You are on page 1of 66

1.

ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF, STATIS Pemilihan alat penangkapan ikan selain harus disesuaikan
antara sifat API dengan karakteristik perairannya, harus pula disesuaikan dengan spesies target
yang menjadi sasaran tangkapannya. Hal ini penting agar operasi penangkapan dapat efektif dan
berdampak seminimal mungkin terhadap habitat beserta biotanya. Karakteristik perairan dan
jenis ikan apa yang sesuai untuk API aktif, pasif, dan statis? 1. Aktif : alat penangkap ikan (
biasanya bersama dengan kapal ) yang saat dioperasikan bergerak dengan aktif memburu,
mengurung atau meprovokasi ikan. Alat tangkap yang bersifat aktif adalah trawl ( pukat ikan dan
pukat udang), tonda, payang, purse seine dan pukat pantai. a. Trawl merupaka alat tangkap ikan
dengan jaring kantong yang saat dioperasikan di tarik ( dihela) oleh kapal dibagian belakang
kapal. Trawl terbagi dari 2 jenis yaitu pukat ikan (fish trawl) yang digunakan untuk menangkap
ikan dan pukat udang ( shrimp trawl) yang digunakan terutama menangkap udang. Gambar. Alat
Tangkap Trawl Daerah Pengoperasian Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat
fishing ground, antara lain sebagai berikut: 1) Dasar fishing ground ( didasar perairan ) yang
terdiri dari pasir, lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur. 2) Kecepatan arus pada mid
water tidak besar (dibawah 3 knot) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar 3) Kondisi
cuaca,laut, (arus, topan, gelombang, dan lain-lain) memungkinkan keamanan operasi 4)
Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain
kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus 5) Perairan mempunyai daya
prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah 6) Alat tangkap ini tidak bisa
dioperasikan diperairan yang dasarnya berkarang. Hasil Tangkapan

2. 2. Tujuan penangkapan dengan trawl adalah jenis ikan-kan dasar (bottom fish) ataupun
demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double ring shrimp trawl) dan juga
jenis- jenis kerang. Jenis ikan tangkapannya antara lain terdiri dari ikan patek, kuniran, pari,
manyung, bawal, ikan sebelah, gulamah, kerong-kerong, layur, , kembung, cumi, kepiting,
rajungan, udang dogol, udang windu, udang krosok merah dan yang lainnya. b. Tonda Alat
penangkap ikan pancing tonda termasuk alat tangkap aktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel
dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Tali pancing
direntangkan disisi kanan dan kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan
dengan kecepatan konstan 2-4 knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak
seperti mangsa. Untuk membuat umpan lebih aktif melayang di perairan dan untuk
memprovokasi ikan agar memakan umpan tersebut. Gambar. Alat Tangkap Tonda Daerah
Pengoperasian Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan
daerah dimana operasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan
bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daerah dimana terdapat
ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi,
dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas
34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di
daerah tempat ikan- ikan pelagis. -lain. Hasil Tangkapan Secara umum hasil tangkapan utama
pancing tonda adalah ikan pelagis yang bernilai ekonomis antara lain sbb : - Lapisan permukaan :
tengiri, tongkol, cakalang, madidihang, setuhuk, alu-alu, sunglir dll - Lapisan pertengahan : tuna,
cumi-cumi
3. 3. c. Payang Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan
permukaan (pelagic fish). Kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan
serta menggiring ikan untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan
melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.
Gambar. Alat Tangkap Payang Daerah penangkapan Daerah penangkapan dan payang ini pada
perairan yang tidak terlalu jauh dan pantai atau daerah subur yang tidak terdapat karang. Hasil
tangkapan sangat tergantung keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul
disekitar rumpon. Hasil Tangkapan Hasil tangkapan terutama jenis-jenis pelagik kecil yaitu ikan
kembung, lemuru, layang, solar, dan lain-lainnya. c. Purse seine ( Pukat Cincin ) Purse Seine yang
merupakan satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan dalam operasi penangkapan untuk
jenis ikan yang hidup bergerombol. Jaring lingkar memiliki efektifitas yang cukup tinggi dalam
menghasilkan tangkapan ikan karena ikan yang ditangkap dalam jumlah banyak dan
bergerombol. Prinsip dasar alat tangkap jaring lingkar adalah menutup jalan renang ikan baik
horizontal maupun vertikal (pada jenis jaring lingkar dengan kolor) sehingga ikan terperangkap
dalam alat tangkap. Gambar. Alat Tangkap Purse seine Daerah penangkapan

4. 4. Alat tangkap Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut atau daerah pelagis 2)
Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air 3) Kondisi laut bagus Hasil
Tangkapan Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah
ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk
shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan
pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah
sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah
individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang
terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan
purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang,
kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, tongkol,cumi-cumi dan ikan
pelagis lainnya. 2. Pasif : ( gill net, rawai dll) Alat tangkap yang ketika dioperasikan tidak
bergerak ( diam saja) menunggu ikan tertangkap. a. Gill net Jaring Insang ( gill net ) adalah :alat
penangkap ikan yang berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
mata jaring ( mesh size ) yang sama atau seragam diseluruh bagian jaring. Gill net : -
Dioperasikan dengan cara menghadang arah ruaya renang ikan - Dioperasikan baik
dipermukaan, perairan pertengahan maupun perairan dasar. - Ikan tertangkap secara terjerat
insangnya, terpuntal tubuhnya pada tubuh atau badan jaring, dan terkait atau tersangkut sirip
atau giginya pada benang jaring. Methode Penangkapan - Dioperasikan disuatu perairan ( laut )
dengan menggunakan sebuah kapal motor atau perahu-motor tempel - Prinsip pengoperasian
gill net adalah cara dibentangkan melintang arus selama beberapa jam. - Pengoperasiannya
dapat dihanyutkan ( drift gill net ), dilabuh ( set gill net ) dan dilingkarkan ( encircling gill net ). -
Jaring insang hanyut dihanyutkan megikuti arus namun pada saat penurunan alat / setting
sedapat mungkin posisi jaring melintang arus
5. 5. - Jaring insang tetap dalam pengoperasiannya menggunakan jangkar ataupun pemberat yang
dipasang dibagian ujung terluar bagian bawah jaring. Jaring dipasang secara tegak lurus atau
diatur sedemikian rupa seakan-akan menutupi permukaan dasar ( contoh jaring klitik ). Daerah
penangkapan - Daerah operasinya menyebar hampir diseluruh perairan Indonesia. - Dapat
dioperasikan diberbagai kedalam dan berbagai habitat, seperti hutan mangrove yang terendam,
habitat rumput laut, habitat padang lamun maupun habitat terumbu karang. Hasil Tangkapan -
Hasil tangkapan gill net permukaan dan pertengahan berupa kelompok ikan-ikan pelagis, yaitu :
kembung, layang, tembang,cakalang - Hasil tangkapan gill net dasar adalah kelompok ikan
demersal yaitu : kerapu, kakap, udang dll b. Rawai Alat tangkap Rawai terdiri dari sederetan tali-
tali utama, dan pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek
dan lebih kecil diameternya . Pada ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan.
Contohnya rawai tuna

6. 6. Gambar. Alat Tangkap Rawai Tuna Daerah penangkapan Tuna long line (rawai tuna) diizinkan
pengoperasiannya di perairan wilayah tertentu :  Perairan ZEE Indonesia dan daerah
permukaan dan pertengahan perairan.  Jalur II ( 6 – 12 mil ) untuk kapal < 60 GT dan jumlah
pancing ≤ 1.200 buah ( SK Dirjen Perikanan Nomor: 392/KPTS/Ik.120/4/99 ) Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama tuna long line adalah merupakan jenis - jenis ikan tuna dan jenis ikan
pelagis besar lainnya yang hidup diperairan permukaan, pertengahan dan dalam, seperti : - Tuna
( Thunnus sp ) - Setuhuk hitam/ black marlin ( Makaira indica ) - Setuhuk putih/ white marlin (
Makaira maazara ) - Alu-alu/barakuda ( Sphyraena genie ) - Layaran ( Isthioporus oriental ) - Ikan
pedang ( Xiphias gladius ) - Lemadang ( Coryphaena sp ) - Cucut/hiu - Ikan pari burung (
Aetomylus nichofii ) 3. Statis (bubu, sero, setnet dll) Alat tangkap yang bersifat statis adalah
perangkap yang umumnya berbentuk kurungan, berupa jebakan, dimana ikan akan mudah
masuk tanpa adanya paksaan dan sulit untuk keluar atau lolos karena dihalangi dengan berbagai
cara.Banyak jenis bahan atau material yang digunakan untuk membuat perangkap, hal ini
tergantung dari tujuan penangkapan dan juga dimana perangkap tersebut akan dioperasikan.
Bahan atau material yang umum digunakan untuk membuat perangkap misalnya adalah:
bambu, rotan, kawat, jaring, tanah liat, plastik dan lain sebagainya. Dalam pengoperasiannya
perangkap ini ada yang diopereasikan di dasar perairan, dipermukaan

7. 7. perairan, di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Berdasarkan bentuk dan
cara pengoperasiannya banyak sekali jenis alat perangkap yang dioperasikan oleh nelayan,
misalnya beberapa diantaranya yang penting adalah: bubu, sero, setnet dll Jenis ikan yang
ditangkap seperti bubu dasar yang dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang
atau bebatuan. Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis- jenis ikan, udang
kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp),
Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp),
Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong dan lain-lain Gambar. Alat Tangkap Bubu
Referensi : Afiantori . 2009. Melakukan Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Purse Seine.
Departemen Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Jakarta Kurniawan ,I. 2009. Melakukan
Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Trawl. Departemen Pengelolaan Sumberdaya Kelautan.
Jakarta Merina E.2009. Melakukan Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Longl ine
Departemen Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Jakarta Nainggolan, C .2012. Metode
Penangkapan Ikan. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta. Rakhmawati, L. 2009. Melakukan
Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Gillnet. Departemen Pengelolaan Sumberdaya
Kelautan. Jakarta http://mukhtar-api.blogspot.com/2012/11/alat-tangkap-trawl-pukat-
harimau_21.html http://samsudinpunya.blogspot.com/2011/03/pancing-tonda-troll-line-1.html
http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/alat-tangkap-
payang.html

IKaupaTea
Wednesday, December 14, 2011
makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi
selatan
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Kabupaten Barru yang terletak pada posisi lintas dengan bentangan pantai 78 Km,
mengedepankan semangat kebersamaan. Dengan jarak tempuh dari iIbukota Propinsi Sulawesi
Selatan 100 Km. Luas wilayahnya 1.174.74 Km 2. Barru kini telah bergeliat dalam
menyongsong pembangunan di era otonomi. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1998 tentang Pemerintahan Daerah , banyak program telah digulirkan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat. Salah satunya, Barru kini tengah diuji dengan sebuah program
yang disebut agropolitan. Sebagai sebuah daerah yang berbasis pertanian dan kelautan tentu
saja keterpaduan program ini tidaklah sulit. Tapi apakah semudah itu implementasinya di
lapangan. Inilah yang tengah di pertaruhkan di Barru. Agropolitan sendiri bertujuan
mensejahterahkan masyarakat dan diharapkan program agropolitan ini salah satu jalan untuk
meningkatkan derajat kehidupan masyarakat.Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2005
adalah 158 500 jiwa yang terdiri atas 77.172 jiwa laki-laki dan 81328 ajiwa perempuan dengan
kepadatan penduduk sebesar 135,62 jiwa/km2. Kabupaten Barru terdiri dari 11 kecamatan, 14
kelurahan dan 400 desa
Letak Geografis

Secara geografis terletak pada koordinat 4’0,5’49” sampai 4’47’35” Lintang selatan
dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 (
117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut :- Sebelah selatan dengan Kabupaten
Pangkep- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar- Sebelah utara berbatasan
dengan Kota Pare-Pare, dan- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng.

