You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun (handwashing
2006). Statistic di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 20 – 35 juta kasus apendisitis
(Departemen Republik Indonesia, 2008). Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani
apendiktomy (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dengan insiden 1,1/1000 penduduk
pertahun, sedang di Negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih
rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola diitnya yang mengikuti orang
barat.

Insiden appendicitis di Negara maju lebih tinggi dari pada di Negara berkembang.
Namun, pada akhir-akhir ini kejadiannya menurun secara 1 2 bermakna. Hal ini diduga di
sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit harian (Stacroce, 2009).

Statistic menunjukan bahwa setiap tahun apendisitis menyerang 10 juta penduduk


Indonesia. Menurut Lubis. A (2008), saat ini morbiditas angka apendisitis di Indonesia
mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan tertinggi di antara Negara-negara
di Assosiation south East Asia Nation (ASEAN).

Survey di 12 provinsi di Indonesia tahun 2008 menunjukan jumlah apendisitis yang


dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastic dibandingkan
dengan tahun sebelumnya,yaitu sebanyak 1.236 orang. Diawal tahun 2009, tercatat 2.159
orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat apendiitis (Ummualya, 2008).
Departemen Kesehatan menganggap apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat
lokal dan nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2008).

Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, appendicitis akut
merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan
operasi kegawatdaruratan abdomen. Insiden appendicitis di Indonesia menempati urutan
tertinggi dari beberapa kasus kegawatan abdomen lainnya (Depkes, 2008). Dinkes jateng
1
menyebutkan pada tahun 2009 jumlah kasus apendicitis sebanyak 5.980 penderita, dan 177
penderita diantaranya menyebabkan kematian.

1.2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan pendahuluan ini yaitu sebagai berikut.
1. Umum
Untuk mengetahui Apendisitis dan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
2. Khusus
 Mengetahui definisi dari Apendisitis.
 Mengetahui etiologi dari Apendisitis.
 Mengetahui patofisiologi dari Apendisitis.
 Mengetahui manifestasi klinis dari Apendisitis.
 Mengetahui penetalaksanaan medis dari Apendisitis.
 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.

1.3. Manfaat Penulisan


Dari laporan ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami
pengertian dan asuhan keperawatan dari Apendisitis. Dan dapat mencegah terjadinya
penyakit tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga kita sebagai perawat mampu
bertindak sesuai dengan asuhan keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Teoritis Medis

2.1.1. Defenisi

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. Adapun klasifikasi apendisitis antara lain : apendisitis akut ,
apendisitis rekurens , apendisitis kronis.

2.1.2 . Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender 1-
2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kesekum.
Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks.
Menurut klasifikasinya yaitu:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan limfe (pembesaran jaringan limfe), fikalit , tumor
apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi
mukosa apendiks karena parasit ( Entamoeba Histolytica = menghancurkan jaringan).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukanya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan perut.
3. Apendisitis kronis yaitu memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (
fibrosis menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.

3
2.1.3. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan


oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan
tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar
hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Bila sekresi mukus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah
akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan
usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang dsebut
infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang menjadi kurang
memudahkan terjadinya perforasi.
Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah .

4
Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup,
benda asing.

Apendiksitis

Inflamasi

Edema

(Berisi Pus)

Infeksi

Bakteri flora Apendik Obs. usus


usus
(bawah kanan rongga
abdomen)
Abses
sekunder
MK : Konstipasi Rangsang syaraf
reseptor

Pelvis Diafragma Hati


MK : Nyeri

Jumlah lekosit

MK :Hiperthermi

5
2.1.4. Manifestasi Klinis

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri
tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya
disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan
menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke
titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan
nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut.

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung


oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri
ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvisBila apendiks terletak di dekat atau menempel
pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga
peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-
ulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga
biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana
gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.
a. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi
muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan
gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-
90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
b. Pada orang tua berusia lanjut
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh
penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
c. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi,
menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita
hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut,

6
mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada
kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks
terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan
bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.

2.1.5. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi penanggulangan


konservatif dan operasi.

1. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik

2. Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang dilakukan
adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).

3. Pencegahan Tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

7
2.2. Tinjauan Teoritis Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

A. Anamnesa

1. Data demografi.

Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis
kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Pendapatan, Alamat, Nomor register.

