You are on page 1of 22

PERBANKAN SYARIAH

LATIHAN SOAL BAB 4


SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH

1. Jelaskan landasan hukum pendirian bank syariah di Indonesia ?


Saat ini, titik kulminasi landasan hukum perbankan syariah telah tercapai dengan disahkannya Undang-
Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang
akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem
syariah.
a. Pendirian kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru, atau
b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Demikian secara ringkas lahirnya landasan hukum perbankan syariah di Indonesia. Penjelasan lengkap
dapat dibaca pula di Perkembangan Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah.
2. Jelaskan perbedaan antara BUS dengan BPRS ?
PERBEDAAN BUS, DAN BPRS MENURUT UU PBI
UU PBI PERIZINAN
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Memperoleh izin dari Bank Indonesia
2) Modal utama minimal 1 triliun
3) Milik WNI/Badan hukum Indonesia
4) WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA menjalin kemitraan dengan maksimal saham 99%.
5) Pemerintah daerah
11/23/PBI/2009 BPRS
1) Milik WNI 100% saham milik WNI
2) Milik WNI dan pemerintah daerah
3) Pemerintah daerah
4) Modal minimal
 2 milyar Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi
 1 milyar diluar kota provinsi yang dicantumkan diatas
 500 juta di wilayah diluar yang disebutkan diatas.
UU PBI DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, DAN PEJABAT EKSEKUTIF
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi,
dan reputasi keuangan.
2) Uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
3) Jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3 (tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah
anggota Direksi.
4) Satu dari dewan komisaris wajib tinggal di Indonesia.
5) Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris
Independen.
6) Anggota direksi bersama-sama dilarang memiliki saham melebihi 25%.

45
7) Penambahan Dewan Pengawas Syariah.
11/23/PBI/2009 BPRS
1) Wajib memenuhi persyaratan kopetensi, integritas, dan reputasi keuangan.
2) Dewan Komisaris wajib mendorong Direksi BPRS untuk memenuhi prinsip kehati-hatian dan Prinsip
Syariah.
3) Dewan Komisaris paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang.
4) Satu anggota dewan komisaris wajib berdomisili di dekat kantor BPRS.
5) Direktur utama minimal 2 tahun berpengalaman di pendanaan atau pembiayaan di perbankan syariah.
6) 3 tahun sebagai direksi atau setingkat dengan direksi di lembaga keuangan mikro syariah.
UU PBI PEMBUKAAN KANTOR CABANG
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Pembukaan kantor cabang (KC) mendapat izin dari pimpinan BI.
2) Pembukaan KC dicantumkan dalam recana bisnis Bank.
3) Pelaksanaan pembukaan KC paling lambat 10 hari setelah penerbitan perizinan.
11/23/PBI/2009 BPRS
1) Pembukaan Kantor Cabang hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia.
2) Berlokasi dalam 1 (satu) wilayah propinsi yang sama dengan kantor pusatnya.
3) Telah tercantum dalam rencana kerja tahunan BPRS.
4) Didukung dengan teknologi sistem informasi yang memadai.
5) Menambah modal disetor paling kurang sebesar 75% (tuju puluh lima persen) dari ketentuan modal
minimal BPRS sesuai dengan lokasi pembukaan Kantor Cabang.
UU PBI PERUBAHAN NAMA BANK
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Perubahan nama Bank wajib dilakukan dengan memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan mendapat persetujuan dari BI.
2) Permohonan diajukan oleh Bank kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
perubahan nama disertai dengan dokumen pendukung.
11/23/PBI/2009 BPRS
1) Diajukan oleh Direksi BPRS paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah perubahan nama mendapat
persetujuan dari instansi berwenang.
2) Sesuai uu yang berlaku dan melakukan permohonan perubahan nama ke Bank Indonesia
3) Diumumkan maksimal 10 hari setelah diizinkan oleh BI.
UU PBI PENCABUTAN IZIN USAHA ATAS KEINGINAN PEMEGANG SAHAM
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Harus berdasarkan rapat pemegang saham
2) Harus clear dalam memenuhi kewajiban bank terhadap segala urusan seperti nasabah
3) Apabila Bank telah menyelesaikan kewajibannya kepada seluruh nasabah, Direksi mengajukan
permohonan pencabutan izin usaha Bank kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen pendukung.
11/23/PBI/2009 BPRS
1) Sama seperti BPR di BPRS juga terdapat hal yang sama mengenai pencabutan izin.