Topografi

Wilayah Kondisi tofografi wilayah berupa dataran tinggi dan perbukitan yang berada
pada ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut. Wilayah tersebut berada di sepanjang timur
kabupaten, sedangkan bagian barat Kabupaten dengan ketinggian 0 – 20 m dari permukaan
laut berhadapan dengan Selat Makassar. Tanah di Kabupaten Barru umumnya merupakan
jenis regosol yang meliputi 38% dari luas seluruh wilayah. Jenis-jenis tanah lain yang dikandung
adalah litosol, alluvial dan mediteran. Iklim wilayah Kabupaten Barru adalah bulan basah
berturut-turut terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret sedangkan bulan kering
berturut-turut terjadi pada bulan April sampai dengan September alat bantu penangkapan ikan
tradisional Teknologi alat bantu penangkap ikan pada masyarakat nelayan tradisional masih
menggunakan peralatan tradisonal seperti mesin penggulung jaring yang menggunakan mesin
penggerak independen sehingga menyebabkan berat kapal meningkat, biaya operasional
meningkat, dan produktivitas rendah. Sehinggadibutuhkan teknologi alternatif untuk mengatasi
hal tersebut.

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan
cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di atasnya, dalam
pengoperasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan
banyak ikannya. Bagan perahu diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (lift nets)
(Subani dan Barus 1989).

B. Tujuan Praktek
1. Mampu mengindentifikasi berbagai alat bantu penangkapan yang di gunakan di atas
kapal dan alat tangkap di lokasi praktek.

2. Mengetahui teknik penangkapan ikan dengan berbagai jenis alat bantu penangkapan di kapal
dan pada alat tangkap.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Alat Tangkap

Konstruksi bagan perahu biasanya terbuat dari bambu. Masing-masing rakit dibuat dari
32 batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke bawah, sehingga
tiap-tiap lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit biasanya berdiameter 10-12 cm
dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah tiang bambu keatas, tingginya 2 m
berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang ini saling dihubungkan dengan bambu yang
panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini terbentuklah sebuah pelataran (Dulgofar 1988).Bagan
perahu ini untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,maka disisi
kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak besar atau
dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang menghubungkan kedua rakit tersebut
(Dulgofar et al. 1988).

Komponen alat tangkap ikan bagan perahu terdiri dari jaring bagan dan rumah bagan
(anjang-anjang). Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989). Ukuran untuk alat tangkap
bagan perahu memiliki ukuran panjang 22 meter dan lebar 2 meter degan mesin 300 pk dan
memiliki 2 tiang yang tingginya 9 meter dan tinggi kapal 3meter dan kecepatan rata-ratanya 80
km/ jam dan menggunakan mesin kapal ( mitsubitshi ) dan lampu menggunakan mesin jiandong
dengan bahan bakar solar.

B. Deskripsi Kapal

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan. Pada dasarnya alat
ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan
menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di
bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung
lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan bagan juga terdapat roller
(sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini
berukuran 8 x 8 meter sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8 meter. Jaring yang
digunakan adalah jaring yang disebut dengan Wareng dengan mata jaring 0.4 cm dengan posisi
terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya
yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke-empat sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi
untuk menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air.
Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus
1989).

C. Deskripsi Alat Bantu

1. Menggunakan lampu sebanyak 37 buah lampu yang terdiri dari 4 buah dengan tenaga 500 watt,
dan 33 buah dengan tenaga 250 watt

2. Roller terdiri dari 7 buah yaitu 2 buah roller utama dan 5 buah roller pembantu

3. Serta menggunakan 1 buah serok untunk mengambil hasil tangkapan, pemberat yang terdapat
10 buah fungsinya agar melebarkan bukaan jarring dengan sempurna di bawah air.

4. Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

5. Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

6. Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

3. METODE PRAKTEK
1. Waktu dan Tempat

Praktek Lapang di laksanakan selama 3 hari yaitu mulai hari jumat, 30 September – sabtu,
2 Oktober 2011. Kegiatan melaut dilaksanakan pada hari sabtu, 1-2 Oktober 2011. Pukul 16.30-
06.00 Wita. Tempat : Perairan Desa Mate’ne kelurahan Tanete Kecamatan Tanete Rilau
Kelurahan Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

2 Alat yang digunakan

a. Modul Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan sebagai acuan untuk mengambil data.

b. Alat tulis menulis untuk menulis data yang ada di lapangan

c. Kamera untuk memotret alat bantu yang ada di lapangan dan sebagai dokumentasi

d. Buku identifikasi untuk mengidentifikasi jenis ikan hasil tangkapan

e. Alat tangkap Bagan Perahu

f. Layangan arus digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

g. Seachi disk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daerah Penangkapan, Waktu dan Musim Penangkapan

Operasi penangkapan biasa dilakukan dekat dengan pulau atau daerah teluk dengan
perairan yang tenang. Kedalaman perairan untuk operasi penangkapan 10-18 m. Dalam
pengoperasiannya jika dibandingkan dengan jenis bagan lainnya, maka operasional bagan
rambo dapat dilakukan pada bulan terang, karena kekuatan cahaya yang digunakan sangat
tinggi sehingga penetrasi cahaya yang 10 masuk secara vertikal ke dalam air akan lebih dalam
dan secara horizontal dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh.
Bagan ditarik ke fishing ground setelah \dkasifishing ground ditentukan. Jarak dari fishing
base ke fishing ground sekitar 1.5 mil. Lama waktu yang dibutuhkan ke fishing ground sekitar
30 menit. Penurunan jangkar padafishing ground dilakukan setelah dilakukan pengecekan
dasar perairan. Dasar perairan sebaiknya berlumpur dan dekat dengan batu agar terlindung
dari arus dan gelombang yang besar. Pengoperasian dimulai pada saat senja hari pukul 18.00
Wita.

Fishing ground (daerah penangkapan ikan) bagan rambo di Selat Makassar masih
tergolong daerah pantai karena kedalaman perairannya 25 – 70 meter. Perairan yang tergolong
landai ini menyebabkan ikan bermigrasi ke pantai karena faktor lingkungan seperti arus,
salinitas, temperatur, musim, pasang surut, topografi, makanan, dan Iain lain sehingga daerah
ini menjadi fishing ground yang ideal bagi bagan rambo. Lokasi yang ideal mengoperasikan
bagan rambo adalah: dasar perairan berlumpur dan terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
Dasar perairan yang berbatu sebaiknya berada di depan bagan agar terhindar dari arus dan
ombak. Dasar perairan berbatu yang tepat berada di bawah bagan kurang baik karena habitat
ikan yang berada di ekosisitem batu adalah ikan dasar yang tidak menyenangi cahaya sehingga
tidak sesuai dengan tujuan penangkapan bagan rambo yang tujuannya menangkap ikan pelagis
yang umumnya berkelompok dan menyenangi cahaya.

B. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Perahu

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan.

Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang
diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu
yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas
bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat
istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.

Prinsip penangkapan alat tangkap Bagan Perahu yaitu mengumpulkan ikan pada suatu
tempat dan waktu tertentu dengan menggunakan alat bantu yaitu cahaya. Bagan Perahu
memiliki ukuran yang besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang
digunakan lebih banyak (sekitar 30 unit lampu). Satu unit bagan perahu terdiri atas beberapa
komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu,
rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.

C. Deskripsi Kapal

Kapal yang digunakan adalah bagan perahu. Panjang dan lebar rangka perahu 24x24 m.
Tiang utama ada 2 buah yang panjangnya 5m. Tali penyangga yang ada pada tiang utama ada
104 buah. Jangkar 1 buah, dan pemberat jaring ada 14 buah yang masing-masing memiliki
berat 4 kg. Mesin kapal yang digunakan adalah Mitsubitshi 120 Pk dan mesin lampu yang
digunakan 300 Pk. Roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu :(1)
Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau menarik bingkai jaring pada saat
setting dan hauling. Roller ini dipasang melintang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka
bagan, tingginya 1 m. Panjang tali roller ini antara 25 . 45 meter. (2) Roller untuk tali jangkar,
berfungsi untuk menurunkan dan menarik tali jangkar. Pada roller ini dibuat handle pemutar
(tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar. (3) Roller
pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 4 kg
berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap
berada di bawah rangka bagan.

Gambar. Alat tangkap Bagan Perahu

D. Deskripsi Alat Bantu

Pada bagan perahu, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan antara lain:

1. Lampu

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan ikan sebelum dilakukan penangkapan yaitu
dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu (light actraction). Alat bantu penangkapan
ikanberupa cahaya lampu fungsinya hanya membantu untuk mengumpulkan ikan pada suatu
area sehungga ikan – ikan terkumpul kemudian dilakukan usaha penangkapan.

2. Roller

Roller pada bagan perahu terbuat dari kayu yang berfungsi dalam proses penarikan
ataupun penurunan jaring.
3. Serok

Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

4. Basket

Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

5. Peti

Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

6. Layangan arus

Digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

7. Seachi disk

Digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.

E. Pengoperasian Alat Tangkap

Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan yang
dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan peralatan lainnya. Untuk
mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah memperkirakan posisi yang akan
didatangi. Pengalaman dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.
Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00 Wita) setelah semua ujung jaring telah
diikatkan pada bingkai bagan dan selanjutnya dilakukan penyalaan lampu. Sebelum bingkai
jaring diturunkan, batu arus yang berfungsi sebagai penahan jaring dari arus diturunkan terlebih
dahulu. Dua sampai tiga jam setelah lampu dinyalakan dilakukan pemadaman lampu. Huling I
dilakukan pada pukul 01.00 Wita. Pemadaman lampu dilakukan secara bertahap untuk
menghindari agar ikan tidak kaget dan ikan semakin mendekat ke tengah jaring. Lampu
pertama yang dipadamkan adalah lampu yang berada pada bagian pinggir rangka bagan.

Penarikan jaring dimulai setelah juragan laut telah memberikan isyarat bahwa jaring
segera ditarik. Penarikan jaring dilakukan setelah juragan mengamati secara visual kawanan
ikan yang terdapat di bawah rangka bagan. Pemutaran roller jaring dilakukan dengan cepat
agar kawanan ikan pada catchable area tidak meloloskan diri. Pada saat
pemutaran roller jaring, tali jangkar juga dikendorkan agar bingkai jaring tepat berada di bawah
perahu pada saat penarikan bingkai jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik jaring sampai
kepermukaan air bergantung pada kecepatan arus dan kedalaman bingkai jaring, umumnya
lama penarikan jaring berkisar 10 menit.

Proses selanjutnya adalah menggiring ikan ke bagian sisi jaring yang berfungsi sebagai
kantong setelah bingkai jaring ditarik sampai rangka bagan dan lampu dinyalakan kembali. Jika
ikan sudah terkumpul, ikan diangkat ke atas perahu dengan menggunakan serok dilanjutkan
dengan penyortiran. Ikan yang sejenis dikelompokkan ke dalam satu basket dan dimasukkan ke
dalam peti setelah dicampur es. Pada saat ini pula tali jangkar ditarik kembali, jaring diturunkan
untuk melakukan proses penangkapan berikutnya, Hauling II dilakukan pada pukul 05.00 Wita.

F. Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan bagan perahu umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti :

1. Tembang (Clupea sp)


2. Teri (Stolephorus sp)
3. Selar (Charanx sp)
4. Kerot-kerot (Therapon sp)
5. Barakuda (Sphyraena barracuda)
6. Cumi-cumi (Loligo sp)
7. Bete-bete (Leiognathus equulus)
8. Kembung (Rastrelliger sp)

5. PENUTUP

KESIMPULAN

Kita mampu mengetahui cara pengoperasian alat tangkap bagan dan alat bantu apa
saja yang di gunakan dalam pengoperasian alat tangkap tersebut.

SARAN

Sebaiknya dalam melakukan penangkapan memerlukan memerlukan echo sounder,


peta dari dinas kelautan dan perikanan agar hasil tangkapan dapat lebih optimal
DAFTAR PUSTAKA

http://anintasaraswati.blogspot.com/2011/01/makalah-bagan-apung.html

http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/detail-dttg/102/bagan-perahu

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab2.pdf

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab4.pdf

http://www.bpppbanyuwangi.com/index.

http://zulham-dzun.blogspot.com/2009/02/deskripsi-alat-tangkap-bagan-rambo.html

Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor 50 Tahun
1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan
Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Posted by Dwi Cahyo Josohadi Subroto at Wednesday, December 14, 2011

Reactions:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: perikanan

1 comment:

Kurniawan Abdurrahman said...

