You are on page 1of 7

BAB 1

PENDAHULUAN

Dengan semakin berkurangnya sumber energi fosil yang ada di bumi, maka manusia
mulai mengembangkan sumber-sumber energi alternatif baru yang dapat menggantikan peran
dari bahan bakar fosil yang salah satunya adalah energi nuklir. Walaupun di Indonesia belum
menerapkan secara terbuka dalam penggunaan nuklir sebagai sumber energi pengganti bahan
bakar fosil, negara-negara maju lain sudah menggunakan tenaga nuklir sebagai sumber energi
alternatif. Negara-negara yang menggunakan energi nuklir adalah negara yang miskin dengan
sumber daya energi fossil seperti Jepang, Rusia, Amerika, dan negara-negara eropa.
Penggunaan energi nuklir pasti akan menghasilkan limbah radioaktif berupa nuklida-nuklida
yang menghasilkan gelombang radioaktif (radiasi) yang disebut juga radionuklida.

Radionuklida di bumi di pisahkan menjadi dua macam, pertama adalah radionuklida


alam dan radionuklida antropogenik. Kegiatan manusia yang menghasilkan radionuklida
berupa lepasan operasional fasilitas nuklir, seperti kecelakaan pada fasilitas nuklir yang terjadi
yaitu Cernobyl, Three Miles Island, dan Fukusihma. Percobaan bom nuklir juga
menyumbangkan radionuklida yang tersebar di bumi, dan yang terakhir adalah pembuangan
zat radioaktif oleh negara-negara pengguna energi nuklir seperti Jepang, Korea, Inggris dan
Rusia yang melepaskan radionuklida buatan antara lain 137Cs, 131I, 239/240 Pu dan 241Am.
Lautan menutupi dua pertiga permukaan bumi, sehingga lautan berperan menjadi pendispersi
dan tempat akumulasi dari radionuklida yang dihasilkan oleh manusia.

Kepulauan Indonesia terletak diantara dua samudera berpotensi mengandung cemaran


bawaan dari negara-negara lain melalui gerakan massa air yang sangat besar dari samudera
Pasifik ke samudera Hindia melewati perairan Indonesia. Pesisir dan laut Indonesia terkenal
sebagai kawasan yang mengandung kekayaan alam potensial untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakatnya. Masuknya pencemar termasuk zat radioaktif dan energi radiasi baik dari
daratan, dari laut maupun jatuhan atmosferik akan bermuara dan terakumulasi kedalam
lingkungan laut termasuk daerah pesisir pantai. Pencemaran ini dapat menimbulkan akibat
yang merugikan baik terhadap sumber daya alam hayati maupun no hayati dan kesehatan
manusia akibat penurunan tingkat kulaitas air laut fungsi laut itu sendiri bagi ekosistem di
sekitarnya.
BAB II

ISI

2.1 Radionuklida dan Radioaktivitas

Radionuklida adalah sebuah atom dengan inti yang tidak stabil yang ditandai
dengan kelebihan energi tersedia untuk sebuah partikel radiasi yang baru dibuat dalam
inti atau melalui konversi internal. Selama proses ini, radionuklida dikatakan
mengalami peluruhan radioaktif. Hasil peluruhan radioaktif dalam emisi sinar gamma
dan / atau partikel subatomik seperti alpha atau beta partikel.

Radioaktivitas adalah pemancaran sinar radioaktif hasil dari sebuah


ketidakstabilan inti atom dimana inti atom tersebut mengalami transformasi nuklir yang
secara spontan tetapi dapat diukur dengan menghasilkan emisi radiasi. Jenis radiasi
yang dipancarkan antara lain sinar alpha (α), sinar beta (β), sinar gamma (γ), sinar X
dan radiasi Neutron (Beiser, 1987 dalam Sasongko dan Kusminarto, 1998).

2.2. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi
(Info Nuklir, 2012).
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, jenis radiasi dibedakan menjadi 2, yaitu:
radiasi pengion dan radiasi non pengion.

a. Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi (Info
Nuklir, 2012).
Berdasarkan sumber radiasi pengion dibagi menjadi dua yaitu radiasi pengion
yang bersumber dari alam dan buatan. Unsur radioaktif alam dan buatan menunjukkan
aktivitas radiasi yang sama yaitu radiasi partikel-alfa, partikel-beta, dan partikel-
gamma (Info Nuklir, 2012).
1. Partikel alfa (simbol)
Partikel alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel
sinar alfa sama dengan inti helium yang mengandung dua proton dan dua neutron.
Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Partikel
alfa memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah di antara
sinar-sinar radioaktif, hal ini disebabkan ionisasi yang sangat kuat menyebabkan
kesempatan lebih lama untuk berinteraksi dengan atom sepanjang jalur lintasan dan
memberikan sebagian energinya sepanjang partikel ini berinteraksi dengan bahan
(EPA, 2009 dalam Kurniawati, 2012).
2. Partikel beta
Partikel beta mempunyai ukuran dan muatan listrik leih kecil dari partikel
alpha. Memiliki daya ionisasi di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel alpha.
Partikel beta memiliki daya tembus lebih besar dari pada partikel alpha. Daya
jangkau partikel beta di udara bisa sejauh 9cm untuk selanjutnya dibelokkan oleh
medan listrik yang ada disekitarnya, hal ini disebabkan karena muatan partikel
beta yang kecil (Info Nuklir, 2012).
3. Partikel gamma
Partikel gamma merupakan partikel yang tidak mempunyai besaran
volume dan muatan listrik sehingga dikelompokkan ke dalam gelombang
elektromagnetik. Daya ionisasinya didalam medium sangat kecil. Karena tidak
mempunyai muatan listrik, maka partikel gamma tidak terbelokkan oleh medan
listrik yang ada disekitarnya, sehingga daya tembusnya sangat besar
dibandingkan dengan daya tembus partikel alfa maupun beta (Info Nuklir, 2012).
b. Radiasi non pengion
Radiasi non pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-
pengion antara lain adalah gelombang radio (radio dan telvisi), gelombang mikro
(microwave oven dan transmisi selular handphone), sinar inframerah (energi dalam
bentuk panas), cahaya tampak (dapat dilihat), sinar ultraviolet (pancaran sinar matahari)
(Info Nuklir, 2012).

