You are on page 1of 44

DAFTAR ISI

Pungsi Vena ............................................................................... 3


Pemasangan Kanulasi Vena ......................................................... 4
Pemeriksaan Fisik Tiroid .............................................................. 5
Suntikan Subkutan dan Intrakutan ............................................... 6
Pungsi Arteri dan Analisis Gas Darah ............................................ 7
Pemeriksaan Obstetrik I .............................................................. 8
Persalinan Normal Kala 2 ............................................................. 10
Persalinan Normal Kala 3 & 4 ....................................................... 13
Pemeriksaan Ginekologi Antenatal ................................................ 15
Pemeriksaan Payudara ................................................................ 18
Rangkaian Pemeriksaan Payudara, PAP, dan IVA ........................... 20
Pemeriksaan Neurologi 1 ............................................................. 24
Pemeriksaan Neurologi 2 ............................................................. 27
Konseling ................................................................................... 29
Wawancara Psikiatri .................................................................... 30
Pemeriksaan Keseimbangan ........................................................ 31
Tes Penala ................................................................................. 32
Basic Surgical Skills ..................................................................... 33
Pemeriksaan Tajam Penglihatan / Visus ........................................ 33
Pemeriksaan Oftalmoskopi / Funduskopi ....................................... 33
Pemeriksaan Kampimetri ............................................................. 34
Tonometri Schiotz ....................................................................... 34
Kewaspadaan Isolasi ................................................................... 35
Breaking Bad News ..................................................................... 36
Penyuluhan ................................................................................ 37
Konseling Keluarga ..................................................................... 37
Konseling Pasien ......................................................................... 38
Penulisan Surat Rujukan .............................................................. 39
Anamnesis ................................................................................. 41
Pemeriksaan Fisik Menyeluruh ..................................................... 43
Penulisan Resep ......................................................................... 43

2
PUNGSI VENA

Indikasi:
1. Mengambil darah untuk tujuan pemeriksaan laboratorium
2. Melakukan penyuntikan secara intravena

Kontraindikasi:
1. Terdapat infeksi didaerah penusukan

Komplikasi:
1. Infeksi
2. Iritasi/peradangan (phlebitis)
3. Hematoma subkutis

Peralatan:
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk pungsi vena
3. Spuit 3 cc
4. Wing needle no 25
5. Kapas alkohol pada tempatnya
6. Alat pembendung vena
7. Kain pengalas
8. Plester
9. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas / sampah tajam

Skill checklist:

NO AKTIVITAS

1 Memeriksa kelengkapan alat-alat


2 Mencuci tangan dan memasang handskun
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
Mencari lokasi vena yang cukup besar.
4
(lihat gambar)
5 Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan ditusuk
Raba vena target, lalu pasang karet pembendung proksimal dari daerah yang akan ditusuk.
6 Apabila pasien sadar, minta pasien untuk mengepalkan tangannya, sehingga pembuluh
darah vena terlihat jelas
7 Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol.
Tegangkan kulit diatas vena yang akan ditusuk dengan menggunakan jari tangan kiri
8
supaya vena tidak mudah bergerak.
Tusukkan jarum ke vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas dengan tangan
9 kanan, Fiksasi spuit dengan tangan kiri, lalu tarik penghisap spuit sehingga darah mengalir
kedalam spuit sebanyak yang diperlukan.
Lepaskan karet pembendung, kemudian jarum dicabut dengan cepat sambil menekan
10 tempat tusukan dengan kapas alkohol. Bekas tusukan diplester tekan sampai darah tidak
mengalir.

3
Darah yang telah diambil segera dimasukkan kedalam botol khusus atau tetap didalam
11
spuit, lalu diberi etiket berisi nama pasien dan umur.
12 Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya

PEMASANGAN KANULASI VENA (INFUS)

Indikasi :
1. Melakukan pemasangan jalur intra vena
2. Melakukan pemasangan cairan infus

Kontraindikasi :
1. Terdapat infeksi didaerah penusukan

Komplikasi :
1. Falls route
2. Hematoma subkutis
3. Infeksi
4. Iritasi/peradangan (phlebitis)
5. Emboli udara

Peralatan :
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk kanulasi vena
3. Abocath no 22
4. Cairan infus, selang infus, selang transfusion, selang infus mikro
5. Kapas alkohol pada tempatnya
6. Alat pembendung vena
7. Kain pengalas
8. Kassa steril, antiseptik (betadine)
9. Plester, gunting verband
10. Standar infus
11. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas / sampah tajam

Skill Checklist

NO AKTIVITAS

1 Memeriksa kelengkapan alat-alat


2 Mencuci tangan dan memasang handskun
3 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
Mempersiapkan cairan infus
4  Botol cairan digantungkan pada standar infus
 Selang infus di kunci pada penguncinya.

4
 Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas alkohol lalu tusukkan set infus.
 Tabung tetesan diisi cairan sepertiganya dengan cara menekan botol infus.
 Kunci selang infus dibuka dengan ujung selang infus diarahkan keatas, cairan dialirkan
sampai tidak ada udara lagi di selang infus. Harus diyakini tidak ada lagi udara didalam
selang infus
 Kunci selang infus ditutup kembali
5 Mencari lokasi vena yang cukup besar.
6 Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan ditusuk
Raba vena target, lalu pasang karet pembendung proksimal dari daerah yang akan ditusuk.
7 Apabila pasien sadar, minta pasien untuk mengepalkan tangannya, sehingga pembuluh
darah vena terlihat jelas
8 Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol.
Tegangkan kulit diatas vena yang akan ditusuk dengan menggunakan jari tangan kiri
9
supaya vena tidak mudah bergerak.
 Tusukkan abocath ke vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas dengan
tangan kanan. Bila berhasil darah akan mengalir dan terlihat pada ujung jarum.
10
 Tarik mandrain abocath ke belakang sambil mendorong kanula masuk kedalam vena
sampai seluruh kanul berada dibawah kulit
 Lepaskan karet pembendung vena
 Lepaskan keseluruhan mandrain sambil melakukan penekanan pada ujung kanula vena
supaya darah tidak mengalir
11
 Buka kunci selang infus perlahan sambil memasang ujung selang infus pada pangkal
kanula dengan kuat
 Pastikan tidak ada sela udara antara cairan infus dan darah

PEMERIKSAAN FISIK TIROID

NO KOMPETENSI

1. Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
2. Meminta pasien untuk duduk dan sedikit mengekstensikan kepalanya
3. Melakukan inspeksi kelenjar tiroid
4. Berdiri di belakang pasien
5. Melakukan palpasi pada regio tiroid dengan menggunakan ujung jari dari kedua tangan
6 Meminta pasien melakukan gerakan menelan
7. Memeriksa seluruh kelenjar tiroid
8. Menggunakan stetoskop untuk menilai adanya bruit
9. Melakukan inspeksi bola mata apakah ada eksoptalmus
Meminta pasien untuk meluruskan lengan ke arah depan untuk melihat adakah tremor
10.
halus
11. Melakukan pemeriksaan refleks lutut
12. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan.

5
SUNTIKAN SUBKUTAN & INTRAKUTAN

NO KETRAMPILAN

SUNTIKAN SUBKUTAN
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
3 Mencocokkan spuit insulin dengan konsentrasi insulin yang dipakai
Mengisi spuit insulin sesuai dosis dengan cara tegak lurus terhadap botol insulin, setelah itu
4
mengeluarkan udara yang masih tersisa di ujung spuit
Menentukan lokasi suntikan kemudian mencubit kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk, lalu
5
menyuntikkan jarum secara tegak lurus
Menekan tuas spuit sehingga insulin masuk ke subkutan, lalu membiarkan jarum tetap di
6
lokasi selama 5-10 detik
Menarik jarum dari kulit dan jika ada rembesan darah cukup dengan memberikan tekanan
7
ringan dengan kapas atau kasa di lokasi penyuntikan
Untuk suntikan dengan insulin pen, pastikan bahwa semua bagian-bagian pen sudah
8 terpasang dengan benar, lalu memutar dosis sesuai yang diinginkan. Lalu menusukkan pen
secara tegak lurus terhadap permukaan kulit di lokasi suntikan
9 Melakukan semua prosedur secara legeartis dan menyenangkan
10 Merapikan semua peralatan dan atau membuang barang yang tidak diperlukan lagi
SUNTIKAN INTRAKUTAN
1 Memeriksa kelengkapan alat-alat
2 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
Mengisi spuit 1cc dengan bahan yang akan disuntikkan lalu mengeluarkan udara dari ujung
3
spuit
Menentukkan lokasi, meregangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk, lalu menyuntikkan
jarum dengan arah paralel dengan permukaan kulit sejauh 2mm. Pada saat menusukkan ke
4
kulit permukaan jarum mengarah ke atas. Akan timbul endurasi seperti kulit jeruk dan tidak
keluar darah jika suntikan benar
5 Melakukan semua prosedur secara legeartis dan menyenangkan
6 Merapikan semua peralatan dan atau membuang barang yang tidak diperlukan lagi

6
PUNGSI ARTERI DAN ANALISIS GAS DARAH

Indikasi Mengambil darah arteri untuk pemeriksaan analisa gas darah

Komplikasi: (1) Hematoma subkutis; (2) Infeksi

Peralatan :
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk pungsi arteri
3. Spuit 3 cc + heparin + gabus penutup jarum
4. Kapas alkohol pada tempatya
5. Kain pengalas + handuk kecil pengganjal
6. Kasa dan plester
7. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas/sampah tajam

NO KETRAMPILAN

1 Memeriksa kelengkapan alat-alat


2 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan ditusuk. Jika yang akan dipungsi a
3
radialis, dibawah pergelangan tangan diganjal dengan gulungan handuk kecil.
Menentukan lokasi arteri yang akan dipungsi (lihat gambar) dengan cara meraba pulsasi.
4 Pilih pulsasi yang paling besar
dan jelas.
5 Mencuci tangan dan memasang hansdskun
Mengisi heparin pada spuit 1 cc dan memasukkanya ke dalam spuit 3 cc sebanyak 0.1 cc
(Heparin diperlukan untuk mencegah pembekuan darah.
6
Tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengganggu pembacaan hasil oleh mesin analisa
gas darah)
7 Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol.
Raba kembali pulsasi arteri dengan tangan kiri menggunakan dua jari, jari tengah dan jari
8 telunjuk, renggangkan kedua jari tersebut sehingga kulit diantaranya ikut terenggang,
sebagai tempat penusukan.
Spuit 3 cc yang sudah berisi heparin dipegang dengan tangan kanan seperti memengang
pensil. Jarum ditusukan di daerah yang sudah terinfeksi (no. 8)
9  Pada a. Radialis posisi jarum ± 450
 Pada a. Brachialis posisi jarum ± 600
 Pada a. Femoralis ± 900
Setelah arteri tertusk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah akan
10
mengisi spuit.
Setelah terisi sebanyak ± 2 cc jarum dicabut dan diusahakan agar udara jangan sampai
11
terisap oleh spuit. Ujung jarum segera ditutup karet/gabus.
Bekas tusukan ditekan dengan kasa steril selama 5 – 10 menit, kemudian ditutup dengan
12
kasa betadin dan plester
13 Alat-alat dirapikan dan atau dibuang sesuai tempatnya.