Wah..komplit bagent nih uraian artikelnya, trims ya mas brow bermanfaat sekali
infonya tentang dunia ikan dan mancing mania
January 19, 2014 at 8:22 PM

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)

ikan ikan

Dwi Cahyo Josohadi Subroto


Makassar, Makassar/sul-sel, Indonesia

NO SMOKING
View my complete profile
arsip yhoyoji
 September (2)
 August (2)
 November (4)
 September (2)

 December (10)
Follow by Email
Submit

Search This Blog

Suara Lebah ^_^. Awesome Inc. theme. Theme images by TommyIX. Powered by Blogger.
Entri Populer
 ALAT BANTU PADA PURSE SEINE
PENGUNAAN ALAT BANTU PADA TEKNOLOGI PENANGKAPAN ALAT TANGKAP PURSE
SEINE SURFACE LAMP A. Deskripsi dan Spesifikasi alat tangkap...

 Keselamatan kerja diatas kapal


Keselamatan kerja diatas kapal Kemajuan teknologi telah membawa dampak positif dalam
pengembangan...

 makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi selatan


1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang . Kabupaten Barru yang terletak pada posisi ...


Alat Penangkap Ikan (istilah, defenisi, klasifikasi dan metode)

Istilah dan Definisi Alat Penangkap Ikan 1. Jaring Lingkar Jaring Lingkar merupakan alat
penangkapan ikan yang mempunyai prinsip pen...

 alat bantu penangkapan ikan


Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan Alat Bantu Penangkapan Ikan adalah sarana,
perlengkapa...

 CONTOH LAPORAN JARING INSANG


By Rahmatang GILL NET A. Latar Belakang Alat penangkap ikan terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Gillnet merupaka...


MENDAFTAR KAPAL PERIKANAN DI PEMERINTAHAN

TATA CARA PENDAFATAR KAPAL PERIKANAN Kapal Perikanan milik orang Indonesia atau
badan hukum Indonesia yang dioperasikan untuk kegiat...


KAPAL PERIKANAN (DEFENISI, ISTILAH, KLASIFIKASI DAN DESAIN)

Istilah dan Definisi Kapal Perikanan 1. Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penan...


SET NET

Set Net Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set
Net l...

 alat tangkap trawl


TRAWL PERTENGAHAN Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan
dengan menghel...

IKaupaTea
Wednesday, December 14, 2011
makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi
selatan
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Kabupaten Barru yang terletak pada posisi lintas dengan bentangan pantai 78 Km,
mengedepankan semangat kebersamaan. Dengan jarak tempuh dari iIbukota Propinsi Sulawesi
Selatan 100 Km. Luas wilayahnya 1.174.74 Km 2. Barru kini telah bergeliat dalam
menyongsong pembangunan di era otonomi. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1998 tentang Pemerintahan Daerah , banyak program telah digulirkan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat. Salah satunya, Barru kini tengah diuji dengan sebuah program
yang disebut agropolitan. Sebagai sebuah daerah yang berbasis pertanian dan kelautan tentu
saja keterpaduan program ini tidaklah sulit. Tapi apakah semudah itu implementasinya di
lapangan. Inilah yang tengah di pertaruhkan di Barru. Agropolitan sendiri bertujuan
mensejahterahkan masyarakat dan diharapkan program agropolitan ini salah satu jalan untuk
meningkatkan derajat kehidupan masyarakat.Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2005
adalah 158 500 jiwa yang terdiri atas 77.172 jiwa laki-laki dan 81328 ajiwa perempuan dengan
kepadatan penduduk sebesar 135,62 jiwa/km2. Kabupaten Barru terdiri dari 11 kecamatan, 14
kelurahan dan 400 desa

Letak Geografis

Secara geografis terletak pada koordinat 4’0,5’49” sampai 4’47’35” Lintang selatan
dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 (
117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut :- Sebelah selatan dengan Kabupaten
Pangkep- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar- Sebelah utara berbatasan
dengan Kota Pare-Pare, dan- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng.

Topografi

Wilayah Kondisi tofografi wilayah berupa dataran tinggi dan perbukitan yang berada
pada ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut. Wilayah tersebut berada di sepanjang timur
kabupaten, sedangkan bagian barat Kabupaten dengan ketinggian 0 – 20 m dari permukaan
laut berhadapan dengan Selat Makassar. Tanah di Kabupaten Barru umumnya merupakan
jenis regosol yang meliputi 38% dari luas seluruh wilayah. Jenis-jenis tanah lain yang dikandung
adalah litosol, alluvial dan mediteran. Iklim wilayah Kabupaten Barru adalah bulan basah
berturut-turut terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret sedangkan bulan kering
berturut-turut terjadi pada bulan April sampai dengan September alat bantu penangkapan ikan
tradisional Teknologi alat bantu penangkap ikan pada masyarakat nelayan tradisional masih
menggunakan peralatan tradisonal seperti mesin penggulung jaring yang menggunakan mesin
penggerak independen sehingga menyebabkan berat kapal meningkat, biaya operasional
meningkat, dan produktivitas rendah. Sehinggadibutuhkan teknologi alternatif untuk mengatasi
hal tersebut.

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan
cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di atasnya, dalam
pengoperasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan
banyak ikannya. Bagan perahu diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (lift nets)
(Subani dan Barus 1989).

B. Tujuan Praktek

1. Mampu mengindentifikasi berbagai alat bantu penangkapan yang di gunakan di atas


kapal dan alat tangkap di lokasi praktek.

2. Mengetahui teknik penangkapan ikan dengan berbagai jenis alat bantu penangkapan di kapal
dan pada alat tangkap.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Alat Tangkap

Konstruksi bagan perahu biasanya terbuat dari bambu. Masing-masing rakit dibuat dari
32 batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke bawah, sehingga
tiap-tiap lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit biasanya berdiameter 10-12 cm
dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah tiang bambu keatas, tingginya 2 m
berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang ini saling dihubungkan dengan bambu yang
panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini terbentuklah sebuah pelataran (Dulgofar 1988).Bagan
perahu ini untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,maka disisi
kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak besar atau
dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang menghubungkan kedua rakit tersebut
(Dulgofar et al. 1988).

Komponen alat tangkap ikan bagan perahu terdiri dari jaring bagan dan rumah bagan
(anjang-anjang). Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989). Ukuran untuk alat tangkap
bagan perahu memiliki ukuran panjang 22 meter dan lebar 2 meter degan mesin 300 pk dan
memiliki 2 tiang yang tingginya 9 meter dan tinggi kapal 3meter dan kecepatan rata-ratanya 80
km/ jam dan menggunakan mesin kapal ( mitsubitshi ) dan lampu menggunakan mesin jiandong
dengan bahan bakar solar.
B. Deskripsi Kapal

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan. Pada dasarnya alat
ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan
menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di
bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung
lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan bagan juga terdapat roller
(sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini
berukuran 8 x 8 meter sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8 meter. Jaring yang
digunakan adalah jaring yang disebut dengan Wareng dengan mata jaring 0.4 cm dengan posisi
terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya
yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke-empat sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi
untuk menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air.
Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus
1989).

C. Deskripsi Alat Bantu

1. Menggunakan lampu sebanyak 37 buah lampu yang terdiri dari 4 buah dengan tenaga 500 watt,
dan 33 buah dengan tenaga 250 watt

2. Roller terdiri dari 7 buah yaitu 2 buah roller utama dan 5 buah roller pembantu

3. Serta menggunakan 1 buah serok untunk mengambil hasil tangkapan, pemberat yang terdapat
10 buah fungsinya agar melebarkan bukaan jarring dengan sempurna di bawah air.

4. Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

5. Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

6. Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.


3. METODE PRAKTEK

1. Waktu dan Tempat

Praktek Lapang di laksanakan selama 3 hari yaitu mulai hari jumat, 30 September – sabtu,
2 Oktober 2011. Kegiatan melaut dilaksanakan pada hari sabtu, 1-2 Oktober 2011. Pukul 16.30-
06.00 Wita. Tempat : Perairan Desa Mate’ne kelurahan Tanete Kecamatan Tanete Rilau
Kelurahan Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

2 Alat yang digunakan

a. Modul Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan sebagai acuan untuk mengambil data.

b. Alat tulis menulis untuk menulis data yang ada di lapangan

c. Kamera untuk memotret alat bantu yang ada di lapangan dan sebagai dokumentasi

d. Buku identifikasi untuk mengidentifikasi jenis ikan hasil tangkapan

e. Alat tangkap Bagan Perahu

f. Layangan arus digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

g. Seachi disk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daerah Penangkapan, Waktu dan Musim Penangkapan

Operasi penangkapan biasa dilakukan dekat dengan pulau atau daerah teluk dengan
perairan yang tenang. Kedalaman perairan untuk operasi penangkapan 10-18 m. Dalam
pengoperasiannya jika dibandingkan dengan jenis bagan lainnya, maka operasional bagan
rambo dapat dilakukan pada bulan terang, karena kekuatan cahaya yang digunakan sangat
tinggi sehingga penetrasi cahaya yang 10 masuk secara vertikal ke dalam air akan lebih dalam
dan secara horizontal dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh.

Bagan ditarik ke fishing ground setelah \dkasifishing ground ditentukan. Jarak dari fishing
base ke fishing ground sekitar 1.5 mil. Lama waktu yang dibutuhkan ke fishing ground sekitar
30 menit. Penurunan jangkar padafishing ground dilakukan setelah dilakukan pengecekan
dasar perairan. Dasar perairan sebaiknya berlumpur dan dekat dengan batu agar terlindung
dari arus dan gelombang yang besar. Pengoperasian dimulai pada saat senja hari pukul 18.00
Wita.

Fishing ground (daerah penangkapan ikan) bagan rambo di Selat Makassar masih
tergolong daerah pantai karena kedalaman perairannya 25 – 70 meter. Perairan yang tergolong
landai ini menyebabkan ikan bermigrasi ke pantai karena faktor lingkungan seperti arus,
salinitas, temperatur, musim, pasang surut, topografi, makanan, dan Iain lain sehingga daerah
ini menjadi fishing ground yang ideal bagi bagan rambo. Lokasi yang ideal mengoperasikan
bagan rambo adalah: dasar perairan berlumpur dan terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
Dasar perairan yang berbatu sebaiknya berada di depan bagan agar terhindar dari arus dan
ombak. Dasar perairan berbatu yang tepat berada di bawah bagan kurang baik karena habitat
ikan yang berada di ekosisitem batu adalah ikan dasar yang tidak menyenangi cahaya sehingga
tidak sesuai dengan tujuan penangkapan bagan rambo yang tujuannya menangkap ikan pelagis
yang umumnya berkelompok dan menyenangi cahaya.

B. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Perahu

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan.

Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang
diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu
yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas
bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat
istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.

Prinsip penangkapan alat tangkap Bagan Perahu yaitu mengumpulkan ikan pada suatu
tempat dan waktu tertentu dengan menggunakan alat bantu yaitu cahaya. Bagan Perahu
memiliki ukuran yang besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang
digunakan lebih banyak (sekitar 30 unit lampu). Satu unit bagan perahu terdiri atas beberapa
komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu,
rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.

C. Deskripsi Kapal

Kapal yang digunakan adalah bagan perahu. Panjang dan lebar rangka perahu 24x24 m.
Tiang utama ada 2 buah yang panjangnya 5m. Tali penyangga yang ada pada tiang utama ada
104 buah. Jangkar 1 buah, dan pemberat jaring ada 14 buah yang masing-masing memiliki
berat 4 kg. Mesin kapal yang digunakan adalah Mitsubitshi 120 Pk dan mesin lampu yang
digunakan 300 Pk. Roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu :(1)
Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau menarik bingkai jaring pada saat
setting dan hauling. Roller ini dipasang melintang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka
bagan, tingginya 1 m. Panjang tali roller ini antara 25 . 45 meter. (2) Roller untuk tali jangkar,
berfungsi untuk menurunkan dan menarik tali jangkar. Pada roller ini dibuat handle pemutar
(tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar. (3) Roller
pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 4 kg
berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap
berada di bawah rangka bagan.