2.3 Radionuklida di Bumi


Secara garis besar di bumi terdapat radionuklida alam dan radionuklida buatan.
Radionuklida alam dapat di bagi menjadi radionuklida primodial, radiasi kosmik, dan
radionuklida yang muncul akibat interaksi radiasi kosmik dengan unsur di udara (disebut
radionuklida kosmogenik). Sedangkan radionuklida buatan terdiri dari berbagai
radionuklida, terutama radionuklida yang diakibatkan oleh pengoperasian pembangkit
listrik tenaga nuklir dan percobaan nuklir.
1. Radionuklida alam
- Radionuklida primodial
Radionuklida ini ada sejak terbentuknya alam semesta yang terdiri dari deret
uranium.
- Radinuklida kosmogenik
Dari reaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom utama di lapisan atmosfir rendah
seperti N, O dan Ar dihasilkan sekitar 20 radionuklida jumlah radionuklida yang
terbentuk berbeda-beda, bergantung pada intensitas radiasi kosmik dan konsentrasi
inti yang bereaksi dengan radiasi kosmik di atmosfir.
2. Radionuklida buatan
Radionuklida buatan dihasilkan dari pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai
maupun militer.
- Radionuklida dari pembangkit listrik tenaga nuklir
Industri yang berkaitan dengan pembangkitan listrik tenaga nuklir terdiri dari
penambangan uranium, pengolahan menjadi bahan bakar, fabrikasi bahan bakar,
pembangkitan listrik dalam reaktor, penyimpanan dan pengolahan ulang bahan
bekas dan penyimpanan limbah radioaktif. Dari setiap tahapan daur bahan bakar
tersebut akan dihasilkan bahan radioaktif, dengan jenis dan jumlah yang erbeda-
beda.

2.4 Sebaran Radionuklida di Laut

Dalam konteks radioekologi, lingkungan laut pesisir merupakan badan air tempat
akumulasi radionuklida yang berasal dari lepasan langsung dri instalasi nuklir, cebakan
batuan induk deposisi dari daratan hasil proses geomorfologis, jatuhan dari atmosfir dan
paparan sinar kosmis dari angkasa luar.

Konsentrasi radionuklida dalam massa air ditentukan oleh faktor sebaran radionuklida
dilingkungan perairan laut dan pergerakan massa air sedangkan di perairan estuarian,
konsentrasi radionuklida tergantung pada ukuran, produksi bahan makanan dan interaksi
air sungai dengan air laut. Penyerapan radionuklida dalam sedimen berbeda antara
lingkungan perairan tawar dan perairan laut. Radionuklida yang terserap relatif sedikit oleh
sedimen, memiliki kemungkinan untuk tersebar luas seperti 9OSr, 99Tc.
Penyebaran di lautan dapat terjadi secara geobiokimia. Penyebaran secara geologi
adalah penyebaran yang berdasarkan pergerakan air laut sehingga radionuklida di laut akan
tersebar ke bagian laut yang lain. Penyebaran secara biologi adalah penyebaran yang
diakibatkan oleh bioakumulasi dari biota-biota yang memakan radionuklida secara tidak
sengaja karena makanan yang dimakan mengandung radionuklida. Rantai makanan di laut
membuat terjadinya bioakumulasi serta pergerakan dari spesies-spesies biota di laut yang
sering berpindah jauh membuat penyebaran radionuklida menjadi luas. Penyebaran secara
kimia adalah penyebaran yang terjadi akibat dari sifat-sifat kimia unsur kimia radionuklida
tersebut.

Mobilisasi atau pergerakan radionuklida di suatu ekosistem perairan laut hampir sama
dengan proses yang terjasi pada elemen-elemen lain yang terkandung di dalamnya. Dimana
sedimen selalu menjadi sink (tempat menerima endapan) utama dari beberapa sumber
radionuklida yang berbeda seperti dari percobaan senjata, pembuangan instalansi nuklir,
bocoran dan pelehan limbah pendumpingan radionuklida yang dibuang ke ekosistem
perairan. Penyebaran yang terjadi diantara air dan sedimen sangat ditentukan oleh sifat
fisika dan kimia yang dimiliki oleh radionuklida itu sendiri, akan tetapi pada akhirnya
mereka akan mengendap di sedimen dan akhirnya konsentrasi diperairan dapat berkurang
bahkan mungkin bisa mendekati hilang.
Sasongko, D.P. dan Kusminarto. 1998. Kajian Radioaktivitas Alam Laut Pesisir Semarang.
Manusia dan Lingkungan. PPLH-UGM.Yogyakarta. 33 hlm

Tafzani, Agus. 2002. Sebaran radioaktivitas, radionuklida alam dan faktor akumulasinya dalam
air, sedimen dan tanaman di perairan sungai dan laut surabaya. Puslitbang teknologi
maju Batan.

Djarot, S. W., 2003. Pengelolaan limbah NORM/TENORM dari kegiatan industri no nuklir,
Seminar aspek keselamatan radiasi dan lingkungan pada industri non nuklir.

IAEA. 2001. Inventory of accidents and losses at sea involving radioactive material IAEA
TECDOC-1242, Vienna.

You might also like