. Lempeng samudra dan benua yang dimaksud adalah Lempeng Australia yg menunjam
ke bawah Lempeng Eurasia (Eropa dan Asia, di mana Indonesia bagian barat termasuk di
dalam-nya). Pada gambar diatas, subduction zone ditandai dengan simbol segitiga. Segitiga
yang "menghadap" ke arah Indonesia maksudnya adalah menggambarkan Lempeng Australia
yang masuk menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Bisa di-liat bahwa pesisir barat Sumatra,
selatan Jawa sampe ke Laut Banda adalah jalur subduction. Artinya sepanjang daerah itu adalah
daerah rawan gempa.
Keterkaitan subduction zona dengan gempa yaitu jalur gempa di dunia (atau istilah-nya
adalah benioff zone) akan mengikuti jalur subduction karena memang gempa adalah salah satu
produk dari jalur tersebut selain jalur gunung api dan juga semua hasil tambang bumi jadi
kesimpulan umum dari subduction zone tadi adalah bukan hanya menghasilkan gempa tetapi
juga bisa memberikan fenomena alam yang menakjubkan dan kekayaan hasil bumi yg
menguntungkan secara ekonomi.
Lempeng samudra yang menunjam tadi akan bergesekan dengan lempeng benua.
Selama dia menunjam, dua lempeng ini mempunyai daya elastic. Pada saat daya elastis-nya
sudah melewati batas, maka dia akan melepaskan energi berupa gempa. Jika dianalogikan
dengan penggaris adalah ketika si penggaris tadi sudah tidak bisa mempertahankan
kelengkungannya dan patah.
Gambar penampang dari subduction zone terletak di samping kiri . Trench adalah
palung, titik pertemuan lempeng samudra dan lempeng benua, magma generation terbentuk
karena suhu dan tekanan tinggi akibat gesekan dua lempeng ini yang akhirnya membuat batuan
di kedalaman itu meleleh dan karena suhu tekanan tinggi pula magma ini berusaha naik ke atas
permukaan bumi melalui gunung api.
b. Batas anjakan (obduction)
Obduksi adalah batas antar lempeng yang saling mendekat dengan kenampakan kerak
benua menunjam di bawah kerak samodera. Ada beberapa hipotesis tentang mula terjadi
obduksi, yang paling memungkinkan adalah bahwa diawali oleh penunjaman kerak samodera
dengan kerak benua di belakangnya, di bawah kerak samodera. Penunjaman bisa terjadi karena
perubahan dari batas lempeng divergen menjadi konvergen. Kelanjutan penunjaman membawa
kerak benua berbenturan dengan kerak samodera dan pada awalnya, kerak samodera naik ke
atas kerak benua, sebelum akhirnya penunjaman di tempat itu berhenti dan berpindah ke tempat
lain yang dapat mengakomodasi con vergensi antar lempeng.
c. Batas tumbukan (collision)
Pada penunjaman kerak samodera yang membawa kerak benua di belakangnya ke
bawah kerak benua, jika hal ini berlanjut, maka akan terjadi tumbukan antar kerak benua.
Tumbukan tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya suatu relief yang tinggi seperti
Himalaya. Pada batas kolisi (suture) sering tersisa pecahan kerak samodera (ofiolit).
Kenampakan hasil tumbukan termuda yang dijumpai di dunia adalah Pegunungan Himalaya,
sedangkan yang relatif lebih tua adalah Pegunungan Appalachia, Kaledonid, Alpen dan Ural.
Penebalan kerak benua dapat terjadi karena pensesaran naik yang berjenjang dan saling
menumpang (imbrikasi).
Busur kepulauan adalah rangkaian aktifitas gunung api yang berkaitan dengan
penunjaman lempeng.Busur kepulauan yang muda memiliki struktur yang sederhana dengan
ketebalan kerak kurang dari 20km (contoh: busur kepulauan Tonga
Kermadek, New Hebrides, Aleutians dan Kepulauan Antile kecil).Semakin tua
umurnya, struktur busur kepulauan tersebut semakin kompleks dan kerak buminya
semakintebal, berkisar antara 20
35 km (contoh: Jepang dan Indonesia).Margin benua aktif, di mana lempeng yang
konvergen, bertepatan dengan batas lempeng, di manabenua dan kerak samudera dipisahkan
oleh zona subduksi. Margin ini mempunyai tektonik aktif danmasukan sedimen dari margin
pasif. ditandai dengan penambahan blok dari sumber jauh dengan massabenua di zona
subduksi.
tepi benua yang aktif dicirikan oleh adanya penunjaman kerak samudera ke bawah
kerak benua(zona subduksi).

tepi benua yang aktif paparan benua mempunyai lebar yang relatif sempit. Kemiringan
lerengrata-rata dari paparan benua hanya 2 meter per kilometer. Kemiringan ini sangat
landaisehingga terlihat seperti suatu permukaan yang datar.

You might also like