Professional Documents
Culture Documents
Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis B
berpotensi fatal yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) dan merupakan salah
satu penyakit yang sering ditemui dan menular. Penularannya sangat cepat, 100 kali
Hanya sedikit dari mereka yang terinfeksi hepatitis B (HBV) akut yang
adalah kelelahan dan sindroma ”flu like”, nafsu makan turun, panas, pusing, mual,
muntah, sakit perut, diare, kulit dan mata, kuku dan seluruh tubuh berwarna kuning,
kencing berwarna cokelat tua, tinja berwarna pucat.11 Pada saat badan kuning,
biasanya diikuti oleh pembesaran hati yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di
bagian perut kanan atas.13 Sedangkan terinfeksi hepatitis B jangka panjang (Hepatitis
B Kronis) adalah sama dengan yang akut disertai sakit otot dan persendian, serta
lemas. Tahapannya adalah fibrosis, yaitu penumpukan serta akumulasi dari jaringan
hati yang rusak. Kemudian pada tahap sirosis, yaitu kerusakan lanjut dari jaringan
hati yang ditandai dengan permukaan hati yang berbenjol-benjol dan terbentuk
jaringan ikat. Pada akhirnya berlanjut ke tahap kanker hati. Jangka waktu perjalanan
500 ribu hingga 1,2 juta kematian per tahun akibat hepatitis kronik yang berlanjut
persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis
kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis dan
HBV terjadi sekitar 90 % pada bayi yang terinfeksi pada waktu proses kelahiran, 0-50
% pada anak-anak yang terinfeksi pada usia 1-5 tahun dan sekitar 1%-10% pada
anak-anak usia yang lebih tua dan dewasa. Diperkirakan 15%-25% orang dengan
infeksi HBV kronis akan meninggal lebih awal dengan cirrhosis atau carcinoma
hepatosellular dan HBV mungkin sebagai akibat sampai 80% dari semua kasus
pada serum. Ada tiga bentuk sistem antigen-antibodi yang sangat bermanfaat secara
HBs).
sangat menular.12
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling
sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HBsAg dalam
darah, dan jarang sekali sampai 6-9 bulan. Perbedaan masa inkubasi tersebut
dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus dalam inoculum, cara-cara
Dari data-data laporan penelitian HBV, maka dikenal kelompok risiko tinggi
1. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, apalagi disertai HBeAg positif,
5. Mereka yang hidup di daerah endemis HBV dengan prevalensi tinggi, misalnya di
(termasuk 350 juta dengan infeksi kronis). Setiap tahun sekitar 1 juta orang
meninggal akibat infeksi HBV dan lebih dari 4 juta kasus klinis terjadi. Di negara di
mana HBV endemis tinggi (prevalensi HBsAg berkisar di atas 8 %), infeksi biasanya
terjadi pada semua golongan umur, meskipun angka infeksi kronis tinggi terutama
disebabkan karena terjadi penularan selama kehamilan dan pada masa bayi dan anak-
dari 2 %), sebagian besar infeksi terjadi pada dewasa muda, khususnya di antara
endemisitas HBV rendah, proporsi infeksi kronis yang tinggi mungkin didapat selama
masa anak-anak oleh karena perkembangan menjadi infeksi kronis sangat tergantung
dengan umur.12
menjadi hepatitis kronik, cirroshis hepatis dan hepatoma. Satu atau dua kasus
Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17%. Selain itu di Indonesia infeksi virus hepatitis
B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25-45 % pengidap adalah karena infeksi
Utara (USU) Prof. dr. Lukman Hakim Zain, SpPD, KGEH, memperkirakan saat ini
Penyakit HBV dapat mudah ditularkan kepada semua orang dan semua
kelompok umur secara menyusup. Dengan percikan sedikit darah yang mengandung
virus hepatitis B sudah dapat menularkan penyakit. Pada umumnya penularan dari
HBV adalah parenteral. Semula penularan HBV diasosiasikan dengan tranfusi darah
atau produk darah, melalui jarum suntik. Tetapi setelah ditemukan bentuk dari HBV
makin banyak laporan yang ditemukan cara penularan lainnya. Hal ini disebabkan
karena HBV dapat ditemukan dalam setiap cairan yang dikeluarkan dari tubuh
penderita, misalnya melalui : darah, air liur, air seni, keringat, air mani, air susu ibu,
cairan vagina, air mata, dan lain-lain. Oleh karena itu dikenal cara penularan perkutan