46
3. Jelaskan perbedaan antara BUS dengan UUS ?
UU PBI PERIZINAN
11/1/PBI/2009 BANK UMUM
1) Memperoleh izin dari Bank Indonesia
2) Modal utama 3 triliun
3) Milik WNI/Badan hukum Indonesia
4) WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA menjalin kemitraan dengan kepemilikan saham maksimal
99% dan minimal 30 milyar untuk WNI
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Memperoleh izin dari Bank Indonesia
2) Modal utama minimal 1 triliun
3) Milik WNI/Badan hukum Indonesia
4) WNI bekerjasama dengan WNA atau WNA menjalin kemitraan dengan maksimal saham 99%.
5) Pemerintah daerah
11/10/PBI/2009 UNIT USAHA SYARIAH
1) Memperoleh izin dari Bank Indonesia dalam bentuk izin usaha
2) Rencana pembukaan UUS harus dimasukan ke dalam rencana bisnis BUK
3) Modal kerja UUS minimal 100 milyar
4) odal kerja harus disisihkan dalam bentuk tunai
5) BUK yang telah mendapatkan izin usaha UUS wajib mencantumkan secara jelas frase “Unit Usaha
Syariah”
setelah nama BUK dan logo iB pada kantor UUS yang bersangkutan
UU PBI DEWAN KOMISARIS, DIREKSI, DAN PEJABAT EKSEKUTIF
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi,
dan reputasi keuangan.
2) uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
3) Jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3 (tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah
anggota Direksi.
4) Satu dari dewan komisaris wajib tinggal di Indonesia.
5) Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris
Independen.
6) anggota direksi bersama-sama dilarang memiliki saham melebihi 25%.
7) Penambahan Dewan Pengawas Syariah.
11/10/PBI/2009 UNIT USAHA SYARIAH
1) Penunjukan dan/atau penggantian Direktur yang bertanggung jawab penuh terhadap UUS (Direktur
UUS) wajib dilaporkan oleh BUK paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal pengangkatan
dan/atau penggantian efektif
2) Direktur dapat merangkap tugas BUK selama tidak ada benturan
3) Direktur UUS wajib mengikuti proses wawancara

UU PBI PEMBUKAAN KANTOR CABANG


11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH

47
4) Dewan Pengawas Syariah paling kurang 2 orang paling banyak 3 orang

UU PBI PEMBUKAAN KANTOR CABANG


11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH

47
1) pembukaan kantor cabang (KC) mendapat izin dari pimpinan BI
2) pembukaan KC dicantumkan dalam recana bisnis Bank
3) Pelaksanaan pembukaan KC paling lambat 10 hari setelah penerbitan perizinan.
11/10/PBI/2009 UNIT USAHA SYARIAH
1) Pembukaan KCS dapat beralamat yang sama dengan kantor cabang atau kantor cabang pembantu
BUK, sepanjang memenuhi persyaratan tertentu
2) UUS wajib melaksanakan pembukaan KCS dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal izin diberikan.
3) Pelaksanaan pembukaan KCS wajib dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
tanggal pembukaan.
4) Pembukaan KCS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia.
5) Rencana pembukaan KCS harus dicantumkan dalam rencana bisnis UUS.
UU PBI PERUBAHAN NAMA BANK
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) Perubahan nama Bank wajib dilakukan dengan memenuhi ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan mendapat persetujuan dari BI
2) Permohonan diajukan oleh Bank kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
perubahan nama disertai dengan dokumen pendukung
11/10/PBI/2009 UNIT USAHA SYARIAH
1) UUS wajib mencantumkan secara jelas nama dan jenis status kantor pada masing-masing kantornya.
2) UUS wajib mencantumkan logo iB pada masing-masing kantor, Layanan Syariah dan Kegiatan
Pelayanan
Kas Syariah
3) meminta izin ke Bank Indonesia
UU PBI PENCABUTAN IZIN USAHA ATAS KEINGINAN PEMEGANG SAHAM
11/3/PBI/2009 BANK UMUM SYARIAH
1) harus berdasarkan rapat pemegang saham
2) harus clear dalam memenuhi kewajiban bank terhadap segala urusan seperti nasabah
3) Apabila Bank telah menyelesaikan kewajibannya kepada seluruh nasabah, Direksi mengajukan
permohonan pencabutan izin usaha Bank kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen pendukung.
11/10/PBI/2009 UNIT USAHA SYARIAH
1) mendapatkan izin dari Bank konvensional yang menaungi UUS
2) sudah memenuhi kewajiban terhadap nasabah dan aktor di dalam UUS
4. Jelaskan Perbedaan fungsi bank syariah dengan bank konvensional
Ada beberapa perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang perlu Anda ketahui, berdasarkan
beberapa poin berikut ini :
1) Akad
Berdasarkan akad sendiri, bank syariah dan bank konvensional memiliki perjanjian atau akad yang
berbeda sesuai dengan landasannya. Bank konvensional dibuat sesuai dengan perjanjian yang

