Professional Documents
Culture Documents
Wrap Up Skenario 1 Kedkom
Wrap Up Skenario 1 Kedkom
SKENARIO 1
KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA
KELOMPOK B10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2012/2013
KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA
Wanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh teman lelakinya dengan
pendarahan segar dan banyak lewat jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Menurut
temannya, wanita tersebut merupakan kekasihnya yang sedang mengandung,
mereka telah berhubungan dekat sejak kelas 2 SMP.
Sebelumnya pasien pergi ke dukun untuk menggugurkan kandungan, diajak oleh
tetangganya yang pernah menggugurkan kandungan karena anaknya yang sudah
terlalu banyak dan masih kecil-kecil, pasien juga ada riwayat minum obat peluruh
haid atau obat penggugur kandungan, namun sayang keadaan pasien sudah tidak
dapat ditolong lagi saat tiba di puskesmas.
Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki risiko tinggi kehamilan dan
terlambat dibawa ke puskesmas, sehingga terlambat juga dilakukan penanganan.
Kondisi seperti ini ikut berkontribusi terhadap tingginya AKB (Angka Kematian
Bayi)/IMR (Infant Mortality Rate) akibat kehamilan dan persalinan di Indonesia.
Berdasarkan data SDKI 2007, AKI Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup.
Dengan kejadian tersebut, kemudian puskesmas melakukan pencatatan untuk
audit kematian maternal perinatal terhadap pasien tersebut.
Dalam pandangan Islam, hubungan suami istri di luar pernikahan dan
menggugurkan kandungan tidak dibenarkan dalam agama.
2
KATA-KATA SULIT
HIPOTESIS
Ibu hamil usia muda dengan faktor risiko melakukan aborsi, terjadi pendarahan
sehingga telat diberikan penanganan mengakibatkan kematian ibu dan bayi
sehingga terjadi perubahan AKB dan AKI, lalu dilakukan pencatatan audit
kematian maternal perinatal dan didapatkan hasil yang meningkat.
3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada Masa
Pubertas
a. Definisi Pubertas
b. Tahapan Perkembangan Masa Remaja
c. Perilaku Berisiko
d. Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Memahami dan Menjelaskan Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
a. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
b. Faktor Penyebab Risiko Tinggi Kehamilan
c. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang Tinggi
3. Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal
a. Definisi
b. Tujuan
c. Indikator Mortalitas
d. Kebijaksanaan dan Strategi
e. Langkah dan Kegiatan
f. Metode Pelaksanaan
g. Pencatatan dan Laporan
4. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan pada Remaja
a. Definisi
b. Faktor yang Mempengaruhi
c. Dampak yang Terjadi
d. Penanggulangan
5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Hubungan Suami Istri
di Luar Pernikahan dan Aborsi
a. Hukum Zina
b. Hukum Aborsi
4
1. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada
Masa Pubertas
a. Definisi Pubertas
Beberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:
5
Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah
sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Masa remaja, yakni usia antara usia 11 – 20 tahun adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut
masa peralihan
6
Perkembangan Biologis Remaja
Perubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik
– Laki-laki : Perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang
semakin berotot
– Perempuan : Pinggulnya membesar dan munculnya lemak. Perempuan
dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki
(Berk, 1998)
7
Belajar untuk membuat keputusan sendiri dan sering bertentangan
dengan orang tua
Biasanya gampang tersinggung dan sulit dimengerti
Mulai ada privasi dan menjalin hubungan dengan lawan jenis
Perkembangan sosial
Beberapa hal berikut adalah faktor risiko untuk masa remaja mengalami
perilaku berisiko yaitu ;
a. Perubahan emosi menyebabkan remaja mudah tersinggung, mudah
menangis, cemas, frustasi dan sekaligus tertawa.
b. Perubahan intelegensi, sehingga menyebabkan remaja menjadi mudah
berfikir abstrak serta senang memberi kritik. Disamping itu remaja juga
8
mudah untuk mengetahui hal-hal baru, sehingga memunculkan perilaku
ingin mencoba-coba.
c. Keingintahuan yang tinggi, khususnya terkait dengan kesehatan
reproduksi remaja, mendorong ingin mencoba dalam bidang seks yang
merupakan hal yang sangat rawan, karena dapat membawa akibat yang
sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja putri.
d. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja
antara lain adalah 1) masalah gizi, 2) masalah pendidikan, 3) masalah
lingkungan dan pekerjaan, 4) masalah seks dan seksualitas dan 5)
masalah kesehatan reproduksi remaja itu sendiri.