dan non perkutan di samping itu juga dikenal penularan horizontal dan vertikal.3
1. Penularan horizontal
terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu
HBV dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan
selaput lendir misalnya tertusuk jarum (penularan parenteral) atau luka benda
akan dapat menularkan HBV. Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu
busuk, parasit, dan lain-lain dapat juga menularkan HBV, walaupun belum ada
penularan non-kutan diantaranya ialah melalui semen, cairan vagina, yaitu kontak
dengan jalan tukar pakai sikat gigi, dan lainnya. Hal ini dimungkinkan disebabkan
2. Penularan vertikal
saat persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu
menderita HBV akut pada perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan,
terhadap HBV dapat dilaksanakan dengan lebih efektif. Vaksinasi dengan HBV dapat
Imunisasi gabungan antara pasif dan aktif, yaitu pemberian HBIG, kemudian
Tubuh
manusia
Pejamu Darah,
(tenaga Sekret vagina,
kesehatan) air mani, dsb
Tusukan jarum,
Kulit lecet/luka,
Terpotong,
Percikan pada membaran
mukosa
Sumber : Wisnuwardani S.D 1994, up-date ilmu penyakit infeksi 1994
Penyebaran infeksi virus hepatitis B dan virus AIDS yang dapat terjadi dari
penderita ke tenaga kesehatan yang sehat (dokter bedah, perawat, dan petugas
kebersihan) pemaparannya terjadi melalui darah atau cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi. Misalnya jarum suntik bekas penderita tersebut secara tidak sengaja
Menghindari tranfusi, suntikan, jahitan, dan tindakan invasif lain yang tidak perlu.
Mematuhi kebijakan dan pedoman yang sesuai tentang penggunaan bahan dan
alat secara baik dan benar, pedoman pendidikan dan pelatihan serta supervisi.
Menilai dan menekan risiko melalui pengawasan yang teratur di sarana pelayanan
kesehatan.
Pada tahun 1991 dan 1994 Occupational Safety and Health Administration
Kesehatan (PPK) menggunakan pedoman Center for Disease Control and Prevention
enginering, pengendalian praktik kerja, dan imunisasi virus hepatitis B. OSHA juga
mengharuskan bahwa PPK yang terpajan dengan darah atau cairan yang mengandung
darah untuk diperiksa adanya infeksi yang ditularkan melalui darah, mendapat
kerja adalah untuk melindungi pekerja dari pajanan terhadap infeksi dan penyakit.
pembuangan jarum yang mudah dijangkau dan pengendalian praktik kerja seperti
menghilangkannya.17
(misalnya digunakan untuk memulai infus intravena (IV) atau memberikan suntikan
pemajanan jarum ketika penetrasi kulit tidak diperlukan (contoh konektor IV yang
tidak berjarum). Alat-alat lain memungkinkan untuk melindungi tangan PPK dari
jarum yang diperlukan (misalnya alat-alat dengan self sheating atau jarum dengan
retractable dan alat-alat dengan jarum yang masuk ke dalam tutup pelindung).17
bahwa “alat pelindung diri harus digunakan bila pajanan akibat kerja tetap ada setelah
mengharuskan majikan memberikan vaksin HBV dalam 10 hari dari masa pekerjaan
yang tidak dibayar pada PPK yang mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan
pengusaha harus menyediakan satu seri vaksinasi hepatitis B bagi semua pekerja
sektor kesehatan yang mungkin terpajan terhadap darah dan cairan tubuh. Pengusaha
harus menjaga agar mereka secara teratur mendapat informasi dari kemajuan dalam
darah tidak dapat dieliminasi secara menyeluruh selama perdarahan pasien ditangani
Infeksi dengan patogen yang ditularkan melalui darah telah dicatat sebagai akibat dari
Segera setelah pemajanan tempat yang terkena harus digosok dengan kuat
terkontaminasi harus diirigasi selama 10 menit dengan saline normal atau air keran
yang mengalir. Segera setelah menerima pertolongan pertama, PPK yang terpajan
setelah pajanan dan tindak lanjut tanpa biaya kepada pegawai. Tindak lanjut dapat
berupa pemeriksaan serologis dasar terhadap HBV dan HIV jika PPK mengizinkan,
Standard tentang paparan okupasi terhadap patogen yang ditularkan melalui darah
berlaku untuk semua pekerja dengan pekerjaan yang terpapar dengan darah atau
Infectious Material).
Setiap majikan yang mempunyai pekerja yang mungkin cukup beralasan untuk
3. Metode Komplians
praktik kerja, alat pelindung diri, orientasi dan pelatihan, label dan tanda,
paparan.