2. Keluhan utama.

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri
dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah,
panas.

3. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai pertama / saat dirumah sampai MRS /
opname.

4. Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.

B. Pemeriksaan Fisik.

 B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe,


pernapasan dangkal.

 B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.

 B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien
nampak gelisah.

 B4 (Bladder) : –

8
 B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan
sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare

 B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.

2.2.2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.

4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan


terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.

5. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.

2.2.3. Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi.

Tujuan: setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam dirassakan pasien melaporkan rasa
nyeri berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/
istirahat dengan tepat.

Intervensi dan rasional

1. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri

Rasional : informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien dan menambah
pengetahuan pasien tentang nyeri.

9
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini
untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.

1. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / napas dalam

Rasional : napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otot-otot menjadi
relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

1. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol dengan anggota keluarga)

Rasional : meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan kooping.

1. Berikan kompres dingin pada abdomen

Rasional : Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.

1. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien.

1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik

Rasional : sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri.

1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan
criteria hasil : bebas tanda infeksi atau inflamasi, ttv dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional

1. Jelaskan pada pasien tentang proses terjadinya infeksi dan tanda-tanda terjadinya
infeksi.

Rasional : dengan pemahaman klien, maka klien dapat bekerja sama dalam pelaksanaan
tindakan.

1. Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui
prinsip-prinsip pencukuran.

10
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke
dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro
organisme.

1. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi

Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga BAB dapat lancar.

1. Observasi tanda-tanda vital terhadap peningkatan suhu tubuh, nadi, adanya


pernapasan cepat dan dangkal.

Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kondisi pasien dan adanya tanda-tanda
infeksi.

1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis dan Menurunkan resiko
penyebaran bakteri.

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun, mual dan
muntah.

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat


mempertahankan BB normal atau tetap dengan kriteria hasil : nafsu makan meningkat, pasien
bisa menghabiskan diit yang diberikan, BB konstan atau bertambah.

Intervensi dan Rasional

1. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien

Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

1. Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat


suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

1. Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.

11
1. Beri makan sedikit tapi sering

Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

1. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan

Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

1. Tawarkan minum saat makan bila toleran.

Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

1. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.


Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa
kontrol dan mendorong untuk makan.

2. Kolaborasi dengan tim gizi dalam memberi makanan yang bervariasi

Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

1. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan


terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah, inflamasi peritoneum
dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x24 jam diharapkan tidak terjadi
kekurangan cairan dengan Kriteria hasil;Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik,
Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam, Tanda vital stabil

Intervensi:

1. Awasi tekanan darah dan tanda vial

2. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill

3. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi

4. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus

5. Berikan perawatan mulut sering

12
6. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan
dengan diet sesuai toleransi

7. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan cairan IV dan Elektrolit.

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan keluarga mampu
merawat diri sendiri

Intervensi dan Rasional

1. Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci
rambut dan potong kuku klien.

Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
kesehatan.

1. Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman

1. Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.

1. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

1. Bimbing keluarga klien memandikan / menyeka pasien

Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan

1. Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

1. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat mengerti
tentang kondisi yang dihadapi saat ini dengan kriteria hasil : Menyatakan pemahamannya
13
tentang proese penyakit, pengobatan, Berpartisipasi dalam program pengobatan, Klien akan
memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.

Intervensi dan Rasional

1. Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan
setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.

2. Kaji ulang pembatasan aktivitas paska operasi

3. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik

4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri,


edema/eritema luka, adanya drainase.

5. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah
operasi.

Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.

1. Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi,


dan penyembuhan latihan.

Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses
penyembuhan.

14
RESUME

Pada tanggal 25 november 2016 pukul 11.00 wib.klien datang dengan digendong oleh
ayahnya lalu dibaringkan disalah satu bed yang ada.Klien tampak lemah dan meringis
kesakitan.Dokter langsung mengambil tindakan saat dipalpasi diabdomen dekstra atas klien
menangis kesakitan.Sementara itu perawat memasang infuse Nacl 0.9% (untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit klien).

Temp : 38,3°C (Aksila dekstra)

HR : 96 ×/i (radialis dekstra)

TB : 130 cm

Keluarga klien (Ibunya) mengatakan klien suka jajan sembarangan disekolah.Kurang


lebih 20 menit klien dipindahkan keruangan Mawar (anak).

15

You might also like