Professional Documents
Culture Documents
Formulir BKN
Formulir BKN
Membangun dan meningkatkan sistem Memperkuat kapasitas dan ketahanan Memberikan perlindungan dan jaminan Memanfaatkan teknologi secara
penanggulangan bencana Provinsi Bali. seluruh stakeholder dalam pengurangan kepada masyarakat melalui pemberdayaan efektif dalam penanggulangan
risiko bencana. masyarakat bencana
Pemantapan dan penguatan regulasi Perencanaan penanggulangan bencana Peningkatan kapasitas Pendidikan, dan Pengembangan dan
kelembagaan secara terpadu dengan pelibatan semua dan partisipasi pelatihan. Pemanfaatan teknologi
pihak masyarakat dalam yang efektif dalam
pelaksanaan penanggulangan
penanggulangan bencana.
bencana;
KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN
1. Membangun dasar hukum untuk 1. mengintegrasikan rencana 1. Meningkatkan kapasitas 1. Mengintegrasikan 1. Memanfaatkan hasil riset
mensinergikan penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam masyarakat untuk muatan kebencanaan di dan teknologi dalam
penanggulangan bencana. rencana pembangunan dan melaksanakan lembaga pendidikan penanggulangan bencana
rencana tata ruang penanggulangan bencana formal dengan 2. Melakukan Kemitraan
2. Melakukan penguatan kapasitas
Pemerintah Provinsi
kelembagaan dalam sistem daerah.pendukungnya. yang partisipatif internalisasi kearifan dengan forum-forum
penanggulangan bencana beserta 2. Membangun Sistem Distribusi 2. Membangun dan lokal. penanggulangan bencana
sistem pendukungnya. Logistik yang menjamin stabilitas menggiatkan 2. Melakukan Pelatihan, dan akademisi dalam riset
harga pasar kebutuhan tanggap penggunaan media simulasi dan gladi inovasi teknologi untuk
darurat provinsi informasi untuk isu terkait penanggulangan pengurangan risiko
kebencanaan bencana. bencana.
B. Strategi
1. Peraturan terkait
a. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Bali.
b. Peraturan Gubernur No. 29 Tahun 2009 Tentang pembentukan, susunan
organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah
c. Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 30 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (
PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
Bencana (RUPUSDALOPS PB);
d. Peraturan tidak tertulis, berbeda dengan peraturan tertulis dari
pemerintahan, peraturan tidak tertulis berada di tatanan masyarakat Bali
berupa Local Wisdom (Kearifan local) yang memiliki manfaat dalam menjaga
kondisi Bali. adapaun beberapa kearifan local yang terkait dengan ketahanan
terhadap bencana adalah sebagai berikut
Tri Hita Karana yang berarti “Tiga Penyebab Kesejahteraan”, yakni: (1)
Parhyangan (lingkungan spiritual) (2) Pawongan (lingkungan sosial) dan
(3) Palemahan (lingkungan alamiah). Berkenaan dengan itu, untuk
mencapai kesejahteraan maka manusia hendaknya senantiasan menjaga
hubungan yang seimbang dan harmonis dengan lingkungan spritualnya,
lingkungan sosialnya, dan lingkungan alam sekitarnya. Sebaliknya
hubungan yang tidak seimbang dan tidak harmonis diyakini akan dapat
mengganggu kesejahteraan hidup umat manusia (Pujaastawa, 2006). TKH
merupakan sistem nilai atau kumpulan ide yang cakupannya luas, dan
diyakini kebernarannya. THK malahirkan perilaku berpla dalam
penggambaran dan penataan lingkungan yang mencakup tiga komponen
di atas.
Ungkapan menyama beraya sangat terkenal pada masyarakat Bali.
Ungkapan ini bermakna solidaritas sosial atau bisa pula disamakan
dengan “modal sosial”. Ungkapan menyama beraya merupakan tuturan
dari agama Hindu, yakni tat twan asi atau bisa pula dihubungkan dengan
ajaran ahimsa-nirkekerasan (Shastri dan Shastri, 2005). Dengan
menumbuh kembang menyema berya ini, maka keharmonisan hubungan
antar manusia, antar etnik di Bali akan tercapai. Kajian Atmadja (2003)
menunjukkan bahwa menyama beraya bisa pula lintas agama/etnik,
tercermin pada istilah yang dipakai orang Bali untuk menyebut orang non-
Bali yang beragama Islam. Sebaliknya, orang Islam menyebut orang Bali
dengan label nyama Bali (Saudara etnik Bali/Hindu) gejalan ini tampan
pada desa-desa multietnik/multiagama di Buleleng. Pemakaian istilah
menyema tidak saja bermakna kedekatan jarak sosial, tetapi juga terkait
pula dengan peredaman konflik sosial di Bali.