7
PEMERIKSAAN OBSTETRIK I

NO BUTIR PENILAIAN

I
1 Jelaskan prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
2 Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak
3
enak tetapi tidak akan membahayakan bayi yang ada didalam kandungan
Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan, mintakan persetujuan lisan tentang
4
pemeriksaan yang akan dilakukan
II
A. IBU
 Ranjang Obstetrik/Periksa
 Selimut/Kain penutup
 Stetoskop Monoaural (Laenec)
5
B. PEMERIKSAAN
 Air hangat & wadahnya
 Tempat bilas & gayung
 Handuk bersih & kering
III
6 Persilakan ibu untuk berbaring
Sisihkan pakain ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak jelas kemudian minta ibu untuk
meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha
7
(coxae) dan lutut (genu), untuk mengurangi ketegangan dinding perut. Tutup paha & kaki
ibu dengan kain yang telah disediakan.
Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudain keringkan kedua
8
tangan tersebut dengan handuk.
9 Pemeriksa berada disisi kanan ibu, menghadap bagian lateral kanan.
10 Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksaan akan memulai proses pemeriksaan.
Leopold 1 :
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus kebawah (jika
diperlukan,fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan
di bagian lateral depan kanan dan kiri, sehingga tepi atas simfisis)
11
 Angkat jari telunjuk jari kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atur
posisi pemeriksa sehingga menghadap kebagian kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Leopold 2 :
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama
12
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser kearah bawah dan rasakan adanya bagain yang
rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas)

8
Leopold 3 :
 Atur posisi pemeriksaan pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
 Letakkan unjung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
13 kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut secara
bersamaan /bergantian untuk menentukan bagian terbawah bayi (bagian keras, bulat
dan hampir homogen, adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang
simetris, adalah bokong)
Leopold 4 :
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada leteral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudain rapatkan semua jari-jari tangan yang
meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen dan divergen)
14
 Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentai kepala, upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong, upayakan untuk memegang pingggang bayi)
 Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan
kanan dianatara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah
telah memasuki pintu atas panggul
Pemeriksaan auskultasi :
Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural dengan
15
tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang sesuai dengan
posisi punggung bayi (bagian yang memanjang dan rata)
Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan buyi jantung bayi (pindahkan titik dengar
apabila pada titik pertama, buyi jantung tersebut kurang jelas, upayakan untuk
mendapatkan punctum maksimum)
16
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi jantung
bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis yaitu sekitar 3
sentimeter dibawah pusat (sub-umbilikus)
Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi setiap 5 detik sebanyak 3 kali pemeriksaan,
17
dengan interval 5 detik diantara masing-masing perhitungan
Jumlahkan hasil perhitungan 1,2 dan 3 kemudian dikalikan dengan angka 4 untuk
mendapatkan frekuensi denyut jantung bayi per menit
18
(perhatikan perbedaan jumlah masing-masing perhitungan untuk menilai irama atau
keteraturan bunyi jantung)
19 Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan rapikan
20
kembali pakain ibu
Persilakan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada lembar yang telah
21
tersedia didalam status pasien

9
IV
Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi :
 Usia kehamilan
 Letak janin
22
 Posisi janin
 Presentasi
 Kondisi janin ( sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi)
V
23 Jelaskan hasil temuan atau penilaian klinis ibu
24 Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal berkaiatan dengan hasil temuan tersebut
Catat pada buku kontrol ibu hamil dan jelaskan tentang langkah atau asuhan lanjutan serta
25
jadual pemeriksaan ulangan
Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang (walaupun diluar jadual yang telah ditentukna)
26
apabila ibu meraskan beberapa kelainan/gangguan kehamilan
27 Serahkan kembali buku kontrol ibu hamil dan ucapkan salam

PERSALINAN NORMAL KALA 2

NO BUTIR PENILAIAN
I
Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat menekan
1  Ibu merasa regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfinger ani membuka
II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia  tempat
datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak
2
60 cm dari tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3 Pakai celemek plastic
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
4 bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
5 Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.
Masukan Oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
6
DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

10
III
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
7 seksama dari arah depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkonrasminasi) dalam wadah yang tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%  langkah #9).
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
8  Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
9
terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
10  Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf.
IV
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
11 dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua
temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan
12 terjadi kontrakasi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang pada waktu yang lama).
13
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
14
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

11
V
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah
15
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang
19
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
20  Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secar kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut
21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga
22
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
23 kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
24 tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
25  Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi
(langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia)
Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan
26 verniks) kecuali bagian tangan
 Ganti handuk basah dengan yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu.
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil
27
tunggal).
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin (agar uterus
28
berkontraksi baik).

12
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3
29
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (2 menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm
30 dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal
(ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem tsb.
31
 Ikat tali pusat dengan benang DTT /steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali
benang kesisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding
32
dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari posisi puting payudara ibu.
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi

PERSALINAN NORMAL KALA 3 & 4

NO BUTIR PENILAIAN

I PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA


Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3
1
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
2 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi,
3
tangan lain menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
4 penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
diatas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari
5
vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

13
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan
6
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
7 uterus berkontraksi (fundus terasa keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil/masase
II MENILAI PERDARAHAN
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
8
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
9 menyebabkan perdarahan Bila ada robekan yang menimbulkan pardarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
III MELAKUKAN ASUHAN PASCA PERSALINAN
10 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam)
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
11 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin
12
K1 1 mg intramuskuler di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi
Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian vitamin K1 ) di paha
kanan anterolateral.
13  Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu
jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan
14
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
15 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
16 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

14
Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
17  Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascapersalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
18
kali /menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
19
(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
20 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
21
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
22
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
23 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar
24
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan
25
tissue atau handuk yang kering dan bersih.
Dokumentasi
26 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI ANTENATAL

NO BUTIR PENILAIAN

I
1 Jelaskan prosedur pemeriksaan
2 Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir atau
3
kurang menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan ganguan pada kandungan
4 Pastikan bahwa ibu mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
5 Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
II
A. IBU
 Kapas dan larutan antiseptik
 Kateter nelaton
6  Spikulum cocor bebek dan wadahnya
 Meja instrumen
 Ranjang ginekologi
 Lampu sorot

15
B. PEMERIKSAAN
 Sarung tangan DTT
 Apron
 Sabun dan air bersih
 Handuk bersih dan kering
III
7 Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
8 Persilakan ibu untuk berbaring di ranjang periksa ginekologi
9 Atur ibu pada posisi litotomi
Pemeriksa menghidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan
10
diperiksa
IV
11 Cuci tangan kemudain keringkan tersebut dengan handuk bersih
Lepaskan lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
12 kanan pada bagian sebelah dalam kemudian pasang sesuai dengan jari-jari tangan kiri dan
kencangkan dengan jalan menarik pangkal sarung sebelah dalam
Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan sarung tangan)
13 dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan sarung tangan, kemudian tahan
pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan kiri
Pasangkan sarung tersebut pada tangan kanan, sesuai dengan alur masing-masing jari
14
tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik pangkal/lingkaran sarung tangan
V
15 Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspektus genitalis
Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah vulva dan
16
perineum
17 Lakukan periksa pandang pada daerah vulva dan perineum
Buka celah antar kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan introitus (bila kandung
18
kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kemih).
Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar bartolini)
19
dengan ibu jari dan ujung telunjuk(perhatikan dan catat kelainan-kelainan yang ditemukan)
Ambil spikulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus (agar
20 terbuka),masukkan ujung spikulum dengan arah sejajar dengan introitus (yakinkan bahwa
tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah kedalam lumen vagina.
21 Setelah cukup dalam,putar spikulum 900 hingga tangkainya kearah bawah
Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah (hingga
22
masing-masing bilah menyentuh dinding atas dan bawah vagina)
Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan porsio tampak jelas (perhatikan ukuran
23
dan warna porsio,dinding dan sekret vagina atau forniks).
Setelah periksa pandang selesai,lepaskan penggungkit dan pengatur jarak bilah, putar
24 tangkai 900 keatas (hingga bilah sejajar dengan arah introitus) kemudian keluarkan
spikulum.
25 Letakkan spikulum pada tempat yang telah disediakan.
Pemeriksa berdiri ,buka labium mayus kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
26
kiri, kemudian memasukkan jari telunjuk dan tengah kedalam vagina (vaginal toucher)

16
Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis, tentukan tinggi fundus uteri
27
(apabila besar kandungan memungkinkan untuk diraba dari luar)
Bersama tangan dalam, tentukan besar uterus, konsistensi, dan arahnya. Periksa pula
28
konsistensi serviks dan keadaan parametrium.
Pindahkan jari-jari tangan luar dan kedalam ke bagaian isthmus. (tentukan apakah ada
29 tanda Hegar, dengan mencoba untuk mempertemukan kedua ujung jari tangan luar dan
dalam)
Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis,keluarkan ibu jari dan telunjuk
30
tangan kanan
Angkat tangan kiri dari dinding perut ibu, ambil kapas yang telah dibasahi larutan anti
31 septik, usapkan pada bekas sekret/ cairan yang ada pada dinding perut dan sekitar
vulva/perineum.
Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk
32
mengambil tempat duduk.
VI
Kumpulkan semua petralatan yang telah dipergunakan kemudian masukkan dalam wadah
33
yang berisi cairan klorin 0,5% selama 10 menit.
Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah disediakan. Seka bagian-
34
bagian yang dicemari sekret atau cairan tubuh dengan larutan klorin 0,5%
Masukkan tangan kedalam larutan klorin 0,5%,bersihkan dari sekret/cairan tubuh,
35 kemudian lepaskan sarung tangan ssecara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
selama 10 menit.
36 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
37 Keringkan dengan handuk yang bersih.
VII
38 Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
39 Jelaskan tentang hasil kesimpulan pemeriksaan dan rencana asuhan antenatal selanjutnya
VIII
40 Jelaskan bahwa rencana lanjutan ini berkaitan dengan kesimpulan hasil pemeriksaan
Buat jadual kunjungan dan cantumkan semua hasil pemeriksan pada buku konrol
41
pemeriksaan kehamilan
Pesankan pada ibu untuk membawa kartu kontrol/pemeriksaan kehamilan pada
42
kunjungan ulang
Jelaskan apabila terjadi gangguan atau gejala-gejala yang dapat mengganggu kesehatan
43 ibu atau kehamilan, segera lakukan kunjungan ulang walaupun diluar jadwal yang telah
ditetapkan
44 Pastikan bahwa ibu telah mengerti tentang semua penjelasan yang telah diberikan
45 Berikan kartu kontrol pada ibu da ucapkan salam

17
PEMERIKSAAN PAYUDARA

NO BUTIR PENILAIAN

PENILAIAN KLIEN
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah.
Memastikan bahwa ibu sudah memahami mengapa dianjurkan menjalani pemeriksaan
2. payudara dan memastikan bahwa ibu sudah mengerti prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan.
Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan temuan seperti apa yang dihasilkan
3.
dan tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu dilakukan.
PERSIAPAN
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan telah tersedia
2. Memastikan lampu tersedia dan siap digunakan
3. Meminta ibu untuk melepas pakaian atas dan bra
PEMERIKSAAN PAYUDARA
Pada saat melakukan pemeriksaan, harus diingat untuk selalu mengajarkan cara melakukan
1.
SADARI.
Inspeksi :
Pada posisi tegak/duduk, dengan tangan disamping dilihat simetri kedua payudara,
kelainan kulit, papila, ulkus, peau d’orange. Kedua lengan diangkat keatas apakah ada
perubahan kulit (lekukan/dimpling, pergerakan benjolan)

2. Melihat payudara dan memperhatikan apakah ada perubahan :


- bentuk
- ukuran
- perubahan warna kulit
- kulit cekung
Juga melihat area regional (aksila dan supra/infra klafikula)
Meminta ibu/klien untuk mengangkat kedua lengannya keatas kepala dan lihat kedua
3. payudaranya. Memperhatikan apakah ada perbedaan. Meminta ibu untuk meletakkan
kedua lengan di pinggang dan memperhatikan kembali payudaranya.
Meminta ibu/klien membungkuk untuk melihat apakah kedua payudaranya menggantung
4.
secara seimbang.
Memeriksa apakah terjadi pembengkakan, suhu tubuh yang meningkat atau rasa nyeri
pada salah satu atau kedua payudara Melihat puting payudara dan perhatikan ukuran,
5.
bentuk dan arahnya. Memeriksa apakah ada ruam atau luka dan keluar cairan dari puting
payudara.
6. Meminta ibu/klien berbaring di tempat tidur periksa yang sudah disediakan
Meletakkan bantal kecil diganjal dipunggung agar payudara tersebar merata di atas dada
7.
ibu/klien. Meletakkan lengan kiri/kanan di atas kepalanya.
Melihat payudara sebelah kiri/kanan dan memeriksa apakah ada perbedaan kerutan atau
8.
lekukan pada kulit payudara.

