You are on page 1of 6

Identifikasi Telur Cacing........(Dyah Widiastuti, dkk.) BALABA Vol. 10 No.

21, Desember 2014: 97-102

29. Ahmed RK, Koyee QMK, Rahemo ZIF. Intestinal 33. Sinniah B, Manmohan S, Khairul A. Preliminary VIRUS WEST NILE: EPIDEMIOLOGI, KLASIFIKASI DAN DASAR MOLEKULER
parasites of experimental rodents with testing the survey of Capillaria hepatica (Bancroft, 1893) in
efficacy of diagnostic methods. Int Res J Pharm. Malaysia. J Helminthol. 1979; 53: 147–52. WEST NILE VIRUS: EPIDEMIOLOGY, CLASSIFICATION AND MOLECULAR BASIC
2012; 2 (3): 77–81. 34. Kataranovski M, Mirkov I, Belij S, et al. Intestinal
30. Fitriyanto B. Pemeriksaan endoparasit pada tikus di helminths infection of rats (Rattus norvegicus) in the Bina Ikawati, Dyah Widiastuti, Puji Astuti
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. Data tidak Belgrade area (Serbia): the effect of sex, age and Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
dipublikasikan. Banjarnegara: Balai Litbang P2B2 habitat. Parasite. 2011; 18: 189–96. Jl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
Banjarnegara; 2012. E_mail: bina.ikawati@gmail.com
35. Tung K-C, Hsiao F-C, Wang K-S, Yang C-H, Lai C-
31. Kia E, Homayouni M, Farahnak A, Mohebali M, H. Study of the endoparasitic fauna of commensal
Shojai S. Study of endoparasites of rodents and their rats and shrews caught in traditional wet markets in Received date: 16/5/2014, Revised date: 11/11/2014, Accepted date: 13/11/2014
zoonotic importance In Ahvaz, South West Iran. Iran J Taichung City, Taiwan. J Microbiol Immunol Infect.
Publ Heal. 2001; 30 (1-2): 49–52. 2013; 46: 85–8.
32. Paramasvaran S, Sani R., Hassan L, et al. 36. NPMA. Why rodents are a danger to health and home.
Endoparasite fauna of rodents caught in five wet 2013. [cited 2013 August 21]. Available at:
markets in Kuala Lumpur and its potential zoonotic http://www.pestworld.org/news-and-views/pest- ABSTRAK
implications. Trop Biomed. 2009; 26 (1): 67–72. articles/articles/health-threats-posed-by-rodents/. Virus west nile (WN) dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk. Di Indonesia virus west nile mulai
diperhatikan karena menginfeksi 12 warga Surabaya pada tahun 2014. Pemahaman mengenai virus west nile ditinjau dari
aspek epidemiologi, klasifikasi dan dasar molekuler diperlukan untuk mengenal apa dan bagaimana sifat dari virus WN
dalam rangka upaya deteksi dini dan pencegahan terjadinya KLB virus WN. Tulisan ini merupakan telaah dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai jurnal dan buku teks mengenai virus west nile. Secara epidemiologi virus dapat
tersebar melalui vektor nyamuk utamanya Culex sp., dan Aedes sp. sebagai vektor sekunder. Virus ini di alam juga
ditemukan pada burung/unggas. Penularan virus melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi ke hewan dan manusia. Virus west
nile merupakan anggota famili Flaviviridae dari genus Flavivirus. Virus ini memiliki genom yang terdiri dari satu single-
stranded (ss) RNA yang dikelilingi suatu nucleocapsid berbentuk icosahedral atau isometric. Genom virus west nile
memiliki panjang 11.029 nukleotida. Upaya pencegahan terhadap infeksi virus WN dapat dilakukan dengan mengendalikan
populasi nyamuk, mengurangi gigitan nyamuk, dan secara berkala melakukan survei pada unggas/burung utamanya yang
dipelihara dalam skala besar maupun yang sedang bermigrasi.

Kata kunci: virus west nile, epidemiologi, klasifikasi, dasar molekuler

ABSTRACT
West nile (WN) virus can cause a disease transmitted by mosquitoes. West nile virus in Indonesia should be noted because it
has infected 12 people in the early 2014. A good understanding of west nile virus in terms of epidemiology, classification and
molecular basis was needed to know about WN virus properties and ultimately early detection and prevention of WN virus
outbreaks can be performed precisely. A literature review was arranged by collecting information from various journals and
textbooks about west nile Virus. WN virus can be transmitted by Culex sp. as the main mosquito vector, however Aedes sp.
also potential as secondary vector. WN virus presence was maintained in nature through its life cycle in birds or poultry. The
transmission can only occure through an infected mosquito bitting to other animals and humans. West nile virus is a member
of genus Flavivirus from family Flaviviridae. West nile virus has a genome consisted of a single-stranded (ss) RNA
surrounded by an icosahedral nucleocapsid. West nile virus genome has 11,029 nucleotides. Prevention efforts toward WN
virus infection can be done by performing mosquito control, reducing mosquito bites, and conducting periodical surveys in
migrating birds or large-scale poultry.

Key words: west nile virus, epidemiology, classification, molecular basic

PENDAHULUAN dengan kasus ensefalitis (peradangan akut pada


Virus west nile adalah virus yang dapat otak). 1
menimbulkan penyakit dan ditularkan melalui Virus west nile saat ini telah menyebar secara
nyamuk di daerah beriklim sedang dan tropis. Virus global, dengan kasus pertama di bagian barat
ini pertama kali diidentifikasi di sungai Nil bagian diidentifikasi di New York City pada tahun 1999.
barat Uganda, Afrika Timur, pada tahun 1937. Penyebaran virus di benua Amerika Serikat, dari
Sebelum pertengahan 1990-an, penyakit ini hanya utara Kanada sampai kepulauan Karibia dan
terjadi sporadis dan hanya berisiko kecil bagi Amerika Latin. Virus ini juga telah menyebar ke
manusia, sampai terjadi wabah di Aljazair pada tahun Eropa, di daerah luar Mediterania. Virus west nile
1994 dan wabah besar di Rumania pada tahun 1996 kini endemik di Afrika, Asia, Australia, Timur

58 97
Virus West Nile .......................(Bina Ikawati, dkk.) BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 53-58