9
g. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan perilaku
remaja berisiko
10
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh
keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa
mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan
melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah
pada remaja di sekolah menegah (SMP/SMA).
11
terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan
dalam bermain bersama dengan temannya.
Pencegahan
Perawatan
12
persalinan; memiliki kelenjar penghasil hormon reproduksi yang sehat
Diperlukan gizi yang adekuat
2. Diperlukan landasan psikis yang kuat dan memadai dimulai sejak bayi
3. Terbebas dari penyakit organ reproduksi
4. Dapat melewati masa hamil dengan aman
1. Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja
perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2. Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-
ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis
selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular
seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat
merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan.
Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan
aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya
juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan
remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-
mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan
seksual dengan pacar merupakan bukti cinta atau mitos bahwa
berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan.
Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan
kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi
13
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi
secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal
antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD
umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia
belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat
ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang
untuk melangsungkan kehamilan.
14
kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu
persalinan.
3 faktor terlambat :
Terlambat dalam mengambil keputusan
Terlambat sampai ke tempat rujukan
Terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan
4 faktor terlalu :
Terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun)
Terlalu tua saat melahirkan (> 35 tahun)
15
Terlalu banyak anak (> 4 anak)
Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)
16
Suatu Kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di Desa dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan Persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
pada ibu hamil, termasuk perencanaan pemakaian alat kontrasepsi pasca
persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran
untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi baru lahir KB.
Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu
hamil terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan
melibatkan peran aktif unsur – unsur masyarakat seperti kader, dukun
dan tokoh masyarakat.
Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan
apabila sewaktu – waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap
sedia untuk membantu. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami
komplikasi tidak terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan
cepat.
Manfaat P4K
Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi
baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.
Mekanisme P4K
17
Langkah-langkah pelaksanaan P4K dengan Pemasangan Stiker
18
BdD Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang
P4K terutama dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB
pasca persalinan yang harus tercatat dalam Amanah Persalinan yang
dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas kesehatan dan
Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll.
BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis
malaria lakukan pemeriksaan apus darah tebal, PMTCT, dll)
Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan
Kartu Ibu, kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong
Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa
(termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb)
Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas
Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi
yang dilahirkan aman dan selamat
Peran Masyarakat/Kader/Dukun
Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa
binaan.
Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu
(Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan sesudah melahirkan)
Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi
Stiker, termasuk KB Pasca melahirkan.
Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor
darah, transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi
kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan sesudah melahirkan.
Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan
kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan
Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
19
a. Definisi
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah
kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu
penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada
tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil
dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk
membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah :
Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu
dilaksanakan Audit Maternal-Perinatal (AMP) sebagai salah satu upaya
pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan risiko kematian
ibu dan bayinya.
20
terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling
tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu
wilayah.
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan
sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
21
Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara
otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang
mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh
sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab
kematian.
b. Tujuan
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu
pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal.
c. Indikator Mortalitas
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang
menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun
tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab
belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai
22
risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang
masih muda.
Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak
memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada
indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun
yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar
akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu
wilayah tertentu.
23
3. Angka Kematian Bayi (AKB)
Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang
dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.
24
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program
penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun.
Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia
dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Definisi
Catatan :
25
K = 1000
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah
kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai
dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu.
Rumus
Catatan :
Σlahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu &
daerah tertentu
K = konstanta (1000)
Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang
baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11
bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
26
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)
Rumus
Catatan :
Konsep
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang
berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4
tahun 11 bulan 29 hari.
27
penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau
di sekitar rumah.
Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk
kematian bayi.
Catatan :
Konsep
28
Definisi
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan
dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka
kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio
kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.
Catatan:
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Keterbatasan
29
d. Kebijaksanaan dan Strategi
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan
bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal
tersebut, kebijaksanaan Indonesia Sehat 2010 dan strategi Making
Pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah
sebagai berikut :
Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus
melalui program jaga mutu puskesmas, di samping upaya perluasan
jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan pengendalian mutu antara
lain melalui kegiatan audit perinatal.
Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu
memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan
pelayanan KIA diseluruh wilayahnya
Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar
(puskesmas dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS
kabupaten/kota
Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para
pengelola dan pelaksanaan program KIA melalui kegiatan analisis
manajemen dan pelatihan klinis
30
membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan
audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku)
d) Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan
dari kegiatan audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan
masalah setempat
e) Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, bersama-
sama RS dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin, dalam
bentuk yang disepakati oleh tim AMP.
31
- Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola
program terkait
- Pihak lain yang terkait, sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik
swasta petugas rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain.
Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam
pertemuan tim AMP
Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak
lanjutnya, dan melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi
untuk memohon dukungan
Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan pengelolaan program KIA, secara berkelanjutan
B. Tingkat puskesmas
Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai
upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP
Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta
perinatal dan penanganan atau rujukannya, untuk kemudian
dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota
Mengikuti pertemuan AMP di kabupaten/kota
Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal )
selambat-lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini
harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-
lambatnya dalam waktu 1 bulan. Temuan otopsi verbal dibicarakan
dalam pertemuan audit dikabupaten /kota.
Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan
KIA, sebagai tindak lanjut dari kegiatan audit
Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota
Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor
terkait.
C. Tingkat propinsi
Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh
kabupaten/kota
32
Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan
pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama
kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara intensif.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota
Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota
sesuai kebutuhan
Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan
tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan
sektor diluar kesehatan
Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
D. Tingkat pusat
Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP, sebagai salah satu bentuk
upaya peningkatan mutu pelayanan KIA di wilayah kabupaten/kota
serta peningkatan kesinambungan pelayanan KIA di tingkat dasar dan
tingkat rujukan primer.
f. Metode Pelaksanaan
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota,
berlangsung sekitar 2 jam.
Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau
puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit
kabupaten/kota/puskesmas hendak nya di audit, demikian pula kasus
kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya
Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan
kasus sejak dari :
33
- Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari
pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak
kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi
gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa
yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian
ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
- Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk
bertujuan menyalahkan atau memberi sanksi, salah satu pihak
- Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan
dan rencana tindak lanjut, yang akan disampaikan dan dibahas dalam
pertemuan tim AMP yang akan dating
- RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu
dan perinatal kedinas kesehatan kabupaten/kota, dengan memakai
format yang disepakati
34
- Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal
yang masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh
perawat
- Form MA (formulir medical audit )
Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun
audit perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas
dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak
(untuk kasus perinatal)
35
muda akhir.
Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika
terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan
berisiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari
reproduksi sehat.
Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks
pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD).
Kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak
direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada
remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari
masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan.
36
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang
kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat
tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan
reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi
dianggap tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran
informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat
kurang.
d. Hukum atau Peraturan
Dalam agama Islam menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya
dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19
tahun. Dari segi lain makin mudah orang bercerai dalam suatu
masyarakat makin banyak perkawinan usia muda.
e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat
Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum
menikah di anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan
pandangan dan kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai
dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua.
f. Dorongan Biologis
Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual
merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi
dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari
luar, misalnya dengan membaca buku atau melihat film/ majalah yang
menanpilkan gambar–gambar yang membangkitkan erotisme. Di era
teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah
mengakses gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu di
bawa dalam setiap langkah remaja.
g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja
terhadap orang tua atau sifat menentang.
h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis
37
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai–
nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan
kuat tidak akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah
dosa besar yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang
Maha Esa. Namun keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja
dipengaruhi obat–obatan misalnya psikotropika. Obat ini akan
mempengarui pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai–nilai
agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.
i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting
untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang
maupun waktu maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi.
Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks
didukung oleh kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya
perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan
suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari–harinya
dengan kesibukan masing – masing sehingga perhatian terhadap anak
remajanya terabaikan.
Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang)
pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka
peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di
hotel/motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat
mendukung terjadinya hubungan seksual pra nikah.
j. Pandangan terhadap Konsep Cinta
Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta,
keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung
berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan,
sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika
telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering
dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangan
(Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,2005).