18
Palpasi : Dimulai dari sisi yang sehat dengan menggunakan telapak jari-jari kedua ruas
(phalang medial & distal) telunjuk, tengah dan manis, palpasi seluruh payudara, sistematis,
9. menyeluruh dan overlap. Dimulai dari SIC 2 ke mid aksila searah jarum jam, menggunakan
teknik spiral sirkuler kearah dalam. Penekanan secukupnya serta perhatikan apakah
terdapat benjolan dan lokasi tumor
Pembagian lokasi menurut kwadran : kwadran lateral atas – bawah, kwadran medial atas –
10.
bawah dan sentral/areola
Deskripsikan hasil temuan benjolan yang meliputi : Lokasi tumor, jumlah tumor, ukuran,
11. batas, konsistensi, permukaan, rasa nyeri, mobilitas terhadap kulit atau dasarnya (otot
pektoralis/dinding dada)
Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan puting payudara. Perhatikan apakah
12
keluar cairan bening, keruh atau berdarah dari puting
Ulangi langkah-langkah tersebut diatas untuk payudara sebelah nya. Jika perlu, ulangi
13
tindakan ini dengan posisi ibu duduk dan kedua lengan berada disamping tubuh.
Meminta ibu/klien untuk duduk dan mengangkat kedua lengan setinggi bahu. Mempalpasi
pangkal payudara dengan menekan disepanjang sisi luar otot pectoral kiri sambil secara
14.
bertahap menggerakan jari-jari kearah axilla. Memeriksa apakah terjadi pembesaran
kelenjar getah bening (lymph nodes) atau rasa nyeri.
15. Ulangi langkah tesebut untuk payudara sebelah kanan.
Setelah selesai persilahkan ibu mengenakan kembali pakaian bagian atasnya sambil
16.
pemeriksa mencuci tangan dengan air dan sabun dan megeringkannya.
KELENJAR GETAH BENING REGIONAL
Aksila
Posisi klien /ibu dan pemeriksa berhadap-hadapan serta bahu harus sama tinggi, kemudian
1
meminta ibu/klien untuk meletakkan lengan yg diperiksa ditopang oleh lengan pemeriksa
Dengan menggunakan jari pemeriksa sisi lain melakukan perabaan meliputi seluruh fossa
2
aksilaris
Benjolan yang teraba dinilai mengenai : ukuran, jumlah, mobilitas, konsistensi, nyeri tekan
3
serta permukaaannya.
4 Begitu juga sisi kontralateralnya.
Supra & Infraklavikula
1 Posisi klien /ibu dan pemeriksa berhadap-hadapan.
Dengan ujung jari (phalang distal) jari II,III & IV memeriksa diatas klavikula maupun infra
2
klavikula
Benjolan yang teraba dinilai mengenai : ukuran, jumlah, mobilitas, konsistensi, nyeri tekan
3
serta permukaaannya

19
RANGKAIAN PEMERIKSAAN PAYUDARA, TES PAP, DAN IVA

PENILAIAN KLIEN
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah.
2. Memastikan bahwa ibu sudah memahami mengapa dianjurkan menjalani pemeriksaan
payudara, tes Pap dan IVA dan memastikan bahwa ibu sudah mengerti prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukan.
3. Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan temuan seperti apa yang dihasilkan
dan tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu dilakukan.
PERSIAPAN
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
2. Memastikan lampu tersedia dan siap digunakan.
3. Menanyakan apakah ibu telah BAK dan membersihkan serta membilas daerah genitalnya bila
perlu.
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian termasuk bra dan celana dalam, dan memakai sarung
atau selimut yang tersedia.
5. Mencuci kedua tangan dengan air sabun sampai benar-benar bersih lalu dikeringkan dengan
kain bersih dan kering atau dianginkan. Jika persediaan sarung tangan mencukupi, pakai
sarung tangan pada saat pemeriksaan. Tetapi jika ada luka terbuka atau cairan dari puting
pemeriksaan harus menggunakan sarung tangan.
PEMERIKSAAN PAYUDARA
1. Pada saat melakukan pemeriksaan, harus diingat untuk selalu mengajarkan cara melakukan
SADARI.
2. Melihat payudara dan memperhatikan apakah ada perubahan:
 bentuk
 ukuran
 puting atau kulit yang berlipat
 kulit cekung
Memeriksa apakah terjadi pembengkakan, suhu tubuh yang meningkat atau rasa nyeri pada salah
satu atau kedua payudara.
3. Melihat puting payudara dan perhatikan ukuran, bentuk dan arahnya. Memeriksa apakah ada
ruam atau luka dan keluar cairan dari puting payudara.
4. Meminta ibu/klien untuk mengangkat kedua lengannya ke atas kepala dan lihat kedua
payudaranya. Memperhatikan apakah ada perbedaan. Meminta ibu untuk meletakkan kedua
tangan di pinggang dan memperhatikan kembali payudaranya.
5. Meminta ibu/klien membungkuk untuk melihat apakah kedua payudaranya menggantung
secara seimbang.
6. Meminta ibu/klien berbaring di meja periksa.

20
7. Meletakkan bantal di bawah pundak kiri ibu/klien. Meletakkan lengan kiri ibu di atas
kepalanya.
8. Melihat payudara sebelah kiri dan memeriksa apakah ada perbedaan dengan payudara
sebelah kanan. Memeriksa apakah terdapat kerutan atau lekukan pada kulit payudara.
9. Menggunakan telapak jari-jari telunjuk, tengah dan manis, mempalpasi seluruh payudara,
dimulai dari sisi atas paling luar dari payudara, menggunakan teknik spiral. Perhatikan apakah
terdapat benjolan atau rasa nyeri.
10. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan puting payudara. Perhatikan apakah
keluar cairan bening, keruh atau berdarah dari puting.
11. Ulangi langkah-langkah tersebut di atas untuk payudara sebelah kanan. Jika perlu, ulangi
tindakan ini dengan posisi ibu duduk dan kedua lengan berada di samping tubuh.
12. Meminta ibu/klien untuk duduk dan mengangkat kedua lengan setinggi bahu. Mempalpasi
pangkal payudara dengan menekan di sepanjang sisi luar otot pectoral kiri sambil secara
bertahap menggerakkan jari-jari kearah axilla. Memeriksa apakah terjadi pembesaran kelenjar
getah bening (lymph nodes) atau rasa nyeri.
13. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kanan.
14. Setelah selesai persilahkan ibu mengenakan kembali pakaian bagian atasnya bila ibu
menginginkannya sambil pemeriksa mencuci tangan dengan air dan sabun dan
mengeringkannya
PEMERIKSAAN ABDOMEN DAN LIPAT PAHA
1. Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa dengan kedua lengan di samping.
2. Memapar seluruh abdomen.
3. Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen. Perhatikan letak dan bentuk pusar.
4. Memeriksa abdomen untuk melihat apakah terdapat warna yang tak biasa, parut , guratan
atau ruam dan lesi.
5. Menekan dengan ringan menggunakan permukaan jari-jari tangan, mempalpasi semua area
abdomen. Mengidentifikasi adanya masa, daerah yang nyeri atau resistensi otot. Mencatat
temuan.
6. Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk, konsistensi, rasa nyeri, mobilitas dan
pergerakan massa. Mencatat massa dan area nyeri yang ditemukan.
7. Mengidentifikasi area yang terasa nyeri . Jika terdapat nyeri, periksa apakah terjadi nyeri lepas

8. Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah atau lipat paha, memakai sepasang
sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di-DTT sebelum
memeriksa daerah tersebut. Mempalpasi kedua area abdomen bawah apakah terdapat
benjolan, atau bisul
PEMERIKSAAN GENITAL LUAR
1. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan . Jika tidak ada dudukan, membantu
ibu menaruh kedua kakinya di tepi luar ujung meja. Tutupi ibu dengan selimut atau kain.

21
2. Mencuci tangan dengan air sabun sampai bersih dan dikeringkan dengan kain bersih dan
kering, atau dianginkan.
3. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke daerah genital.
4. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru atau telah di-DTT.
5. Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital ibu.

6. Memperhatikan labia, klitoris dan perineum apakah terdapat parut , lesi, inflamasi atau
retakan kulit.
7. Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari, memeriksa labia minora, klitoris, mulut
uretra dan mulut vagina.
8. Mempalpasi labia minora. Lihat apakah terdapat benjolan, cairan,ulkus dan fistula. Rasakan
apakah ada ketidakberaturan atau benjolan dan apakah ada bagian yang terasa nyeri
9. Memeriksa kelenjar Skene untuk melihat adanya keputihan dan nyeri. Dengan telapak tangan
menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam vagina lalu dengan lembut mendorong
ke atas mengenai uretra dan menekan kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke uretra.
10. Memeriksa kelenjar Bartholin untuk melihat apakah ada cairan dan nyeri. Masukkan jari
telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulut vagina dan meraba dasar masing-masing labia
majora. Dengan menggunakan jari dan ibu jari, mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah
ada benjolan atau nyeri.
11. Meminta ibu untuk mengejan ketika menahan labia dalam posisi terbuka. Periksa apakah
terdapat benjolan pada dinding anterior atau posterior vagina.
INSPEKSI VISUAL DENGAN APLIKASI ASAM ASETAT/IVA
1. Memasang spekulum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat.
2. Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap berada di
tempatnya agar leher rahim dapat terlihat
3. Memindahkan lampu/senter sehingga dapat melihat leher rahim dengan jelas.
4. Memeriksa leher rahim apakah curiga Kanker Serviks atau terdapat servisitis,ektopion, tumor,
ovula Naboti atau luka.
Bila Curiga Kanker Serviks, pemeriksaan diakhiri, langsung ke langkah 15 dan seterusnya tanpa
melakukan langkah ke 16. Bila banyak keputihan/ darah, tes pap tidak dapat dilanjutkan dan bila
memungkinkan lanjutkan dengan prosedur pemeriksaan test IVA langkah 8.

