You are on page 1of 14

BAB I

STUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

Struktur organisasi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso,


terdiri dari Dokter Spesialis Anak yang merupakan Kepala SMF Perinatologi sekaligus Dokter
Penanggung Jawab, Kepala Ruang, dan perawat pelaksana. Adapun struktur organisasi di Ruang
Perinatologi dapat dilihat melalui bagan di bawah ini :

DOKTER PENANGGUNG JAWAB


dr. YULIANA, M. Biomed, Sp.A

KEPALA RUANGAN
RISQIYAH ULFATUS S, Amd. Kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


Alwiah Nur A, Amd. Kep Tutik Winarsih, Amd. Kep Dian Safitri, S.Kep.Ns
Linda Rahmatin, Amd. Kep Dyah Rizki A, Amd. Kep Yulia S, S.Kep. Ns
BAB II
URAIAN JABATAN

Agar suatu organisasi dapat mencapai tujuannya sangat diperlukan sumber daya manusia
yang tepat, baik kualitas maupun kuantitas yang memenuhi spesifikasi jabatan dan mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya. Analisis Jabatan merupakan kegiatan penyusunan uraian
jabatan (job description) dimana setiap jabatan dalam organisasi tersebut dilaksanakan
berdasarkan struktur organisasi yang telah dirancang. Uraian Jabatan merupakan dokumen
formal organisasi yang berisi informasi dasar, dan penting mengenai suatu jabatan yang
membedakan jabatan yang satu dengan yang lain dalam suatu organisasi. Uraian jabatan ini
disusun dalam suatu format yang lengkap dan terstruktur sehingga informasi jabatan ini mudah
dipahami olen setiap pihak yang berkaitan di dalam organisasi.
Adapun uraian jabatan di Ruang Perinatologi adalah sebagai berikut :
1. Dokter Kepala SMF Perinatologi

2. Kepala Ruangan
Kepala ruangan merupakan seseorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab
dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang
rawat, khususnya di Ruang Perinatologi. Adapun yang mencakup tugas Kepala ruangan
yaitu:
 Menyusun rencana kerja Kepala Ruangan
 Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di Ruang
Perinatologi
 Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi
untuk di ruang rawat, koordinasi dengan Kepala Bidang Keperawatan
 Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui kerja
sama dengan tenaga keperawatan bertugas di Ruang Perinatologi
 Menyusun jadwal dinas tenaga keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit
 Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru yang akan ditempatkan di Ruang
Perinatologi
 Membimbing tenaga keperawatan untuk pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan
sesuai standar operasional prosedur
 Mengadakan pertemuan berkala atau sewaktu – waktu dengan staf keperawatan di Ruang
Perinatologi
 Memberi kesempatan atau ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan ilmiah
atau pelatihan dengan berkoordinasi dengan Kepala Bidang Keperawatan
 Mengkoordinasi pengadaan peralatan medis serta obat–obatan sesuai kebutuhan Ruang
Perinatologi berdasarkan ketentuan atau kebijakan rumah sakit.
 Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan
 Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada di bawah tanggung
jawabnya

3. Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana merupakan seorang tenaga perawat yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan di ruang rawat, khususnya di Ruang
Perinatologi. Berikut adalah tugas dari perawat pelaksana adalah:
 Mentaati semua peraturan yang ada di Ruang Perinatologi
 Menjaga dan memelihara kebersihan ruangan
 Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai
 Melakukan pengkajian, menyusun rencana keperawatan hingga menentukan diagnosa
keperawatan
 Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergiliran sesuai jadwal dinas
 Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruangan
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain melalui
pelatihan atas izin atau persetujuan Kepala Ruang dan atasan
 Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar
sesuai standar asuhan keperawatan
 Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis,
pada saat penggantian dinas
BAB III
TATA HUBUNGAN KERJA

Untuk kelancaran pelayanan asuhan keperawatan, ruang perinatologi memiliki hubungan


dan koordinasi dengan unit-unit lain. Berikut adalah bagan tata hubungan kerja ruang
perinatologi di Ruman Sakit Mitra Medika Bondowoso:

