You are on page 1of 16

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Dikutip dari RPB Provinsi Bali


Oleh :
I Gede Sudiartha, S.Sos.,M.Si

A. Visi dan Misi

Adapun visi penanggulangan bencana Provinsi Bali adalah :

Terwujudnya penanggulangan bencana Provinsi Bali secara terencana, terpadu


berbasis masyarakat dan teknologi

Visi tersebut diwujudkan dalam 4 misi penanggulangan bencana, yaitu :


1. Membangun dan meningkatkan sistem penanggulangan bencana Provinsi Bali.
2. Memperkuat kapasitas dan ketahanan seluruh stakeholder dalam pengurangan
risiko bencana.
3. Memberikan perlindungan dan jaminan kepada masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat.
4. Memanfaatkan teknologi secara efektif dalam penanggulangan bencana
KERANGKA RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI BALI
VISI
Terwujudnya penanggulangan bencana
Provinsi Bali secara terencana, terpadu
berbasis masyarakat dan teknologi

MISI 1 MISI 2 MISI3 MISI 4

Membangun dan meningkatkan sistem Memperkuat kapasitas dan ketahanan Memberikan perlindungan dan jaminan Memanfaatkan teknologi secara
penanggulangan bencana Provinsi Bali. seluruh stakeholder dalam pengurangan kepada masyarakat melalui pemberdayaan efektif dalam penanggulangan
risiko bencana. masyarakat bencana

STRATEGI STRATEGI STRATEGI STRATEGI STRATEGI

Pemantapan dan penguatan regulasi Perencanaan penanggulangan bencana Peningkatan kapasitas Pendidikan, dan Pengembangan dan
kelembagaan secara terpadu dengan pelibatan semua dan partisipasi pelatihan. Pemanfaatan teknologi
pihak masyarakat dalam yang efektif dalam
pelaksanaan penanggulangan
penanggulangan bencana.
bencana;
KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN

1. Membangun dasar hukum untuk 1. mengintegrasikan rencana 1. Meningkatkan kapasitas 1. Mengintegrasikan 1. Memanfaatkan hasil riset
mensinergikan penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam masyarakat untuk muatan kebencanaan di dan teknologi dalam
penanggulangan bencana. rencana pembangunan dan melaksanakan lembaga pendidikan penanggulangan bencana
rencana tata ruang penanggulangan bencana formal dengan 2. Melakukan Kemitraan
2. Melakukan penguatan kapasitas
Pemerintah Provinsi
kelembagaan dalam sistem daerah.pendukungnya. yang partisipatif internalisasi kearifan dengan forum-forum
penanggulangan bencana beserta 2. Membangun Sistem Distribusi 2. Membangun dan lokal. penanggulangan bencana
sistem pendukungnya. Logistik yang menjamin stabilitas menggiatkan 2. Melakukan Pelatihan, dan akademisi dalam riset
harga pasar kebutuhan tanggap penggunaan media simulasi dan gladi inovasi teknologi untuk
darurat provinsi informasi untuk isu terkait penanggulangan pengurangan risiko
kebencanaan bencana. bencana.
B. Strategi

Terdapat 4 strategi penanggulangan bencana provinsi Bali, yaitu :

a. Pemantapan dan penguatan regulasi dan kelembagaan;


b. Perencanaan penanggulangan bencana secara terpadu dengan pelibatan
semua pihak
c. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana;
d. Penelitian, pendidikan, dan pelatihan.
e. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang efektif dalam
penanggulangan bencana

Strategi tersebut kemudian dijabarkan menjadi beberapa kebijakan, program


dan kegiatan yang merupakan teknis operasional yang lebih terarah dan terukur
untuk mencapai visi dan misi penanggulangan bencana Provinsi Bali.