5. Mengambil apusan dari cervix dengan menggunakan spatula (diputar 360 o), mengoleskan
hasil apusan ke gelas obyek.
6. Memasukkan cytobrush ke dalam kanalis servikalis (diputar 180o searah jarum jam),
mengoleskan hasil apusan dengan cara memutar cytobrush berlawanan arah jarum jam ke
gelas obyek.
7. Memasukkan gelas obyek ke larutan fiksasi segera.

8. Menggunakan swab kapas yang bersih untuk menghilangkan cairan, darah, atau mukosa dari
leher rahim. Membuang swab kapas yang telah dipakai ke dalam wadah tahan bocor atau
kantung plastik.

22
9. Mengidentifikasi ostium uteri, SSK (sambungan skuamo koloumnar) dan zona transformasi.
Bila SSK tidak bisa ditampakkan, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan, lanjutkan ke
langkah 15, dan seterusnya.
10. Mencelupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu mengoleskan pada leher rahim.
Membuang swab kapas ke dalam kantung plastik.

11. Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak perubahan warna putih
yang disebut dengan lesi putih.
12. Memeriksa SSK dengan teliti.
 Memeriksa apakah leher rahim mudah berdarah.
 Mencari apakah terdapat plak putih yang tebal dan meninggi atau lesi putih.

13. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan swab bersih untuk
menghilangkan mukosa, darah atau debris. Membuang swab ke dalam kantung plastic.
14. Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru untuk menghilangkan sisa cairan
asam asetat dari leher rahim dan vagina. Membuang swab ke dalam kantung plastik.
15. Melepaskan spekulum dan melakukan dekontaminasi dengan meletakkan spekulum dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
16. Melakukan pemeriksaan bimanual
TUGAS/LANGKAH PASCA-TES IVA
1. Meminta ibu untuk duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian.
2. Membersihkan lampu/senter dan alas tempat duduk pasien berturut-turut dengan larutan
klorin 0,5%, cairan deterjen dan air bersih.
3. Merendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%. Melepas
sarung tangan dengan membalik sisi dalam keluar.
 Jika sarung tangan akan dibuang, buang ke dalam kantung plastik.
 Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan merendam sarung tangan
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih lalu dikeringkan dengan
kain kering dan bersih atau dianginkan.
5. Mencatat hasil tes IVA dan temuan lain ke dalam catatan medis ibu.
 Jika didapatkan lesi putih, menggambar peta leher rahim dan daerah lesi putih pada
catatan medis ibu.
6. Membahas hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA bersama ibu dan menjawab pertanyaan
 Jika hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA negatif, sebutkan waktu kunjungan
berikutnya untuk menjalani kembali pemeriksaan payudara dan tes IVA.
 Jika hasil pemeriksaan payudara atau tes IVA positif atau dicurigai terdapat kanker,
membahas langkah-langkah selanjutnya
7. Meyakinkan ibu bahwa dia bisa kembali setiap saat bila membutuhkan konsultasi atau
perawatan medis.
8. Setelah memberi konseling, memberikan pengobatan atau merujuk.

23
PEMERIKSAAN NEUROLOGI I

NO BUTIR PENILAIAN

Memperkenalkan diri, dan memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
1
serta meminta ijin
PEMERIKSAAN KESADARAN - Glasgow Coma Scale (GCS)
Kemampuan membuka kelopak mata (Eye/E)
2 Pemeriksa menilai kemampuan membuka mata pasien secara spontan (skor 4)
Bila pasien tidak dapat membuka mata secara spontan, tetapi membuka mata bila
3
diperintah dengan diajak bicara  skor 3
Apabila tidak respon dengan diajak bicara tetapi respon dengan rangsangan nyeri dengan
4 menekan medial sulkus supra orbita, menekan daerah sternum, menekan pangkal kuku
dengan pensil, menekan daerah temporo mandibular joint  skor 2
5 Atau tidak bereaksi membuka mata dengan rangsang nyeri  skor 1
Kemampuan motorik (M)
Pemeriksa menilai kemampuan motorik pada lengan yang sehat untuk mengikuti perintah.
6
Bila dapat melakukan gerakan sederhana sesuai perintah  skor 6
Bila tidak dapat mengikuti perintah, berikan rangsang nyeri. Jika ada gerakan berupa
7
reaksi melokalisir daerah rangsang nyeri yang diberikan  skor 5
Melihat apakah respon penderita terhadap rangsangan nyeri berupa gerakan menghindar
8
(tidak dapat melokalisir rangsang nyeri) skor 4
Respon dari pasien terhadap rangsangan nyeri berupa fleksi abnormal / fleksi spastik
9 disertai ekstensi pada lengan atau tungkai, atau bila terdapat 2 dari respon berikut : postur
fleksi stereotipik, fleksi lengan yang ekstrem, abduksi lengan atas  skor 3
10 Respon dari pasien terhadap rangsangan berupa ekstensi abnormal  diberi skor 2
Tak ada gerakan yang terlihat dari pasien walaupun dengan rangsang nyeri yang cukup
11
kuat diberi skor 1
Kemampuan berkomunikasi (Verbal/V)
Pemeriksa menilai kemampuan berbicara, orientasi terhadap waktu, tempat, dan diri sendiri
12 dengan dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai. Jika pasien mampu menjawab dengan
benar  skor 5
13 Apabila jawaban pasien tidak sesuai terhadap pertanyaan (disorientasi) diberikan skor 4
Apabila pasien tidak menanggapi pembicaraan pemeriksa (inapropriate words) , atau
14
hanya mengucapkan dalam bentuk kata bila diberi rangsang nyeri  skor 3
15 Apabila pasien hanya merintih/ mengerang jika diberi rangsang nyeri  skor 2
16 Tak ada suara dari pasien terhadap respon rangsangan nyeri yang diberikan diberi skor 1
Pemeriksa menjumlahkan total skor yang didapat dari hasil respon penderita
17
dengan nilai tertinggi 15 dan skor terendah 3
PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL
18 Meminta pasien untuk tidur terlentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
Meletakkan tangan kiri pemeriksa di belakang kepala pasien dan tangan kanan pemeriksa
19
di manubrium sternum pasien
20 Melakukan ante fleksi pada leher (Kaku kuduk)
21 Menilai adanya tahanan pada saat melakukan ante fleksi leher

24
22 Sementara melakukan antefleksi leher diamati adanya fleksi pada sendi lutut (Brudzinski I)
Melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya kaku leher pasien dengan cara rotasi
23
leher atau mengangkat bahu
24 Melakukan fleksi pada sendi panggul, dengan posisi tungkai lurus atau ekstensi (Lasegue)
25 Bila timbul nyeri atau tahanan pada saat melakukan fleksi < 700, Lasegue  positif
Melakukan fleksi pada sendi panggul 90o, dengan posisi fleksi pada sendi lutut, setelah
26 tungkai atas dalam posisi vertikal, melakukan ekstensi pada sendi lutut (Kernig), bila
ekstensi tidak dapat dilakukan < 135o hasil pemeriksaan dinyatakan positif
Mengamati fleksi pada sendi lutut tungkai yang berlawanan, pada saat menlakukan fleksi
27
pada sendi panggul (Brudzinski II)
PEMERIKSAAN NERVUS III, IV, VI
Gerakan Bola Mata
Meminta pasien menghadap ke pemeriksa. Pasien diminta melihat objek ( jari telunjuk
28 pemeriksa) dalam jarak baca sejajar dengan kedua mata. kemudian kedua mata pasien
diminta mengikuti objek yang digerakkan mengikuti arah menyerupai huruf H
29 Lihat gerakan bola mata pasien ke arah lateral ( nervus VI )
30 Lihat gerakan bola mata ke arah medial bawah (Nervus IV )
31 Lihat gerakan bola mata ke arah medial, medial atas, lateral bawah, lateral atas (N III)
Celah kelopak mata
32 Meminta pasien memandang lurus ke depan
Nilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Nilai bentuk fisura palpebral
33
(normalnya simetris)
34 Lihat apakah ada ptosis, enoftalmus, blefarospasme, eksoftalmus, proptosis dll.
Pupil
35 Meminta pasien memandang lurus jauh ke depan
Berikan cahaya dengan senter dari bawah ke arah hidung (terang cahaya cukup untuk
36 menilai pupil). Ukur besar pupil pasien kiri dan kanan. Bentuk pupil, kesamaan kiri dan
kanan, posisi pupil, dan reflek cahaya.
Berikan cahaya dengan senter pada pupil salah satu mata, lihat apakah ada refleks
37 mengecil (miosis) pada mata yang disinari (refleks cahaya langsung) dan sekaligus menilai
refleks pada mata sisi yang lain (refleks cahaya tak langsung).
Refleks akomodasi dan konvergensi : pasien diminta melihat jauh ke tangan pemeriksa
38 yang diletakkan 30 cm di depan hidung pasien. Normal pada saat tangan pemeriksa
digerakkan ke arah nasal diantara kedua bola mata, pupil mengecil.
PEMERIKSAAN N. V
Pemeriksaan fungsi sensorik
39 Pemeriksaan raba halus dilakukan dengan menggunakan kapas terpilin
40 Pasien diminta untuk menutup matanya
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuhkan ujung kapas terpilin pada wajah pasien
41
sesuai dengan area persarafan N.V
Pemeriksa menanyakan adakah rasa raba serta lokalisasinya, serta perbandingan rasa raba
42
dengan sisi kontralateralnya apakah terdapat persamaan.
43 Pemeriksaan rasa nyeri dilakukan dengan cara diatas menggunakan ujung jarum steril
44 Pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaan

25
Pemeriksaan refleks kornea
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan bahan yang halus seperti ujung kapas terpilin
tidak boleh menggunakan bahan yang kasar seperti benda tumpul maupun ujung jari .
45
Apabila terdapat kemungkinan infeksi pada salah satu mata pasien maka kapas yang
digunakan untuk kedua mata harus berbeda.
46 Pasien diminta untuk melihat kearah kontralateral sisi mata yang akan diperiksa
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyentuhkan ujung kapas pada kornea pasien dari
47
arah lateral sisi mata yang diperiksa ( diluar lapang pandang pasien)
48 Pemeriksa melihat ada atau tidaknya refleks berkedip pasien pada kedua mata
49 Pemeriksaan pada mata kontralateral dilakukan dengan cara yang sama
50 Pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaannya
Pemeriksaaan motorik ( m.masseter)
51 Pemeriksa meletakan kedua tangannya masing-masing dianterior sendi temporomadibular
52 Pasien diminta untuk mengatupkan mulut dan menggigit kuat-kuat
Pemeriksa meraba kontraksi kedua otot masseter dan membandingkannya dengan sisi
53
kontralateral
54 Pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Nervus VII
Melakukan inspeksi pada wajah pasien saat statis dan dinamis, dan menyebutkan kesan
55
(a/simetris)
56 Meminta pasien untuk mengernyitkan dahi atau melihat ke atas (a/simetris).
Meminta pasien untuk menutup mata kuat-kuat dan menahan tahanan yang diberikan
57
pemeriksa.
Meminta pasien untuk berekspresi seperti tertawa/menarik kedua sudut bibir (melihat
58
a/simetris sudut bibir dan plica nasolabialis)
Meminta pasien untuk mengembangkan pipi dan menahan tekanan yang diberikan
59
pemeriksa (ada/tidaknya kebocoran pada salah satu sisi)
60 Menilai keadaan Nervus VII
PEMERIKSAAN NERVUS. IX DAN X
Arkus pharing
61 Meminta pasien untuk membuka mulut
62 Tekan lidah dengan spatula lidah, dan meminta pasien untuk bersuara ” aahh ”
Perhatikan simetrisitas arkus pharyng kiri dengan kanan. Normal arkus pharing simetris
63
antara kiri dengan kanan
Gag Refleks
64 Meminta pasien untuk membuka mulut dan bersuara ”aahh”
Dengan perlahan sentuhkan spatula lidah ke dinding pharing kiri dan kanan bergantian.
65
Normal tercetuskan sensasi rasa ingin muntah.
PEMERIKSAAN NERVUS XI
Muskulus Trapezius
66 Meminta pasien untuk mengangkat kedua bahunya. Normal simetris
Dengan kedua tangan pemeriksa di atas bahu pasien, kemudian minta pasien untuk
67 mengangkat kedua bahunya, kemudian pemeriksa melakukan tahanan.Normal kekuatan otot
simetris kiri dan kanan