Tengah, Eropa, dan terutama di Amerika Serikat mengurangi risiko terjadinya infeksi. Virus ini 3. Ruiz. Rodents in disasters. USA: Pan American Baltimore, Maryland. J O Parasitol. 1977; 63: 117 –
yang pada tahun 2012 mengalami wabah terburuk. Serba
keberadaannya di alam Serbi Parasit
terpelihara oleh burung dan Health Org.; 2004:18. 22.
Pada tahun 2012, virus west nile (WN) nyamuk. Terdapat lebih dari 60 spesies nyamuk 4. Battersby SA, Parsons R, Webster JP. Urban rat 17. Ahmad MS, Maqbool A, Mahmood-ul-Hassan M,
menewaskan 286 orang di Amerika Serikat, dengan yang dapat menularkan virus WN. Di Amerika infestations and the risk to public health. J Environ Mushtaq-ul-Hassan M, Anjum AA. Capillaria
negara bagian Texas merupakan kawasan paling Utara dan Eropa ditemukan nyamuk penular Hlth Res. 2002; 1: 4–12. hepatica (nematode) in rodents of the lahore
parah terinfeksi oleh virus ini.1 utamanya dari genus Culex, yaitu Culex pipiens metropolis corporation-Pakistan. J Anim Plant Sci.
5. Belding DL. Capillaria Hepatica. In: Textbook Of
Hasil penelitian Mynt menunjukkan bahwa complex yang ornithophilic (menyukai darah 2011; 21 (4): 787–93.
4 Parasitology. 3rd Edition. New York: Appleton-
virus WN ditemukan pada serum pasien demam burung/unggas). Hasil penelitian di laboratorium
Century-Crofts; 1965: 402–3. 18. Stojcevic D, Marinculic A, Mihaljevic Z. Prevalence
akut di Pulau Jawa yang dikoleksi sejak tahun 2004 menunjukkan Aedes spp. berpotensi pula sebagai
5
6. Lloyds S, Elwood CM, Smith KC. Capillaria of Capillaria hepatica in norway rats (Rattus
hingga 2005. Secara genotip, virus tersebut vektor virus WN. Penularan virus WN harus
2
hepatica infection in a British dog. Vet Rec. 2002; norvegicus) in Croatia. Vet Arh. 2002; 72 (3): 141–9.
teridentifikasi sebagai virus WN lineage 2. melalui vektor yaitu nyamuk. Unggas yang
Keberadaan virus west nile di Indonesia harus terinfeksi berinteraksi dengan vektor agar dapat 151: 419-20. 19. Claveria FG, Causapin J, Guzman MA, Toledo MG,
diperhatikan karena pada tahun 2014 virus tersebut menularkan ke hewan lain dan manusia. Kontak 7. Urquhart GM, Armour J, Duncan AM, Dunn JL, Salibay C. Parasite biodiversity in Rattus spp. caught
telah menginfeksi 12 warga Surabaya yang dirawat langsung antara unggas yang diinfeksi virus WN Jennings SW. Textbook of veterinary parasitology. in wet markets. Southeast Asian J Trop Med Public
intensif di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya tidak terjadi karena tidak ditemukannya antibodi United Kingdom: Longman; 1987. Heal. 2005; 36: 146–8.
melalui gigitan nyamuk Culex. Virus West Nile ini dan virus pada tubuh unggas.5 Vektor akan 8. Abu-Madi MA, Lewis JW, Mikhail M, El-Nagger 20. Stojcevic D, Marinculic A, Mihaljevic Z. Prevalence
terindikasi oleh dokter yang tergabung dalam terinfeksi bila menghisap darah unggas yang ME, Behnke JM. Monospecific helminths and of Capillaria hepatica in norway rats (Rattus
Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, terinfeksi virus WN dan virus akan arthropod infections. J Helminthol. 2001; 75: 313–20. norvegicus) in Croatia. Vet Arh. 2002; 72 (3): 141–9.
Surabaya.3 berkembangbiak dalam beberapa hari pada tubuh 21. Kumar V, Brandt J, Mortelmans J. Hepatic
nyamuk, dan membawanya ke kelenjar air liur yang 9. Seong J, Huh S, Lee J, Oh Y. Helminth in Rattus
norvegicus capture in Chunchon, Korea. Korean J capillariasis may simulate the syndrome of visceral
METODE siap ditularkan ke unggas atau manusia melalui larva migrans, an analysis. Ann Soc Belge Med Trop.
Review dilakukan dengan mengumpulkan gigitannya. Pada unggas yang telah terinfeksi, Parasitol. 1995; 33 (3): 235–7.
1985; 65: 101–4.
informasi dari berbagai jurnal, artikel ilmiah dan viremia dapat bertahan selama 4 hari, dan bila 10. Maff. Ministry of agriculture, fisheries and food.
buku teks mengenai virus west nile. Seluruh data burung tersebut sembuh maka antibodi akan Manual Of Veterinary Parasitology. UK: Her 22. Sandjaja B. Helmintologi Kedokteran. Jakarta:
dikompilasi dan disusun secara sistematis terbentuk dan bertahan sangat lama. 6 Majesty’s Stationery Office; 1971. Prestasi Pustaka; 2007.
deskriptif untuk memberikan gambaran Pencegahan penularan virus WN dapat 11. Fuehrer H-P, Igel P, Auer H. Capillaria hepatica in 23. Fuehrer H-P, Igel P, Auer H. Capillaria hepatica in