1. Pemantapan dan penguatan regulasi dan kelembagaan


Strategi ini dicapai melalui beberapa hal yaitu pembentukaan dasar hukum
yang kuat untuk menunjang pelaksanaan sistem penanggulangan bencana,
penguatan kelembagaan teknis yang bertanggung jawab menangani
penanggulangan bencana dengan kapasitas yang memadai di semua jenjang
pemerintahan, partisipasi serta desentralisasi kewenangan dan sumber daya
lokal, serta kemitraan dalam pengurangan risiko bencana. Strategi tersebut
dijabarkan dalam 2 kebijakan yaitu :
a. Membangun dasar hukum untuk mensinergikan penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Penguatan dasar hukum dapat dilakukan
melalui penyusunan peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tetap
(protap) dengan mengacu pada pedoman dan peraturan terkait bencana
di tingkat pusat. Program yang dilakukan untuk menjalankan kebijakan
tersebut adalah :
- Penyusunan dasar hukum untuk mensinergikan penyelenggaraan
penanggulangan bencana. program ini kemudian dijabarkan dalam
kegiatan penyusunan Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur
tentang mekanisme penanggulangan bencana di daerah, mencakup
didalamnya pembagian tugas, kewenangan, alokasi sumber daya
(termasuk alokasi pendanaan), dan mekanisme koordinasi.
- Pembangunan mekanisme anggaran partisipatif untuk
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
- Pembangunan mekanisme insentif kerja sama dengan pihak luar
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
b. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam sistem penanggulangan
bencana beserta sistem pendukungnya. Provinsi Bali saat ini masih harus
meningkatkan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana
mengingat belum adanya BPBD baik pada tingkat Provini dan
Kabupaten/Kota yang berperan secara menyeluruh dalam seluruh tahap
bencana. Penguatan kapasitas dilakukan pada komponen perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan penanggulangan bencana. Kebijakan ini
menjadi salah satu prioritas karena sumber daya manusia yang capable
merupakan modal utama dalam keberhasilan pelaksanaan
penanggulangan bencana didaerah. Kebijakan ini diturunkan menjadi
beberapa program yaitu :
- Pembentukan dan penguatan kelembagaan BPBD Provinsi dan
Kabupaten/Kota secara struktural dan teknis, beserta perangkatnya;
- Membangun kapasitas personil lembaga teknis dan instansi terkait
penanggulangan bencana sesuai dengan kriteria standar yang
dibutuhkan. Kapasitas personil PB ini dibangun dalam menghadapi
situasi pra bencana, tanggap darurat, dan saat pemulihan pasca
bencana;
- Pembentukan dan pemberdayaan forum PRB Bali untuk
memonitoring implementasi RPB secara mandiri, transparan, dan
akuntabel.

2. Perencanaan penanggulangan bencana secara terpadu dengan pelibatan


semua pihak
Strategi ini menerapkan upaya-upaya terpadu untuk mengurangi dampak
bencana melalui perencanaan yang holistik dan pembangunan sistem
pendukung pada bencana yang berpotensi terjadi dalam skala provinsi.
Secara substantif, perencanaan penanggulangan bencana ini merupakan
bagian terintegrasi dari perencanaan pembangunan dan perencanaan tata
ruang. Berdasarkan arahan PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, perencanaan penanggulangan
bencana mencakup pilihan tindakan pengurangan risiko bencana, penentuan
mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana, serta alokasi
tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. Kebijakan dalam
perencaanaan penanggulangan bencana difokuskan pada beberapa
kebijakan, yakni :
a. Pengintegrasian rencana penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan daerah. Kebijakan ini diturunkan menjadi beberapa
program :
- Pembangunan mekanisme penyelenggaraan penanggulangan
bencana lintas batas
- Penyusunan rencana kontijensi berdasarkan kajian resiko bencana
Bali.
- Pembangunan mekanisme penerapan rencana kontijensi
b. Pembangunan sistem distribusi logistik yang menjamin stabilitas harga
pasar kebutuhan tanggap darurat Provinsi, kebijakan ini dijabarkan
kedalam beberapa program :
- Penjaminan stabilitas harga kebutuhan penanganan darurat
- Pembangunan fasilitas pendukung sistem Distribusi Logistik di Zona
Prioritas Penanggulangan Bencana Bali

3. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dan stakeholder lain


dalam penanggulangan bencana.
Dalam upaya pengurangan risiko bencana, masyarakat perlu memiliki
kapasitas dan kemandirian menghadapi bencana. Pencapaian strategi
tersebut difokuskan ke dalam beberapa kebijakan, yakni :
a. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk melaksanakan
penanggulangan bencana yang partisipatif. Kebijakan ini dijabarkan
kedalam 2 program yaitu :
- Pemberdayaan lembaga desa untuk peningkatana ketahanan
masyarakat
- Peningkatan hubungan komunikasi antar masyarakat dalam
membangun ketahanan bencana.
b. Membangun dan menggiatkan penggunaan media informasi untuk isu
kebencanaan. Kebijakan ini dijabarkan dalam program sentralisasi
informasi kebencanaan.
c. Peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat dalam penanggulangan
bencana, yang dijabarkan kedalam program :
- Sinkronisasi program pengentasan kemiskinan oleh Pemerintah di
zona prioritas PB Bali
- Pengembangan mata pencaharian alternatif berdasarkan pada peta
sektor pengentasan kemiskinan di zona prioritas PB Bali.

4. Penelitian, pendidikan dan pelatihan


Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana melalui
pemanfaatan jalur penelitian, pendidikan dan pelatihan secara terpadu dan
terkoordinasi. Pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan dalam bentuk
pendidikan formal, non formal, dan informal yang berupa pelatihan dasar,
lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi. Di mana untuk strategi penelitian,
pendidikan dan peltihan diarahkan dalam beberapa kebijakan, yakni :
a. Pendidikan kebencanaan di lembaga pendidikan formal, dengan
internalisasi konsep kebencanaan dalam kurikulum pendidikan
(termasuk internalisasi kearifan lokal yang ada di masyarakat).
b. Pelatihan, simulasi dan gladi terkait penanggulangan bencana dalam
rangka penguatan

5. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang efektif dalam


penanggulangan bencana.
Pemanfaatan teknologi harus dilaksanakan agar penanggulangan bencana
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Keselarasan antara teknologi
dan masyarakat mampu menciptakan penanggulangan bencana yang tepat
dan terarag. Strategi ini difokuskan pada 2 kebijakan yakni :
a. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi dalam penanggulangan bencana
b. Kemitraan Pemerintah Provinsi dengan forum-forum penanggulangan
bencana dan akademisi dalam riset inovasi teknologi untuk pengurangan
risiko bencana.

B. Kebijakan/Peraturan Terkait Penanggulangan Bencana Provinsi Bali

Kebijakan penanggulangan bencana disusun atas atas dasar regulasi,


kelembagaan, dan perencanaan umum untuk setiap fase bencana. Fase bencana
dibahas secara menyeluruh mencakup fase pencegahan, mitigas, kesiapsiagaan,
penanganan darurat bencana, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

1. Peraturan terkait

Peraturan terkait (Regulasi) penanggulangan bencana di Provinsi Bali adalah :

a. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Bali.
b. Peraturan Gubernur No. 29 Tahun 2009 Tentang pembentukan, susunan
organisasi dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah
c. Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 30 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (
PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
Bencana (RUPUSDALOPS PB);
d. Peraturan tidak tertulis, berbeda dengan peraturan tertulis dari
pemerintahan, peraturan tidak tertulis berada di tatanan masyarakat Bali
berupa Local Wisdom (Kearifan local) yang memiliki manfaat dalam menjaga
kondisi Bali. adapaun beberapa kearifan local yang terkait dengan ketahanan
terhadap bencana adalah sebagai berikut
 Tri Hita Karana yang berarti “Tiga Penyebab Kesejahteraan”, yakni: (1)
Parhyangan (lingkungan spiritual) (2) Pawongan (lingkungan sosial) dan
(3) Palemahan (lingkungan alamiah). Berkenaan dengan itu, untuk
mencapai kesejahteraan maka manusia hendaknya senantiasan menjaga
hubungan yang seimbang dan harmonis dengan lingkungan spritualnya,
lingkungan sosialnya, dan lingkungan alam sekitarnya. Sebaliknya
hubungan yang tidak seimbang dan tidak harmonis diyakini akan dapat
mengganggu kesejahteraan hidup umat manusia (Pujaastawa, 2006). TKH
merupakan sistem nilai atau kumpulan ide yang cakupannya luas, dan
diyakini kebernarannya. THK malahirkan perilaku berpla dalam
penggambaran dan penataan lingkungan yang mencakup tiga komponen
di atas.
 Ungkapan menyama beraya sangat terkenal pada masyarakat Bali.
Ungkapan ini bermakna solidaritas sosial atau bisa pula disamakan
dengan “modal sosial”. Ungkapan menyama beraya merupakan tuturan
dari agama Hindu, yakni tat twan asi atau bisa pula dihubungkan dengan
ajaran ahimsa-nirkekerasan (Shastri dan Shastri, 2005). Dengan
menumbuh kembang menyema berya ini, maka keharmonisan hubungan
antar manusia, antar etnik di Bali akan tercapai. Kajian Atmadja (2003)
menunjukkan bahwa menyama beraya bisa pula lintas agama/etnik,
tercermin pada istilah yang dipakai orang Bali untuk menyebut orang non-
Bali yang beragama Islam. Sebaliknya, orang Islam menyebut orang Bali
dengan label nyama Bali (Saudara etnik Bali/Hindu) gejalan ini tampan
pada desa-desa multietnik/multiagama di Buleleng. Pemakaian istilah
menyema tidak saja bermakna kedekatan jarak sosial, tetapi juga terkait
pula dengan peredaman konflik sosial di Bali.
 Konsep masyarakat Subak. Keberadaan subak di Bali secara formal ada
dalam Perda no 02/DPRD/1972, subak diartikan sebagai masyarakat
hukum adat yang bersifat sosio-argaris-religius, yang terdiri dari para
petani yang menggarap sawah pada suatu areal persawahan yang
mendapatkan air dari suatu sumber. Geertz (1980) memberikan batasan
subak sebagai areal persawahan yang mendapatkan air irigasi dari suatu
sumber air. Secara garis besar, subak memiliki tiga aspek pokok yaitu
religious, sosial, dan fisik.
 Konsep Tri Mandala, merupakan ungkapan tiga tata nilai wilayah ruang,
yang terdiri dari: ruang sakral/spiritual – ruang profan/komunal – ruang
pelayanan/komersial. Struktur tata ruang Tri Mandala ini berpedoman
pada orientasi gunung – laut (kaja – kelod) dan orientasi terbit –
terbenamnya matahari (kangin – kauh). Dengan berpedoman pada
orientasi gunung – laut, maka tata ruang di bagian hulu digunakan untuk
kegiatan spiritual dan ruangnya disebut “Utama Mandala”. Ruang yang
bersifat komunal berada di bagian tengah, disebut “Madya Mandala”.
Sedangkan ruang yang bersifat komersial atau pelayanan/servis,
ditempatkan di bagian hilir dan ruangnya disebut “Nista Mandala”. Dan
bila konsep ruang Tri Mandala ini berpedoman pada orientasi terbit dan
terbenamnya matahari, maka tata ruang paling timur adalah “Utama
Mandala”, bagian tengah “Madya Mandala” dan yang paling barat adalah
“Nista Mandala”.

C. Kelembagaan

Berdasarkan undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana, pelaksanaan penanggulangan bencana di tingkat daerah baik Provinsi
maupaun Kabupaten/Kota ditangani oleh lembaga khusus yakni Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Provinsi Bali telah membentuk BPBD
Provinsi yang ditetapkan dalam Perda Nomor 29 tahun 2009, namun belum
terbentuk struktur organisasi secara teknis. Sampai laporan ini disusun,
lembaga yang menangani bidang kebencanaan lebih diarahkan kepada
Pusdalops PB yang merupakan salah satu UPT Badan Kesbangpolinmas Provinsi
Bali.