Pendaftaran Costumer
Service

IGD
Ruang Kandungan
Laboratorium

Ruang Operasi
Instalasi
Farmasi
Instalasi PERINATOLOGI
Rawat Inap

Petugas Laundry

Instalasi
Radiologi
Rawat Jalan

Administrasi

Satpam, Driver, Cleaning


Service, Teknisi

Berikut adalah penjabaran hubungan dengan masing-masing unit yang ada di Rumah Sakit Mitra
Medika Bondowoso:
1) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Ruang Bersalin
Hubungan kerja ini meliputi ibu hamil yang akan menjalani proses persalinan spontan.
Perawat perinatologi berkoordinasi dengan bidan untuk persiapan resusitasi bayi baru
lahir. Bidan jaga memberikan informasi kepada perawat perinatologi tentang kondisi ibu,
denyut jantung janin, usia kehamilan, serta komplikasi kehamilan ibu. Informasi ini
sangat penting bagi perawat perinatologi karena akan berpengaruh terhadap kondisi bayi
baru lahir. Selain itu kelengkapan data bayi baru lahir juga harus didokumentasikan
dengan lengkap di buku laporan maupun di BKIA.
2) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Ruang Operasi
Hubungan kerja ini menyangkut pasien ibu hamil yang membutuhkan tindakan operasi
Sectio Saecaria. Perawat perinatologi mengikuti tindakan SC untuk menerima bayi baru
lahir untuk selanjutnya dilakukan resusitasi dengan didampingi Dokter Spesialis Anak.
3) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Instalasi Rawat Jalan
Pasien bayi berusia dibawah 28 hari dari poliklinik yang membutuhkan pelayanan
berkelanjutan ataupun intensive, maka bayi tersebut harus dirawat di ruang Perinatologi.
Pada situasi seperti ini, perawat poliklinik menginformasikan dan melakukan timbang
terima kepada perawat Perinatologi mengenai keadaan umum bayi, diagnosa, serta
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya sesuai dengan advice dokter Spesialis Anak.
4) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan IGD
Pasien bayi berusia dibawah 28 hari di IGD yang disarankan rawat inap dan
membutuhkan perawatan intensive oleh Dokter Jaga IGD, maka perawat IGD
menghubungi perawat perinatologi untuk melakukan timbang terima mengenai keadaan
pasien. Selanjutnya pasien bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi untuk dilakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan advice dokter.
5) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Instalasi Rawat Inap
Bayi baru lahir yang telah di observasi 6 – 8 jam di ruang Perinatologi dan kondisi bayi
stabil, maka akan dirawat gabung bersama di ruang perawatan sesuai kamar ibu. Kamar
tersebut meliputi kamar bersalin VIP, kelas I, nifas II dan nifas III. Dimana sebelumnya
apabila terdapat pasien ibu post bersalin, maka bidan jaga akan menuliskan nama pasien
di papan nama yang telah ada di rawat inap agar perawat rawat inap mengetahui kamar
mana saja yang digunakan ibu post bersalin. Setelah memindahkan bayi ke ruang
perawatan ibu, perawat perinatologi berkoordinasi dengan perawat rawat inap dengan
memberikan informasi tentang kondisi umum bayi, serta meminta pertolongan perawat
rawat inap untuk menginformasikan kepada perawat perinatologi apabila sewaktu-waktu
keluarga bayi meminta pertolongan.
6) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Instalasi Farmasi
Peresepan obat ditulis oleh perawat Perinatologi dengan ijin DPJP. Penulisan resep
tersebut harus dilengkapi nama, usia, tanggal, nomer rekam medis serta status
pembayaran pasien. Resep yang sudah ditulis, diantar ke instalasi farmasi oleh perawat
Perinatologi. Petugas instalasi farmasi berhak mengkonfirmasi kepada perawat
perinatologi apabila terdapat penulisan yang kurang jelas dalam resep tersebut. Obat-obat
yang telah dikonfirmasi tersebut diantar ke ruang Perinatologi oleh petugas farmasi.
7) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Laboratorium
Bayi yang memerlukan pemeriksaan laboratorium, perawat perinatologi melakukan
pengambilan sample darah, serta menuliskan dengan lengkap di lembar laboratorium
yang telah dilengkapi dengan nama, usia, tanggal, nomer RM, nama DPJP serta checklist
kebutuhan pemeriksaan. Perawat perinatologi yang mengantar langsung sample darah ke
laboratorium. Petugas laboratorium juga berhak mengkonfirmasi kepada perawat
perinatologi apabila terdapat informasi yang kurang jelas dalam form tersebut, atau
tentang keadaan sample darah yang tidak memenuhi kriteria. Hasil dari pemeriksaan
akan diantar langsung oleh petugas laboratorium kemudian hasil tersebut akan di
konsulkan ke DPJP untuk memperoleh terapi lanjutan.
8) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Radiologi
Bayi di ruang Perinatologi yang memerlukan pemeriksaan radiologi, perawat
Perinatologi menghubungi petugas radiologi untuk mempersiapkan alat pemeriksaan,
kemudian perawat Perinatologi membawa bayi keruang radiologi dengan membawa
surat pengantar sesuai advice dokter. Setelah pemeriksaan dan bacaan hasil selesai
petugas radiologi mengantarkan ke ruang Perinatologi.
9) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Teknisi
Dalam pemeliharaan alat-alat di ruang Perinatologi berkoordinasi dengan bagian teknisi.
