You are on page 1of 10

PROSES PERKECAMBAHAN PADA PADI

(PERTUMBUHAN VEGETATIF TAHAP O)

Tipe Perkecambahan Tanaman Padi


Tanaman padi memiliki tipe perkecambahan hipogeal dimana munculnya
radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas
permukaan tanah sedangkan kotiledon berada di dalam kulit biji di bawah permukaan
tanah. Sewaktu perkecambahan pada padi, kotiledon yang di sini disebut scutellum,
tetap tinggal di dalam tanah. Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan
dari endosperma dan menghantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh
(food-absorbing and food-transporting organ).
Sewaktu perkecambahan, yang pertama kali keluar adalah radikel. Selanjutnya
pada radikel ini keluar akar-akar cabang (lateral roots), bersama-sama dengan akar
primer membentuk sistem akar primer. Sistem akar primer ini biasanya hanya
berfungsi untuk sementara, dan kemudian mati. Fungsi sistem akar primer ini
kemudian digantikan oleh akar-akar adventif yang keluar dari nodus batang yang
pertama dan beberapa nodus di atasnya. Sistem akar adventif (akar serabut) inilah
yang menjamin kehidupan tanaman teresbut selanjutnya dalam hal penyerapan air dan
bahan makanan dari tanah dan sebagai alat penambat pada tanah.

Proses Perkecambahan Tanaman Padi


Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Pada tanaman padi, tahapan dalam
perkecambahannya terdiri dari:
 Proses penyerapan air (imbibisi)
Proses penyerapan air atau imbibisi berguna untuk melunakkan kulit biji dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan
pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk
masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak
permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas
akan masuk ke dalam sel secara difusi.
Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen
meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya
pernapasan. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih
mudah mendifusi keluar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu:
Permeabilitas kulit biji
Konsentrasi air
Suhu
Tekanan hidrostatik
Luas permukaan biji yang kontak dengan air
Daya intermolekuler
Komposisi kimia

Grafik penyerapan air oleh benih padi

 Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim
yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti
:
α-amilase, yang merombak amylase menjadi glukosa
ribonuklease, yang merombak ribonukleotida
endo-β-glukanase, yang merombak senyawa glukan
fosfatase, yang merombak senyawa yang mengandung P
lipase, yang merombak senyawa lipid
peptidase, yang merombak senyawa protein.
 Perombakan cadangan makanan
Pada proses ini, ada dua proses yang akan terjadi yakni :
Katabolisme karbohidrat
Melalui proses ini, ATP akan dihasilkan untuk keperluan
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah selanjutnya.

Skema proses katabolisme karbohidrat

Metabolisme lemak
Lemak akan dirombak oleh enzim lipase dan enzim lainnya.

Skema proses metabolisme lemak.

 Inisiasi pertumbuhan embrio


Proses ini terjadi setelah semua proses imbibisi, aktivasi enzim, dan
katabolisme cadangan makanan berjalan. Proses ini ditandai oleh :
Meningkatnya bobot kering embryonic axis
Menurunnya bobot kering endosperma

 Munculnya radikel
Munculnya radikel adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah
sempurna. Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel.
Proses pemanjangan sel ada dua fase yakni :
Fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan
penambahan bobot kering
Fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot segar dan
bobot kering.

 Pemantapan kecambah
Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis
(autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih disuplai oleh cadangan
makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof dicapai proses perkecambahan
telah sempurna (makna agronomis).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Tanaman Padi


 Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi proses perkecambahan padi adalah :
Kemasakan benih
Benih padi yang di panen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya
tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada tingkatan
tersebut benih padi belum memiliki cadangan makanan yang cukup
dan juga pembentukan embrio yang belum sempurna.
Ukuran benih
Di dalam jaringan penyimpanannya, benih padi memiliki karbohidrat,
protein, lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan
sebagai bahan baku dan energi bagi embrio oada saat perkecambahan.
Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih yang
kecil, mungkin pula embrionya lebih besar.
Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viabel
(hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya.
Tipe dormansi pada padi adalah “after ripening”.
Hormon
Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung
proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon yang menghambat
proses perkecambahan.
Fitohormon yang berfungsi merangsang perkecambahan antara lain :
a. Auksin, yang berperan untuk :
 Mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses
perkecambahan biji. Perendaman biji dengan auksin
dapat membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
 Memacu proses terbentuknya akar.
b. Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan
selama fase perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama
perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan
yang berada di dalam endosperma. Untuk keperluan
kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara
enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang
selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi
untuk pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu
meningkatkan aktivitas enzim amilase.
c. Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin
untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga
mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ.

Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara


lain :

a. Etilen, yang berperan menghambat transportasi auksin secara


basipetal dan lateral. Adanya etilen dapat menyebabkan
rendahnya konsentrasi auksin dalam jaringan. Meskipun begitu,
pada tanaman padi, etilen juga mampu menstimulasi
perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil.
b. Asam absisat (ABA), yang bersifat menghambat
perkecambahan dengan menstimulasi dormansi benih. Selain
itu, asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas.
 Faktor Eksternal
Air
Air salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi
penyerapan air oleh benih adalah :
a. Sifat dari benih itu sendiri, terutama kulit pelindungnya.
b. Jumlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya.

Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur


yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air.