Pusdalops PB dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 30


Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi
Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian
Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB). Lembaga ini merupakan
pelaksana teknis pada tingkat provinsi yang bertanggung jawab menyiapkan
dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem
informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan
bencana. Untuk tingkat Kabupaten/Kota fungsi teknis tersebut dijalankan oleh
Rupusdalops PB. Dengan meninjau peran dan fungsi Pusdalops PB tersebut,

Dalam situasi tidak terjadi bencana, BPBD atau Pusdalops PB yang berperan
sebagai lembaga khusus penanggulangan bencana tingkat provinsi di Provinsi
Bali dan kabupaten/kota menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksanaan
kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Dalam situasi darurat,
lembaga khusus ini menjalankan fungsi komando, koordinasi, dan pelaksanaan
kegiatan tanggap darurat. Sedangkan dalam situasi pasca bencana, BPBD
menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemulihan
akibat bencana. Tentunya dalam menjalankan fungsi pada keseluruhan fase
penanggulangan bencana, Pusdalpos PB memerlukan kerja sama dengan
instansi pemerintah dan non pemerintah lainnya karena fungsi-fungsi kegiatan
yang menjadi tanggung jawab instansi sektoral tetap dilaksanakan oleh sektor
masing-masing. Pembagian peran antar stakeholder tersebut diatur dalam RPB
Provinsi Bali ini.

Selain kelembagaan formal dari sisi pemerintahan, perlu juga diangkat konteks
kelembagaan masyarakat Bali, berupa desa adat/pakreman. Keberadaan
kelembagaan tradisional pada masyarakat desa serta nilai filosofis yang
dipatuhinya memberikan ketahanan bagi masyarakat Bali dalam kesiapannya
menghadapi bencana. Penataan ruang berdasarkan nilai local, keseimbangan
antar manusia-manusia, dan manusia-alam, nilai-nilai toleransi, memberikan
kekuatan pada komunitas local dalam menghadapi potensi bencana di wilayah
masing-masing.

D. Kaidah Pelaksanaan

Kaidah pelaksanaan Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Bali dibatasi


pada pelaku, pendanaan dan strategi untuk menjamin pelaksanaan RPB. Kaidah ini
menjadi pedoman pelaksanaan kebijakan penanggulangan bencana di Provinsi Bali.

1. Pelaksana

Pelaksanaan Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Bali merupakan


tanggung jawab bersama Pemerintah Provinsi sebagai penanggung jawab
utama, dengan SKPD dan lembaga pemerintah terkait lainnya. Secara umum
peran SKPD dan lembaga pemerintah di tingkat provinsi dalam penanggulangan
bencana adalah sebagai berikut :

a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengkoordiniasikan,


melaksanakan sekaligus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh
upaya penanggulangan bencana di Bali.

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mendukung


perencanaan, pengawasan dan evaluasi program-program pembangunan
yang peka risiko bencana bersama dengan dinas-dinas terkait
c. Badan Lingkungan Hidup (BLH) melakukan pengawasan dan pengendalian
serta penataan hukum lingkungan dalam pencegahan bencana terkait
konservasi alam dan lingkungan hidup

d. Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat


(Bakesbangpolinmas) memfasilitasi pembauran dalam rangka perwujudan
kesatuan bangsa, politik, dan perlindungan masyarakat dalam upaya
penanganan bencana.

e. Dinas Sosial (Dinsos) merencanakan dan melaksanakan penyediaan


kebutuhan logistik untuk korban bencana

f. Dinas Kesehatan (Dinkes) merencanakan pencegahan, penyuluhan,


kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
kesehatan termasuk obat-obatan, logistik kesehatan dan tenaga medis.

g. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop-UKM) menyelenggarakan


program-program usaha kecil dan kegiatan ekonomi produktif pasca bencana
bagi warga masyarakat miskin di daerah untuk mempercepat pemulihan

h. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menyelenggarakan


kegiatan ekonomi produktif serta menjalin kerjasama dengan dunia usaha
untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dalam rangka
memepercepat proses pemulihan pasca bencana.

i. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) merencanakan dan


mengendalikan penyelenggaraan pendidikan darurat untuk daerah yang
terkenan bencana dan pemulihan sarana-prasarana pendidikan, serta
mengkoordinasikan pendidikan sadar bencana

j. Dinas PU Pengairan pelaksanaan pembinaan, pengelolaan, pengawasan dan


pengendalian di bidang pengairan dalam upaya mitigasi dan penanganan
bencana

k. Dinas PU Cipta Karya merencanakan, mengendalikan dan menyiapkan lokasi


dan jalur evakuasi, kebutuhan pemulihan sarana/prasarana publik, dan
pengadaan fasilitas darurat serta mengkoordinasikan pengadaan perumahan
untuk warga yang menjadi korban bencanan serta melaksanakan
pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana tata ruang daerah yang
peka terhadap risiko bencana
l. Dinas Kehutanan (Dishut) merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasi,
khusunya kebakaran hutan dan lahan