26
Muskulus Sternokleidomastoideus
68 Memposisikan satu tangan pemeriksa (kiri) di salah satu bagian pipi (kanan) pasien
Sambil menahan minta pasien untuk memalingkan kepala ke arah berlawanan tahanan
69 tangan pemeriksa kemudian lakukan untuk otot yang berlawanan. Normal kekuatan otot
simetris kiri dan kanan
PEMERIKSAAN N.XII
70 Pasien diminta membuka mulutnya
Inspeksi lidah, pasien melihat adanya tanda-tanda atrofi, fasikulasi sesisi ataupun kedua sisi
71
lidah
Pasien diminta mnejulurkan lidah ke depan secara perlahan kemudian menilai adakah
72
deviasi ke salah satu sisi pada saat lidah dijulurkan

PEMERIKSAAN NEUROLOGI II

NO BUTIR PENILAIAN

1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
PEMERIKSAAN MOTORIK
Inspeksi
Inspeksi dalam keadaan tidur/duduk, berdiri, berjalan dan gerakan tubuh (lihat posisi,
2
simetris, atrofi)
Kekuatan Ekstremitas Atas
3 Meminta pasien dalam keadaan duduk atau tidur
Melakukan pemeriksaan kekuatan (dengan memberi tahanan) pada pergerakan 4 sendi
4
(jari, pergelangan tangan, siku & bahu) dengan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan aduksi
5 Menentukan skor kekuatan pada tiap gerakan sendi
Kekuatan Ekstremitas Bawah
6 Meminta pasien dalam keadaan duduk atau tidur
Melakukan pemeriksaan kekuatan (dengan memberi tahanan) pada pergerakan 4 sendi
7
(jari, pergelangan kaki, lutut & panggul) dengan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi & aduksi
8 Menentukan skor kekuatan pada tiap gerakan sendi
Tonus
9 Palpasi tonus otot pasien
10 Melakukan ekstensi - fleksi secara cepat dan lambat pada pergelangan tangan & sendi siku
11 Melakukan ekstensi - fleksi secara cepat dan lambat pada pergelangan kaki & sendi lutut.
12 Menentukan/menilai tonus otot (eutoni, hipotoni, spastis, rigid).
Refleks Fisiologi Patella
13 Meminta pasien untuk tidur terlentang atau duduk.
14 Meminta pasien untuk rileks (bila perlu dengan Reinforcement : manuver Jendrasick )
15 Melakukan fleksi pada sendi lutut
16 Mengayunkan palu refleks pada tendon patella
17 Melihat respon ekstensi tungkai bawah atau kontraksi pada musculus Quadriceps Femoris

27
Refleks Fisiologis Biseps
Tehnik I
18 Meminta pasien untuk tidur terlentang atau duduk.
19 Memposisikan lengan pasien semifleksi dan diletakkan di atas abdomen pasien.
20 Palpasi tendon otot bisep & meletakkan jari telunjuk & jari tengah di atas tendon tersebut.
Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan mengetuk jari telunjuk dan jari tengah
21
tangan kiri.
22 Melihat respon refleks berupa kontraksi otot biseps dan fleksi siku.
23 Menilai respon refleks biseps (normal, meningkat atau menurun)
Tehnik II
18 Meminta pasien untuk tidur terlentang atau duduk.
Menempatkan lengan pasien di lengan kiri pemeriksan dengan tangan pemeriksa
19
memegang siku pasien.
Melakukan palpasi tendon otot bisep dan meletakkan ibu jari tangan kanan di atas tendon
20
otot bisep pasien
Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan mengetuk ibu jari tangan kiri pemeriksa di
21
atas tendon otot bisep.
22 Melihat respon refleks berupa kontraksi otot biseps dan fleksi siku.
23 Menilai respon refleks biseps (normal, meningkat atau menurun)
Refleks fisiologis Triseps
24 Meminta pasien untuk tidur terlentang atau duduk
Lengan pasien diletakkan di atas lengan bawah kiri pemeriksa sambil tangan kiri pemeriksa
25
memegang siku pasien. Lengan atas sedikit di ekstensikan pada sendi bahu.
26 Tangan kiri pemeriksa mempalpasi tendon otot triseps di atas olekranon.
27 Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan mengetuk tendon otot trisep pasien
28 Melihat respon refleks triseps berupa kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.
29 Menilai respon refleks trisep (normal, meningkat atau menurun).
Refleks Trisep sure (refleks tendon Achilles)
30 Pasien diminta duduk dan berbaring
Tungkai atas dalam posisi sedikit abduksi dan eksternal rotasi. Tungkai bawah difleksikan
31 sedikit, tangan kiri pemeriksa memegang ujung kaki pasien dan memposisikannya sedikit
dorsifleksi.
32 Tangan kanan mengayunkan palu refleks dan mengetuk tendon achilles
33 Melihat respon refleks achilles berupa gerak plantar fleksi kaki.
34 Menilai respon refleks achilles (normal, meningkat atau menurun)
Refleks Patologis Babinsky
35 Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan posisi tungkai lurus rileks
36 Melakukan fiksasi pada daerah pergelangan kaki yang akan diperiksa
Menggoreskan sisi lateral telapak kaki dari posterior ke anterior (sampai dekat dengan
37
daerah perbatasan jari kaki ).
38 Menilai respon berupa dorsifleksi ibu jari kaki dan atau abduksi jari-jari kaki lain.

28
KONSELING

NO PROSES YANG DIAMATI

1 Memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan konseling dan kerahasiaan
3 Membangun rapport
Menanyakan pertanyaan dengan tujuan/maksud yang jelas
4
menuju pada penemuan satu permasalahan tertentu
5 Memberikan respons yang tepat kepada pasien
6 Menunjukkan kemampuan komunikasi verbal maupun non verbal
7 Menjadi pendengar yg terampil/aktif
8 Berbicara singkat dan tidak lebih banyak dari klien
9 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
10 Mampu menilai emosi pasien dengan baik
11 Mempertahankan kontak mata
12 Memberikan kesimpulan dari permasalahan pasien
Membangun dan mengembangkan kerjasama (konselor tidak berperan sbg pengambil
13
keputusan)

Kasus 1
Seorang perempuan, 29 thn, hamil G3P2A0 hamil 26 minggu, datang dikonsulkan dari
departemen Obstetri dan Ginekologi karena sulit tidur sejak 2 minggu sebelumnya. Pasien
seorang dosen pada salah satu perguruan tinggi. Anak pertama usia 7 tahun, anak kedua
meninggal umur 1 hari. Pasien mencemaskan keadaan kehamilannya, ia takut bila anaknya lahir
akan meninggal seperti anak kedua. Ia merasa lelah karena kecemasan ini dan tidak bisa tidur. Ia
berpikir untuk berhenti atau cuti dulu dari pekerjaannya, karena akhir-akhir inipun ia sulit
berkonsentrasi saat bekerja, dan selalu merasa lelah bila pulang bekerja. Ia berpikir mungkin
keadaan akan lebih baik bila ia berhenti bekerja, tetapi di lain pihak ia ragu untuk berhenti kerja
karena sesungguhnya ia sangat menyenangi pekerjaannya ini.

Kasus 2
Seorang wanita, 40 tahun, P4A0, anak pertama berusia 15 tahun, anak kedua 10 tahun, anak
ketiga berusia 7 tahun, dan anak ke empat berusia 4 tahun, datang pada anda karena akhir-akhir
ini bila menstruasi sangat banyak, dan waktu lebih panjang hingga 2 minggu, pasien
menggunakan IUD sejak kelahiran anak pertama, dan biasanya tidak ada keluhan. Saat ini pasien
dalam kondisi bingung, ia ingin melepas kontrasepsi namun takut hamil, tapi bila tidak dilepas
perdarahan tersebut mengganggu, karena tidak bisa shalat.

29
WAWANCARA PSIKIATRI

NO PROSES YANG DIAMATI

1. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan kerahasiaan


2. Membangun rapport
Menanyakan pertanyaan dengan tujuan/maksud yang jelas. (deskripsi, collecting data yang
3.
menuju pada penemuan satu permasalahan tertentu)
4. Memberikan respons yang tepat kepada pasien
5. Menunjukkan kemampuan komunikasi verbal maupun non verbal
6. Menjadi pendengar yang terampil/aktif
7. Berbicara efektif dengan klien
8. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh kllien
9. Mampu menilai emosi pasien dengan baik
10. Mempertahankan kontak mata
11. Memberikan Kesimpulan dari permasalah pasien
Membangun dan mengembangkan kerjasama (konselor tidak berperan sebagai
12.
pengambilan keputusan)

Skrip KKD Keterampilan Wawancara


1. Seorang mahasiswa fakultas kedokteran tahun ke 4 datang ke poliklinik dengan keluhan sejak
6 bulan terakhir tidak dapat belajar karena pikirannya kosong, seolah ada kekuatan yang
menyedot pikirannya. Bila berpikir, tiba-tiba ide yang sedang dipikirkan hilang. Ia juga
mendengar suara almarhum ibunya yang mengatakan bahwa ia harus menjadi dokter, suara
tersebut muncul berulang kali dan sangat mengganggu. Bahkan terkadang ia melihat
almarhum ibunya mendatanginya. Akhir-akhir ini di kampus ia sering terlibat perselisihan
dengan temannya karena ia sering merasa bahwa teman-temannya mengobrol dan
bersekongkol untuk membuat dirinya tidak bisa belajar dan ia gagal ujian. Sebelumnya
prestasi belajarnya baik, indeks prestasi selalu di atas 3.5. dari pemeriksaan status mental
didapatkan: penampilan seorang mahasiswa/i berusia 22 tahun, berpakaian cukup rapi,
tampak bingung, psikomotor lambat, pembicaraan spontan, lancar, arus lambat. Mood/afek:
euthyim, terbatas, gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan visual. Proses pikir: terdapat
asosiasi longgar, terkadang blocking. Isi pikir: terdapat thought withdrawl, waham rujukan.
RTA terganggu, tilikan derajat 3.