Universal Precaution (UP) dan Body Substance Isolation (BSI).17 Karena sebagian
besar orang yang terinfeksi virus lewat darah seperti HIV dan VHB yang tidak
orang (pasien, klien, dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak.4
Kewaspadaan baku berlaku untuk darah, duh tubuh/semua cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir, kulit dan membran
mukosa yang tidak utuh.4,17 Penerapan ini adalah untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau yang tidak
diketahui (misalnya si pasien, benda yang terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai,
tahun, indikasi penggunaan praktik isolasi tertentu (misalnya sarung tangan tertentu
lebih efektif dari pada baju pelindung dalam pencegahan kontminasi silang) telah
tambahan, tantangan untuk menyediakan air bersih dan untuk mencapai standard
yang dapat diterima seperti proses penggunaan instrumen medis dan pembuangan
dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap merupakan
sarung tangan; masker, pelindung mata, penutup wajah; gaun; peralatan perawatan
Kewaspadaan ini dimaksudkan hanya untuk pasien yang diketahui atau sangat
dicurigai telah terinfeksi atau terkolonisasi oleh patogen yang ditularkan lewat4 :
atau mata)
Dalam keadaan di mana ada pertanyaan adanya proses infeksi pada pasien
Dengan munculnya epidemi AIDS pada akhir tahun 1980-an, berbagai upaya
untuk mencegah transmisi HIV dan virus lainnya yang terkait dengan darah dari
pasien ke staf telah memberi dampak atas seluruh aspek pencegahan infeksi, tetapi
yang paling dramatis adalah pada kesehatan dan kebersihan tangan, dan praktik
kuku, tangan, lengan dan mencegah penyebaran ke area tidak terkontaminasi, seperti
upaya menyediakan sabun dan suplai air bersih terus menerus, baik dari kran atau
Menurut Larson (1995) yang dikutip Tietjen (2004), indikasi kesehatan dan
kebersihan tangan sudah dipahami dengan baik, tetapi pedoman praktik terbaik dalam
hal ini terus berkembang. Misalnya, pilihan sabun biasa atau antiseptik atau
tersedianya bahan. 4
1. Sebelum dan setelah kontak dengan pasien atau melakukan prosedur seperti
atau darah.
kateter IV (Intra Vena), kateter urin, kantung drainase urin, dan peralatan
pernapasan.
4. Sebelum memakai sarung tangan bedah steril atau DDT sebelum pembedahan,
Menurut CDC (1989) yang dikutip Tietjen, kedua tangan harus dicuci dengan
sabun dan air bersih (atau menggunakan penggosok antiseptik) sesudah melepas
sarung tangan karena kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek, sehingga
bakteri dapat dengan mudah berkembang biak di lingkungan yang hangat dan basah
Kurangnya waktu
Persepsi bahwa teman sejawat dan penyelia tidak melakukan tindakan cuci tangan
Selain itu, petugas kesehatan secara salah meyakini bahwa mereka mencuci kedua
merawat pasien yang menderita infeksi patogen tertentu atau yang terpapar dengan
pasien yang berisiko tinggi hepatitis B. Dewasa ini sarung tangan sekali pakai dan
sarung tangan bedah menjadi perlengkapan pelindung yang paling banyak dipakai.4
Menurut Tenosis dkk (2001) yang dikutip Tietjen, walaupun sarung tangan
telah berulang kali terbukti sangat efektif mencegah kontaminasi pada tangan petugas
kesehatan, sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan. Sarung
tangan lateks kualitas terbaik pun mungkin mempunyai kerusakan kecil yang tidak
Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh lainnya,
terkontaminasi.
Apabila jarum dan semprit sekali pakai tidak tersedia dan perlu memasang
Pertama, tempatkan penutup jarum pada permukaan rata dan kokoh, kemudian
sepenuhnya, peganglah semprit ke arah atas dengan pangkal dekat pusat (di
mana jarum itu bersatu dengan semprit dengan satu tangan, dan gunakan
peralatan lainnya yang kotor (terkontaminasi), terutama jika akan dibersihkan dengan
klorin 0,5 % atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat membunuh
HBV dan HIV. Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani
kemudian perlu dibersihkan, dan akhirnya dapat disterilisasi atau didisinfeksi tingkat
tinggi. Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah
instrumen ini akan bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang
b. Tenaga kepelatihan
c. Kurikulum
pelatihan
(1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
Sesuai standard patogen yang ditularkan melalui darah dari OSHA pelatihan
awal dan tahunan yang berhubungan dengan standard harus tersedia untuk setiap
pekerja yang secara potensial terpapar selama jam-jam kerja, dan biaya tidak
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan
respon (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan
perkataan lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau
tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk
baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.11.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.21
1. Penyebab penyakit
sebagainya.
4. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya.
2.11.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
merupakan suatu rekasi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan
suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang
mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai
kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabakan
1. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
4. Nilai (value), di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok.21
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
kesehatan seperti21 :
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-
terhadap kesehatan.
2.12 Perawat
seorang yang telah menempuh serta lulus pendidikan formal dalam bidang
Indonesia.22
perlindungan, dan pemulihan orang yang luka atau pasien penderita penyakit akut
atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat
yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga
dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi
Dalam praktik keperawatan fungsi perawat terdiri dari tiga fungsi yaitu fungsi
1. Fungsi independen
Dalam fungsi ini tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan
perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Contoh
2. Fungsi interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerjasama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain
3. Fungsi dependen
dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan
berupa bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang sakit untuk dapat
komponen, yaitu24 :
unit rawat inap, unit perawatan intensif, unit bedah, kamar bersalin. Pelayanan ini
akan prima bila sarana disiapkan sedemikian rupa hingga membuat suasana kerja
menyembuhkan penyakit, akan tetapi pasien mungkin harus menjalani berbagai jenis
tes dan kajian, yang beberapa dari ini akan mengikutsertakan perawat dalam
spesimen darah, air kemih (pertengahan buang air kecil atau pengumpulan urin 24
jam), sputum, atau tinja (untuk darah samar atau penaksiran lemak).25
1. Penderita sering sakit kronik dan oleh karena itu tidak sembuh dari penyakit
mereka.
spritual penderita.
organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
diderita oleh pasien. Sedangkan Association of Hospital Care (1987) dalam Azwar
(1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah pusat di mana pelayanan kesehatan
sekunder dan pelayanan subspesialistik/medik tersier. Oleh karena itu, produk utama
rehabilitatif.27
sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatan karena rumah
sakit sebagai suatu organisasi yang memiliki relatif banyak karyawan dan sebagai
pusat sumber daya untuk wilayahnya, maka rumah sakit mempunyai tanggung jawab
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas. Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A
ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral
Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
dokter spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit kelas B
pelayanan rujukan dari rumah sakit Kabupaten. Rumah Sakit pendidikan yang
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis
ini yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan
sakit kelas C ini akan didirikan di setiap ibu kota Kabupaten (regency hospital)
Rumah Sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena pada satu
saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan
kedokteran gigi. Sama halnya dengan Rumah Sakit kelas C, Rumah Sakit kelas D
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (special hospital) yang
menyelenggarakan hanya satu pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak
rumah sakit kelas E yang telah ditemukan. Misalnya rumah sakit jiwa, rumah
sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah
sakit ibu dan anak, dan lain sebagainya yang seperti ini.
Menurut depkes RI (1992) yang dikutip oleh Nurasiah (2007) kegiatan rumah
1. Rawat jalan, seperti poliklinik, kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana,
2. Rawat inap, seperti rawat inap interne, anak, mata, bedah, kebidanan, paru,
jantung, kulit, kelamin, telinga hidung dan tenggorokan, neurologi, mulut, gigi,
pelaksana kesehatan untuk umum, salah satu faktor yang menjadi penyebab potensi
bahaya Penyakit Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit yaitu faktor biologi. Sebagai
orang sakit maupun orang sehat. Berbagai jenis penyakit terdapat di rumah sakit,
salah satunya adalah penyakit infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, jamur, infeksi ini dapat menular dari satu orang ke orang lain termasuk
kepada petugas kesehatan dan karyawan yang bekerja di rumah sakit. Di samping itu
berbagai peralatan yang berasal dari penderita seperti darah, sputum, feces, dan
peralatan medis yang tercemar oleh mikroorganisme, sanitasi lingkungan rumah sakit
yang kurang memenuhi syarat, dan limbah rumah sakit dapat pula menjadi sumber
Karakteristik perawat
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Masa Kerja
Faktor Pemudah
(Predisposing Factor)
- Pengetahuan
- Sikap
Faktor Pemungkin
(Enabling Factor) Pencegahan
- Ketersediaan Fasilitas dan APD Risiko
- Pelatihan Tertular
Hepatitis B
Faktor Penguat
(Reinforcing Factor)
- Kebijakan Rumah Sakit
H2 tertular Hepatitis B.
tertular Hepatitis B.
H3 tertular Hepatitis B.
Hepatitis B.