Gambar. Alat tangkap Bagan Perahu

D. Deskripsi Alat Bantu

Pada bagan perahu, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan antara lain:

1. Lampu

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan ikan sebelum dilakukan penangkapan yaitu
dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu (light actraction). Alat bantu penangkapan
ikanberupa cahaya lampu fungsinya hanya membantu untuk mengumpulkan ikan pada suatu
area sehungga ikan – ikan terkumpul kemudian dilakukan usaha penangkapan.

2. Roller
Roller pada bagan perahu terbuat dari kayu yang berfungsi dalam proses penarikan
ataupun penurunan jaring.

3. Serok

Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

4. Basket

Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

5. Peti

Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

6. Layangan arus

Digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

7. Seachi disk

Digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.

E. Pengoperasian Alat Tangkap

Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan yang
dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan peralatan lainnya. Untuk
mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah memperkirakan posisi yang akan
didatangi. Pengalaman dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.
Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00 Wita) setelah semua ujung jaring telah
diikatkan pada bingkai bagan dan selanjutnya dilakukan penyalaan lampu. Sebelum bingkai
jaring diturunkan, batu arus yang berfungsi sebagai penahan jaring dari arus diturunkan terlebih
dahulu. Dua sampai tiga jam setelah lampu dinyalakan dilakukan pemadaman lampu. Huling I
dilakukan pada pukul 01.00 Wita. Pemadaman lampu dilakukan secara bertahap untuk
menghindari agar ikan tidak kaget dan ikan semakin mendekat ke tengah jaring. Lampu
pertama yang dipadamkan adalah lampu yang berada pada bagian pinggir rangka bagan.

Penarikan jaring dimulai setelah juragan laut telah memberikan isyarat bahwa jaring
segera ditarik. Penarikan jaring dilakukan setelah juragan mengamati secara visual kawanan
ikan yang terdapat di bawah rangka bagan. Pemutaran roller jaring dilakukan dengan cepat
agar kawanan ikan pada catchable area tidak meloloskan diri. Pada saat
pemutaran roller jaring, tali jangkar juga dikendorkan agar bingkai jaring tepat berada di bawah
perahu pada saat penarikan bingkai jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik jaring sampai
kepermukaan air bergantung pada kecepatan arus dan kedalaman bingkai jaring, umumnya
lama penarikan jaring berkisar 10 menit.

Proses selanjutnya adalah menggiring ikan ke bagian sisi jaring yang berfungsi sebagai
kantong setelah bingkai jaring ditarik sampai rangka bagan dan lampu dinyalakan kembali. Jika
ikan sudah terkumpul, ikan diangkat ke atas perahu dengan menggunakan serok dilanjutkan
dengan penyortiran. Ikan yang sejenis dikelompokkan ke dalam satu basket dan dimasukkan ke
dalam peti setelah dicampur es. Pada saat ini pula tali jangkar ditarik kembali, jaring diturunkan
untuk melakukan proses penangkapan berikutnya, Hauling II dilakukan pada pukul 05.00 Wita.

F. Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan bagan perahu umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti :
1. Tembang (Clupea sp)
2. Teri (Stolephorus sp)
3. Selar (Charanx sp)
4. Kerot-kerot (Therapon sp)
5. Barakuda (Sphyraena barracuda)
6. Cumi-cumi (Loligo sp)
7. Bete-bete (Leiognathus equulus)
8. Kembung (Rastrelliger sp)

5. PENUTUP

KESIMPULAN

Kita mampu mengetahui cara pengoperasian alat tangkap bagan dan alat bantu apa
saja yang di gunakan dalam pengoperasian alat tangkap tersebut.

SARAN

Sebaiknya dalam melakukan penangkapan memerlukan memerlukan echo sounder,


peta dari dinas kelautan dan perikanan agar hasil tangkapan dapat lebih optimal
DAFTAR PUSTAKA

http://anintasaraswati.blogspot.com/2011/01/makalah-bagan-apung.html

http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/detail-dttg/102/bagan-perahu

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab2.pdf

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab4.pdf

http://www.bpppbanyuwangi.com/index.

http://zulham-dzun.blogspot.com/2009/02/deskripsi-alat-tangkap-bagan-rambo.html

Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor 50 Tahun
1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan
Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Posted by Dwi Cahyo Josohadi Subroto at Wednesday, December 14, 2011

Reactions:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: perikanan

1 comment:

Kurniawan Abdurrahman said...

Wah..komplit bagent nih uraian artikelnya, trims ya mas brow bermanfaat sekali
infonya tentang dunia ikan dan mancing mania
January 19, 2014 at 8:22 PM

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)

ikan ikan

Dwi Cahyo Josohadi Subroto


Makassar, Makassar/sul-sel, Indonesia

NO SMOKING
View my complete profile
arsip yhoyoji
 September (2)
 August (2)
 November (4)
 September (2)

 December (10)
Follow by Email
Submit

Search This Blog

Suara Lebah ^_^. Awesome Inc. theme. Theme images by TommyIX. Powered by Blogger.
Entri Populer
 ALAT BANTU PADA PURSE SEINE
PENGUNAAN ALAT BANTU PADA TEKNOLOGI PENANGKAPAN ALAT TANGKAP PURSE
SEINE SURFACE LAMP A. Deskripsi dan Spesifikasi alat tangkap...

 Keselamatan kerja diatas kapal


Keselamatan kerja diatas kapal Kemajuan teknologi telah membawa dampak positif dalam
pengembangan...

 makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi selatan


1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang . Kabupaten Barru yang terletak pada posisi ...


Alat Penangkap Ikan (istilah, defenisi, klasifikasi dan metode)

Istilah dan Definisi Alat Penangkap Ikan 1. Jaring Lingkar Jaring Lingkar merupakan alat
penangkapan ikan yang mempunyai prinsip pen...

 alat bantu penangkapan ikan


Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan Alat Bantu Penangkapan Ikan adalah sarana,
perlengkapa...

 CONTOH LAPORAN JARING INSANG


By Rahmatang GILL NET A. Latar Belakang Alat penangkap ikan terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Gillnet merupaka...


MENDAFTAR KAPAL PERIKANAN DI PEMERINTAHAN

TATA CARA PENDAFATAR KAPAL PERIKANAN Kapal Perikanan milik orang Indonesia atau
badan hukum Indonesia yang dioperasikan untuk kegiat...

KAPAL PERIKANAN (DEFENISI, ISTILAH, KLASIFIKASI DAN DESAIN)

Istilah dan Definisi Kapal Perikanan 1. Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penan...


SET NET

Set Net Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set
Net l...

 alat tangkap trawl


TRAWL PERTENGAHAN Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan
dengan menghel...

IKaupaTea
Wednesday, December 14, 2011
makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi
selatan
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Kabupaten Barru yang terletak pada posisi lintas dengan bentangan pantai 78 Km,
mengedepankan semangat kebersamaan. Dengan jarak tempuh dari iIbukota Propinsi Sulawesi
Selatan 100 Km. Luas wilayahnya 1.174.74 Km 2. Barru kini telah bergeliat dalam
menyongsong pembangunan di era otonomi. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1998 tentang Pemerintahan Daerah , banyak program telah digulirkan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat. Salah satunya, Barru kini tengah diuji dengan sebuah program
yang disebut agropolitan. Sebagai sebuah daerah yang berbasis pertanian dan kelautan tentu
saja keterpaduan program ini tidaklah sulit. Tapi apakah semudah itu implementasinya di
lapangan. Inilah yang tengah di pertaruhkan di Barru. Agropolitan sendiri bertujuan
mensejahterahkan masyarakat dan diharapkan program agropolitan ini salah satu jalan untuk
meningkatkan derajat kehidupan masyarakat.Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2005
adalah 158 500 jiwa yang terdiri atas 77.172 jiwa laki-laki dan 81328 ajiwa perempuan dengan
kepadatan penduduk sebesar 135,62 jiwa/km2. Kabupaten Barru terdiri dari 11 kecamatan, 14
kelurahan dan 400 desa

Letak Geografis

Secara geografis terletak pada koordinat 4’0,5’49” sampai 4’47’35” Lintang selatan
dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 (
117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut :- Sebelah selatan dengan Kabupaten
Pangkep- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar- Sebelah utara berbatasan
dengan Kota Pare-Pare, dan- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng.

Topografi

Wilayah Kondisi tofografi wilayah berupa dataran tinggi dan perbukitan yang berada
pada ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut. Wilayah tersebut berada di sepanjang timur
kabupaten, sedangkan bagian barat Kabupaten dengan ketinggian 0 – 20 m dari permukaan
laut berhadapan dengan Selat Makassar. Tanah di Kabupaten Barru umumnya merupakan
jenis regosol yang meliputi 38% dari luas seluruh wilayah. Jenis-jenis tanah lain yang dikandung
adalah litosol, alluvial dan mediteran. Iklim wilayah Kabupaten Barru adalah bulan basah
berturut-turut terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret sedangkan bulan kering
berturut-turut terjadi pada bulan April sampai dengan September alat bantu penangkapan ikan
tradisional Teknologi alat bantu penangkap ikan pada masyarakat nelayan tradisional masih
menggunakan peralatan tradisonal seperti mesin penggulung jaring yang menggunakan mesin
penggerak independen sehingga menyebabkan berat kapal meningkat, biaya operasional
meningkat, dan produktivitas rendah. Sehinggadibutuhkan teknologi alternatif untuk mengatasi
hal tersebut.

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan
cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di atasnya, dalam
pengoperasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan
banyak ikannya. Bagan perahu diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (lift nets)
(Subani dan Barus 1989).

B. Tujuan Praktek

1. Mampu mengindentifikasi berbagai alat bantu penangkapan yang di gunakan di atas


kapal dan alat tangkap di lokasi praktek.

2. Mengetahui teknik penangkapan ikan dengan berbagai jenis alat bantu penangkapan di kapal
dan pada alat tangkap.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Alat Tangkap

Konstruksi bagan perahu biasanya terbuat dari bambu. Masing-masing rakit dibuat dari
32 batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke bawah, sehingga
tiap-tiap lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit biasanya berdiameter 10-12 cm
dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah tiang bambu keatas, tingginya 2 m
berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang ini saling dihubungkan dengan bambu yang
panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini terbentuklah sebuah pelataran (Dulgofar 1988).Bagan
perahu ini untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,maka disisi
kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak besar atau
dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang menghubungkan kedua rakit tersebut
(Dulgofar et al. 1988).

Komponen alat tangkap ikan bagan perahu terdiri dari jaring bagan dan rumah bagan
(anjang-anjang). Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989). Ukuran untuk alat tangkap
bagan perahu memiliki ukuran panjang 22 meter dan lebar 2 meter degan mesin 300 pk dan
memiliki 2 tiang yang tingginya 9 meter dan tinggi kapal 3meter dan kecepatan rata-ratanya 80
km/ jam dan menggunakan mesin kapal ( mitsubitshi ) dan lampu menggunakan mesin jiandong
dengan bahan bakar solar.

B. Deskripsi Kapal

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan. Pada dasarnya alat
ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan
menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di
bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung
lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan bagan juga terdapat roller
(sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini
berukuran 8 x 8 meter sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8 meter. Jaring yang
digunakan adalah jaring yang disebut dengan Wareng dengan mata jaring 0.4 cm dengan posisi
terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya
yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke-empat sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi
untuk menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air.
Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus
1989).

C. Deskripsi Alat Bantu

1. Menggunakan lampu sebanyak 37 buah lampu yang terdiri dari 4 buah dengan tenaga 500 watt,
dan 33 buah dengan tenaga 250 watt

2. Roller terdiri dari 7 buah yaitu 2 buah roller utama dan 5 buah roller pembantu

3. Serta menggunakan 1 buah serok untunk mengambil hasil tangkapan, pemberat yang terdapat
10 buah fungsinya agar melebarkan bukaan jarring dengan sempurna di bawah air.

4. Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

5. Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.


6. Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

3. METODE PRAKTEK

1. Waktu dan Tempat

Praktek Lapang di laksanakan selama 3 hari yaitu mulai hari jumat, 30 September – sabtu,
2 Oktober 2011. Kegiatan melaut dilaksanakan pada hari sabtu, 1-2 Oktober 2011. Pukul 16.30-
06.00 Wita. Tempat : Perairan Desa Mate’ne kelurahan Tanete Kecamatan Tanete Rilau
Kelurahan Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

2 Alat yang digunakan

a. Modul Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan sebagai acuan untuk mengambil data.

b. Alat tulis menulis untuk menulis data yang ada di lapangan

c. Kamera untuk memotret alat bantu yang ada di lapangan dan sebagai dokumentasi

d. Buku identifikasi untuk mengidentifikasi jenis ikan hasil tangkapan

e. Alat tangkap Bagan Perahu

f. Layangan arus digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

g. Seachi disk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daerah Penangkapan, Waktu dan Musim Penangkapan


Operasi penangkapan biasa dilakukan dekat dengan pulau atau daerah teluk dengan
perairan yang tenang. Kedalaman perairan untuk operasi penangkapan 10-18 m. Dalam
pengoperasiannya jika dibandingkan dengan jenis bagan lainnya, maka operasional bagan
rambo dapat dilakukan pada bulan terang, karena kekuatan cahaya yang digunakan sangat
tinggi sehingga penetrasi cahaya yang 10 masuk secara vertikal ke dalam air akan lebih dalam
dan secara horizontal dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh.

Bagan ditarik ke fishing ground setelah \dkasifishing ground ditentukan. Jarak dari fishing
base ke fishing ground sekitar 1.5 mil. Lama waktu yang dibutuhkan ke fishing ground sekitar
30 menit. Penurunan jangkar padafishing ground dilakukan setelah dilakukan pengecekan
dasar perairan. Dasar perairan sebaiknya berlumpur dan dekat dengan batu agar terlindung
dari arus dan gelombang yang besar. Pengoperasian dimulai pada saat senja hari pukul 18.00
Wita.

Fishing ground (daerah penangkapan ikan) bagan rambo di Selat Makassar masih
tergolong daerah pantai karena kedalaman perairannya 25 – 70 meter. Perairan yang tergolong
landai ini menyebabkan ikan bermigrasi ke pantai karena faktor lingkungan seperti arus,
salinitas, temperatur, musim, pasang surut, topografi, makanan, dan Iain lain sehingga daerah
ini menjadi fishing ground yang ideal bagi bagan rambo. Lokasi yang ideal mengoperasikan
bagan rambo adalah: dasar perairan berlumpur dan terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
Dasar perairan yang berbatu sebaiknya berada di depan bagan agar terhindar dari arus dan
ombak. Dasar perairan berbatu yang tepat berada di bawah bagan kurang baik karena habitat
ikan yang berada di ekosisitem batu adalah ikan dasar yang tidak menyenangi cahaya sehingga
tidak sesuai dengan tujuan penangkapan bagan rambo yang tujuannya menangkap ikan pelagis
yang umumnya berkelompok dan menyenangi cahaya.

B. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Perahu

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan.

Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang
diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu
yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas
bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat
istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.

Prinsip penangkapan alat tangkap Bagan Perahu yaitu mengumpulkan ikan pada suatu
tempat dan waktu tertentu dengan menggunakan alat bantu yaitu cahaya. Bagan Perahu
memiliki ukuran yang besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang
digunakan lebih banyak (sekitar 30 unit lampu). Satu unit bagan perahu terdiri atas beberapa
komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu,
rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.

C. Deskripsi Kapal

Kapal yang digunakan adalah bagan perahu. Panjang dan lebar rangka perahu 24x24 m.
Tiang utama ada 2 buah yang panjangnya 5m. Tali penyangga yang ada pada tiang utama ada
104 buah. Jangkar 1 buah, dan pemberat jaring ada 14 buah yang masing-masing memiliki
berat 4 kg. Mesin kapal yang digunakan adalah Mitsubitshi 120 Pk dan mesin lampu yang
digunakan 300 Pk. Roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu :(1)
Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau menarik bingkai jaring pada saat
setting dan hauling. Roller ini dipasang melintang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka
bagan, tingginya 1 m. Panjang tali roller ini antara 25 . 45 meter. (2) Roller untuk tali jangkar,
berfungsi untuk menurunkan dan menarik tali jangkar. Pada roller ini dibuat handle pemutar
(tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar. (3) Roller
pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 4 kg
berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap
berada di bawah rangka bagan.

Gambar. Alat tangkap Bagan Perahu

D. Deskripsi Alat Bantu

Pada bagan perahu, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan antara lain:

1. Lampu

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan ikan sebelum dilakukan penangkapan yaitu
dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu (light actraction). Alat bantu penangkapan
ikanberupa cahaya lampu fungsinya hanya membantu untuk mengumpulkan ikan pada suatu
area sehungga ikan – ikan terkumpul kemudian dilakukan usaha penangkapan.

2. Roller

Roller pada bagan perahu terbuat dari kayu yang berfungsi dalam proses penarikan
ataupun penurunan jaring.

3. Serok

Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

4. Basket

Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

5. Peti

Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

6. Layangan arus

Digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

7. Seachi disk

Digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.


E. Pengoperasian Alat Tangkap

Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan yang
dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan peralatan lainnya. Untuk
mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah memperkirakan posisi yang akan
didatangi. Pengalaman dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.

Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00 Wita) setelah semua ujung jaring telah
diikatkan pada bingkai bagan dan selanjutnya dilakukan penyalaan lampu. Sebelum bingkai
jaring diturunkan, batu arus yang berfungsi sebagai penahan jaring dari arus diturunkan terlebih
dahulu. Dua sampai tiga jam setelah lampu dinyalakan dilakukan pemadaman lampu. Huling I
dilakukan pada pukul 01.00 Wita. Pemadaman lampu dilakukan secara bertahap untuk
menghindari agar ikan tidak kaget dan ikan semakin mendekat ke tengah jaring. Lampu
pertama yang dipadamkan adalah lampu yang berada pada bagian pinggir rangka bagan.

Penarikan jaring dimulai setelah juragan laut telah memberikan isyarat bahwa jaring
segera ditarik. Penarikan jaring dilakukan setelah juragan mengamati secara visual kawanan
ikan yang terdapat di bawah rangka bagan. Pemutaran roller jaring dilakukan dengan cepat
agar kawanan ikan pada catchable area tidak meloloskan diri. Pada saat
pemutaran roller jaring, tali jangkar juga dikendorkan agar bingkai jaring tepat berada di bawah
perahu pada saat penarikan bingkai jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik jaring sampai
kepermukaan air bergantung pada kecepatan arus dan kedalaman bingkai jaring, umumnya
lama penarikan jaring berkisar 10 menit.

Proses selanjutnya adalah menggiring ikan ke bagian sisi jaring yang berfungsi sebagai
kantong setelah bingkai jaring ditarik sampai rangka bagan dan lampu dinyalakan kembali. Jika
ikan sudah terkumpul, ikan diangkat ke atas perahu dengan menggunakan serok dilanjutkan
dengan penyortiran. Ikan yang sejenis dikelompokkan ke dalam satu basket dan dimasukkan ke
dalam peti setelah dicampur es. Pada saat ini pula tali jangkar ditarik kembali, jaring diturunkan
untuk melakukan proses penangkapan berikutnya, Hauling II dilakukan pada pukul 05.00 Wita.
F. Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan bagan perahu umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti :

1. Tembang (Clupea sp)


2. Teri (Stolephorus sp)
3. Selar (Charanx sp)
4. Kerot-kerot (Therapon sp)
5. Barakuda (Sphyraena barracuda)
6. Cumi-cumi (Loligo sp)
7. Bete-bete (Leiognathus equulus)
8. Kembung (Rastrelliger sp)

5. PENUTUP

KESIMPULAN

Kita mampu mengetahui cara pengoperasian alat tangkap bagan dan alat bantu apa
saja yang di gunakan dalam pengoperasian alat tangkap tersebut.

SARAN

Sebaiknya dalam melakukan penangkapan memerlukan memerlukan echo sounder,


peta dari dinas kelautan dan perikanan agar hasil tangkapan dapat lebih optimal
DAFTAR PUSTAKA

http://anintasaraswati.blogspot.com/2011/01/makalah-bagan-apung.html

http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/detail-dttg/102/bagan-perahu

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab2.pdf

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab4.pdf

http://www.bpppbanyuwangi.com/index.

http://zulham-dzun.blogspot.com/2009/02/deskripsi-alat-tangkap-bagan-rambo.html

Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor 50 Tahun
1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan
Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Posted by Dwi Cahyo Josohadi Subroto at Wednesday, December 14, 2011

Reactions:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: perikanan

1 comment:

Kurniawan Abdurrahman said...

Wah..komplit bagent nih uraian artikelnya, trims ya mas brow bermanfaat sekali
infonya tentang dunia ikan dan mancing mania
January 19, 2014 at 8:22 PM

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)

ikan ikan
Dwi Cahyo Josohadi Subroto
Makassar, Makassar/sul-sel, Indonesia

NO SMOKING
View my complete profile
arsip yhoyoji
 September (2)
 August (2)
 November (4)
 September (2)

 December (10)
Follow by Email
Submit

Search This Blog

Suara Lebah ^_^. Awesome Inc. theme. Theme images by TommyIX. Powered by Blogger.
Entri Populer
 ALAT BANTU PADA PURSE SEINE
PENGUNAAN ALAT BANTU PADA TEKNOLOGI PENANGKAPAN ALAT TANGKAP PURSE
SEINE SURFACE LAMP A. Deskripsi dan Spesifikasi alat tangkap...

 Keselamatan kerja diatas kapal


Keselamatan kerja diatas kapal Kemajuan teknologi telah membawa dampak positif dalam
pengembangan...

 makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi selatan


1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang . Kabupaten Barru yang terletak pada posisi ...


Alat Penangkap Ikan (istilah, defenisi, klasifikasi dan metode)

Istilah dan Definisi Alat Penangkap Ikan 1. Jaring Lingkar Jaring Lingkar merupakan alat
penangkapan ikan yang mempunyai prinsip pen...

 alat bantu penangkapan ikan


Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan Alat Bantu Penangkapan Ikan adalah sarana,
perlengkapa...

 CONTOH LAPORAN JARING INSANG


By Rahmatang GILL NET A. Latar Belakang Alat penangkap ikan terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Gillnet merupaka...


MENDAFTAR KAPAL PERIKANAN DI PEMERINTAHAN

TATA CARA PENDAFATAR KAPAL PERIKANAN Kapal Perikanan milik orang Indonesia atau
badan hukum Indonesia yang dioperasikan untuk kegiat...


KAPAL PERIKANAN (DEFENISI, ISTILAH, KLASIFIKASI DAN DESAIN)

Istilah dan Definisi Kapal Perikanan 1. Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penan...


SET NET

Set Net Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set
Net l...

 alat tangkap trawl


TRAWL PERTENGAHAN Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan
dengan menghel...