38
Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)
umumnya akan menimbulkan masalah–masalah sebagai berikut :
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya
mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat
menurunkan generasi penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan
perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk menerima
kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk
komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2–5 kali lebih tinggi
dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
b. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum
matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul
dalam perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena
kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu
kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah
menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal,
rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima
anak yang orang tuanya belum jelas.
c. Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan
dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya
dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari
nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga
menimbulkan stress (tekanan batin).
39
dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan
Bawaan Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan
dapat mengakibatkan tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres
memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil
dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam
bemtuk eklampsi dan pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan
kematian. Dimana keracunan kehamilan merupakan penyebab kematian
ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang
pintas untuk melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka
kematian abortus yang dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka
pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan
infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan trias klasik yaitu
perdarahan, infeksi dan gestosis.
d. Penanggulangan
Penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau remaja sangat sukar
dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat
diantaranya :
a. Pengaruh Globalisasi
Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai
prilaku seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak
terbatas sehingga kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian.
Untuk itu perlu ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik
40
mulai dari masa anak- anak, karena semua agama berpendapat bahwa
kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang syah menurut
adat agama dan bahkan hukum yang disaksikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan sikap dan prilaku orang tua yang dapat dijadikan panutan dan
suri tauladan bagi remaja.
b. Pendidikan Seks
Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan
pengetahuan tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program
pendidikan seks ini lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat
pendekatan terpadu antara sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan
kesehatan dapat dilibatkan dalam penyampaian pendidikan seks, dan
sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok ke klinik sebagai
pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para remaja
yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.
c. Keluarga Berencana untuk Remaja
Kenyataannya perilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat
dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran
penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi.
Untuk itu perlu dicanangkan program keluarga berencana dikalangan
remaja sehingga pengendalian perilaku seks dapat tercapai.
d. Pelayanan Gugur Kandungan
Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga
tertentu atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan
dalam persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan
merupakan tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah
hamil remaja dengan keuntungan :
- Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki
- Bebas dari tekanan stres dan masyarakat
- Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja
- Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak
mengganggu fungsi reproduksi
41
- Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan. Walaupun
pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling
rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat
dilakukan begitu saja karena undang-undang kesehatan telah
menetapkan petunjuk pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum.
Dengan demikian melakukan gugur kandungan bukan berarti bebas
dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku dan yang meminta
dilakukannya
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina
dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki
dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam
hubungan perkawinan.
42
tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali.
Kemudian diasingkan selama setahun.
b. Hukum Aborsi
Pengertian
Aborsi menurut Bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari
kata “ajhadha - yajhidhu“ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya
43
secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya atau juga bisa
berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan
sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth
(menggugurkan) atau ilqaa’ (melempar) atau tharhu (membuang).
Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara
memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual
belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu
dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :
44
“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar( Qs An Nisa’ : 93 )
45
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan
sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan
obat. (Hasyiat Al Qalyubi : 3/159) Pendapat ini dianut oleh para ulama
dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini
disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya, (Syareh Fathul Qadir :
2/495) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang
menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin
dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga
boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka
tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan
ruh, demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama
madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab
Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur
dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak
wujud ini adalah tindakan kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad
Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya
Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan),
telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani
ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan
46
kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya
dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin
nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal
ini, para ulama berbeda pendapat.
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut
akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat
ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah swt : “
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ (Q.S.
Al Israa’: 33)
47
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh
kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih
diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu
lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum
yakin dan keberadaannya terakhir. (Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57) Dari
keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa
suatu alasan syar’i hukumnya adalah haram dan termasuk katagori
membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih
diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar.
Djuhari, Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan
Pengembangan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
http://cyber.unissula.ac.id/journal/dosen/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja
.pdf
http://imambuqori.blogspot.com/2013/02/hukum-hamil-di-luar-nikah-menurut-
islam.html
http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReproduksiRe
maja.pdf
http://www.acityawara.com/Detail-104-audit-maternal-perinatal--amp.html
http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=20104710112
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/01/Factsheet_AMP.pdf
http://www.noormuslima.com/hukum-anak-di-luar-nikah-dalam-islam/
http://www.slideshare.net/candra19/7-audit-maternal-perinatal
49