Fungsi air pada perkecambahan biji antara lain :

a. Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji
dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma
hingga kulit biji pecah atau robek.
b. Sebagai fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji melalui
dinding sel yang di-imbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk
ke dalam sel secara difusi.
c. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti
pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Proses-
proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila
protoplasma tidak mengandung air yang cukup.
d. Sebagai alat transportasi larutan makanan dari endosperma
kepada titik tumbuh pada embryonic axis, yang mana
diperlukan untuk membentuk protoplasma baru.

Temperatur / Suhu
Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan
benih. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap
air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level
“hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan.
Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang
berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis
tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas :
a. Suhu minimum, yakni suhu terkecil di mana proses
perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu
perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk
padi, kisaran suhu minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih
berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka
kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap
tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
b. Suhu optimum, yakni suhu di mana kecepatan dan persentase
biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama
proses perkecambahan berlangsung. Temperatur ini merupakan
temperatur yang menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 –
35oC.
c. Suhu maksimum, yakni suhu tertinggi di mana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara
normal. Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30 – 40oC.
Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji, karena
keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji menjadi
non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.

Oksigen
Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai
dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon
dioksida, air dan enersi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang
dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan benih.
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya.
Umumnya biji akan berkecambah pada kondisi udara yang
mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2.
Padi memiliki kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang
kurang oksigen. Biji padi dapat berkecambah baik di tempat dengan
kelembaban tinggi, bahkan bisa berkecambah 4 – 5 cm di bawah
permukaan air, hanya saja yang lebih dahulu akan keluar bukan radikel
melainkan plumulanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa padi dapat
menggunakan energi lebih baik untuk perkecambahannya dari
pernapasan anaerob.
Cahaya
Pengaruh cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran
harian matahari (fotoperiodesitas). Padi dapat berkecambah pada
keadaan bercahaya ataupun gelap (tidak bercahaya).
Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol
oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun
dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka
pada cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible
(bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah
dan fitokrom infra merah yang mengabsorbsi sinar infra merah.
Bila pada benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah,
maka fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah,
yang mana menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
Sebaliknya bila diberikan cahaya infra merah, fitokrom infra merah
akan berubah menjadi fitokrom merah yang kemudian menimbulkan
reaksi yang menghambat perkecambahan. Dalam keadaan tanpa
cahaya, dengan adanya oksigen dan temperatur yang rendah, proses
perubahan itu akan berlangsung lambat. Pada keadaan di alam, cahaya
merah mendominasi cahaya infra merah sehingga pigmen fitokrom
diubah ke bentuk fitokrom infra merah yang aktif.
Sumber:
http://21ildahshiro.blogspot.com/2009/08/fisiologi-tumbuhan-pengaruh-inhibitor.html
http://manaree.blogspot.com/2009/05/perkecambahan-biji-i-tujuan-1.html
http://hijauqoe.wordpress.com/2009/01/03/hormonik-hormon-tumbuh-zpt/
http://www.aboutrice.com/downloads/rice_growing.pdf
http://www.scribd.com/doc/29522967/Proses-Perkecambahan-Pada-Padi
Latar Belakang
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang
dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan
makanan, dan calon daun/calon akar. Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio
terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan
tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam
kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein dan beberapa jenis enzim.
Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, disebut testa. Testa berfungsi sebagai
pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau
jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Di dekat
mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon (Sudjadi, 2006).
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen
biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru.
Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya
radikula dan plumula. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil
dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh
dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Perkecambahan merupakan sustu proses dimana radikula (akar embrionik)
memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan
pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks,
dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis. Embrio yang tumbuh belum
memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat membuat makanan sendiri. Pada
tumbuhan, secara umum makanan untuk pertumbuhan embrio berasal dari
endosperma. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel.
Proses ini merupakan proses fisika. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim aktif
bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja memecah
tepung menjadi maltose, selanjutnya maltose dihidrolisis oleh maltase menjadi
glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam-asam amino. Senyawa glukosa masuk ke
proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah menjadi yang senyawa
karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Asam-asam amino dirangkaikan menjadi
protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel dan menyusun enzim-enzim baru.
Asam-asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membran sel (Syamsuri, 2004).
. Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air
yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, akibatnya
kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan
pecahnya testa ( Sudjadi, 2006).
Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan
penting, meliputi absorbsi air, metabolisme pemecahan materi cadangan makanan,
transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh,
proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru, respirasi dan pertumbuhan.
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat
internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan
keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama asam
gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan ekologi
perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya, dan adanya senyawa-
senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan. Proses
perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam
proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu
yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu
yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya
berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormon auksin
dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi.
Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang
(Mayer dan Mayber, 1975).
Telah dikemukakan bahwa biji hanya akan berkecambah jika mendapat syarat-syarat
yang diperlukan, yaitu air, udara, cahaya, dan panas. Jika syarat-syarat itu tidak
terpenuhi, biji tinggal biji, tumbuhan baru yang ada didalamnya (lembaga), berada
dalam keadaan tidur (latent). Dalam keadaan ini lembaga tetap hidup kadang-kadang
sampai bertahun-tahun tanpa kehilangan daya tumbuhnya, artinya jika kemudian
memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk perkecambahannya juga lalu dapat
berkecambah (Tjitrosoepomo, 1985).

You might also like