menyeluruh mengenai virus west nile yang meliputi dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans. man: an overview of hepatic capillariosis and man-an overview of hepatic capillariosis and
epidemiologi, klasifikasi, dan dasar molekuler. Surveilans vektor dapat dilakukan melalui spurious infections. Parasitol Res. spurious infections. Parasitol Res. 2011; 109 (4):
pengendalian populasi nyamuk serta mencegah 969–79.
12. Goswami R, Singh SM, Kataria M, Somvanshi R.
PEMBAHASAN gigitan nyamuk. Pengamatan terhadap lingkungan 24. Al-Zihiry K. Some intestinal helminths of norway rat
Clinicopathological studies on spontaneous
Epidemiologi utamanya pada unggas yang dipelihara dalam Rattus norvegicus (Berkenhout, 1769) in Basrah,
Hymenolepis diminuta infection in wild and
Pada manusia, masa inkubasi virus WN jumlah banyak (ekstensif) dan burung liar perlu Iraq. J Univ Thi-Qar. 2006; 2 (1): 45–56.
laboratory rats. Braz J Vet Pathol. 2011; 4 (2): 103–11.
antara 1-6 hari. Umumnya penyakit ini ringan pula diwaspadai adanya virus WN. Hasil penelitian
13. Souza MV de, Sianto L, Chame M, Ferreira LF, 25. Tutsyntain R. Pemeriksaan endoparasit pada tikus
dengan gejala klinik demam, menggigil, nyeri menunjukkan burung yang dipelihara secara
Araujo A. Syphacia sp. (Nematoda: Oxyuridae) in (Rattus spp.) di Desa Citereup Kecamatan Dayeuh
kepala, nyeri punggung, nyeri otot secara intensif lebih sedikit kemungkinan untuk positif
coprolites of Kerodon rupestris Wied, 1820 Kolot Kabupaten Bandung Jawa Barat tahun 2013.
menyeluruh, dan sulit tidur. Disamping itu, dapat virus WN. Unggas yang terkena virus WN dapat
(Rodentia: Caviidae) from 5,300 years BP in Data tidak dipublikasikan. Banjarnegara: Balai
pula ditemukan gejala gangguan gastrointestinal tidak menimbulkan gejala sakit dan apabila
Northeastern Brazil. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio Litbang P2B2 Banjarnegara; 2013.
seperti mual, muntah, diare, dan nyeri lambung. bergejala mempunyai ciri gejala syaraf seperti,
perdarahan pada miokardium, dan perdarahan dan Janeiro. 2012; 107 (4): 539–42. 26. Tena D, Gimeno C, Pomata TP, et al. Human infection
Kemudian suhu badan penderita dapat mencapai
nekrosis pada saluran pencernaan. Unggas yang 14. Ceruti R, Sonzogni O, Origgi F, et al. Capillaria with Hymenolepis diminuta: Case Report from Spain.
40°C atau lebih. Pada umumnya, penderita akan
terkena virus WN tidak dapat menularkan virus hepatica infection in wild brown rats (Rattus J Clin Microbiol. 1998; 36 (8): 2375–77.
pulih sepenuhnya. Pada beberapa kasus, terutama 6
pada orang-orang berusia lanjut, akan berkembang tersebut secara langsung. norvegicus) from the urban area of Millan, Italy. J Vet 27. Marangi M, Zechini B, Fileti A, Quaranta G, Aceti A.
menjadi ensefalitis ataupun meningitis (infeksi Med. 2001; 48: 235-40. Hymenolepis diminuta infection in a child living in
pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang) Klasifikasi 15. Davoust B, Boni M, Branquet D, Ducos De Lahitte J, the urban area of Rome, Italy. J Clin Microbiol. 2003;
yang berisiko menyebabkan kematian. Diagnosis Virus West Nile merupakan anggota family Martet G. Research on three parasitic infestations in 41 (8): 3994–5.
yang akurat akan membantu penderita untuk tidak Flaviviridae dari genus Flavivirus. Famili rats captured in Marseille: evaluation of the zoonotic 28. Patamia I, Cappello E, Castellano-Chiodo D, Greco F,
mengalami tahap yang lebih parah dari infeksi virus Flaviviridae terbagi menjadi 3 genera yaitu: risk. Bull Natl Acad Med. 1997; 181: 887 – 97. Nigro L, Cacopardo B. A human case of Hymenolepis
3
West Nile. Flavivirus, Pestivirus dan Hepacivirus. Genus 16. Farhang-Azad A. Ecology of Capillaria hepatica diminuta in a child from eastern Sicily. Korean J
Virus WN dapat menyebabkan komplikasi Pestivirus terdiri dari 4 spesies virus yang (Bancroft, 1893) (Nematoda): dynamics of infection Parasitol. 2010; 48 (2): 167–9.
berat pada semua golongan usia dan kondisi merupakan kelompok patogen pada hewan antara among norway rat populations of the Baltimore Zoo,
kesehatan apapun sehingga sangat penting untuk lain: Bovine Viral Diarrhea Virus tipe 1 dan 2,
98 57
Identifikasi Telur Cacing........(Dyah Widiastuti, dkk.) BALABA Vol. 10 No. 21, Desember 2014: 97-102