m. Dinas Kelautan dan Perikanan merencanakan dan mengendalikan upaya


mitigasi di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai

n. Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi, merencanakan dan


melaksanakan dukungan kebutuhan transportasi, komunikasi dan informasi

o. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan membangun dan


mengembangkan lapangan kerja padat karya bagi masyarakat terdampak
bencana

p. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat; Angkatan Laut; Angkatan Udara


dan Kepolisian Republik Indonesia membantu dalam kegiatan
kesiapsiagaan, pencarian dan penyelamatan (SAR) dan mendukung
pengkoordinasian upaya saat terjadi bencana

q. PMI memberikan bantuan medis pada kondisi darurat bencana

r. Pelaku usaha memberikan dukungan logistik dan finansial di dalam


pelaksanaan penanggulangan bencana

s. Instansi-instansi pemerintah lainnya di Provinsi Bali yang memiliki sektor


terkait dengan penanggulangan bencana.

t. Desa adat/pakreman, selaku kelembagaan/instutsi masyarakat lokal dan


tradisional, memiliki peran dalam peningkatan peran dan kapasitas
masyarakat, menjaga nilai-nilia luhur, serta dapat berperan sebagai
koordinator lokal pada saat terjadinya bencana. Secara umum peran dari
instansi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL

FOKUS PERAN MASING-MASING INSTANSI DALAM PENANGGULANGAN


BENCANA BALI

No Instansi Fokus Peran


No Instansi Fokus Peran

1 BPBD Bali  Pada saat pra memiliki fungsi koordinasi


dan pelaksana
 Pada saat tanggap darurat memiliki fungsi
koordinasi, komando dan pelaksana
 Pada masa pasca memiliki fungsi
koordinasi dan pelaksana
 Penyusunan rencana penanggulangan
bencana
2 BAPPEDA  Penyusunan rencana/mekanisme dalam
penanggulangan bencana (rencana
pembangunan daerah, tata ruang, dll)
 Peningkatan kapasitas, khususnya terkait
riset dan penelitian terkait kebencanaan
3 Dinas Sosial  Persiapan, khususnya terkait dengan
ketersediaan logistik dan kebutuhan dasar
dalam masa tanggap darurat
 Supporting dalam peningkatan kapasitas
stakeholder dalam menghadapi bencana
 Persiapan, khususnya terkait dengan
sandang, pangan, papan dan dampak
psikologis dari terjadinya bencana
4 Dinas Pendidikan  Peningkatan kapasitas masyarakat lewat
kurikulum pendidikan di sekolah
 Peningkatan kapasitas masyarakat lewat
pelatihan/sosialisasi kepada masyarakat
umum

5 Dinas PU  Penyediaan sarana prasarana dasar dalam


menghadapi kondisi bencana
 Penguatan jalur logistik sebagai bentuk
ketahanan terhadap bencana (bersama
dinas perhubungan)

6 Dinas Kesehatan  Pemenuhan kebutuhan dasar terkait


kesehatan dalam masa terjadi bencana
 Kampanye hidup sehat dan sanitasi
lingkungan

7 BKD  Peningkatan kapasitas aparat pemerintah


dalam kesiapan menghadapi bencana

8 Dinas informasi dan  Sosialisasi/publikasi/media informasi


mengenai kebencanaan di Provinsi Bali
komunikasi
 Bersama-sama SKPD lain (pendidikan,
kesehatan) melakukan kampanye
No Instansi Fokus Peran

peningkatan kapasitas masyarakat

9 Dinas Industri dan  Peningkatan ketahanan ekonomi


masyarakat dan wilayah
Perdagangan,
 Memfasiltasi masyarakat dalam
Dinas Koperasi dan UKM peningkatan kondisi perekonomian dan
mata pencaharian alternatif

10 SAR, Polisi, Satpol PP dan  Penyediaan fasilitas dalam menghadapi


bencana (SAR)
TNI
 Supporting dalam persiapan jika terjadi
bencana dan dalam masa tanggap darurat
 Peningkatan kapasitas aparat pemerintah
dan stakeholder di daerah dalam kesiapan
menghadapi bencana

11 Dinas Pertanian  Persiapan ketahanan perekonomian


sektoral, khususnya pada masa pra dan
pasca kebencanaan
 Pemetaan kondisi dan dampak yang
mungkin diakibatkan oleh bencana yang
terjadi.