Perawat Perinatologi melakukan pengecekan secara berkala setiap bulan, jika terdapat
alat-alat yang rusak maka perawat Perinatologi menghubungi bagian teknisi untuk
melakukan perbaikan. Petugas teknisi memeriksa alat yang rusak, kemudian
memperbaiki atau mengganti alat yang rusak sesuai kebutuhannya. Jika teknisi tidak
dapat memperbaiki peralatan yang rusak maka dihubungi petugas teknisi dari luar rumah
sakit untuk memperbaikinya.
10) Hubungan kerja pelayanan Perinatologi dengan Laundry
Petugas Perinatologi mengantar langsung linen kotor ke bagian laundry, setelah linen
bersih petugas laundry mengantarkan ke ruang Perinatologi.
11) Hubungan kerja pelayanan Perinatolo gi dengan Administrasi
Petugas administrasi yang ditugaskan di ruang perinatologi setiap hari membantu
perawat dalam menginput tindakan yang telah dilakukan ke dalam system Rumah Sakit.
BAB IV
POLA KETENAGAKERJAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. Pola Ketenagakerjaan
Pola adalah bentuk atau model atau, lebih abstrak, suatu set peraturan yang bisa dipakai
untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika
sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat
ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola.
SDM Kesehatan ( Sumber Daya Manusia) adalah seorang yag bekerja secara aktif
dibidang kesehatan baik yag memiliki formal kesehatan maupu tidak yang untuk jenis
tertentu mmerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dibidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh
seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun kerja sesuai denagn standar
profesional dan telah memperhitungkan waktu, libur, sakit dan lainnya.
Analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja ada satuan kerja dengan cara
menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan
persatuan waktu.
Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yag harus diselesaikan oleh tenaga
kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan.
Perencanaan skenario adalah perencanaan yang dikaitkan dengan keadaan masa depan
atau hasil yang diharapkan.
WISN ( Work Load Indikator Staff Need) adalah indikator yag menunjukkan besarnya
kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehijngga alokasi atau
relokasi akan lebih mudah dan rasional.
1. Model pendekatan dalam penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan:
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984,
dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
Pasien diklasifikasikan dalam bebrapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan
terhadap asuhan keperawatan meliputi :
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
a) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) makanan dan minum dilakukan sendiri
c) ambulasi dengan pengawasan
d) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e) minimal dengan status psikologi stabil
f) perawatan luka sederhana
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
a) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c) ambulasi dibantu
d) pengobatan dengan injeksi
e) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f) klien dengan infus
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
a) semua kebutuhan klien dibantu
b) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantu
c) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d) makan dan minum melalui selang lambung
e) pengobatan intravena “perdrip”
f) dilakukan suction
g) perawatan luka kompleks
2. Metode metode cara penghitungan ketenagakerjaan
Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain
yaitu :
a. Metode douglas
Dauglas ( 1984, dalam swansburg & swansburg 1999) menetapkan jumlah perawat
yag dibutuhkan dalam satu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing masing kategori mempunyai nilai stadar per shiftnya, yaitu sebagai berikut :
Jumlah Klasifikasi klien
pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
Contoh pehitungan diruang perinatologi
Ruang rawat dengan 7 bayi, dimana 3 bayi dengan ketergantungan total, dan 4 bayi
dengan ketrgantungan parsial
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0 0,27x 4=1,08 0,36x3=1,08 2,16 (2) orang
Sore 0 0,15x4=0,6 0,3x3=0,9 1,5 (2) orang
Malam 0 0,10x4=0,4 0,2x3=0,6 1 orang
Jumlah secara keseluruhan perhari 5 orang
Dari hasil penghitungan menurut rumur dauglas, jumlah tenaga diatas dengan
jumlah 7 bayi didapatkan 4 bayi yang memerlukan perawatan parsial dan 3 bayi
memerlukan perawata total, maka jumlah perawat jaga perhari total 5 perawat.
Namun keadaan yag dialami sekarang jumlah perawat yag ada diruang
perinatologi dengan total 7 perawat jaga, namun dari jumlah perawat tersebut,
perawat perinatologi memodifikasi tugas tugas tersebut dengan situasi tertentu,
misalnya jika ada operasi SC perawat perinatologi juga ikut dalam penanganan atau
pertolongan pada bayi baru lahir , begitu juga dengan pertolongan dengan bayi baru
lahir secara normal atau spontan.
Dari pejabaran diatas diharapkan untuk kedepannya unit perinatologi diadakan
penambahan tenaga perawat guna untuk memaksimalkan kerja perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan.