Reservoir alami dan host definitif H. diminuta pasar tradisional di Taiwan menemukan H. diminuta Border Disease Virus dan Classical Swine Fever Beberapa penelitian virus WN difokuskan
adalah tikus dan hewan pengerat lainnya. Sementara sebesar 6,25% pada R. norvegicus dan 18,18% pada Virus. Genus Hepacivirus hanya terdiri dari satu pada gen penyandi protein E yang berperan penting
arthropoda coprophilic, seperti kutu, lepidoptera, R. rattus, C. hepatica sebesar 62,50% pada spesies yaitu virus Hepatitis C. Genus Flavivirus dalam proses perlekatan virus dan proses masuknya
dan coleoptera, bertindak sebagai intermediate host R. norvegicus dan 18,18% pada R. rattus, dan memiliki anggota yang paling banyak yaitu lebih virus dalam sel inang. Protein E bertindak sebagai
ketika makan telur H. diminuta dari feses tikus. Telur S. muris sebesar 27,27% pada R. rattus. dari 53 spesies, yang terbagi menjadi 12 kelompok target sistem imun dan memiliki variasi genetik yang
berkembang menjadi larva cysticercoid dalam Pasar merupakan tempat jual beli yang setiap yang saling berhubungan secara serologis. Virus tinggi.10 Protein M disintesis dalam bentuk prekursor
rongga tubuh mereka. Jika arthropoda infektif hari didatangi masyarakat dalam jumlah yang relatif West Nile merupakan salah satu spesies dari genus protein (preM). Prekursor ini akan diproses menjadi
dimakan oleh host definitif, cysticercoid yang banyak. Peran dalam dunia kesehatan, pasar dapat Flavivirus selain beberapa spesies yang lain seperti protein M dengan enzim convertase (furin) ketika
tertelan masuk ke dalam perut tikus dan berkembang menjadi sumber penularan berbagai penyakit, virus Dengue, Japanese Encephalitis, St. Louis virus telah mengalami maturasi.11 Kapsid virus West
menjadi cacing dewasa dimana telur berasal dari terutama pasar yang kebersihannya kurang Encephalitis, Murray Valley Encephalitis.7 Seluruh Nile berdiameter sekitar 30 nm dan terdiri dari dimer
kotoran binatang pengerat tersebut.
28
diperhatikan (pembuangan sampah, air kotor dan isolat virus West Nile berasal dari satu serotip namun protein C yang merupakan komponen dasar
Prevalensi cacing S. muris dalam penelitian lain- lain). terbagi dalam dua lineage (garis keturunan) yaitu penyusun nukleokapsid.8 Protein C ini terletak di
ini sebesar 5%, hal ini sejalan dengan penelitian Infestasi tikus di lingkungan pasar dapat lineage 1 dan 2.8 Perbedaan antar lineage 1 dan 2 dalam virion dan tidak berhubungan dengan protein
yang dilaporkan oleh Stojcevic, et al.2 di Croatia menyebabkan beberapa masalah, termasuk terletak pada substitusi dan delesi asam amino yang E dan M yang berada di sisi dalam envelop virion.
ditemukan S. muris sebesar 3,53%. Penelitian lain kontaminasi makanan dan penularan penyakit. Tikus menyusun protein envelope. Virus west nile lineage Walaupun partikel nukleokapsid terdiri dari protein
oleh Ahmed, et al.29 ditemukan S. muris sebesar dapat menghasilkan 12-16 mililiter urin dan sampai 1 berasosiasi dengan penyakit pada manusia di C, namun dimer protein ini dapat dipisahkan dari
24% pada R. norvegicus albino. Penelitian lima puluh kotoran tinja dalam waktu 24 jam. dunia, sedangkan lineage 2 hanya menginfeksi di struktur nukleokapsid dengan perlakuan garam
9 12
30
Fitriyanto di permukiman di Kabupaten Kontaminasi makanan oleh kotoran tikus selama daerah endemis enzootik Afrika. dalam konsentrasi tinggi.
Banjarnegara tahun 2012 menemukan spesies penyimpanan di dalam kios pasar dapat menjadi Dasar Molekuler Protein NS1 merupakan suatu glikoprotein
cacing ini pada organ sekum tikus. Ciri morfologi sarana penularan penyakit ke manusia ataupun Genom dan protein virus yang berperan penting dalam viability virus karena
13
dari telur S. muris antara lain berbentuk asimetris, hewan peliharaan.
36
Virus west nile memiliki genom yang terdiri memiliki ikatan disulfida. NS1 berfungsi sebagai
berwarna kekuningan dengan ujung menajam, dan dari satu single-stranded (ss) RNA yang dikelilingi kofaktor dalam proses replikasi RNA virus dan
membran telur bertekstur halus dengan dilapisi dua KESIMPULAN suatu nucleocapsid berbentuk icosahedral atau merupakan satu-satunya protein nonstruktural yang
dinding berbentuk silinder. Bagian dalam telur terisi Hasil identifikasi telur cacing zoonotik yang isometrik. Genom virus west nile memiliki panjang disekresi dalam jumlah yang banyak (lebih dari 50
penuh dengan embrio yang terdiri dari beberapa ditemukan pada feses R. tanezumi terdiri dari 11.029 nukleotida. Sekuen nukleotida dari virus ìg/ml) dalam serum pasien yang terinfeksi. Protein
segmen. C. hepatica, H. diminuta dan S. muris. Hal tersebut West Nile telah diketahui mengkode tiga protein ini juga diketahui berhubungan dengan tingkat
14
31
Menurut penelitian Kia, et al. di Ahvaz, Iran, perlu diwaspadai sebagai investigasi awal sumber struktural yang meliputi protein kapsid (C), protein keparahan penyakit. Banyak teori telah
jenis nematoda yang ditemukan dalam penelitian penularan penyakit kecacingan zoonotik. membrane (M), dan envelope (E). Selain itu, genom dikembangkan terkait kontribusi protein NS1
tersebut yaitu spesies S. muris dan G. neoplasticum. virus West Nile juga mengkode tujuh protein non terhadap mekanisme patogenik virus West Nile
Syphacia muris pernah ditemukan pada seorang SARAN struktural (NS). Secara keseluruhan, protein yang diantaranya bahwa [1] protein tersebut dapat
wanita yang bermukim di rumah dengan kondisi Masyarakat lebih waspada terhadap dikode oleh genom virus West Nile adalah 5'-C-prM- memicu terbentuknya reaksi autoantibodi yang
lingkungan sanitasi yang tidak baik dan kebersihan dan proses pengolahan bahan-bahan E-NS1-NS2A-NS2BNS3-NS4A-NS4B-NS5-3'.
7 berbahaya dalam tubuh inang,14 [2] antibodi anti NS1
G. neoplasticum ditemukan juga pada mulut seorang makanan yang diperoleh dari pasar untuk akan menyerang sel-sel dalam jaringan tubuh inang
16
wanita. menghindari penularan penyakit yang diakibatkan itu sendiri atau [3] adanya protein NS1 akan
Penelitian Paramsvaran, et al.32 pada lima kontaminasi telur cacing zoonotik dari feses tikus. menurunkan respon imun pasien terhadap virus West
pasar di Kualalumpur ditemukan spesies cacing Nile dengan mengurangi pengenalan terhadap sel
17
C. hepatica, H. diminuta dan S. muris. Kasus UCAPAN TERIMA KASIH terinfeksi melalui sistem komplemen.
pertama infeksi C. hepatica pada manusia Penulis mengucapkan terima kasih kepada NS2A merupakan protein membran
ditemukan pada tentara dari India.33 Penelitian Dinas Pasar Banjarnegara dan rekan-rekan semua hidrofobik yang berperan penting dalam replikasi
18
Battersby ditemukan 30 kasus C. hepatica pada yang telah membantu pelaksanaan penelitian RNA dan proses perakitan partikel virus. NS2A
manusia dan sebagian besar terjadi pada anak-anak sehingga berjalan lancar. juga merupakan suppressor utama proses transkripsi
usia 1-5 tahun. Parasit ini dapat menyebabkan interferon beta (IFN-â). Protein ini akan
hepatitis akut atau sub-akut ditandai dengan Gambar 1. Struktur Virus West Nile yang Diamati di menghambat respon interferon yang pada dasarnya
DAFTAR PUSTAKA Bawah Cryo-Electron Microskop.
eosinofilia dan demam persisten pada manusia. merupakan pertahanan awal di tubuh inang.19
1. Webster J, Macdonald D. Parasitic of wild brown rats Permukaan virion dengan salah satu unit
Hepatomegali dapat terjadi dengan telur di parenkim icosahedron asimetris yang ditandai dengan NS2B merupakan protein dengan berat
(Rattus norvegicus) on UK farms. Parasitology. gambar segitiga. Arah pelipatan icosahedron molekul 15 kDa yang berperan untuk memfasilitsi
hati merangsang nekrosis dan abses pada manusia
1995; 111: 247–55. ditunjukkan dengan label 5 dan 3 (A).
yang terinfeksi.
32
Potongan melintang menunjukkan lapisan aktivitas protease protein NS3.20 NS2B berfungsi
Penelitian Kataranovski, et al.34 di Serbia 2. Stojcevic D, Mihaljevic Z, Marinculic A. concentric yang padat. Virion core, lipid memfasilitasi proses folding protein NS3 berjalan
Parasitological survey of rats in rural regions of bilayer dan protein E serta30protein M dapat secara ideal sehingga protein tersebut dapat bekerja
menemukan Capillaria spp., S. muris dan prevalensi dibedakan dengan jelas (B). 21,22
parasit paling banyak yaitu H. diminuta (30,5%) Croatia. Vet Med - Czech. 2004; 3: 70–4. sebagai enzim protease.
pada R. norvegicus. Penelitian Tung, et al.35 pada