2. Seorang pria/wanita berusia 40 tahun, belum menikah, bekerja di sebuah perusahaan dengan
posisi yang cukup baik, datang ke praktek dokter dengan keluhan dalam 3 bulan terakhir
prestasi kerjanya menurun, ia tidak dapat berkonsentrasi, dan mudah merasa lelah. Biasanya
ia selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu, tapi saat ini ia tidak berminat untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Ia membiarkan tumpukan tugas-tugas memenuhi
mejanya. Beberapa waktu sebelumnya ia melakukan kekeliruan dalam tugasnya, ia ditegur
oleh atasannya di hadapan anak buahnya, ia tersinggung dan tidak berkenan atas sikap
atasannya. Ia merasa telah dipermalukan di hadapan anak buahnya, ia merasa tidak berharga
dan sangat marah kepada atasannya, tetapi tidak berani mengutarakannya. Menurutnya ia
tidak pantas mendapatkan perlakuan tersebut, karena selama ini ia selalu menyelesaikan
tugasnya dengan sempurna dan atasannya selalu memuji dan puas atas pekerjaannya. Saat

30
ini ia merasa tidak ada gunanya lagi bekerja dengan baik. Akhir-akhir ini nafsu makannya
menurun, tidur terganggu, dan kepalanya sering terasa sakit. Pemeriksaan status mental:
penampilan sesuai usia, berpakaian rapi, sikap sopan dan kooperatif, pembicaraan spontan,
lancar, arus bicara lambat, intonasi pelan, penurunan aktivitas psikomotor. Mood hipotim, afek
terbatas, persepsi tidak ada gangguan, proses pikir: koheren, isi pikir: putus asa, merasa diri
tidak berguna, tidak ada gunanya berusaha dan bekerja. RTA tidak terganggu, tilikan derajat
4.

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

NO BUTIR PENILAIAN

1 Memperkenalkan diri & menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
TES ROMBERG YANG DIPERTAJAM
2 Pemeriksa berdiri di belakang pasien
3 Meminta pasien meletakkan salah satu kaki di depan kaki yang lain
4 Pasien diminta memandang ke depan dengan kedua tangan bersedekap di atas perut
5 Pasien diamati selama 30 detik
6 Kemudian pasien diminta menutup mata
7 Pasien diamati kembali selama 30 detik
8 Analisis hasil pemeriksaan.
TES FUKUDA
9 Pemeriksa berdiri di belakang pasien
10 Meminta pasien dalam posisi berdiri kemudian menutup mata
11 Pasien diminta berjalan di tempat sebanyak 50 langkah
12 Analisis hasil pemeriksaan
TANDEM GAIT TEST
13 Pasien diminta berjalan mengikuti garis lurus
14 Pemeriksa berada di belakang pasien selama pemeriksaan dilakukan
15 Analisis hasil pemeriksaan
PAST POINTING TEST
16 Pemeriksa berada di depan pasien dan meletakkan jari telunjuk di depan pasien
17 Pasien diminta mengangkat tangan dengan telunjuk mengarah ke atas
18 Pasien diminta menyentuh jari pemeriksa beberapa kali
19 Setelah itu pasien diminta menutup mata dan melakukan hal yang sama beberapa kali
20 Analisis hasil pemeriksaan
TES NISTAGMUS
Pasien diminta mengikuti gerakan jari telunjujk pemeriksa 30 ke arah kiri dan kemudian ke
21
arah kanan 30
22 Analisis hasil pemeriksaan

31
TES PENALA

NO BUTIR PENILAIAN

PEMERIKSAAN RINNE
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
1
kiri atau kanan kaki pasien.
2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien
Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan menggunakan ibu jari
3
dan telunjuk tangan kiri
Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa sampai pasien
4 tidak mendengar bunyi lagi dg cara memberikan tanda (mengangkat tangan atau berbicara
)
Meletakkan garputala di depan telinga yang diperiksa 2,5 cm dari liang telinga dan
5
menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak.
Kemudian sebaliknya menggetarkan penala didepan telinga yang diperiksa 2,5cm dari liang
6 telinga lebih dahulu. Bila tidak mendengar bunyi lagi, memberi tanda ( dg mengangkat
tangan atau berbicara )
Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa dan
7 menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak. Bila masih mendengar
bunyi, memberi tanda ( dg mengangkat tangan atau berbicara )
PEMERIKSAAN WEBER
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
1
kiri atau kanan kaki pasien.
2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari kiri, kemudian
3 diletakkan di garis tengah kepala ( verteks / dahi / pangkal hidung / dagu) atau di
pertengahan gigi seri
Pasien memberi tanda dg cara mengangkat tangan atau memberi tahu bunyi terdengar
4 lebih keras di telinga kiri / kanan atau bunyi sama kerasnya atau tidak dapat dibedakan ke
arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras
PEMERIKSAAN SCHWABACH
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
1
kiri atau kanan kaki pasien.
2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
3 Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri
Garpu tala diletakkan di prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa sampai pasien
tidak mendengar lagi bunyi dg cara memberi tanda ( Mengangkat tangan atau berbicara )
4
Tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang sama
( pendengaran pemeriksa harus normal )
Kemudian penala digetarkan lagi dan diletakkan pd pros. Mastoideus pemeriksa lebih
5 dahulu. Bila sudah tidak terdengar bunyi lagi, tangkai penala segera dipindahkan ke
pros.mastoideus pasien pada telinga yang sama.

32
BASIC SURGICAL SKILLS

NO AKTIVITAS

1 A & Anti Sepsis


2 Membuat simpul yang benar
3 Handling
- Gunting
- Klem lurus & bengkok
- Pinset anatomis & chirurgis
- Needle Holder + Jaru
4 Menjahit interrupted

PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN / VISUS

NO AKTIVITAS

Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan
1
meminta ijin
2 Mempersilahkan pasien duduk di tempat yang telah disediakan
3 Menyuruh pasien menutup mata kiri
Meminta pasien menyebutkan obyek yang ditunjuk pada Kartu Snellen atau dari Autochart
4
projector dari obyek terbesar sampai terkecil yang masih bisa dibaca
Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan pinhole occluder bila visus tidak mencapai
5
6/6 atau 20/20
6 Mencatat hasil pemeriksaan
7 Mengulang prosedur pemeriksaan untuk mata kiri dan mencatat hasilnya

PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI / OFTALMOSKOPI

NO AKTIVITAS

Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan


1
dan meminta ijin
2 Mempersilahkan pasien duduk di tempat yang telah disediakan
3 Menyuruh pasien melihat ke satu titik jauh di dinding arah depan
4 Melakukan setting gigi dan aperture oftalmoskop
Melakukan pemeriksaan mata kanan dengan mata kanannya Dengan oftalmoskop
5
dipegang dg tangan kanan
6 Meletakkan tangan kiri ke dahi atau bahu pasien sebagai fiksasi
Melakukan pemeriksaan mata kiri dengan mata kirinya dengan oftalmoskop dipegang dg
7
tangan kiri
8 Meletakkan tangan kanan ke dahi atau bahu pasien sebagai fiksasi
9 Melaporkan/menggambarkan hasil pemeriksaaan

33
PEMERIKSAAN KAMPIMETRI

NO BUTIR PENILAIAN

Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan
1
meminta ijin
2 Mempersilahkan pasien duduk ditempat yang telah disediakan
3 Mahasiswa mengambil posisi tepat di depan pasien
Mahasiswa menyuruh pasien menutup mata kirinya, sedangkan pemeriksa menutup mata
4
kanannya dan menggunakan mata kirinya sebagai acuan pemeriksaan
Mahasiswa menyuruh pasien berfiksasi pada mata kirinya dan menyebut jumlah jari yang
5
diacungkan pemeriksa pada 4 kuadran (atas, bawah, temporal dan nasal)
6 Mengulang prosedur untuk pemeriksaan mata kiri pasien
7 Mencatat hasil pemeriksaan

TONOMETRI SCHIOTZ

NO BUTIR PENILAIAN

Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan
1
meminta ijin
Mempersilahkan pasien tidur terlentang atau setengah duduk di tempat yang telah
2
disediakan
Merakit & menera tonometer dengan beban 5.5 gram dan melakukan desinfeksi tip
3
tonometer dengan swab alkohol dan membiarkannya kering
4 Simulasi anestesi kornea dengan tetes mata pantocain 0.5%
Simulasi menyuruh pasien melihat lurus ke atas atau kearah ibu jari tangan yang
5
diacungkan keatas
6 Meletakkan tonometer pada kornea mata
7 Membaca jarum penunjuk pada tonometer
8 Simulasi memberikan tetes mata antibiotik pada mata yang diperiksa
Mencatat hasil pemeriksaan dalam satuan mm Hg dengan
9
Merujuk tabel konversi tonometer Schiotz

34
KEWASPADAAN ISOLASI

NO KEGIATAN

I Mengenakan penutup kepala, masker dan gaun operasi


1 Melakukan handrubs dengan larutan yang tersedia sesuai 6 langkah
2 Mengenakan tutup kepala, menutup seluruh bagian rambut dan kedua telinga
3 Tali penutup kepala dibantu ikatkan oleh asisten
Mengenakan masker, menjepit kawat sesuai bentuk tulang hidung, menarik bagian bawah
4
ke belakang sehingga dagu tertutup sempurna
5 Tali masker dibantu ikatkan oleh asisten
Mengambil baju operasi, membuka lipatan, memegang secara hati-hati bagian bahu
6
sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh bagian depan yang steril.
7 Kain tambahan penutup hidung, diletakkan keluar
Dengan bagian terbuka menghadap badan, memasukkan lengan satu per satu sampai jari-
8
jari mencapai manset
9 Asisten membantu mengikatkan dari belakang, flap ditutupkan keatas lipatan yang terbuka
II Memakai sarung tangan sistem tertutup
Dengan jari-jari tetap di dalam manset, membuka pembungkus sarung tangan steril dan
1
memposisikan sarung tangan agar mudah di ambil
Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan ( atau sebaliknya ), meletakkan di atas
2
telapak tangan sehingga ibu jari terletak di atas ibu jari, bagian jari-jari menghadap badan
3 Menjepit sarung tangan dengan jari di dalam manset agar tidak terjatuh
Tangan kanan ( atau sebaliknya ) membuka lipatan manset, melingkarkan ke pergelangan
4
tangan secara menyeluruh
Jari-jari diposisikan sesuai sarung tangan, menarik kain baju operasi sampai seluruh jari
5
masuk secara sempurna
Merapikan manset di bawah sarung tangan dengan menarik perlahan bagian kain seraya
6
diputar
7 Melakukan hal yang sama untuk lengan satunya
III Melepas baju operasi, sarung tangan, masker dan tutup kepala
1 Ikatan baju operasi dibantu lepaskan oleh asisten
Menarik bagian kiri kanan bahu depan, sedemikian rupa sehingga terlepas dengan bagian
2
depan terlipat ke dalam
Melepas bagian lengan kiri kanan secara bersamaan, menggulung baju sehingga bagian
3
tercemar terbungkus, memasukkan/meletakkan di wadah yang tersedia
Melepas salah satu sarung tangan dengan menarik bagian pergelangan dari luar sampai
4
terlepas/terlepas sebagian
Menggenggam sarung tangan yang sudah terlepas dalam tangan sebelahnya, membuka
5
sarung tangan yang belum dilepas dengan menarik bagian pergelangan dari dalam
6 Membuang sarung tangan yang sudah terbungkus menjadi satu ke wadah yang tersedia
7 Melakukan handrubs dengan larutan yang tersedia sesuai 6 langkah
8 Membuka masker ( tali masker dibantu lepas asisten ), membuang ke wadah yang tersedia
Membuka tutup kepala ( tali tutup kepala dibantu lepas asisten ), meletakkan ke wadah
9
yang tersedia