b. Metode sistem akuitas


c. Metode gillies
d. Metode swanburg

B. Kualifikasi Personil
Dalam era globalisasi dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit Mitra
Medika Bondowoso, maka ruang perinatologi memiliki kualifikasi khusus untuk perekrutan
personil. Beberapa kualifikasi tersebut diantaranya:
1) Pendidikan minimal D-III Keperawatan
2) Lolos uji tes masuk seleksi Ruang Perinatologi
3) Bersedia bekerja dengan sistem shift
4) Bersedia bekerja secara on-call apabila dibutuhkan
5) Dapat melakukan bantuan hidup dasar khususnya pada bayi baru lahir
6) Dapat menjaga hubungan baik dengan teman sejawat maupun atasan
7) Mampu bekerja secara individu maupun bekerja secara tim
8) Dapat bekerja sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan
BAB V
KEGIATAN ORIENTASI

A. Definisi Orientasi
Orientasi merupakan waktu yang harus dijalani oleh tenaga perawat baru untuk mengenal
dan memahami peranan atau kedudukan mereka dalam organisasi dengan budaya organisasi
yang sudah ada dan dengan karyawan yang ada di dalamnya, khususnya dengan sistem dan
proses kerja yang ada di ruang Perinatologi. Orientasi di ruang perinatologi dilakukan langsung
oleh Kepala Ruangan.

B. Tujuan Orientasi
Tujuan kegiatan orientasi bagi tenaga baru yang akan ditempatkan di ruang perinatologi
adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan informasi dan pandangan mengenai visi, misi, tujuan dan tatalaksana di
Ruang Perinatologi
2. Memahami jenis-jenis pelayanan yang ada di Ruang Perinatologi
3. Mengetahui lingkungan rumah sakit khususnya ruang perinatologi untuk memudahkan
adaptasi sebelum memulai pekerjaan dalam waktu yang singkat
4. Memahami pentingnya menjalin hubungan professional antara perawat dengan tim
kesehatan lainnya serta bidang lainnya dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan
5. Meningkatkan kemampuan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan sesuai standar Ruang Perinatologi