56 99
Virus West Nile .......................(Bina Ikawati, dkk.) BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 53-58

NS3 merupakan protein yang cukup besar (fusion pore). Lubang fusi tersebut akan semakin yang tipis. Embrio cacing (onchosphere) H. diminuta banyak. Telur tersebut menunjukkan kesamaan
dengan berat molekul 70 kDa dan memiliki dua membesar sehingga nukleokapsid virus ke luar dari terlihat tidak memiliki filamen polar dan kedua ukuran, bentuk dan struktur dengan telur C. hepatica
23
fungsi enzimatis yaitu sebagai protease dan sebagai envelop virion dan masuk ke sitoplasma sel inang. ujungnya tidak menebal (B). Telur S. muris yang ditemukan pada tikus yang terkena
24 21
ATPase. Protease memediasi proses proteolitik Lepasnya nukleokapsid dari envelop virion dikenal bercangkang tipis, namun bentuknya ellipsoidal capillariasis. Infeksi dapat terjadi secara kebetulan
prekursor poliprotein dengan cara memotong pada dengan proses uncoating. Selanjutnya RNA virus dengan kedua ujungnya terlihat pipih (C). karena menelan telur C. hepatica infektif yang
23
bagian C-terminal. Sedangkan ATPase berperan akan dikeluarkan oleh nukleokapsid kemudian terdapat di tanah yang berasal dari kotoran hewan
22
dalam proses replikasi RNA virus dengan cara ditranslasi menghasilkan poliprotein dan dilanjutkan PEMBAHASAN yang terinfeksi cacing tersebut.
memfasilitasi aktivitas polymerase protein NS5.25 dengan proses perakitan virion-virion baru yang siap Cacing merupakan makhluk hidup Kasus capillariasis pada manusia telah
Fungsi protein NS4A belum diketahui secara dikeluarkan dari dalam sel inang.32 kosmopolitan dan berperan penting dalam kesehatan dilaporkan di Eropa (Jerman, Switzerland, Italia,
pasti namun telah ditemukan beberapa bukti bahwa masyarakat. Infeksi kecacingan dapat menimbulkan Inggris, Jerman, Czechoslovakia, Yugoslavia dan
protein ini berperan sebagai “organizer” proses angka kesakitan dan bahkan angka kematian bagi Turki), Amerika Utara dan Selatan (USA, Kanada,
replikasi kelompok Flavivirus. NS4A bertindak masyarakat di berbagai belahan dunia, khususnya Meksiko dan Brazil), Asia (India, Korea, Jepang dan
sebagai kofaktor untuk enzim ATPase dari protein di negara-negara berkembang dengan tingkat Thailand), Afrika dan New Zealand. Enam puluh
NS3.26 sanitasi yang rendah. Tikus dapat menjadi reservoir persen dari semua laporan pada anak di bawah usia
NS4B merupakan protein hidrofobik dengan alami dari infeksi parasit zoonosis yang serius 8 tahun dan 59% diantaranya terjadi pada
23
berat molekul sekitar 27 kDa yang fungsinya juga termasuk cacing zoonosis. Pemeriksaan mikroskopis perempuan.
belum banyak diketahui. Salah satu fungsinya adalah pada feses tikus dapat digunakan untuk Cacing H. diminuta dalam penelitian ini
menghambat interferon-signaling cascade sehingga mengidentifikasi spesies cacing zoonosis. prevalensinya lebih rendah (5%) daripada yang
27 9
menurunkan respon imunitas inang terinfeksi. Prevalensi C. hepatica dalam penelitian ini dilaporkan oleh Seong, et al. di Korea sebesar
NS5 merupakan protein yang berkedudukan relatif rendah (10,5%) jika dibandingkan dengan 32,6%, Webster dan Macdonald1 di Inggris sebesar
di bagian C-terminal dari poliprotein virus west nile. prevalensi yang dilaporkan oleh Webster dan 22% dan Stojcevic, et al.2 di Croatia sebesar 36,9%.
Gambar 2. Siklus27 Replikasi Virus West Nile dalam Sel 1 14 24
Protein ini memiliki ukuran yang paling besar dan Inang McDonald di Inggris sebesar 23%, Ceruti, et al. di Penelitian Al-Zihiry di Irak menyatakan bahwa
9
paling conserved diantara virus-virus dalam Italia sebesar 36%, Seong, et al. di Korea sebesar H. diminuta ditemukan pada tikus R. norvegicus
kelompok Flavivirus. Bagian N-terminal protein 25,6%, Davoust, et al.15 di Marseille sebesar 44% dan (25,4%). Hymenolepis diminuta dikenal sebagai
KESIMPULAN 16
Farhang-Azad di Baltimore sebesar 75%. parasit umum dari tikus di seluruh dunia. Tikus
NS5 mengandung domain S-adenosyl methionine
Secara epidemiologi virus WN
A dapatN tersebar
O P H EPenelitian lain oleh Ahmad, et al.17 di Pakistan dikenal sebagai host alami dari parasit ini. Ciri
methyltransferase (MTase) yang merupakan
dengan vektor nyamuk utamanya Culex sp., namun ditemukan C. hepatica pada R. rattus dan morfologi dari telur H. diminuta antara lain