hukum Islam. Bank syariah sendiri memiliki berbagai macam ketentuan, seperti adanya rukun dan
adanya syarat. Rukun yang dimaksudkan di sini berupa penjual, pembeli, ijab qobul, harga dan barang.

48
berpatokan terhadap hukum positif, sedangkan akad atau perjanjian bank syariah dibuat sesuai dengan

hukum Islam. Bank syariah sendiri memiliki berbagai macam ketentuan, seperti adanya rukun dan
adanya syarat. Rukun yang dimaksudkan di sini berupa penjual, pembeli, ijab qobul, harga dan barang.

48
Sementara untuk syarat sendiri terdiri dari sifat barang maupun jasa yang harus halal, dan juga harga
barang maupun jasa yang juga harus jelas.
2) Bunga dan Bagi Hasil
Perbedaan yang paling mencolok antara bank syariah dan bank konvensional adalah sistem pada
pendapatan usahanya. Bank syariah sendiri menerapkan sistem pendapatan usaha dengan sistem bagi
hasil. Syariah sendiri mengharamkan riba dan lebih mendorong sistem bagi hasil. Meskipun keduanya
bertujuan sama untuk memperoleh keuntungan dari pemilik dana, akan tetapi caranya berbeda.
Adapun perbedaan antara bunga bank dan bagi hasil adalah sebagai berikut :
 Bagi hasil, biasanya jumlahnya dibuat ketika waktu akad atau perjanjian berdasarkan pedoman
yang
berpatokan pada untung rugi. Besarnya bagi hasil ini disesuaikan berdasarkan besarnya
keuntungan yang didapatkan. Sistem bagi hasil ini tergantung dari keuntungan proyek, sehingga
apabila merugi maka kerugian tersebut ditanggung secara bersama oleh semua pihak. Sistem bagi
hasil ini bisa meningkatkan pembagian laba berdasarkan peningkatan pendapatan.
 Bunga bank, biasanya ditentukan saat waktu perjanjian berdasarkan asumsi untuk selalu untung.
Besarnya persentase bunga bank disesuaikan dengan jumlah dari modal yang di kreditkan.
Pembayaran bunga biasanya tetap tidak melihat untuk maupun rugi. Pembayaran bunga tak akan
meningkat walaupun keuntungan semakin meningkat.
3) Dewan Pengawas
Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah sendiri terletak pada dewan pengawas. Dimana,
bank syariah sendiri mewajibkan untuk menetapkan DPS atau Dewan Pengawas Syariah, sedangkan
bank konvensional tidak menetapkan adanya dewan pengawas. DPS sendiri adalah dewan berupa
ulama dan pakar ekonomi yang memiliki pemahaman atau menguasai fiqh mu’amalah bertugas untuk
mengawasi sistem operasional bank beserta segala produknya.
5. Jelaskan aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer investasi, maksudnya adalah
bahwa bank syariah tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun sangat
tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Fungsi ini tidak banyak
diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh para bankir yang bekerja di bank syaria (bukan Bankir syariah),
yang kebanyakan masih mempergunakan paradigma pola kerja bank konvensional. Penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah yang diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada
pemilik dana. Jika investasi yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar bahkan
sampai macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima oleh
pemilik dana yang dihimpun menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh bank
syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.
6. Jelaskan fungsi investor pada bank syariah
Bank-bank menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana pemilik bank maupun dana
rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai
dengan syariah tersebut meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa, musyarakah, akad Mudharabah, akad