IKaupaTea
Wednesday, December 14, 2011
makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi
selatan
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
. Kabupaten Barru yang terletak pada posisi lintas dengan bentangan pantai 78 Km,
mengedepankan semangat kebersamaan. Dengan jarak tempuh dari iIbukota Propinsi Sulawesi
Selatan 100 Km. Luas wilayahnya 1.174.74 Km 2. Barru kini telah bergeliat dalam
menyongsong pembangunan di era otonomi. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1998 tentang Pemerintahan Daerah , banyak program telah digulirkan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat. Salah satunya, Barru kini tengah diuji dengan sebuah program
yang disebut agropolitan. Sebagai sebuah daerah yang berbasis pertanian dan kelautan tentu
saja keterpaduan program ini tidaklah sulit. Tapi apakah semudah itu implementasinya di
lapangan. Inilah yang tengah di pertaruhkan di Barru. Agropolitan sendiri bertujuan
mensejahterahkan masyarakat dan diharapkan program agropolitan ini salah satu jalan untuk
meningkatkan derajat kehidupan masyarakat.Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2005
adalah 158 500 jiwa yang terdiri atas 77.172 jiwa laki-laki dan 81328 ajiwa perempuan dengan
kepadatan penduduk sebesar 135,62 jiwa/km2. Kabupaten Barru terdiri dari 11 kecamatan, 14
kelurahan dan 400 desa

Letak Geografis

Secara geografis terletak pada koordinat 4’0,5’49” sampai 4’47’35” Lintang selatan
dan 119’35’0” sampai 119’49’16” Bujur Timur yang mempunyai luas wilayah kl. 1.174,72 km2 (
117.427 Ha ), dengan batas wilayah sebagai berikut :- Sebelah selatan dengan Kabupaten
Pangkep- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar- Sebelah utara berbatasan
dengan Kota Pare-Pare, dan- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Soppeng.

Topografi

Wilayah Kondisi tofografi wilayah berupa dataran tinggi dan perbukitan yang berada
pada ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut. Wilayah tersebut berada di sepanjang timur
kabupaten, sedangkan bagian barat Kabupaten dengan ketinggian 0 – 20 m dari permukaan
laut berhadapan dengan Selat Makassar. Tanah di Kabupaten Barru umumnya merupakan
jenis regosol yang meliputi 38% dari luas seluruh wilayah. Jenis-jenis tanah lain yang dikandung
adalah litosol, alluvial dan mediteran. Iklim wilayah Kabupaten Barru adalah bulan basah
berturut-turut terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret sedangkan bulan kering
berturut-turut terjadi pada bulan April sampai dengan September alat bantu penangkapan ikan
tradisional Teknologi alat bantu penangkap ikan pada masyarakat nelayan tradisional masih
menggunakan peralatan tradisonal seperti mesin penggulung jaring yang menggunakan mesin
penggerak independen sehingga menyebabkan berat kapal meningkat, biaya operasional
meningkat, dan produktivitas rendah. Sehinggadibutuhkan teknologi alternatif untuk mengatasi
hal tersebut.

Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan
cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di atasnya, dalam
pengoperasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah ke lokasi yang diperkirakan
banyak ikannya. Bagan perahu diklasifikasikan ke dalam kelompok jaring angkat (lift nets)
(Subani dan Barus 1989).

B. Tujuan Praktek

1. Mampu mengindentifikasi berbagai alat bantu penangkapan yang di gunakan di atas


kapal dan alat tangkap di lokasi praktek.

2. Mengetahui teknik penangkapan ikan dengan berbagai jenis alat bantu penangkapan di kapal
dan pada alat tangkap.

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Alat Tangkap

Konstruksi bagan perahu biasanya terbuat dari bambu. Masing-masing rakit dibuat dari
32 batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke bawah, sehingga
tiap-tiap lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit biasanya berdiameter 10-12 cm
dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah tiang bambu keatas, tingginya 2 m
berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang ini saling dihubungkan dengan bambu yang
panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini terbentuklah sebuah pelataran (Dulgofar 1988).Bagan
perahu ini untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,maka disisi
kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak besar atau
dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang menghubungkan kedua rakit tersebut
(Dulgofar et al. 1988).

Komponen alat tangkap ikan bagan perahu terdiri dari jaring bagan dan rumah bagan
(anjang-anjang). Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989). Ukuran untuk alat tangkap
bagan perahu memiliki ukuran panjang 22 meter dan lebar 2 meter degan mesin 300 pk dan
memiliki 2 tiang yang tingginya 9 meter dan tinggi kapal 3meter dan kecepatan rata-ratanya 80
km/ jam dan menggunakan mesin kapal ( mitsubitshi ) dan lampu menggunakan mesin jiandong
dengan bahan bakar solar.

B. Deskripsi Kapal

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan. Pada dasarnya alat
ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu yang melintang dan
menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas bangunan bagan di
bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung
lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan bagan juga terdapat roller
(sejenis pemutar) dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini
berukuran 8 x 8 meter sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8 meter. Jaring yang
digunakan adalah jaring yang disebut dengan Wareng dengan mata jaring 0.4 cm dengan posisi
terletak pada bagian bawah bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya
yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke-empat sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi
untuk menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air.
Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagan (Subani dan Barus
1989).

C. Deskripsi Alat Bantu

1. Menggunakan lampu sebanyak 37 buah lampu yang terdiri dari 4 buah dengan tenaga 500 watt,
dan 33 buah dengan tenaga 250 watt

2. Roller terdiri dari 7 buah yaitu 2 buah roller utama dan 5 buah roller pembantu
3. Serta menggunakan 1 buah serok untunk mengambil hasil tangkapan, pemberat yang terdapat
10 buah fungsinya agar melebarkan bukaan jarring dengan sempurna di bawah air.

4. Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

5. Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

6. Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

3. METODE PRAKTEK

1. Waktu dan Tempat

Praktek Lapang di laksanakan selama 3 hari yaitu mulai hari jumat, 30 September – sabtu,
2 Oktober 2011. Kegiatan melaut dilaksanakan pada hari sabtu, 1-2 Oktober 2011. Pukul 16.30-
06.00 Wita. Tempat : Perairan Desa Mate’ne kelurahan Tanete Kecamatan Tanete Rilau
Kelurahan Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

2 Alat yang digunakan

a. Modul Teknologi Alat Bantu Penangkapan Ikan sebagai acuan untuk mengambil data.

b. Alat tulis menulis untuk menulis data yang ada di lapangan

c. Kamera untuk memotret alat bantu yang ada di lapangan dan sebagai dokumentasi

d. Buku identifikasi untuk mengidentifikasi jenis ikan hasil tangkapan

e. Alat tangkap Bagan Perahu

f. Layangan arus digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

g. Seachi disk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daerah Penangkapan, Waktu dan Musim Penangkapan

Operasi penangkapan biasa dilakukan dekat dengan pulau atau daerah teluk dengan
perairan yang tenang. Kedalaman perairan untuk operasi penangkapan 10-18 m. Dalam
pengoperasiannya jika dibandingkan dengan jenis bagan lainnya, maka operasional bagan
rambo dapat dilakukan pada bulan terang, karena kekuatan cahaya yang digunakan sangat
tinggi sehingga penetrasi cahaya yang 10 masuk secara vertikal ke dalam air akan lebih dalam
dan secara horizontal dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh.

Bagan ditarik ke fishing ground setelah \dkasifishing ground ditentukan. Jarak dari fishing
base ke fishing ground sekitar 1.5 mil. Lama waktu yang dibutuhkan ke fishing ground sekitar
30 menit. Penurunan jangkar padafishing ground dilakukan setelah dilakukan pengecekan
dasar perairan. Dasar perairan sebaiknya berlumpur dan dekat dengan batu agar terlindung
dari arus dan gelombang yang besar. Pengoperasian dimulai pada saat senja hari pukul 18.00
Wita.

Fishing ground (daerah penangkapan ikan) bagan rambo di Selat Makassar masih
tergolong daerah pantai karena kedalaman perairannya 25 – 70 meter. Perairan yang tergolong
landai ini menyebabkan ikan bermigrasi ke pantai karena faktor lingkungan seperti arus,
salinitas, temperatur, musim, pasang surut, topografi, makanan, dan Iain lain sehingga daerah
ini menjadi fishing ground yang ideal bagi bagan rambo. Lokasi yang ideal mengoperasikan
bagan rambo adalah: dasar perairan berlumpur dan terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
Dasar perairan yang berbatu sebaiknya berada di depan bagan agar terhindar dari arus dan
ombak. Dasar perairan berbatu yang tepat berada di bawah bagan kurang baik karena habitat
ikan yang berada di ekosisitem batu adalah ikan dasar yang tidak menyenangi cahaya sehingga
tidak sesuai dengan tujuan penangkapan bagan rambo yang tujuannya menangkap ikan pelagis
yang umumnya berkelompok dan menyenangi cahaya.

B. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Perahu

Bagan perahu mempunyai konstruksi yang dapat dipindah-pindah (dioperasikan pada


berbagai tempat) dengan ditarik menggunakan perahu. Bagan perahu dibuat dari rangkaian
atau susunan bambu berbentuk segi empat, pada bagian tengah dari bangunan bagan
dipasang jaring yang ukurannya 1 meter lebih kecil dari bangunan bagan.

Pada dasarnya alat ini terdiri dari bambu, jaring yang berbentuk persegi empat yang
diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu, pada ke-empat sisinya terdapat bambu-bambu
yang melintang dan menyilang dengan maksud untuk memperkuat berdirinya bagan, diatas
bangunan bagan di bagian tengah terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat
istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan.

Prinsip penangkapan alat tangkap Bagan Perahu yaitu mengumpulkan ikan pada suatu
tempat dan waktu tertentu dengan menggunakan alat bantu yaitu cahaya. Bagan Perahu
memiliki ukuran yang besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang
digunakan lebih banyak (sekitar 30 unit lampu). Satu unit bagan perahu terdiri atas beberapa
komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu,
rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.

C. Deskripsi Kapal

Kapal yang digunakan adalah bagan perahu. Panjang dan lebar rangka perahu 24x24 m.
Tiang utama ada 2 buah yang panjangnya 5m. Tali penyangga yang ada pada tiang utama ada
104 buah. Jangkar 1 buah, dan pemberat jaring ada 14 buah yang masing-masing memiliki
berat 4 kg. Mesin kapal yang digunakan adalah Mitsubitshi 120 Pk dan mesin lampu yang
digunakan 300 Pk. Roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu :(1)
Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau menarik bingkai jaring pada saat
setting dan hauling. Roller ini dipasang melintang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka
bagan, tingginya 1 m. Panjang tali roller ini antara 25 . 45 meter. (2) Roller untuk tali jangkar,
berfungsi untuk menurunkan dan menarik tali jangkar. Pada roller ini dibuat handle pemutar
(tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar. (3) Roller
pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 4 kg
berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap
berada di bawah rangka bagan.

Gambar. Alat tangkap Bagan Perahu

D. Deskripsi Alat Bantu

Pada bagan perahu, alat bantu penangkapan ikan yang digunakan antara lain:
1. Lampu

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan ikan sebelum dilakukan penangkapan yaitu
dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu (light actraction). Alat bantu penangkapan
ikanberupa cahaya lampu fungsinya hanya membantu untuk mengumpulkan ikan pada suatu
area sehungga ikan – ikan terkumpul kemudian dilakukan usaha penangkapan.

2. Roller

Roller pada bagan perahu terbuat dari kayu yang berfungsi dalam proses penarikan
ataupun penurunan jaring.

3. Serok

Serok adalah alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan yang berfungsi untuk
memudahakan dalam pengambilan ikan dari jaring.

4. Basket

Basket berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir.

5. Peti

Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat.

6. Layangan arus

Digunakan untuk mengetahui kecepatan arus.

7. Seachi disk

Digunakan untuk mengukur kecerahan perairan.


E. Pengoperasian Alat Tangkap

Bagan perahu biasa dioperasikan menjelang malam hingga pagi. Persiapan yang
dilakukan antara lain bahan bakar, makanan, kondisi waring dan peralatan lainnya. Untuk
mencapai daerah penangkapan, nelayan sebelumnya telah memperkirakan posisi yang akan
didatangi. Pengalaman dan kebiasaan nelayan menjadi patokan.

Setting dimulai pada saat senja hari (pukul 18.00 Wita) setelah semua ujung jaring telah
diikatkan pada bingkai bagan dan selanjutnya dilakukan penyalaan lampu. Sebelum bingkai
jaring diturunkan, batu arus yang berfungsi sebagai penahan jaring dari arus diturunkan terlebih
dahulu. Dua sampai tiga jam setelah lampu dinyalakan dilakukan pemadaman lampu. Huling I
dilakukan pada pukul 01.00 Wita. Pemadaman lampu dilakukan secara bertahap untuk
menghindari agar ikan tidak kaget dan ikan semakin mendekat ke tengah jaring. Lampu
pertama yang dipadamkan adalah lampu yang berada pada bagian pinggir rangka bagan.