penyusun cap RNA virus. Cap RNA merupakan
demikian Aedes sp. juga berpotensi sebagai vektor. Mus musculus sebesar 7% dan penelitian Stojcevic, berbentuk bulat dengan ukuran sekitar 72 mm. Telur
struktur unik yang ditemukan pada ujung 5' RNA
Keberadaan virus ini di alam terpelihara pada 18
et al. di Croatia ditemukan telur C. hepatica pada berwarna kuning dengan membran dalam yang tipis
virus dan mRNA sel eukariot, yang berfungsi
burung/unggas. Menyerang semua golongan umur tikus R. norvegicus sebesar 3,91%. Perbedaan dan membran luar berstriae. Ciri yang membedakan
menjaga stabilitas RNA dan menjadi tempat
dan jenis kelamin, bersifat asimptomatis atau prevalensi C. hepatica pada beberapa penelitian antara telur H. diminuta dan H. nana adalah adanya
perlekatan dengan ribosom pada saat proses
28 menimbulkan gejala klinik. Manifestasi terberat dapat disebabkan oleh perbedaan dalam perilaku filamen polar yang terlihat jelas pada telur H. nana
translasi. Adapun bagian C-terminal NS5
adalah encephalitis dan meningitis. Virus west nile sosial, perkembangan fisiologis, status kebersihan, dan tidak ditemukan pada telur H. diminuta.12
mengandung enzim RNA-dependent RNA
merupakan anggota famili Flaviviridae dari genus kesadaran masyarakat tentang risiko tertular infeksi Genus Hymenolepis paling terkenal
polymerase yang sangat dibutuhkan pada sintesis
29 Flavivirus. Virus ini memiliki genom yang terdiri dari reservoir dan kebiasaan makan tikus.
19
menyebabkan efek patologis pada kesehatan
RNA genom.
dari satu single-stranded (ss) RNA yang dikelilingi Telur cacing C. hepatica berbentuk seperti manusia. Hymenolepis diminuta diketahui
Siklus replikasi suatu nucleocapsid berbentuk icosahedral atau gendang dengan kutub di kedua ujungnya. Telur ini ditemukan pada organ berbagai jenis mamalia,
Virus WN mampu bereplikasi di berbagai isometric. Genom virus west nile memiliki panjang memiliki struktur yang berstriae dengan banyak terutama pada tikus. Penelitian Tutsyntain
kultur sel dari berbagai spesies (mamalia, aves, 11.029 nukleotida. 11
minipores pada bagian cangkangnya. Capillaria di Bandung tahun 2013 menemukan spesies cacing
amfibi dan serangga). Tahap pertama dalam proses Upaya pencegahan adalah mengendalikan hepatica juga memiliki peran yang penting dibidang ini pada organ lambung dan usus R. tanezumi.12
masuknya virus ke dalam sel inang adalah perlekatan populasi nyamuk, mengurangi gigitan nyamuk, dan kesehatan, karena telah diketahui dapat Infeksi H. diminuta pada manusia jarang
protein E virus pada molekul reseptor selular.30 secara berkala melakukan survei pada menyebabkan penyakit infeksi yang disebut ditemukan di negara berkembang. Survei dari
Setelah melekat melalui reseptor selular, virus unggas/burung utamanya yang dipelihara dalam capillariasis. Gejala yang ditunjukkan pada penyakit populasi yang berbeda telah dilaporkan tingkat
memasuki sel melalui clathrin-mediated endocytosis skala besar maupun yang sedang bermigrasi. ini antara lain demam tinggi yang persisten, parasit berkisar antara 0,001% dan 5,5%. Di Spanyol
dan membentuk endosome (Gambar 2).31 Endosom 20
hepatomegali dan peningkatan eosinofil. Kejadian dilaporkan tujuh kasus infeksi H. diminuta pada
tersebut berada dalam kondisi pH rendah yang
DAFTAR PUSTAKA capillariasis pada manusia pertama kali dilaporkan manusia dan mereka semua anak-anak. Di Amerika
kemudian memicu konformasi molekul glikoprotein 26
1. Nasronudin. Kini saatnya Indonesia mewaspadai pada tahun 1923 yang menginfeksi seorang tentara Serikat sebanyak 48 kasus telah dilaporkan. Infeksi
dari protein E sehingga protein E berubah dari
penyakit virus west nile. Kompas. 29 Oktober 2013; Inggris yang sedang bertugas di India. Kasus tersebut H. diminuta pada manusia seringkali tanpa gejala,
bentuk homodimer menjadi monomer. Protein E
halaman 14. ditetapkan sebagai kasus capillariasis karena setelah namun pada beberapa kasus, gejala seperti nyeri
memasukkan lekukan fusi (fusion loops) ke dalam
dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada jaringan perut, iritabilitas, gatal-gatal dan peningkatan jumlah
membran endosom hingga membentuk lubang fusi 27
terlihat adanya telur-telur cacing dalam jumlah yang eosinofil juga dapat muncul.