Konsep masyarakat Subak. Keberadaan subak di Bali secara formal ada
dalam Perda no 02/DPRD/1972, subak diartikan sebagai masyarakat
hukum adat yang bersifat sosio-argaris-religius, yang terdiri dari para
petani yang menggarap sawah pada suatu areal persawahan yang
mendapatkan air dari suatu sumber. Geertz (1980) memberikan batasan
subak sebagai areal persawahan yang mendapatkan air irigasi dari suatu
sumber air. Secara garis besar, subak memiliki tiga aspek pokok yaitu
religious, sosial, dan fisik.
Konsep Tri Mandala, merupakan ungkapan tiga tata nilai wilayah ruang,
yang terdiri dari: ruang sakral/spiritual – ruang profan/komunal – ruang
pelayanan/komersial. Struktur tata ruang Tri Mandala ini berpedoman
pada orientasi gunung – laut (kaja – kelod) dan orientasi terbit –
terbenamnya matahari (kangin – kauh). Dengan berpedoman pada
orientasi gunung – laut, maka tata ruang di bagian hulu digunakan untuk
kegiatan spiritual dan ruangnya disebut “Utama Mandala”. Ruang yang
bersifat komunal berada di bagian tengah, disebut “Madya Mandala”.
Sedangkan ruang yang bersifat komersial atau pelayanan/servis,
ditempatkan di bagian hilir dan ruangnya disebut “Nista Mandala”. Dan
bila konsep ruang Tri Mandala ini berpedoman pada orientasi terbit dan
terbenamnya matahari, maka tata ruang paling timur adalah “Utama
Mandala”, bagian tengah “Madya Mandala” dan yang paling barat adalah
“Nista Mandala”.
C. Kelembagaan
Dalam situasi tidak terjadi bencana, BPBD atau Pusdalops PB yang berperan
sebagai lembaga khusus penanggulangan bencana tingkat provinsi di Provinsi
Bali dan kabupaten/kota menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksanaan
kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Dalam situasi darurat,
lembaga khusus ini menjalankan fungsi komando, koordinasi, dan pelaksanaan
kegiatan tanggap darurat. Sedangkan dalam situasi pasca bencana, BPBD
menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemulihan
akibat bencana. Tentunya dalam menjalankan fungsi pada keseluruhan fase
penanggulangan bencana, Pusdalpos PB memerlukan kerja sama dengan
instansi pemerintah dan non pemerintah lainnya karena fungsi-fungsi kegiatan
yang menjadi tanggung jawab instansi sektoral tetap dilaksanakan oleh sektor
masing-masing. Pembagian peran antar stakeholder tersebut diatur dalam RPB
Provinsi Bali ini.
Selain kelembagaan formal dari sisi pemerintahan, perlu juga diangkat konteks
kelembagaan masyarakat Bali, berupa desa adat/pakreman. Keberadaan
kelembagaan tradisional pada masyarakat desa serta nilai filosofis yang
dipatuhinya memberikan ketahanan bagi masyarakat Bali dalam kesiapannya
menghadapi bencana. Penataan ruang berdasarkan nilai local, keseimbangan
antar manusia-manusia, dan manusia-alam, nilai-nilai toleransi, memberikan
kekuatan pada komunitas local dalam menghadapi potensi bencana di wilayah
masing-masing.
D. Kaidah Pelaksanaan
1. Pelaksana
TABEL
14 Dinas Kehutanan
E. Pendanaan
Sumber pendanaan untuk pelaksanaan RPB Bali diperoleh dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN), dukungan dunia usaha, serta lembaga donor. Anggaran yang berasal dari
dana APBD dialokasikan secara rutin setiap tahun melalui anggaran setiap
SKPD/UPT untuk menjaga keberlanjutan pelaksanaan penanggulangan bencana.
Anggaran untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana bukan merupakan
dana tambahan terhadap anggaran Renstra SKPD, tetapi terintegrasi ke dalam
anggaran yang terkait dengan kepentingan penanggulangan bencana.
1. Pengesahan Perda mengenai RPB Provinsi Bali. Di mana dokumen yang ada
dilaksanakan dalam tataran yang legal-formal oleh seluruh stakeholder di
Bali, khususnya SKPD pemerintahan.