mendirikan perusahaan, memperdagangkan produk, dan investasi atau memperdagangkan saham yang
dapat diperjual belikan. Keuntungan dibagikan kepada pihak yang memberikan dana, setelah bank
menerima keuntungan Mudharibnya yang sudah disepakati sebelum pelaksanaan akad.

49
salam atau istisna, pembentukan perusahaan atau akuisisi pengendalian atau kepentingan lain dalam
rangka

mendirikan perusahaan, memperdagangkan produk, dan investasi atau memperdagangkan saham yang
dapat diperjual belikan. Keuntungan dibagikan kepada pihak yang memberikan dana, setelah bank
menerima keuntungan Mudharibnya yang sudah disepakati sebelum pelaksanaan akad.

49
7. Jelaskan aplikasi fungsi manager investasi pada bank syariah
Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer investasi, maksudnya adalah
bahwa bank syariah tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun sangat
tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Fungsi ini tidak banyak
diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh para bankir yang bekerja di bank syaria (bukan Bankir syariah),
yang kebanyakan masih mempergunakan paradigma pola kerja bank konvensional. Penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah yang diharapkan mendapatkan hasil, mempunyai implikasi langsung kepada
pemilik dana. Jika investasi yang dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar bahkan
sampai macet, dapat mengakibatkan pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima oleh
pemilik dana yang dihimpun menjadi kecil pula. Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh bank
syariah bukanlah otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.
8. Ada dua prinsip yang dapat digunakan dalam penghimpunan dana oleh bank syariah, yaitu prinsip wadiah
dan prinsip mudharabah. Jelaskan perbedaan kedua prinsip tersebut dalam aktifitas penghimpunan.
Perbedaan akad mudharabah dan wadiah dalam bank syariah itu :
 Nasabah pada akad mudharabah bisa memperoleh bagi hasil (nisbah), sedangkan akad wadiah tidak.
Dapatnya cuma bonus suka rela dari pihak bank.
 Pada akad mudharabah, nasabah berperan sebagai shahibul mal (pemilik modal), sedangkan pada
wadiah berperan sebagai muwadi (penitip uang/barang).
 Dana pada akad mudharabah bisa dibilang sebagai investasi karena bisa mendapatkan bagi hasil atau
nisbah, sedangkan pada wadiah hanya bersifat titipan/simpanan.
9. Jelaskan Perbedaan antara wadiah yad-dhamanah dengan wadiah yad-amanah. Akad mana kah yang
cocok untuk digunakan dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank syariah?
 Wadi’ah Yad al-Amanah. Wadi’ah Yad al-Amanah (tangan amanah) artinya, akad penitipan barang atau
uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang atau uang tersebut.
tapi orang yang dititipi barang (wadi’) tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang
terjadi barang titipan selama bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
pemeliharaan barang titipan (karena sebab-sebab factor diluar kemampuannya). Hal ini dikemukakan
dalam sebuah Hadis Rasulullah: “jaminan pertanngungjawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak
menyalahgunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai.
 Wadi’ah Yad adh Dhamanah. Wadi’ah Yad Dhamanah adalah akad penitipan barang atau uang dimana
pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan barang atau uang
yang dititipkan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut.
Akad wadi’ah ini berlaku apabila orang yang dititipi barang (Wadi’) tidak lagi meng-Idle-kan asset atau
barang titipan tersebut, tetapi penggunaanya dalam perekonomian tertentu setelah mendapat izin dari
orang yang memiliki harta (Muwaddi’), dengan demikian akad wadi’ah yang berlaku adalah wadi’ah
yand dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kerusakan atau
kehilangan yang terjadi pada barang tersebut.
10. Jelaskan perbedaan mudharabah muthlaqah dengan mudharabah muqayyadah dalam penghimpunan dana
bank syariah ?
 Dalam penghimpuana dana dengan prinsip Mudharabah mutlaqah, Kedududkan bank syariah adalah
sebagai mudharib (pihak yang mengelola dana), sedangkan penabung atau deposan adalah pemilik
dana