C. Sasaran Kegiatan Orientasi


Berikut adalah sasaran kegiatan orientasi di ruang perinatologi :
1. Karyawan baru, adalah calon karyawan yang akan ditempatkan diruang perinatologi.
Orientasi pada karyawan baru dilakukan selama 3 hari yang meliputi 1 hari keliling
lapangan atau pengenalan di unit–unit rumah sakit khususnya di ruang perinatologi dan 2
hari orientasi teori yang ada di ruang perinatologi.
2. Karyawan Lama, yang akan menempati posisi kerja baru di ruang perinatologi karena
proses mutasi ataupun promosi jabatan.

D. Prosedur Orientasi
Kegiatan pokok dalam serangkaian kegiatan orientasi selama waktu tertentu untuk
pengenalan organisasi dan kegiatan yang ada di ruang perintologi secara umum maupun
menyeluruh. Berikut adalah prosedur kegiatan orientasi di Ruang Perinatologi:
1. Menyiapkan materi orientasi, evaluasi dan laporan
2. Pelaksanaan orientasi (uraian kegiatan yang harus dilakukan)
3. Metode pelaksanaan (ceramah, diskusi, praktek, dan pendampingan)
4. Evaluasi

E. Tata cara Pelaksanaan Orientasi


Berikut adalah penjabaran tata cara pelaksanaan kegiatan orientasi yang ada di ruang
perinatologi:
1. Persiapan Materi
 Visi misi, falsafah dan tujuan dari ruang perinatologi
 Struktur organisasi dan uraian tugas di ruang perinatologi
 Protap atau SOP yang membantu pelaksanaan tugas di ruang perinatologi
 Kebijakan mutu atau sasaran mutu dan pencapaiannya di ruang perinatologi
 Materi yang disampaikan bersifat praktek atau langsung kerja
 Mengenalkan alur dan proses kerja di ruang perinatologi
2. Pelaksanaan Orientasi
 Pelaksanaan orientasi menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari atasan langsung atau
perawat lain yang ditunjuk di ruang perinatologi
 Kepala Ruangan menyusun jadwal kegiatan orientasi selama 1 bulan
 Tempat orientasi adalah di Ruang Perinatologi
3. Evaluasi Orientasi
 Evaluasi dilakukan setelah karyawan baru menjalani orientasi selama 1 bulan
 Evaluasi dilakukan oleh kepala ruangan
 Kepala ruangan dan perawat lain yang ditunjuk harus membuat laporan evaluasi dan
menyerahkan ke rumah sakit yang akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan
bilamana dibutuhkan.
BAB VI
PERTEMUAN ATAU RAPAT

A. Definisi
Pertemuan atau rapat merupakan forum yang sangat penting untuk menghimpun bahan-
bahan. Pertemuan dapat dilakukan oleh pimpinan atau kepala ruagan dengan staf atau anggota
perawat, tetapi dapat dilakukan diantara staf sendiri untuk menyusun usulan atau bahkan
pertemuan yang dapat mempertemukan semua unsur yang ada. Namun pertemuan tidak hanya
dimaksudkan untuk mengambil keputusan tetapi juga untuk mendapatkan kesamaan pendapat.
Rapat ini membahas tentang adanya kesulitan yang perawat alami dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien bayi serta evaluasi dari Kepala ruangan terhadap kinerja perawat.
Selain itu, rapat yang diadakan kepala ruangan bertujuan untuk menyampaikan informasi terbaru
tentang rumah sakit setelah melalui rapat koordinasi dengan Kepala Bidang keperawatan serta
para kepala ruangan unit lain.
Rapat bulanan adalah rapat yang diselenggarakan setiap bulan dengan rutin, guna membahas
masalah-masalah yang bersifat biasa yang dihadapi oleh setiap seksi atau subseksi.