35
BREAKING BAD NEWS

NO BUTIR PENILAIAN

1 Menyapa pasien dan kakak


2 Menjelaskan tujuan pertemuan
Menilai apakah yang telah diketahui oleh pasien tentang masalah yang akan disampaikan,
3
dan perasaan pasien
Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang mengindikasikan
4
bahwa informasi yang akan disampaikan selanjutnya adalah informasi yang penting
5 Memperhatikan respon pasien sebelum melanjutkan ke proses berikutnya
6 Berusaha mengetahui informasi tambahan yang dibutuhkan oleh pasien
7 Memberikan penjelasan yang terorganisir
Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak menggunakan jargon
8
medik dan kalimat yang membingungkan
9 Mengenali dan menanggapi tanda-tanda non-verbal yang ditunjukkan oleh pasien
Memberikan waktu pada pasien untuk bereaksi (dengan cara hening atau berdiam diri
10
sejenak)
11 Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan, keprihatinan dan perasaannya
12 Mencermati perasaan, keprihatinan dan nilai-nilai yang dianut pasien
Menggunakan empati untuk mengkomunikasikan apresiasi terhadap perasaan dan
13
kesusahan yang dialami pasien
Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik ( kontak mata, posisi dan postur tubuh yang
14
sesuai, gerakan tubuh, ekspresi wajah, suara –termasuk kecepatan dan volume)
Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya mengekspresikan keprihatinan,
15
pengertian dan keinginan untuk menolong)

Kasus Pasien
 Nn L, 20 tahun, lulusan SMA, pekerjaan pramuniaga di mall. Menjadi pasien klinik dokter
keluarga untuk ke 3 dalam kurun waktu tiga bulan dengan keluhan batuk berdahak.
 Sejak 2 bulan yang lalu didiagnosis sebagai TB kasus baru dengan OAT kategori 1 yaitu 4
FDC (rifampicin, INH, ethambutol dan pirazinamid)
 Pada kunjungan ketiga ini, dokter telah meminta pasien mengambil ulang pemeriksaan
sputum, dan pasien telah membawa hasilnya.
 Kali ini, dokter melihat hasilnya dan menemukan bahwa BTA tetap positif 3. Dokter
berencana utnuk menyampaikan kabar buruk ini pada pasien.
 Pasien didampingi oleh kakak perempuannya yang berusia 28 tahun dan mempunyai gejala
batuk yang sama namun belum dilakukan pemeriskaan BTA sama sekali.
 Dokter memikirkan 2 kemungkinan bertahannya BTA positif pada pasien ini, yaitu Multi Drug
Resistance serta adanya HIV positif.
 Peragakan Breaking Bad News yang tepat untuk pasien ini, sehingga pasien dapat menerima
keadaannya dengan baik dan bersedia untuk memeriksakan kultur sputum serta
pemeriksaan HIV.

36
PENYULUHAN

NO PERILAKU TENAGA KESEHATAN

1 Pembukaan dan perkenalan diri


2 Menyampaikan tujuan penyuluhan
3 Menyampaikan isi penyuluhan
4 Menyampaikan Kesimpulan & Penutupan
5 Kemampuan menjawab pertanyaan
6 Penguasaan materi
7 Volume dan Intonasi suara
8 Ekspresi wajah (senyum, kontak mata), bahasa tubuh dan gerak-gerik
9 Interaksi dengan pendengar
10 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan pendengar

KONSELING KELUARGA

NO KETRAMPILAN KKD

1 Memberi salam
2 Berbicara dengam masing-masing anggauta keluarga
3 Menyampaikan tujuan/target pertemuan dengan jelas, terarah dan sistematis
4 Menyampaikan materi pertemuan dengan jelas
5 Mempersilahkan setiap anggauta memberi pandangan mengenai apa yang akan dibahas
Mempersilahkan anggautan keluarga menanyakan informasi kesehatan yang berhubungan
6
dengan materi yang akan dibahas
7 Menanyakan keluarga pengalaman keluarga dalam menghadapi masalah yang dibahas
Mencari kemungkinan sumber daya & faktor pendukung dalam keluarga mengenai masalah
8
ini
Mencari (explore) kemungkinan adanya sumber daya di masyarakat yg dapat
9
dipergunakan
10 Menanyakan layanan kesehatanyang telah diperoleh berkaitan dengan masalah ini
11 Mencari (explore) kemungkinan menggunakan sumberdaya masyarakat untuk masalah ini
12 Menanyakan rencana keluarga
13 Meminta kesepakatan anggauta keluarga untuk rencana ini
14 Memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya lagi
15 Menyampaikan kesimpulan dan mengucapkan terima kasih.

37
KONSELING PASIEN

NO PROSES YANG DIAMATI

1 Menyapa pasien dan menanyakan namanya


2 Memperkenalkan diri serta memberitahukan perannya
3 Menjelaskan tujuan pertemuan
Memberikan penjelasan tentang beberapa alternatif (misalnya jenis alat kontrasepsi,
4
pengobatan, ) yang dapat dipilih pasien untuk menyelesaikan masalahnya
5 Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif tersebut
6 Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat
7 Mencek kembali pemahaman pasien/keluarga tentang hal yang dibicarakan
8 Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik
Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak menggunakan jargon
9
medik dan kalimat yang membingungkan
10 Menanggapi komunikasi non-verbal pasien dengan tepat
Memberi kesempatan/waktu kepada pasien untuk bereaksi terhadap ucapan petugas
11
kesehatan (berdiam diri sejenak)
12 Mendorong pasien untuk menyampaikan reaksinya, keprihatinannya serta perasaannya
13 Menyampaikan penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan dan nilai-nilai pasien
14 Berempati dalam menyampaikan apresiasi terhadap perasaan atau kesulitan pasien
Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik ( kontak mata, posisi dan gerak tubuh yang
15
sesuai, ekspresi wajah, suara –termasuk kecepatan dan volume)
Menyatakan dukungan kepada pasien (menyampaikan keprihatinan, pengertian, dan
16
keinginan untuk membantu)
17 Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya
18 Membuat perencanaan untuk tindak lanjut

Skenario 1
Seorang wanita berumur 28 tahun, datang ke praktik dokter. Sudah menikah, mempunyai anak 1
orang berumur 4 bulan. Wanita tersebut masih menyusui anaknya secara penuh (eksklusif). Dia
ingin memakai kontrasepsi. Suaminya mengetahui kedatangannya ke praktik dokter tersebut,
tetapi tidak dapat ikut karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor. Wanita tersebut
takut menunda kedatangannya ke dokter karena ada temannya yang baru melahirkan 3 bulan,
ternyata kenudian hamil lagi. Wanita itu takut kalau-kalau hamil lagi, padahal dia ingin hamil lagi
kalau anaknya sudah berumur 4 tahaun. Suaminya sudah berpesan kalau memilih kontrasepsi,
kalau bisa jangan kondom. Suami tidak menyukainya. Setelah menjalani konseling, wanita
tersebut memilih menggunakan IUD.

Skenario 2
Seorang wanita berumur 30 tahun, menikah dan sudah mempunyai anak 2 orang. Sudah
memakai kontrasepsi Pil selama 4 tahun. Satu tahun terakhir ini dia merasa badannya bertambah
gemuk. Dia merasa terganggu dengan perubahan bentuk badannya. Juga dia merasa malu karena
dia berprofesi sebagai pramuniaga bahwa salah satu efek samping Pil adalah membuat badan
gemuk. Setelah menjalani konseling dengan dokter, wanita tersebut memilih menggunakan IUD.

Skenario 3
Seorang wanita umur 40 tahun datang ke praktik dokter, dengan keluhan mengalami perdarahan
sedikit-sedikit di luar haid. Wanita tersebut menggunakan alat kontrasepsi IUD sejak 1 tahun yang
38
lalu. Sebelumnya memakai suntikan, kemudian ganti kondom, dan terakhir memakai IUD. Pasien
khawatir sekali ada sesuatu yang terjadi pada rahimnya. Dia takut kalau-kalau letak IUDnya tidak
benar, atau menembus rahim. Juga dia khawatir ada penyakit lain seperti kanker mulut rahim.
Selama ada keluhan tersebut, dia tidak dapat sholat karena merasa sedang “tidak bersih”. Inipun
menjadikannya merasa bersalah. Dia ingin melepas IUDnya, supaya terlepas dari keluhan yang
sangat mengganggunya. Wanita ini mempunyai penyakit darah tinggi, yang sudah ada sejak 6
tahun lalu. Setelah menjalani konseling, wanita tersebut meneruskan pemakaian IUD.

Skenario 4
Seorang perempuan berumur 23 tahun, diantar oleh suaminya pergi ke praktik dokter. Pasangan
tersebut belum ingin mempunyai anak, karena perempuan tersebut masih kuliah. Dia ingin
menunda kehamilannya. Pasangan tersebut bingung memilih kontrasepsi apa yang akan dipakai.
Dokter menawarkan kepada pasangan tersebut Pil dan kondom. Setelah melalui proses
konseling, pasangan tersebut memilih menggunakan kondom.

Skenario 5
Seorang perempuan datang ke praktik dokter. Dia berumur 29 tahun. Mempunyai 2 anak, dan
memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Dia bingung akan memakai kontrasepsi apa. Dia
takut memakai IUD, karena mendengar dari tetangganya bahwa IUD dapat mengakibatkan
perdarahan yang banyak, dan tidak bisa bekerja berat, sehingga bisa mengganggu aktivitas
seseorang. Dokter menawarkan tubektomi atau implant (susuk). Setelah melalui proses konseling,
ibu tersebut memilih tubektomi.