50
(shahibul maal). Selanjutnya, hasil usaha yang diperoleh bank dibagi antara bank dengan nasabah
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati dimuka.
 Dalam penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah muqayyadah, kedudukan bank hanya sebagai
agen, karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah, sedangkan
pengelola dana adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah, sedang pengelola dana adalah
nasabah pembiaya mudharabah muqayyadah. Pembagian hasil usaha dilakukan antara pemilik dana
mudharabah muqayyadah dengan nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank sebagai agen
dalam hal ini menerima fee.
11. Sebutkan 3 alasan kenapa mudharabah muqayyadah tidak cocok untuk diterapkan pada penghimpunan
dana
tabungan dan deposito ?
Alasannya dapat disimpulkan dari prinsip mudharabah muqayyadah sendiri :
a) Kedudukan bank hanya sebagai agen saja.
b) Karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah, sedang pengelola dana
adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah.
c) Pembagian hasil usaha dilakukan antara nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah dengan
nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank sebagai agen dalam hal ini menerima fee saja.
12. Jelaskan perbedaan antara investasi terikat channeling dan pola investasi terikat executing ?
 Pola chaneling adalah apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana dan bank sebagai agen tidak
menanggung risiko apapun.
 Pola executing adalah apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko. Prinsip mudharabah
muthlaqah dapat diterapkan dalam kegiatan usaha bank syariah untuk produk tabungan mudharabah
dan deposito mudharabah.
13. Jelaskan perbedaan antara tabungan, deposito dan giro ?
 Giro adalah cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
 Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang
disepakati, tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
 Deposito, yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan.
14. Jelaskan perbedaan antara tabungan mudharabah dengan tabungan konvensional ?
 Akad
Akad di sini adalah perjanjian antara nasabah dengan pihak bank. Akad pada bank konvensional
berpatokan hukum positif, sedangkan bank syariah berdasarkan hukum agama islam. Ya seperti akad
wadiah dan mudharabah di atas contohnya.
 Bunga dan bagi hasil
Perbedaan bank konvensional dengan bank syariah pada poin kedua ini juga sudah cukup singkat
dijelaskan di atas. Bank umum menerapkan sistem bunga yang jumlahnya ditetapkan sekian persen
dari saldo nasabah. Jumlah bunga ini tidak terpengaruh apakah pihak bank memperoleh laba banyak
atau bahkan justru rugi. Sedangkan bagi bank syariah, sistem bunga seperti itu adalah riba yang

mudharabah dan bonus untuk akad wadiah.

51
harus dihindari oleh umat muslim. Sebagai gantinya, bank islami ini menerapkan sistem nisbah pada
akad

mudharabah dan bonus untuk akad wadiah.