100 55
Identifikasi Telur Cacing........(Dyah Widiastuti, dkk.) BALABA Vol. 10 No. 21, Desember 2014: 97-102

cacing zoonotik pada Rattus spp. yang tertangkap di Berdasarkan bentuk morfologi telur yang 2. Myint KS, Kosasih H, Artika IM, Perkasa A, Puspita 13. Chung KM, Nybakken GE, Thompson BS, Engle MJ,
Pasar Kota Banjarnegara sebagai investigasi awal teramati, dalam penelitian ini ditemukan 3 spesies M, Ma'roef CN, et al. West nile virus documented in Marri A, Fremont DH, et al. Diamond, antibodies
sumber penularan penyakit kecacingan zoonotik di cacing yaitu C. hepatica, H. diminuta dan Syphacia Indonesia from acute febrile illness specimens. Am J against west nile virus nonstructural protein NS1
Kabupaten Banjarnegara. muris (Gambar 1). Trop Med Hyg. 2014; 90 (2): 260-2. prevent lethal infection through Fc ã receptor
3. Nurcahyani DI. 12 warga Surabaya terinfeksi virus dependent and independent mechanisms. Journal of
METODE west nile. [Diakses 25 April 2014]. Diunduh dari: Virology. 2006; 1340–51.
Penangkapan tikus dilakukan selama tiga http://health.okezone.com/read/2014/01/09/482/924 14. Macdonald J, Tonry J, Hall RA, Williams B, Palacios
malam berturut-turut pada bulan Agustus 2013 113/dua-warga-surabaya-terinfeksi-virus-west-nile. G, Ashok MS, et al. NS1 protein secretion during the
menggunakan 200 single live trap di Pasar Kota A acute phase of west nile virus infection. J. Virol. 2005;
4. Gray TJ, Cameron EW. A review of the
Banjarnegara. Perangkap dipasang berdasarkan jenis 79 (22): 13924-33.
epidemiological and clinical aspect of west nile
barang yang dijual yaitu terdiri dari kios buah, kios
virusses. Internatioanl Journal of General Medicine. 15. Chang HH, Shyu HF, Wang YM, Sun DS, Shyu RH,
sembako dan kios beras. Ketiga jenis kios ini
[Diakses 2 Mei 2014]. Diunduh dari: Tang SS, et al. Facilitation of cell adhesion by
mewakili kios dengan komoditi bahan pangan di
http://dx.doi.org/10.2147/IJGM.S59902. immobilized dengue viral nonstructural protein 1
Pasar Kota Banjarnegara. Feses tikus diambil dari
5. Turell MJ, Dohm DJ, Sardelis MR, Oguinn ML, (NS1): arginineglycine-aspartic acid structural
tikus yang tertangkap dengan perangkap, kemudian
Andreadis TG, Blow JA. An update on the potential of mimicry within the dengue viral NS1 antigen. 2002. J.
diidentifikasi spesiesnya.
north American mosquitoes (Diptera: Culicidae) to Infect.Dis. 2002; 186 (6): 743-51.
Feses dari masing-masing tikus dimasukkan
dalam kantong plastik dan diperiksa di Laboratorium transmit west nile virus. J Med Entomol. 2005; 42 (1): 16. Lin CF, Lei HY, Shiau AL, Liu HS, Yeh TM, Chen SH,
Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. B 57–62. et al. Endothelial cell apoptosis induced by antibodies
Isolasi telur cacing dari sampel feses dilakukan 6. Sendow I, Noor SM. Virus west nile sebagai salah against dengue virus nonstructural protein 1 via
dengan metode pengapungan sebagaimana yang satu penyakit emerging zoonosis. Lokakarya production of nitric oxide. J Immunol; 2002; 169:
10
dijelaskan oleh MAFF. Telur cacing yang Nasional Penyakit Zoonosis. 657-64.
ditemukan diidentifikasi spesies berdasarkan 7. International Committee on Taxonomy of Viruses 17. Chung KM, Liszewski MK, Nybakken G, Davis AE,
morfologinya. Identifikasi telur cacing C. hepatica [homepage on the Internet]. USA,Virology Division Townsend RR, Fremont DH, et al. West nile virus
berdasarkan Fuehrer,11 H. diminuta berdasarkan of the International Union of Microbiological nonstructural protein NS1 inhibits complement
12 13
Goswami dan S. muris berdasarkan Souza. Societies [cited 2014 April 30]. Available from: activation by binding the regulatory protein factor H.
http://ictvonline.org/index.asp. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 2006; 103 (50): 19111-6.
HASIL 18. Liu WJ, Chen HB, Khromykh AA Molecular and
Jumlah tikus yang tertangkap sebanyak 29 C 8. Margo AB. Replication cycle and molecular biology
of the west nile virus. Viruses. 2014; 6: 13-53. functional analyses of Kunjin virus infectious cDNA
ekor terdiri dari 28 ekor R. tanezumi dan 1 ekor clones demonstrate the essential roles for NS2A in
R. norvegicus dengan jenis kelamin 15 ekor tikus 9. Lyle RP, Roehirig JT. West nile virus: a reemerging
virus assembly and for a nonconservative residue in
jantan dan 14 ekor tikus betina. Prevalensi telur global pathogen. Emerging Infectious Diseases.
NS3 in RNA replication. J. Virol. 2003; 77 (14): 7804-
cacing zoonotik pada feses tikus yang tertangkap 2001; 7 (4).
13.
secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 1. 10. Chambers TJ, Halevy M, Nestorowicz A, Rice CM,
Tabel 1 menunjukkan spesies yang tertangkap 19. Liu WJ, Wang XJ, Clark DC, Lobigs M, Hall RA,
Lustig S. West nile virus envelope proteins:
didominasi oleh R. tanezumi. Rattus norvegicus Gambar 1. Morfologi Telur Cacing pada Feses Tikus yang Khromykh AA. A single amino acid substitution in
Ditemukan nucleotide sequence analysis of strains differing in
hanya ditemukan 1 ekor dan fesesnya tidak the West Nile virus nonstructural protein NS2A
mouse neuroinvasiveness. Journal of General
mengandung telur cacing. Telur cacing zoonotik disables its ability to inhibit alpha/beta interferon
Gambar 1 menunjukkan bahwa telur Virology. 1998; 79: 2375–80.
hanya terdapat pada spesies R. tanezumi. Prevalensi induction and attenuates virus virulence in mice.
C. hepatica memiliki cangkang berlapis ganda yang 11. Zhang W, Chipman PR, Corver J, Johnson PR, Zhang J.Virol. 2006; 80 (5): 2396-404.
C. hepatica mencapai dua kali lipat dibandingkan
berstriae dengan penonjolan di kedua ujungnya (A). Y, Mukhopadhyay S, et al. Visualization of
dengan spesies H. diminuta dan S. muris. 20. Chambers TJ, Grakoui A, Rice CM. Processing of the
Telur H. diminuta berbentuk bulat dengan cangkang membrane protein domains by cryo-electron
yellow fever virus nonstructural polyprotein: a
microscopy of dengue virus. Nat. Struct. Biol. 2003;
catalytically active NS3 proteinase domain and NS2B
Tabel 1. Prevalensi Telur Cacing Zoonotik pada Feses Tikus yang Tertangkap di Pasar Kota Banjarnegara 10: 907–12.
are required for cleavages at dibasic sites. J Virol.
Jumlah Jumlah sampel feses positif telur cacing 12. Kiermayr S, Kofler RM, Mandl CW, Messner P, 1991; 65: 6042-50.
sampel C. hep atica % H. diminuta % Syphacia % Heinz FX. Isolation of capsid protein dimers from the
No Spesies tikus 21. Condotta SA. Molecular and cellular studies of the
feses muris tick-borne encephalitis flavivirus and in vitro
diperiksa west nile virus NS2B/NS3 protease. Thesis. The
assembly of capsid-like particles. J. Virol. 2004; 78:
1 R. tanezumi 19 2 10,5 1 5,3 1 5,3 Faculty Of Graduate Studies (Microbiology and
8078–84.
2 R. norvegicus 1 0 0 0 0 0 0 Immunology). University Of British Columbia;
Total 20 2 10 1 5 1 5 2010.