Penarikan jaring dimulai setelah juragan laut telah memberikan isyarat bahwa jaring
segera ditarik. Penarikan jaring dilakukan setelah juragan mengamati secara visual kawanan
ikan yang terdapat di bawah rangka bagan. Pemutaran roller jaring dilakukan dengan cepat
agar kawanan ikan pada catchable area tidak meloloskan diri. Pada saat
pemutaran roller jaring, tali jangkar juga dikendorkan agar bingkai jaring tepat berada di bawah
perahu pada saat penarikan bingkai jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk menarik jaring sampai
kepermukaan air bergantung pada kecepatan arus dan kedalaman bingkai jaring, umumnya
lama penarikan jaring berkisar 10 menit.

Proses selanjutnya adalah menggiring ikan ke bagian sisi jaring yang berfungsi sebagai
kantong setelah bingkai jaring ditarik sampai rangka bagan dan lampu dinyalakan kembali. Jika
ikan sudah terkumpul, ikan diangkat ke atas perahu dengan menggunakan serok dilanjutkan
dengan penyortiran. Ikan yang sejenis dikelompokkan ke dalam satu basket dan dimasukkan ke
dalam peti setelah dicampur es. Pada saat ini pula tali jangkar ditarik kembali, jaring diturunkan
untuk melakukan proses penangkapan berikutnya, Hauling II dilakukan pada pukul 05.00 Wita.

F. Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan bagan perahu umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti :

1. Tembang (Clupea sp)


2. Teri (Stolephorus sp)
3. Selar (Charanx sp)
4. Kerot-kerot (Therapon sp)
5. Barakuda (Sphyraena barracuda)
6. Cumi-cumi (Loligo sp)
7. Bete-bete (Leiognathus equulus)
8. Kembung (Rastrelliger sp)

5. PENUTUP

KESIMPULAN

Kita mampu mengetahui cara pengoperasian alat tangkap bagan dan alat bantu apa
saja yang di gunakan dalam pengoperasian alat tangkap tersebut.

SARAN

Sebaiknya dalam melakukan penangkapan memerlukan memerlukan echo sounder,


peta dari dinas kelautan dan perikanan agar hasil tangkapan dapat lebih optimal
DAFTAR PUSTAKA

http://anintasaraswati.blogspot.com/2011/01/makalah-bagan-apung.html

http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/detail-dttg/102/bagan-perahu

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab2.pdf

http://www.damandiri.or.id/file/muhamadsulaimanipbbab4.pdf

http://www.bpppbanyuwangi.com/index.

http://zulham-dzun.blogspot.com/2009/02/deskripsi-alat-tangkap-bagan-rambo.html

Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Nomor 50 Tahun
1988/1999. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan
Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian.
Posted by Dwi Cahyo Josohadi Subroto at Wednesday, December 14, 2011

Reactions:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: perikanan

1 comment:

Kurniawan Abdurrahman said...

Wah..komplit bagent nih uraian artikelnya, trims ya mas brow bermanfaat sekali
infonya tentang dunia ikan dan mancing mania
January 19, 2014 at 8:22 PM

Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)

ikan ikan

Dwi Cahyo Josohadi Subroto


Makassar, Makassar/sul-sel, Indonesia

NO SMOKING
View my complete profile
arsip yhoyoji
 September (2)
 August (2)
 November (4)
 September (2)

 December (10)
Follow by Email
Submit

Search This Blog

Suara Lebah ^_^. Awesome Inc. theme. Theme images by TommyIX. Powered by Blogger.
Entri Populer
 ALAT BANTU PADA PURSE SEINE
PENGUNAAN ALAT BANTU PADA TEKNOLOGI PENANGKAPAN ALAT TANGKAP PURSE
SEINE SURFACE LAMP A. Deskripsi dan Spesifikasi alat tangkap...

 Keselamatan kerja diatas kapal


Keselamatan kerja diatas kapal Kemajuan teknologi telah membawa dampak positif dalam
pengembangan...

 makalah alat tangkap bagan perahu di barru sulawesi selatan


1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang . Kabupaten Barru yang terletak pada posisi ...


Alat Penangkap Ikan (istilah, defenisi, klasifikasi dan metode)

Istilah dan Definisi Alat Penangkap Ikan 1. Jaring Lingkar Jaring Lingkar merupakan alat
penangkapan ikan yang mempunyai prinsip pen...

 alat bantu penangkapan ikan


Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan Alat Bantu Penangkapan Ikan adalah sarana,
perlengkapa...

 CONTOH LAPORAN JARING INSANG


By Rahmatang GILL NET A. Latar Belakang Alat penangkap ikan terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Gillnet merupaka...


MENDAFTAR KAPAL PERIKANAN DI PEMERINTAHAN

TATA CARA PENDAFATAR KAPAL PERIKANAN Kapal Perikanan milik orang Indonesia atau
badan hukum Indonesia yang dioperasikan untuk kegiat...


KAPAL PERIKANAN (DEFENISI, ISTILAH, KLASIFIKASI DAN DESAIN)

Istilah dan Definisi Kapal Perikanan 1. Kapal Perikanan Kapal, perahu atau alat apung lain yang
dipergunakan untuk melakukan penan...


SET NET

Set Net Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set
Net l...

 alat tangkap trawl


TRAWL PERTENGAHAN Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan
dengan menghel...

KONDISI OSEANOGRAFI
Kondisi oseanografi perairan Utara Irian Jaya pada musim timur dilihat dari
beberapa parameter fisika (suhu, salinitas, dan densitas) menunjukkan adanya
pengaruh aliran massa air yang dominan dari Samudra Pasifik bagian Selatan. Hal itu
ditandai dari karakter massa air yang relatif lebih hangat, lebih asin dan densitas yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan perairan lain di Indonesia. Suhu permukaan
berkisar antara 28.42–29.96 oC dengan rata-rata 29.02 oC. Suhu maksimum
permukaan mencapai 29.96 oC sedangkan suhu minimum pada kedalaman 1000
meter mencapai 4.31 oC. Rata-rata suhu, salinitas dan densitas pada beberapa
kedalaman standar.
Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai
akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air
sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Meskipun demikian
pada beberapa tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi,
meskipun jauh dari daratan. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses
sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat
lain, seperti yang terjadi pada daerah upwelling.
Sejauh ini telah diketahui eratnya kaitan antara konsentrasi klorofil-a dan
produktivitas primer dengan kondisi oseanografi. Di antara beberapa parameter fisika-
kimia tersebut ada yang belum diketahui secara pasti parameter oseanografi mana
yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap distribusi klorofil-a dan ikan
pelagis. Khususnya pada lokasi dan waktu tertentu, kajian yang melihat secara
simultan beberapa parameter oseanografi dan kaitannya dengan klorofil-a dan ikan
pelagis masih sangat terbatas.
Kenyataan bahwa perairan yang memiliki karakteristik massa air (kondisi
oseanografis) yang berbeda cenderung memiliki parameter biologi yang berbeda pula,
menguatkan dugaan bahwa klorofil-a dan ikan pelagis (parameter biologi) terkait
dengan parameter fisika-kimia perairan. Masalah uatama yang menjadi kajian dalam
penelitian ini adalah bagaimana menjelaskan saling keterkaitan parameter-parameter
oseanografi dan parameter mana yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap sebaran
klorofil-a dan ikan pelagis. Bertolak dari masalah tersebut maka diduga sementara
(hipotesis) bahwa : (1) Sebaran klorofil-a dan ikan pelagis sangat erat kaitannya
dengan kedalaman lapisan tercampur dan termoklin dan pengaruh parameter
oseanografi terhadap klorofil-a berbeda berdasarkan kedalaman: (2) Parameter kimia
(nutrien) pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan parameter lainnya terhadap
kelimpahan fitoplankaton dan klorofil-a.
Untuk menguji hipotesis tersebut maka akan digunakan data yang meliputi
parameter fisika, kimia dan biologi hasil survey yang dilakukan oleh KAL Baruna
Jaya I. Lokasi survey dan letak stasiun ditunjukkan dalam Gambar 1. Data tersebut
selanjutnya diolah dengan menggunakan sejumlah perangkat lunak (MS Exel, Surfer
6.0, SPSS Release 10.0.5, dan Stat Itcf) untuk mengetahui karakter massa air,
gambaran sebaran dan hubungan antar parameter. Untuk mengetahui keterkaitan antar
beberapa parameter dan mengidentifikasi parameter yang signifikan mempengaruhi
sebaran klorofil-a dan ikan pelagis, maka dilakukan pengujian statistik dengan
menggunakan analisis multivariet “Diskriminan Analisis” (Legendre dan Legendre,
1983; Johnson dan Wichern, 1988; dan Bengen, 1999) Untuk melihat hubungan linier
antar dua parameter dilakukan regresi linier sederhana (Kleinbaum et al., 1988; dan
Zar, 1984).
Di permukaan terdapat lapisan tipis dengan suhu relatif homogen yang disebut
dengan lapisan tercampur. Di bawah lapisan tercampur merupakan
lapisan termoklin dimana terjadi penurunan suhu yang sangat tajam dengan
meningkatnya kedalaman. Ketebalan lapisan ini relatif lebih tinggi di sebelah barat
dibandingkan dengan di sebelah timur. Tebal lapisan tercampur yang juga nerupakan
kedalaman batas atas lapisan termoklin. Kedalaman lapisan ini berkisar antara 210-
370 meter dengan rata -rata ketebalan mencapai 253 meter.
Salinitas perairan yang terukur dari permukaan hingga kedalaman 1000 meter
berkisar antara 33.030–35.958 ‰ dengan rata-rata 34.633 ‰. Lapisan salinitas
maksimum berada pada kedalaman antara 100 sampai 200 meter. Densitas (sigma-t)
air laut tercatat berkisar antara 20.62 – 27.43 dengan rata-rata 26.17. Sebagai fungsi
dari suhu dan salinitas, maka nilai sigma-t ini sangat ditentukan oleh kedua parameter
tersebut yaitu suhu dan salinitas.
Pola sebaran mendata suhu dan salinitas yang cenderung semakin menurun ke
arah barat terjadi akibat adanya percampuran massa air Samudra Pasifik Selatan yang
lebih salin dan lebih hangat dengan massa air perairan Indonesia yang relatif lebih
dingin dan lebih tawar. Percampuran ini terutama disebabkan oleh adanya arus
permukaan karena penguruh musson. Pada musim timur arus dari Samudra Pasifik
relatif kuat mengalir masuk ke perairan Indonesia. Akibatnya adalah terbentuknya
gradasi penurunan suhu dan salinitas yang sangat menyolok dari timur ke barat
dengan karakter yang lebih asin dan hangat dibandingkan dengan massa air lainnya
yang mendapat suplai massa air dari Samudra Pasifik Utara seperti di Halmahera dan
Selat Makassar.

Perubahan Iklim dan Pengaruhnya terhadap Penangkapan Ikan


Minimnya perusahaan perikanan yang mampu melengkapi armada
penangkapannya dengan peralatan berteknologi maju, membuat nelayan pada
umumnya hanya mengandalkan intuisi dan pengalaman dalam mendeteksi area yang
diperkirakan banyak ikannya. Berbeda dengan negara Thailand, Filipina dan Malaysia
yang memiliki perangkat acoustic (echosounder) terpasang pada armada
penangkapannya, didukung informasi citra remote sensing (penginderaan jauh satelit),
sehingga dapat mengetahui dengan jelas dan pasti posisi (koordinat) lintang-bujur
kawanan ikan secara up to date.
Padahal, untuk mengatasi masalah tersebut peneliti dan ahli teknologi bidang
kelautan dan perikanan dengan dukungan pemerintah hanya perlu membangun satu
instalasi bank data yang bekerja men-download citra darat satelit yang berisi: data
klorofil dan data parameter oseanografi (suhu, salinitas, arus, gelombang dan lain-
Iain) di perairan Indonesia, kemudian diolah menjadi peta estimasi (pendugaan)
fishing ground (daerah penangkapan ikan) yang up to date. Selanjutnya peta estimasi
tersebut langsung di-relay ke armada penangkapan.
Untuk keakuratan estimasi fishing ground, yang perlu dilakukan mengkolaborasikan
data acoustic, citra satelit remote sensing dan data oseanograifi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Langkah dasarnya dengan metode remote sensing satelit, secara ex situ kita harus
menemukan perairan yang memiliki klorofil (plankton).
2. Kemudian, menganalisis hubungannya dengan data oseanografi (suhu, salinitas dan
arus) yang juga didapatkan dari satelit dan instrumen oseanografi yaitu argo float.

