Professional Documents
Culture Documents
Proses Perkecambahan Pada Padi
Proses Perkecambahan Pada Padi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu:
Permeabilitas kulit biji
Konsentrasi air
Suhu
Tekanan hidrostatik
Luas permukaan biji yang kontak dengan air
Daya intermolekuler
Komposisi kimia
Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim
yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti
:
α-amilase, yang merombak amylase menjadi glukosa
ribonuklease, yang merombak ribonukleotida
endo-β-glukanase, yang merombak senyawa glukan
fosfatase, yang merombak senyawa yang mengandung P
lipase, yang merombak senyawa lipid
peptidase, yang merombak senyawa protein.
Perombakan cadangan makanan
Pada proses ini, ada dua proses yang akan terjadi yakni :
Katabolisme karbohidrat
Melalui proses ini, ATP akan dihasilkan untuk keperluan
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah selanjutnya.
Metabolisme lemak
Lemak akan dirombak oleh enzim lipase dan enzim lainnya.
Munculnya radikel
Munculnya radikel adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah
sempurna. Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel.
Proses pemanjangan sel ada dua fase yakni :
Fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan
penambahan bobot kering
Fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot segar dan
bobot kering.
Pemantapan kecambah
Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis
(autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih disuplai oleh cadangan
makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof dicapai proses perkecambahan
telah sempurna (makna agronomis).
a. Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji
dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma
hingga kulit biji pecah atau robek.
b. Sebagai fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji melalui
dinding sel yang di-imbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk
ke dalam sel secara difusi.
c. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat
mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti
pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Proses-
proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila
protoplasma tidak mengandung air yang cukup.
d. Sebagai alat transportasi larutan makanan dari endosperma
kepada titik tumbuh pada embryonic axis, yang mana
diperlukan untuk membentuk protoplasma baru.
Temperatur / Suhu
Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan
benih. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap
air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level
“hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan.
Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang
berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis
tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas :
a. Suhu minimum, yakni suhu terkecil di mana proses
perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu
perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk
padi, kisaran suhu minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih
berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka
kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap
tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal.
b. Suhu optimum, yakni suhu di mana kecepatan dan persentase
biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama
proses perkecambahan berlangsung. Temperatur ini merupakan
temperatur yang menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 –
35oC.
c. Suhu maksimum, yakni suhu tertinggi di mana
perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara
normal. Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30 – 40oC.
Suhu di atas maksimum biasanya mematikan biji, karena
keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji menjadi
non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
Oksigen
Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai
dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon
dioksida, air dan enersi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang
dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses
perkecambahan benih.
Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya.
Umumnya biji akan berkecambah pada kondisi udara yang
mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2.
Padi memiliki kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang
kurang oksigen. Biji padi dapat berkecambah baik di tempat dengan
kelembaban tinggi, bahkan bisa berkecambah 4 – 5 cm di bawah
permukaan air, hanya saja yang lebih dahulu akan keluar bukan radikel
melainkan plumulanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa padi dapat
menggunakan energi lebih baik untuk perkecambahannya dari
pernapasan anaerob.
Cahaya
Pengaruh cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran
harian matahari (fotoperiodesitas). Padi dapat berkecambah pada
keadaan bercahaya ataupun gelap (tidak bercahaya).
Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol
oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun
dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka
pada cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible
(bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah
dan fitokrom infra merah yang mengabsorbsi sinar infra merah.
Bila pada benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah,
maka fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah,
yang mana menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
Sebaliknya bila diberikan cahaya infra merah, fitokrom infra merah
akan berubah menjadi fitokrom merah yang kemudian menimbulkan
reaksi yang menghambat perkecambahan. Dalam keadaan tanpa
cahaya, dengan adanya oksigen dan temperatur yang rendah, proses
perubahan itu akan berlangsung lambat. Pada keadaan di alam, cahaya
merah mendominasi cahaya infra merah sehingga pigmen fitokrom
diubah ke bentuk fitokrom infra merah yang aktif.
Sumber:
http://21ildahshiro.blogspot.com/2009/08/fisiologi-tumbuhan-pengaruh-inhibitor.html
http://manaree.blogspot.com/2009/05/perkecambahan-biji-i-tujuan-1.html
http://hijauqoe.wordpress.com/2009/01/03/hormonik-hormon-tumbuh-zpt/
http://www.aboutrice.com/downloads/rice_growing.pdf
http://www.scribd.com/doc/29522967/Proses-Perkecambahan-Pada-Padi
Latar Belakang
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang
dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, misalnya embrio, cadangan
makanan, dan calon daun/calon akar. Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio
terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan
tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam
kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein dan beberapa jenis enzim.
Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, disebut testa. Testa berfungsi sebagai
pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau
jamur ke dalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Di dekat
mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon (Sudjadi, 2006).
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen
biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru.
Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya
radikula dan plumula. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil
dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh
dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Perkecambahan merupakan sustu proses dimana radikula (akar embrionik)
memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan
pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks,
dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis. Embrio yang tumbuh belum
memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat membuat makanan sendiri. Pada
tumbuhan, secara umum makanan untuk pertumbuhan embrio berasal dari
endosperma. Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel.
Proses ini merupakan proses fisika. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim aktif
bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja memecah
tepung menjadi maltose, selanjutnya maltose dihidrolisis oleh maltase menjadi
glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam-asam amino. Senyawa glukosa masuk ke
proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah menjadi yang senyawa
karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Asam-asam amino dirangkaikan menjadi
protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel dan menyusun enzim-enzim baru.
Asam-asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membran sel (Syamsuri, 2004).
. Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air
yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, akibatnya
kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan
pecahnya testa ( Sudjadi, 2006).
Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan
penting, meliputi absorbsi air, metabolisme pemecahan materi cadangan makanan,
transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh,
proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru, respirasi dan pertumbuhan.
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat
internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan
keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama asam
gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan ekologi
perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya, dan adanya senyawa-
senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan. Proses
perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam
proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu
yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu
yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya
berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormon auksin
dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi.
Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang
(Mayer dan Mayber, 1975).
Telah dikemukakan bahwa biji hanya akan berkecambah jika mendapat syarat-syarat
yang diperlukan, yaitu air, udara, cahaya, dan panas. Jika syarat-syarat itu tidak
terpenuhi, biji tinggal biji, tumbuhan baru yang ada didalamnya (lembaga), berada
dalam keadaan tidur (latent). Dalam keadaan ini lembaga tetap hidup kadang-kadang
sampai bertahun-tahun tanpa kehilangan daya tumbuhnya, artinya jika kemudian
memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk perkecambahannya juga lalu dapat
berkecambah (Tjitrosoepomo, 1985).