PENULISAN SURAT RUJUKAN

NO PERILAKU TENAGA KESEHATAN

1 Memberikan informasi benar mengenai indikasi rujukan


2 Memberikan informasi jelas mengenai indikasi rujukan
3 Memberikan informasi lengkap mengenai indikasi rujukan
4 Memberi kesempatan pasien bertanya
5 Memberi kesempatan pasien berpikir
6 Mempersilakan klien berbicara secara bebas
7 Dokter tidak memaksakan kehendak
8 Berempati kepada pasien
9 Wajah ramah
10 Senyum
11 Suara jelas
12 Posisi tubuh baik
SURAT RUJUKAN
1 Tulisan jelas
2 Tulisan lengkap
3 Tanda tangan dan nama jelas

39
40
ANAMNESIS

NO KOMPETENSI

I TEHNIK KOMUNIKASI
1 Menyapa pasien
2 Menyambut pasien sambil berdiri
3 Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien
4 Menunjukkan wajah ramah
5 Menyilakan pasien duduk
6 Berbasa-basi
7 Mendapatkan nama
8 Mendapatkan umur
9 Mendapatkan pendidikan
10 Mendapatkan suku
11 Mendapatkan status pernikahan
12 Mendapatkan alamat
13 Suara ramah, vokal jelas, kecepatan cukup, volume cukup
14 Sikap tubuh condong ke depan, kaki tidak bersilang
15 Kontak mata dipertahankan 70%
16 Tidak melakukan gerakan/ hal-hal yang tak berhubungan dengan tindakan anamnesis
17 Pertanyaan diajukan satu-persatu
18 Mengajukan pertanyaan terbuka dan mendalam, selain pertanyaan tertutup
19 Melakukan refleksi isi bila diperlukan
20 Melakukan refleksi perasaan bila diperlukan
21 Menunjukkan empati secara verbal dan non-verbal
II MATERI ANAMNESIS
22 Mendapatkan keluhan utama
23 Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
24 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
25 Mendapatkan riwayat penyakit keluarga
26 Mendapatkan riwayat sosial
III LAPORAN ANAMNESIS
27 Membuat laporan anamnesis (untuk sesi anamnesis 3)

Kasus Anamnesis Tropik


1. Seorang laki-laki , umur 24 tahun datang dengan keluhan demam sejak 5 hari lalu. Sejak lima
hari lalu pasien demam mendadak tinggi. Sebelumnya pasien kena hujan ketika mengejar bis
kota. Sejak lima hari tersebut kepala terasa sakit, yang makin lama makin sakit. Juga
pinggang terasa pegal dan kaki pegal juga. Perut terasa mual dan sejak 3 hari lalu pasien
muntah yang berisi sisa makanan. Buang air besar normal dan buang air kecil normal.
Tetangga pasien 5 rumah dari pasien 1 minggu lalu pulang dari rumah sakit karena demam
berdarah. Di lingkungan rumah pasien banyak genangan air dan banyak nyamuk juga. Pagi
ini pasien menyadari ada bintik merah di kaki kiri dan khawatir tentang hal ini. Waktu SD
pasien pernah tangannya patah dan dioperasi, saat ini tidak ada keluhan. Ayah punya darah
tinggi, ibu sehat saja. Kakak dan adik sehat saja.

41
2. Seorang wanita, 25 tahun datang dengan panas tinggi sejak 7 hari lalu. Panas pada awalnya
tak begitu tinggi, pada sore hari merasa lebih demam dibanding pagi hari. Sakit kepala terasa
juga dan terasa mual sejak hari pertama sakit. Makan menjadi sedikit karena mulut terasa
pahit. Buang air besar berkurang sekali tiap 2 hari. Pasien sudah minum obat warungtetapi
panas turun sebentar lalu panas kembali. Batuk pilek disngkal, buang air kecil normal. Pasien
kerja di daerah kuningan dan untuk menghemat biaya pasien setiap hari makan warung
tegal. Pasien menyadari kebersihan di warung tersebut kurang. Dulu waktu kecil pernah
denam berdarah dan dirawat 4 hari
3. Seorang laki-laki datang dengan demam sejak 10 hari lalu. Demam dirasakan tinggi menggigil,
setelah demam diikuti oleh keringat dingin lalu biasanya demamnya membaik. Kepala terasa
sakit. Makan dan minum berkurang karena lidah terasa tidak enak. Pasien pencinta alam dan
baru naik gunung jaya wijaya di papua. Ketika itu oleh tim disuruh minum onbat pencegah
malaria tapi pasien menganggap tidak perlu. Dulu pernah usus buntu ketika umur 12 tahun
dan dioperasi. Ayah sakit kencing manis, ibu darah tinggi.
4. Pasien laki-laki datang dengan keluhan demam 3 mingu yang hilang timbul, kadang demam
kadang sembuh dan juga terdapat diare sejak 1 bulan lalu dan badan menjadi kurus. Diare
cair, tak ada darah, perut terasa mules. Pasien mengaku pengguna obat terlarang dansering
menyuntik morfin. Bila pasien menyuntik menggunakan jarum bareng dengan temannya. Juga
sering memakai ulang jarum yang sudah pernah dipakai oleh temannya. Dari kelompok
tersebut 1 orang telah meninggal dunia. Ayah pasien meninggal kecelakanan motor ketika
pasien berumur 5 tahun. Ibu bekerja jualan teh botol. Pasien punya kakak 2 orang yang
sekarang menganggur di rumah. Pasien terpengaruh oleh kawan-kawannya untuk
menggunakan obat. Pasien suka mencuri uang ibunya bila timbul ketagihan obat.

Kasus Anamnesis Hematologi


1. Ibu Wati usia 31 tahun telah mempunyai 3 orang anak, bekerja sebagai petani di ladang di
Karawang. Pasien mempunyai kebiasaan bila bekerja tidak menggunakan alas kaki (riwayat
sosial). Kadang kakinya kena duri yang tajam dan timbul perdarahan di kaki. Hal ini bisa
terjadi berulang kali. Pasien tidak dapat membeli sandal karena tidak punya biaya. Sejak satu
bulan terakhir Ibu tersebut merasakan makin lama makin merasa lemah. Bila berjalan 500
meter terasa capek dan nafas memburu. Pasien harus berhenti 3 menit baru kembali kuat
bekerja. Menurut tetangganya pasien tampak pucat. Bila mengangkat cangkul jantung terasa
berdebar-debar. Bila makan terasa nyeri pada lidah. Pasien mengaku haid teratur dan jumlah
darah biasa. Buang air besar biasa tidak ada darah. Pasien makan 2 kali sehari dengan nasi
dan ikan asin. Makan sayur jarang karena tidak sempat memasak sayur. Waktu kecil pasien
pernah dirawat karena diare. Ayah pasien sakit diabetes sedang ibu pasien sehat. Pasien anak
ke lima dari 6 besaudara. Saudara yang lain sehat saja.
2. Seorang pria, usia 60 tahun datang dengan keluhan badan terasa lemah sejak 2 minggu
terakhir. Sejak 2 minggu ini pasien merasa cepat capek bila naik tangga. Pasien kamarnya di
lantai 2 karena lantai satu untuk toko. Bila naik tangga ke lantai 2 dia merasa capek, sesak
nafas dan harus berhenti dulu sebentar. Menurut karyawannya pasien tampak pucat. Pasien
sering mengalami keringat dingin malam hari dan perut terasa penuh. Pasien makan biasa
dengan nasi, lauknya ikan. Pasien suka makan lalap dengan sambal. Buang air kecil biasa,
buang air besar biasa tidak ada darah. 1 bulan terakhir bila makan perut terasa cepat penuh.
Pasien tidak pernah msimisan atau gusi berdarah. Juga pasien merasa makin kurus. Pasien
sudah makan obat penambah darah dari warung tapi tidak ada perubahan. Waktu 10 tahun
lalu pasein pernah dirawat karena operasi usus buntu. Ayah pasien sakit asma bronkiale
sedang ibu pasien sehat. Pasien anak ke dua dari 3 bersaudara. Saudara yang lain sehat saja.
3. Seorang ibu datang membawa bayi laki-laki yang berumur 7 bulan dengan keluhan muncul
bercak biru pada lutut. Kejadian ini sudah terjadi berulang-ulang sejak bayinya mulai belajar
merangkak sejak 2 bulan lalu. Pasien makan seperti biasa dan berat badan 8 kg. Mimisan
disangkal. Seingat ibu pasien salah satu paman pasien juga pernah menderita penyakit seperti
ini. Bahakan waktu SD kelas 6 pamannya disunat darahnya tidak mau berhenti sampai dirawat

42
di rumah sakit dan diberi infus baru perdarahan berhenti. Ayah pasien sehat dan tidak ada
riwayat perdarahan seperti ini dalam keluarga.
4. Seorang wanita berumur 36 tahun, P4A1, ibu rumah tangga, menikah sewaktu berumur 17
tahun, datang dengan keluhan perdarahan pada waktu kontak seksual sejak 1 bulan terakhir.
Sudah 2 bulan terakhir kadang-kadang timbul perdarahan pervaginam, keluar cairan berbau
dari vagina (vaginal discharge). Riwayat hubungan seksual berganti pasangan disangkal.
Buang air kecil dan besar dalam batas normal. Makan biasa walau badan tampak makin kurus.
Waktu kecil pasien pernah dirawat karena tifus. Ayah pasien sakit hipertensi sedang ibu
pasien sehat. Pasien anak ke tiga dari 5 besaudara. Saudara yang lain sehat saja.

PEMERIKSAAN FISIK MENYELURUH

NO BUTIR PENILAIAN

1 Pemeriksaan Fisik Tanda Vital


2 Pemeriksaan Wajah
3 Pemeriksaan Leher
4 Pemeriksaan Jantung
5 Pemeriksaan Paru
6 Pemeriksaan Abdomen
7 Pemeriksaan Extrimitas

MENULIS RESEP RASIONAL

NO BUTIR PENILAIAN

Untuk Pasien Anak


1 Memilih Bentuk Sediaan Obat (BSO) untuk obat terpilih
2 Menghitung dosis & menghitung jumlah obat
3 Menjelaskan cara pemberian obat
4 Mampu menulis resep BSO Pulveres (Puyer)
Untuk Pasien Dewasa
5 Memilih Bentuk Sediaan Obat untuk obat terpilih
6 Menghitung dosis obat & Menghitung jumlah obat
7 Menjelaskan cara pemberian obat
8 Mampu menulis resep BSO Padat Tablet,Kapsul
9 Mampu menulis resep Obat Topikal untuk Mata, Telinga dan Tenggorokan

43
KETERAMPILAN TERAPI OBAT INJEKSI DAN INFUS

NO BUTIR PENILAIAN

Untuk Pasien Anak


1 Menghitung dosis obat injeksi dan jumlah ampul/flacon/vial/kolf
2 Menghitung dosis obat bentuk sediaan sirup/drops
3 Menghitung dosis obat per-infus
4 Menghitung jumlah rehidrasi cairan per infus
5 Menghitung jmlh tetesan per menit
6 Meresepkan obat yang sudah dihitung
Untuk Pasien Dewasa
7 Menghitung dosis obat injeksi
8 Menghitung dosis obat per-infus
9 Menghitung jumlah rehidrasi cairan per infus
10 Menghitung jumlah tetesan per menit
11 Meresepkan obat yang sudah dihitung

TERAPI TOPIKAL

NO BUTIR PENILAIAN

1 Memilih Obat / zat aktif topikal


2 Memilih betuk kesediaan obat topikal (dan vehikulum)
3 Menentukan dosis
4 Menentukan frekuensi dan lama terapi
5 Menghitung jumlah obat yang diperlukan
6 Menjelaskan cara pemakaian obat topikal
7 Menentukan waktu pemakain obat topikal
8 Menulis resep obat topikal dengan lengkap dan rasional

PENULISAN RESEP 4

1 Memilih Obat
2 Memilih bentuk sediaan obat
3 Menentukan dosis
4 Menentukan frekuensi pemberian
5 Menentukan lama pemberian dan jumlah obat yang diperlukan
6 Menentukan waktu pemberian obat
7 Menjelaskan anjuran (bila perlu) untuk menunjang keberhasilan terapi
Menulis resep dengan lengkap dan rasional (menuliskan nama dr, SIP, tempat praktek,
8 tanggal resep, pro & umur pasien (tambah berat badan untuk pasien anak), dan R/ setiap
obat, dan mengakhiri setiap R/ dengan paraf)

44

You might also like