12 Dinas Peternakan  Penguatan ketahanan, khususnya pada


tingkat kerentanana wilayah (bencana
13 Dinas Perikanan Kelautan longsor, penghijauan, dll)

14 Dinas Kehutanan

15 BMKG  Prediksi, pemantauan cuaca, dan fungsi


informasi potensi bencana yang mungkin
terjadi
 Analisis dan riset kebencanaan

16 Lembaga desa/adat  Penguatan ketahanan masyarakat desa


 Penanggulangan dan persiapan langsung di
tingkat masyarakat/komunitas

17 Kesbangpolinmas  Peningkatan kapasitas masyarakat dalam


persiapan menghadapi bencana

18 Dinas Kebersihan dan  Penguatan ketahanan area, khususnya


terkait dengan pengelolaan lingkungan
Pertamanan

19 Badan Lingkungan Hidup  Penguatan ketahanan area, khususnya


terkait dengan pengelolaan lingkungan
 Pemantauan kegiatan masyarakat/swasta,
yang berpotensi menimbulkan bencana
No Instansi Fokus Peran

20 Dinas Pariwisata  Persiapan ketahanan perekonomian


sektoral, khususnya pada masa pra dan
pasca kebencanaan
 Pemetaan kondisi dan dampak yang
mungkin diakibatkan oleh bencana yang
terjadi

21 Badan Penanaman Modal  Terkait dengan penyerapan dan penyediaan


modal dalam pembangunan ketahanan
daerah

22 Perguruan tinggi  Fungsi riset dan penelitian kebencanaan

23 LSM  Penguatan ketahanan masyarakat


 Mitra pemerintah dalam penanggulangan
bencana

24 Swasta  Penguatan ketahanan masyarakat


 Mitra pemerintah dalam penanggulangan
bencana

25 Rumah sakit  Kesiapan pada masa tanggap darurat


 Kebutuhan peralatan dan kebutuhan
kesehatan

E. Pendanaan
Sumber pendanaan untuk pelaksanaan RPB Bali diperoleh dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN), dukungan dunia usaha, serta lembaga donor. Anggaran yang berasal dari
dana APBD dialokasikan secara rutin setiap tahun melalui anggaran setiap
SKPD/UPT untuk menjaga keberlanjutan pelaksanaan penanggulangan bencana.
Anggaran untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana bukan merupakan
dana tambahan terhadap anggaran Renstra SKPD, tetapi terintegrasi ke dalam
anggaran yang terkait dengan kepentingan penanggulangan bencana.

F. Strategi Pelaksanaan RPB Bali


Untuk menjamin terlaksananya program dan kegiatan RPB Provinsi Bali secara
terpadu dengan RPJMD Provinsi Bali 2009-2014, ditetapkan beberapa strategi
pelaksanaan yang difokuskan pada monitoring intensif pelaksanaan RPB oleh
institusi terkait penanggulangan bencana di Bali. Mekanisme yang akan
dilakukan adalah :

1. Pengesahan Perda mengenai RPB Provinsi Bali. Di mana dokumen yang ada
dilaksanakan dalam tataran yang legal-formal oleh seluruh stakeholder di
Bali, khususnya SKPD pemerintahan.

2. Koordinasi dan rapat evaluasi SKPD terkait kebencanaan di provinsi Bali,


untuk menjamin agar RPB bisa terus berjalan dan terawasi pelaksanaannya.

3. Melaksanakan pengalihan prioritas penanggulangan bencana yang tidak


mampu ditangani oleh APBD kepada lembaga donor. Keluaran yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya anggaran bagi program yang
sebelumnya tidak memiliki anggaran.

You might also like