Professional Documents
Culture Documents
DINAS 2 Appendik
DINAS 2 Appendik
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun (handwashing
2006). Statistic di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 20 – 35 juta kasus apendisitis
(Departemen Republik Indonesia, 2008). Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani
apendiktomy (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dengan insiden 1,1/1000 penduduk
pertahun, sedang di Negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih
rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola diitnya yang mengikuti orang
barat.
Insiden appendicitis di Negara maju lebih tinggi dari pada di Negara berkembang.
Namun, pada akhir-akhir ini kejadiannya menurun secara 1 2 bermakna. Hal ini diduga di
sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit harian (Stacroce, 2009).
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendicitis akut
merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan
operasi kegawatdaruratan abdomen. Insiden appendicitis di Indonesia menempati urutan
tertinggi dari beberapa kasus kegawatan abdomen lainnya (Depkes, 2008). Dinkes jateng
1
menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus apendicitis sebanyak 5.980 penderita, dan 177
penderita diantaranya menyebabkan kematian.
1.2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan pendahuluan ini yaitu sebagai berikut.
1. Umum
Untuk mengetahui Apendisitis dan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
2. Khusus
Mengetahui definisi dari Apendisitis.
Mengetahui etiologi dari Apendisitis.
Mengetahui patofisiologi dari Apendisitis.
Mengetahui manifestasi klinis dari Apendisitis.
Mengetahui penetalaksanaan medis dari Apendisitis.
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Defenisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. Adapun klasifikasi apendisitis antara lain : apendisitis akut ,
apendisitis rekurens , apendisitis kronis.
2.1.2 . Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender 1-
2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kesekum.
Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks.
Menurut klasifikasinya yaitu:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan limfe (pembesaran jaringan limfe), fikalit , tumor
apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi
mukosa apendiks karena parasit ( Entamoeba Histolytica = menghancurkan jaringan).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukanya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan perut.
3. Apendisitis kronis yaitu memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (
fibrosis menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.
3
2.1.3. Patofisiologi
4
Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup,
benda asing.
Apendiksitis
Inflamasi
Edema
(Berisi Pus)
Infeksi
Jumlah lekosit
MK :Hiperthermi
5
2.1.4. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri
tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya
disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan
menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke
titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan
nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut.
6
mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada
kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks
terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan
bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang dilakukan
adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
7
2.2. Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
A. Anamnesa
1. Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis
kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Pendapatan, Alamat, Nomor register.
2. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri
dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah,
panas.
Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai pertama / saat dirumah sampai MRS /
opname.
B. Pemeriksaan Fisik.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien
nampak gelisah.
B4 (Bladder) : –
8
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan
sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.
5. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.
Tujuan: setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam dirassakan pasien melaporkan rasa
nyeri berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/
istirahat dengan tepat.
Rasional : informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien dan menambah
pengetahuan pasien tentang nyeri.
9
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini
untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
Rasional : napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otot-otot menjadi
relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Rasional : Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan
criteria hasil : bebas tanda infeksi atau inflamasi, ttv dalam rentang normal
1. Jelaskan pada pasien tentang proses terjadinya infeksi dan tanda-tanda terjadinya
infeksi.
Rasional : dengan pemahaman klien, maka klien dapat bekerja sama dalam pelaksanaan
tindakan.
1. Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui
prinsip-prinsip pencukuran.
10
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke
dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro
organisme.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga BAB dapat lancar.
Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kondisi pasien dan adanya tanda-tanda
infeksi.
Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis dan Menurunkan resiko
penyebaran bakteri.
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun, mual dan
muntah.
1. Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal
11
1. Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah, inflamasi peritoneum
dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x24 jam diharapkan tidak terjadi
kekurangan cairan dengan Kriteria hasil;Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik,
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam, Tanda vital stabil
Intervensi:
12
6. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan
dengan diet sesuai toleransi
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan keluarga mampu
merawat diri sendiri
1. Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci
rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
kesehatan.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
1. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat mengerti
tentang kondisi yang dihadapi saat ini dengan kriteria hasil : Menyatakan pemahamannya
13
tentang proese penyakit, pengobatan, Berpartisipasi dalam program pengobatan, Klien akan
memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
1. Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan
setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
5. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah
operasi.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses
penyembuhan.
14
RESUME
Pada tanggal 25 november 2016 pukul 11.00 wib.klien datang dengan digendong oleh
ayahnya lalu dibaringkan disalah satu bed yang ada.Klien tampak lemah dan meringis
kesakitan.Dokter langsung mengambil tindakan saat dipalpasi diabdomen dekstra atas klien
menangis kesakitan.Sementara itu perawat memasang infuse Nacl 0.9% (untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit klien).
TB : 130 cm
15