3. Kemudian hasil analisis data dari dua instrumen tersebut (satelit dan argo float)
dibuat peta estimasi fishing ground yang up to date. Selanjutnya peta estimasi tersebut
direlay ke armada penangkapan. Berbekal peta estimasi tersebut armada segera
menuju lokasi yang telah diestimasi, lalu mengkolaborasikan peta tersebut dengan
data acoustic yang didapatkan dengan echosounder secara in situ (langsung) pada
perairan, kemudian dilakukan pemanfaatan (penangkapan) ikan.
Parameter oseanografi sangat penting dianalisis untuk penentuan fishing ground.
Nontji (1987) menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai
pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati
laut pada umumnya. Sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh
dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme (Nybakken,
1988). Hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum
untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan,
kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan
untuk tujuan perikanan (Hela dan Laevastu, 1970).
Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut,
dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan
lod diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik menga1ami oksidasi
sempuma (Forch et al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Salinitas mempunyai peran
penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan,
dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik
ikan tersebut.
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Lavastu dan Hayes (1981)
menyatakan hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-
telur dan anak-anak ikan petagis dan spawning ground (daerah pemijahan) ke nursery
ground (daerah pembesaran) dan ke feeding ground (tempat mencari makan). Migrasi
ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi ikan dan sebagai bentuk rute
alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus, khususnya arus pasut, arus secara
langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung
mempengaruhi pengelompokan makanan, atau faktor lain yang membatasinya (suhu);
arus mempengaruhi lingkungan alami ikan, maka secara tidak langsung
mempengaruhi kelimpahan ikan tertentu dan sebagai pembatas distribusi
geografisnya. Jadi, dengan mengetahui nilai suhu, salinitas dan arus pada perairan,
akan dapat dianalisis fenomena yang merupakan daerah potensi ikan. Hydro Acoustic
merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan suara atau
bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara
di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik,
sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.
Teknologi hydro-acoustic dengan perangkat echosounder paling tepat digunakan
untuk pendugaan stok ikan pada suatu perairan, karena dapat memberikan informasi
yang detail mengenai: kelimpahan ikan (fish abundance), kepadatan (fish density),
sebaran (fish distribution), posisi kedalaman renang, (swimming layers), ukuran dan
panjang (size and length), orientasi dan kecepatan renang, serta variasi migrasi
diumal-noktural ikan (Kompas, 1/11/2004).
Remote Sensing biasa juga disebut Sistem Penginderaan Jauh merupakan suatu
teknologi yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi dan
mengetahui karakteristik objek di permukaan bumi, baik daratan maupun permukaan
laut dan perairan tanpa melakukan kontak langsung dengan objek yang diteliti
tersebut (lillesand dan Kiefer, 1979). Ada dua tipe remote sensing yaitu pasif dan
aktif, dengan metode ini dihasilkan citra satelit yang merupakan data dari klorofil,
arus, suhu dan posisi koordinat pada permukaan perairan yang dideteksi. Data citra
dari satelit tersebut diproses dan dianalisis, kemudian dikolaborasikan dengan data
acoustic dan data dari instrumen argo float untuk estimasi fishing ground.
Secara umum prinsip kerja satelit-satelit ini adalah dengan memancarkan pulsa
gelombang elektromagnetlk ke arah permukaan laut di bawahnya lalu menerima
kembali pantulannya (remote sensing aktif). Waktu perjalanan gelombang
elektromagnetik tersebut, dikonversi untuk mendapatkan jarak antara satelit dan muka
laut. Sejumlah koreksi harus diterapkan terhadap data mentah, sebelum dapat
diterapkan dalam bidang oseanografi.
Kondisi sumberdaya ikan Indonesia pada masa yang lalu tidak kita bicarakan
dalam tulisan ini, yang pasti masa-masa kejayaan melimpahnya sumberdaya ikan di
daerah/negara kita telah lewat. Lalu bagaimana keadaan sumberdaya itu sekarang ini.
Dari data statistik pemanfaatan sumberdaya ikan nampak jelas terlihat dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan terutama di daerah yang padat
nelayannya dan memiliki intensitas penangkapan yang tinggi seperti pantai utara
jawa, selat malaka dan selatan sulawesi (termasuk disebagian sebesar wilayah
perairan sultra) tetapi anehya income yang dihasilkan dari sektor ini (Perikanan
Tangkap ) relatift kecil dan menjadi paradoks perikanan tangkap kita.
Produksi perikanan laut dalam dasawarsa terakhir mengalami peningkatan rata-
rata 4,95 persen per tahun namun ini masih rendah dari yang diharapkan yaitu sekitar
6 persen per tahun. Salah satu faktor penyebabnya disinyalir adalah banyaknya kapal-
kapal asing yang berseliweran(beroperasi) di perairan kita, kapal asing ini beroperasi
tidak hanya di perairan ZEE tetapi juga di perairan nusantara menurut data ada sekitar
5000 kapal asing milik Thailand, Filipina, Taiwan, Korea dan RRC beroperasi
diperairan kita, Berdasarkan asumsi yang dilansir FAO, kerugian negara akibat illegal
fishing mencapai 30 trilyun rupiah pertahun. Dengan tingkat kerugian mencapai 25%
dari total potensi perikanan yang kita miliki.
Potensi lestari (MSY/maximum suistanable yield) perairan kita ±6,4 juta ton per
tahun sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB/Total Allowable
Catch/TAC) adalah sebesar 5,12 juta ton per tahun atau ±80% dari MSY . Menurut
data tahun 2003 total hasil tangkapan ikan adalah 4,4 juta ton per tahun sehingga
produksi masih terdapat peluang pengembangan ± 720.000 ribu ton per tahun ini
terutama pada perairan-perairan seperti Laut Banda, Laut Arafuru (kecuali udang),
Laut Maluku dan Laut Sulawesi. Apabila kita menganalisis data perikanan tangkap
Indonesia ini maka kedepan kita tidak bisa lagi berharap hasil devisa sektor kelautan
dan perikanan berasal dari perikanan tangkap hendaknya mulai sekarang harus ada
usaha-usaha subtitusi kearah lain seperti misalnya budidaya laut (Marine Culture) dan
lain sebagainya.
Daerah Pelabuhan Ratu dikenal sebagai basis utama perikanan tangkap di pantai
Selatan Propinsi Jawa Barat. Keberadaan Pelabuhan Ratu yang terletak dan langsung
berhadapan dengan Samudera Hindia sangat strategis bagi perkembangan perikanan
dan kelautan. Hal ini mengingat potensi perikanan yang besar, khususnya perikanan
pelagis baik yang merupakan sumberdaya alami perairan teluk pelabuhan ratu maupun
sumberdaya ikan yang bermigrasi (ruaya diurnal dan nocturnal) dari dan ke perairan
teluk pelabuhan ratu.
Pengembangan perikanan dan kelautan yang diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat nelayan, dilaksanakan dengan langkah meningkatkan
produksi dan produktifivas nelayan. Meningkatnya hasil tangkapan nelayan sangat
ditentukan dengan karakteristik alat dan metode penangkapan, dalam hal ini dimensi,
desain, sifat pengoperasian dan keahlian nelayan dalam mengoperasikan alat tangkat
tersebut.
Unit penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan di Pelabuhan Ratu sangat
beragam. Keberagaman alat tangkap tersebut sesuai dengan jenis ikan yang menjadi
target penangkapan, daerah penangkapan dan teknologi penangkapan ikan. Alat
tangkap ikan yang terdapat di Pelabuhan Ratu secara umum masih bersifat
tradisional. Hal ini terlihat dari teknologi dalam metode penangkapannya dan
karakteristik (dimensi dan disain) alat tangkap tersebut. Alat tangkat tersebut antara
lain jaring insang (gill net), jaring angkat (lit net), pukat kantong (seine net) dan
pancing (hand line). Unit penangkapan ikan utama di pelabuhan ratu adalah pukat
payang, jaring insang, bagan (bagan apung/raft lift net, bagan perahu/boat lift net dan
bagan tetap/stationery lift net), pancing rawai, jaring rampus dan pukat dogol. Selain
itu terdapat juga unit penangkapan jaring kopet, pukat pantai dan pukat cincin.
Perkembangan unit penangkapan di atas, yang mengalami peningkatan sangat
pesat adalah alat tangkap bagan dan jenis pancing. Unit penangkapan ikan jaring
angkat merupakan jenis alat tangkap yang secara komersial penting dan sangat umum
di Indonesia. Salah satu jenis alat tangkap dalam jaring angkat yang penting adalah
bagan (Kawamura, 1981 dalam Ta`alidin 2000). Bagan apung yang terdapat di
Pelabuhan Ratu termasuk dalam klasifikasi portable lift nets (jaring angkat yang dapat
dipindah–pindahkan).
Secara sederhana dalam metode pengoperasian alat tangkap bagan termasuk
tradisional, dengan penggunaan lampu petromaks sebagai alat bantu yang bertujuan
mengumpulkan ikan atau biota laut lainnya yang bersifat fototaxis positif dan karena
faktor food and feeding habits dari biota tersebut. Hal ini selaras dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Flores dan Shibata (1988), unit penangkapan ikan yang
digolongan jenis jaring angkat (lift net) ini di Indonesia masih bersifat tradisional dan
merupakan kegiatan perikanan skala kecil (Small Scale Fisheries).
Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan
dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan perenang cepat yang
bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang digunakan haruslah yang
sesuai dengan perilaku ikan tersebut. Ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu
rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.
Rawai tuna (tuna longllne)
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling efektif.
Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu
tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 - 2.000 mata pancing untuk sekali
turun.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan
samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran.
Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal
dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut drifting. Drifting
berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat
kembali ke atas kapal.
Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di
dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini
berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan
pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung
(Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).
Huhate (pole and line)
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Tak heran
jika alat ini sering disebut "pancing cakalang". Huhate dioperasikan sepanjang siang
hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat
aktif. Kapal akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di
sekitar kapal, lalu diadakan pemancingan.Terdapat beberapa keunikan dari alat
tangkap huhate.
Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata
pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak
tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus,
dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh
pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung
kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa
tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.
Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di
sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing.
Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata
pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemaneing I diberi posisi di bagian
haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap. Pemancing II diberi
posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal. Sedangkan pemancing III berposisi di
bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan
pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan
yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan
ikan menjauh dari sekitar kapal.
Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan
umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini
akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya
dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk
mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan
sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang
digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus spp.).
Pancing ulur (handline)
Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing
ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing
secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat
pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal,
masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan
segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna
(Thunnus spp.).
Pukat cincin (purse seine)
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya
dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan
penangkapan tuna menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil.
Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan
ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di
antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk.
Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan
berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan
menggunakan serok atau penciduk.
Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang
hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan.
Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu,
umumnya menggunakan lampu petromaks. Gafa et al. (1987) mengemukakan bahwa
payaos selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai
penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di
sekitar payaos. Uktolseja (1987) menyatakan bahwa payaos dapat menjaga atau
membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340 hari.
Jaring insang (gillnet)
Jaring insang merupakan jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran
mata yang sama di sepanjang jaring. Dinamakan jaring insang karena berdasarkar cara
tertangkapnya, ikan terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Ukuran ikan yang
tertangkap relatif seragam.
Pengoperasian jaring insang dilakukan secara pasif. Setelah diturunkan ke
perairan, kapal dan alat dibiarkan drifting, umumnya berlangsung selama 2-3 jam.
Selanjutnya dilakukan pengangkat jaring sambil melepaskan ikan hasil tangkapan ke
palka

You might also like