You are on page 1of 3

Pembahasan iklim

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca di satu daerah yang cukup luas
dan dalam kurun waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap
(Tjasyono, 2004). Namun akibat adanya aktivitas manusia seperti urbanisasi,
deforestasi, serta industrialisasi, mempercepat adanya perubahan iklim dalam
kurun waktu yang relatif cepat, sedangkan perubahan iklim tersebut berdampak
dalam berbagai sektor kehidupan, salah satunya pertanian. Kondisi tersebut yang
kemudian menjadikan klasifikasi iklim sebagai dasar dalam melakukan mitigasi
terhadap adanya dampak negatif dari perubahan iklim.
Iklim erat hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global
dapat menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen (Suberjo, 2009).
Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola
iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan
iklim terjadi karena adanya perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan
curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang
antara 50 sampai 100 tahun (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004). Perubahan
iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah
hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta
arah angin yang berubah drastis.
Iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, pada kegiatan
praktikum atau pengamatan di wilayah Kebun Raya Purwodadi pada saat itu iklim
atau keadaan rata-rata cuacanya cerah, namun pada sore hari mulai mendung dan
diikuti dengan gerimis. Ketika hujan turun didaerah pengamatan (hutan), tanah
akan menjadi basah dan berair. Ketika daratan hutan berair maka akan
mengakibatkan serasah akan membusuk dan menjadi kompos organik bagi
tumbuhan disekitarnya. Sehingga membuat tumbuhan mendapatkan sumber
makanan dan nutrisi untuk tetap tumbuh dan berkembang. Namun ketika kondisi
tanah yang terlalu basah atau berair, tidak semua tumbuhan mampu bertahan
untuk hidup, ada juga tumbuhan yang kemungkinan besar akan mati karena akar
atau batang bagian bawahnya membusuk karena kondisi seperti itu. Begitu juga
ketika cuaca panas, ada tumbuhan yang dapat bertahan dengan cuaca yang panas
dan ada juga yang tidak tahan dengan panas atau selalu membutuhkan air yang
cukup. Sehingga ketika suatu tanaman tidak tahan dengan cuaca yang panas maka
kemungkinan besar tanaman tersebut akan mati dan ketika tanaman tersebut dapat
bertahan pada cuaca yang panas maka akan selalu dapat tumbuh dan berkembang
dengan cuaca yang seperti itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa iklim sangat
mempengaruhi proses tumbuh dan berkembanganya suatu tanaman.
Suhu sangat berperan dalam proses metabolisme tumbuhan seperti
fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan respirasi untuk
menghasilkan energi dalam seluruh metabolisme dalam tumbuhan. Berdasarkan
data iklim 2005 – 2009 suhu rata-rata minimum di Kebun Raya Purwodadi
adalah 20,74 oC dan suhu maksimum 30,88 oC. Suhu bulanan berkisar antara
19,16 oC - 34,8 oC dan suhu rata-rata harian adalah 25,4 oC (Solikin,2009).

Air hujan dan irigasi adalah sumber air utama tanaman di Kebun Raya
Purwodadi. Air berfungsi sebagai pelarut nutrisi mineral, penyerapan nutrisi dari
tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta stabilizer suhu. Air
juga sebagai bahan baku fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik.
Berdasarkan data curah hujan tahun 1967-2000 dan klasifikasi iklim. Schmit
Ferguson maka iklim di lokasi ini termasuk golongan C agak basah dengan
curah hujan 237 mm/tahun; kelembaban relatif 79% (Arisoesilaningsih dan
Soejono, 2001); sedangkan berdasarkan pengamatan iklim tahun 2005 - 2009
tercatat curah hujan rata-rata 2018 mm / tahun; kelembaban relatif 70 - 80%;
kelembaban udara bulanan relatif bervariasi antara 67,41 - 89,89 % (Solikin,
2009).

Daftar pustaka

Arisoesilaningsih, E. dan Soejono, 2001. Kebun Raya Purwodadi adalah


Hortus Iklim Kering. Prosiding Seminar Nasional Konsrvasi dan
Pendayagunaan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering. Kebun
Raya Purwodadi. Malang: LIPI dan FMIPA Universitas Brawijaya.
P271-276.

Solikin. 2009. Fenologi Generatif Tanaman Kepel (Stelechocarpus burahol


(Blume) Hookf & Thomson). Prosiding Seminar Nasional Kelompok
Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXXVI. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma. 165-169.

Suberjo, (2009). Adaptasi Pertanian Dalam Pemanasan Global. Dosen Fakultas


Pertanian UGM Yogyakarta dan Mahasiswa Doktoral The University of
Tokyo.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Perubahan iklim global. dari:


http:/climatechange.menlh.go.id.

Tjasyono. 2004. Klimatologi / Bayong Tjasyono. Bandung : ITB

You might also like