B. Fungsi Pertemuan atau Rapat


a. Sebagai forum demokrasi
b. Sebagai alat koordinasi yang baik antara peserta rapat (karyawan) dengan perusahaan
atau organisasi
c. Sebagai sarana bernegoisasi

C. Tujuan Pertemuan atau Rapat


Rapat ada yang bersifat rutin dan ada yang bersifat kontemporer (sewaktu-waktu) atau
tergantung tingkat emergency informasi yang akan disampaikan. Beberapa tujuan diadakannya
rapat, yaitu:
a. Untuk memecahkan atau mencari jalan keluar suatu permasalahan.
b. Untuk menyampaikan informasi, perintah, pernyataan.
c. Sebagai alat koordinasi antarintern atau antarekstern.
d. Agar peserta rapat dapat ikut berpartisipasi pada masalah-masalah yang sedang terjadi.
e. Mempersiapkan suatu acara atau kegiatan.
f. Menampung semua permasalahan dari arus bawah (para peserta rapat)

D. Perencanaan
Merencanakan dan mempersiapkan suatu rapat agar dapat berjalan lancar bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah, karena kepala ruangan harus berhubungan dengan anggota perawat. Hal
ini menjadi tanggung jawab kepala ruangan dan anggotanya dalam persiapan penyelenggaraan
adalah sebagai berikut :
a. Membuat agenda rapat dan susunan acara rapat
Agenda rapat adalah daftar yang berisi pokok-pokok permasalahan yang akan
dibicarakan dalam suatu rapat. Sedangkan susunan acara rapat adalah rincian atau
penjabaran lebih lanjut dari topik-topik dalam agenda rapat. Kepala ruangan harus
memastikan terlebih dahulu acara yang akan diadakan atau dilaksanakan pada suatu
rapat.
b. Membuat daftar hadir rapat
Daftar hadir digunakan untuk mengetahui jumlah perawat yang datang pada suatu rapat,
untuk mengetahui jumlah sistem yang harus dipersiapkan seperti konsumsi, dan
sebagainya, sebagai bahan penyusunan notula rapat dan sebagai dokumentasi.
c. Mempersiapkan bahan rapat
Bahan-bahan rapat yang perlu dipersiapkan antar lain sebagai berikut :
 Agenda rapat.
 Notula atau hasil rapat yang lalu (apabila rapat tersebut merupakan kelanjutan dari
rapat sebelumnya).
 Bahan-bahan yang akan dibicarakan dalam rapat seperti laporan–laporan mengenai
dokumentasi keperawatan, evaluasi kinerja, dll)
BAB VII
PELAPORAN

1. Laporan Harian
Laporan harian di ruang perinatologi adalah laporan tentang keadaan perkembangan
pasien setiap hari yang ditulis berdasarkan observasi perawat selama jam dinas. Laporan yang
tertulis di buku laporan khusus ini disampaikan secara lisan oleh perawat disaat akan
melakukan timbang terima dengan perawat jaga selanjutnya. Laporan ini meliputi kondisi
pasien, terapi yang diberikan dokter, dan tindakan asuhan keperawatan yang akan dan telah
dilakukan oleh perawat.
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan di ruang perinatologi merupakan laporan yang dibuat oleh Kepala
Ruangan yang menggambarkan kondisi pasien perinatologi selama satu bulan. Laporan ini
salah satunya mencakup rekapitulasi jumlah pasien bayi sesuai dengan diagnosanya yang
berguna untuk mengetahui jumlah pasien dari bulan ke bulan. Selain itu, laporan bulanan
juga meliputi laporan jumlah alat-alat medis maupun non medis yang dimiliki ruang
perinatologi. Dalam hal ini, perawat sebagai penanggung jawab pengawasan alat-alat medis
maupun non medis berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam mengawasi keutuhan alat-
alat tsb.
3. Laporan Tahunan
Laporan tahunan di ruang perinatologi merupakan kumpulan dari laporan bulanan yang
telah dibuat oleh kepala ruangan. Laporan ini mencakup diantaranya laporan kasus terbanyak,
jumlah kelahiran dan kematian bayi, dan tentang peningkatan mutu pelayanan.

You might also like