54 101
Virus West Nile .......................(Bina Ikawati, dkk.) BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 53-58

22. Shiryaev SA, Ratnikov BI, Chekanov AV, Sikora S, 27. Ambrose RL, Mackenzie JM.West nile virus IDENTIFIKASI TELUR CACING ZOONOTIK PADA FESES Rattus tanezumi
Rozanov DV, Godzik A, et al. Cleavage targets and differentially modulates the unfolded protein DI PASAR KOTA BANJARNEGARA
the D-arginine-based inhibitors of the West Nile virus response to facilitate replication and immune evasion.
IDENTIFICATION OF ZOONOTIC HELMINTH EGGS ON Rattus tanezumi RAT DROPPINGS
NS3 processing proteinase. Biochem J. 2006; 393: J. Virol. 2011; 85: 2723–32.
IN BANJARNEGARA CITY MARKET
503-11. 28. Egloff MP, Benarroch D, Selisko B, Romette JL,
23. Wengler G, Czaya G, Farber PM, Hegemann JH. In Canard B. An RNA cap (nucleoside-2'-O-)- Dyah Widiastuti*, Nova Pramestuti, Novia Tri Astuti
vitro synthesis of west nile virus proteins indicates methyltransferase in the flavivirus RNA polymerase Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
Jl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
that the amino-terminal segment of the NS3 protein NS5: crystal structure and functional
*E_mail: umi.azki@gmail.com
contains the active centre of the protease which characterization. EMBO J. 2002; 21 (11): 2757-68.
cleaves the viral polyprotein after multiple basic 29. Grun JB, Brinton MA. Characterization of west nile Received date: 3/1/2014, Revised date: 31/10/2014, Accepted date: 3/11/2014
amino acids. J Gen Virol. 1991; 72 (4): 851-8. virus RNA-dependent RNA polymerase and cellular
24. Borowski P, Niebuhr A, Mueller O, Bretner M, terminal adenylyl and uridylyl transferases in cell-
Felczak K, Kulikowski T, et al. Puri? cation and free extracts. J. Virol. 1986; 60 (3): 1113-24.
characterization of west nile virus nucleoside 30. Valiakos G, Athanasiou LV, Touloudi A, Papatsiros V,
triphosphatase (NTPase)/helicase: evidence for Spyrou V, Petrovska L, et al. West nile virus: basic ABSTRAK
dissociation of the NTPase and helicase activities of Tikus dikenal sebagai reservoir alami dari beberapa infeksi cacing yang penting bagi kesehatan masyarakat. Tikus
principles, replication mechanism, immune response
the enzyme. J. Virol. 2001; 75 (7): 3220-9. mengandung mikroorganisme tersebut yang dapat ditularkan melalui kontak dengan kotoran tikus yang terinfeksi atau
and important genetic determinants of virulence. melalui ektoparasit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi telur cacing zoonotik pada Rattus spp. di Pasar Kota
25. Chernov AV, Shiryaev SA, Aleshin AE, Ratnikov BI, Chapter 2. 2013. Banjarnegara. Penelitian ini merupakan studi observasional yang dilakukan di Pasar Kota Banjarnegara pada bulan Agustus
Smith JW, Liddington RC, et al. The two-component 2013. Penangkapan tikus dilakukan selama tiga malam berturut-turut menggunakan 200 perangkap hidup yang dipasang
31. Chu JJH, Ng ML. Infectious entry of west nile virus pada tempat yang berbeda, yaitu kios buah, kios sembako dan kios beras. Prevalensi cacing zoonotik pada feses tikus
NS2B-NS3 proteinase represses DNA unwinding occurs through a clathrin-mediated endocytic R. tanezumi sebesar 10% Capilaria hepatica; 5% Hymenolepis diminuta dan 5% Sypachia muris. Pencemaran telur cacing
activity of the west nile virus NS3 helicase. J Biol pathway. J. Virol. 2004; 78 (19): 10543-55. zoonotik dalam feses tikus perlu diwaspadai sebagai investigasi awal sumber penularan penyakit kecacingan melalui tikus.
Chem. 2008; 283: 17270-8.
32. Smit JM, Moesker B, Rodenhuis-Zybert I, Wilschut J. Kata kunci: telur cacing zoonotik, feses, tikus
26. Shiryaev SA, Chernov AV, Aleshin AE, Shiryaeva Flavivirus cell entry and membrane fusion. Viruses.
TN, Strongin AY. NS4A regulates the ATPase activity 2011; 3(2): 160-71.
of the NS3 helicase: a novel cofactor role of the ABSTRACT
Rats are known to be natural reservoirs of some helminth infections of public health importance. Rats may harbour these
nonstructural protein NS4A from West Nile virus. J. microorganisms that can be transmitted either through contact with infected rodent droppings or through ectoparasites. This
Gen. Virol. 2009; 90 (9): 2081-5. research aimed to identify zoonotic helminth eggs in Rattus spp. in Banjarnegara city market. An observational study was
conducted in Banjarnegara city market on August 2013. The trapping of rats was carried out for 3 days using 200 single live
traps posted in different place i.e. fruit stall, groceries and rice stall were sampled for commensal rats and mice. The result
showed that prevalence of zoonotic helmints of R. tanezumi droppings i.e C. hepatica 10%; H. diminuta 5% and Sypachia
muris 5%. Contamination of rat droppings with zoonotic helminth eggs need to be aware as an early investigation of zoonotic
helminths transmission source.

Keywords: zoonotic helminth eggs, feces, rats

PENDAHULUAN serius bagi kesehatan masyarakat. Capillaria


Tikus memiliki peran yang penting dalam hepatica biasanya ditemukan di organ hati dari
kesehatan masyarakat sebagai carrier atau reservoir hewan seperti tikus, kucing, anjing, babi dan kera,
penyakit menular zoonotik. Beberapa diantaranya adapun manusia dapat berperan sebagai accidental
diakibatkan oleh adanya kelompok cacing hosts bagi cacing ini.5,6 Trichinella spiralis dewasa
(helminth) yang terdapat pada feses tikus. Tiga dapat ditemukan di usus halus, sedangkan larvanya
spesies utama yang sering dijumpai menginfeksi terdapat di otot lurik inangnya yang terdiri dari babi,
7
tikus serta berpotensi sebagai penyakit zoonosis tikus dan manusia.
adalah Capillaria hepatica, Hymenolepis spp. dan Abu Madi, et al. 8 melaporkan bahwa
1,2
Trichinella spiralis. Penularan infeksi oleh ketiga R. norvegicus dari Doha, Qatar telah terinfestasi
spesies ini dari tikus ke manusia dapat terjadi melalui Hymenolepis diminuta. Dari 43 ekor R. norvegicus
kontak langsung dengan feses tikus infektif atau yang tertangkap di Chunchon-Korea, 11 ekor
3
melalui vektor yang berupa pinjal ataupun tungau. mengandung telur C. hepatica, 14 ekor mengandung
4
Battersby, et al. menyatakan bahwa Rattus telur Hymenolepis diminuta dan 28 ekor
norvegicus dapat menjadi reservoir beberapa mengandung metacestoda Taenia taeniformis.9
penyakit zoonosis dan menimbulkan resiko yang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi telur

102 53

You might also like