51
 Dewan pengawas
Agar memperoleh keuntungan, pihak bank menggunakan uang nasabah untuk modal usaha. Di bank
syariah diwajibkan adanya dewan pengawas untuk mengawasi apakah usaha dan operasional yang
dilakukan pihak bank sesuai aturan islam atau justru berlawanan. Sedangkan pada bank konvensional
tidak harus adanya dewan pengawas seperti ini.
 Hubungan pihak bank dan nasabah
Hubungan antara pihak bank syariah dengan nasabahnya lebih erat dibanding di bank konvensional.
Mengapa? Ya karena bank syariah memperlakukan nasabah sebagai partner atau mitra usaha. Selain
itu nasabah bank syariah punya hak untuk tau uang simpanannya digunakan untuk apa saja.
 Promosi
Promosi yang dilakukan bank syariah biasanya disampaikan kepada masyarakat lebih jelas isinya,
transparan dan tidak ambigu. Demikianlah pengertian dan perbedaan bank konvensional dengan bank
syariah. Jangan lupa baca artikel menarik lainnya di bawah ini.
15. Jelaskan 3 perbedaan antara tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah ?
1) Akad kedua Produk Penghimpun dana tidak sama. Pada Tabungan Wadiah menggunakan akad Wadiah,
lebih tepatnya akad wadiah Yad Adh-dhamanah, Sedangkan pada Tabungan Mudharabah
menggunakan akad Mudharabah.
2) Karena akadnya adalah wadiah yg merupakan akad sukarela/sosial atau tabarru' maka tidak ada
keuntungan bagi hasil bagi nasabah. Sedangkan Pada mudharabah Keuntungan di bagi melalu bagi
hasil.
3) Pada Tabungan Wadiah bank syariah dapat memberikan bonus yang langsung ditempatkan ke
rekening milik nasabah, Bonus wadiah memiliki 2 syarat yaitu: Tidak diperjanjikan di awal, dan tidak
ditentukan besarnya di awal karena sifatnya adalah bonus dan sukarela.
4) Sedangkan Tabungan Mudharabah adalah tabungan yang sifatnya mengikat adanya kerjasama antara
bank dan nasabah.
16. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) pun telah mengeluarkan fatwa tentang produk
tabungan di bank syariah.
Dalam Fatwa DSN MUI No 2 Tahun 2000 tentang Tabungan, ketentuan umum tabungan berdasarkan
mudharabah yaitu pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening, bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya, dan bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
17. Tabungan mudharabah
simpanan yang penarikannya hanya dapatdilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak
dapat ditarikdengan cek atau alat yang dapat dipersamakan degan itu seperti dijelaskan dalam butir
tabungan wadiah.
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak
sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagaimacam usaha yang yang tidak
bertentangan degan prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah degan
pihak lain.

52
3) Modal harus dinyatakan degan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

52
DEPOSITO MUDHARABAH adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan padatertentu
menurut perjanjian antara penyimpanan degan bank yang bersangkutan
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak
sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib bank dapat melakukan berbagaimacam usaha yang tidak
bertentangan degan prinsip syariah danmengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah degan
pihaklain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
Persamaannya yaitu Sama-sama merupakan Simpanan yang di dasarkan dengan syariat islam
18. 3 skema yang digunakan dalam penyaluran dana bank syariah
1) Pendanaan/Penghimpunan dana: Wadiah dan mudharabah.
 Wadiah (titipan)
Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah. Nasabah
memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk beragam keperluan (yang sesuai
syariah). Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank syariah berkewajiban untuk
menyediakan dana tersebut. Umumnya skema wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian
jenis tabungan. BSM menggunakan skema ini untuk BSM Giro, BSM TabunganKu dan BSM
Tabungan Simpatik.
 Mudharabah (investasi)
Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada bank syariah untuk
dikelola. Dalam skema ini, BSM berfungsi sebagai manajer investasi bagi nasabah dana. Nasabah
mempercayakan pengelolaan dana tersebut untuk keperluan bisnis yang menguntungkan (dan
sesuai syariah). Hasil keuntungan dari bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana
dengan BSM sesuai nisbah yang telah disepakai di muka. BSM menggunakan skema ini untuk BSM
Deposito, Tabungan BSM, BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan
Investa Cendekia dan BSM Tabungan Kurban.
2) Pembiayaan/Penyaluran dana: Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah, musyarakah dsb.
 Murabahah, Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan
membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil
setiap bulan selama jangka waktu yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena
harga jual sudah disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu
pembiayaan. Hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM Griya, BSM Oto) menggunakan
skema ini. Skema ini juga banyak dipergunakan BSM dalam pembiayaan modal kerja atau investasi
yang berbentuk barang. Sekitar 70% pembiayaan bank syariah menggunakan skema murabahah.
 Ijarah, Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah membiayai
kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan kepada nasabah.
Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap bulan dengan besaran yang telah
disepakati di muka. BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Pembiayaan Eduka (pembiayaan
untuk kuliah) dan BSM Pembiayaan Umrah. Beberapa pembiayaan investasi juga menggunakan
skema ijarah, khususnya skema ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT).
dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan

53
 Istishna, Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang yang
hendak

dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan

53
mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar pembiayaan barang ditambah dengan marjin
keuntungan. Pembayaran angsuran pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada
akhir periode, melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah memanfaatkan
skema ini untuk pembiayaan konstruksi.
 Mudharabah, Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung sepenuhnya
kebutuhan modal usaha/investasi.
 Musyarakah, Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung
sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).
 Lainnya
3) Jasa: Wakalah, rahn, kafalah, sharf dsb.
 Wakalah
Wakalah berarti perwalian/perwakilan. Artinya BSM bekerja untuk mewakili nasabah dalam melakukan
suatu hal. BSM mengaplikasikan skema ini pada beragam layanannya semisal transfer uang, L/C,
SKBDN dsb.
 Rahn
Rahn bermakna gadai. Artinya bank syariah meminjamkan uang (qardh) kepada nasabah dengan
jaminan yang dititipkan nasabah ke bank syariah. Bank syariah memungut biaya penitipan jaminan
tersebut untuk menutup biaya dan keuntungan bank syariah. BSM mengaplikasikan skema ini pada
BSM Gadai Emas iB.
 Kafalah
Dengan skema kafalah, bank syariah menjamin nasabahnya. Bila terjadi sesuatu dengan nasabah, bank
syariah akan bertanggung jawab kepada pihak ke-3 sesuai kesepakatan awal. BSM mengaplikasikan
skema ini pada produk BSM Bank Garansi.
 Sharf, Merupakan jasa penukaran uang. BSM mengaplikasikan skema ini untuk layanan penukaran
uang
Rupiah dengan mata uang negara lain, semisal US$, Malaysia Ringgit, Japan Yen dsb.
 Lainnya
19. Murabahah
jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan/margin yang disepakati. Akad yang banyak
mendapat penilaian tentang “kehalalan” pelaksanaannya adalah murabahah, yaitu jual beli dengan harga
jual terdiri dari harga beli dan keuntungan yang sudah disepakati Pada murabahah, penyerahan barang
dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.
as-salam atau as-salaf Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang)
yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian
hari atau bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced
payment atauforward buying atau future sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan
tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
Al-Istishna’ adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin / penerima pesanan
( shani’)dengan pemesan ( mustashni’) untuk membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu
(mashnu’) dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan
sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau akhir.

Hanafi, bai’ al-istishna’ termasuk akad yang dilarang karena mereka mendasarkan pada argumentasi
bahwa

54
Secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai’ as-salam juga berlaku pada bai’ al-istishna’.Menurut

Hanafi, bai’ al-istishna’ termasuk akad yang dilarang karena mereka mendasarkan pada argumentasi
bahwa

54
pokok kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan dalam istishna’, pokok kontrak itu
belum ada atau tidak dimiliki penjual.
20. Inti dari pembiayaan berdasarkan pada akad jual beli adalah bahwa nasabah yang membutuhkan suatu
barang tertentu
Maka padanya akan menerima barang dari pihak bank dengan harga sebesar harga pokok ditambah
besarnya keuntungan yang dikehendaki oleh bank (profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan
mengenai harga tersebut oleh kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli, dimana barangnya
sudah ada, sedangkan dalam salam dan istishna’ adalah jual beli dengan pemesanan terlebih dahulu.
21. Al-Istishna’
akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin / penerima pesanan ( shani’)dengan pemesan
( mustashni’) untuk membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’) dimana bahan
baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan sistem pembayaran bisa
dilakukan di muka, tengah atau akhir. Istishna’ Paralel Dalam sebuah kontrak bai’ al-istishna’, bisa saja
pembeli mengizinkan pembuat menggunakan subkontraktor untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan
demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna’ kedua untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak
pertama. Kontrak baru ini dikenal sebagai istishna’ paralel.
22. Jelaskan perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli salam paralel ?
Secara terminologi, jual beli salam ialah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual
suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari. Jual beli salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat
zatnya, hanya ditentukan dengan sifat, barang itu ada di dalam tanggungan si penjual. Misalnya si penjual
berkata, “ Saya jual kepadamu satu meja tulis dari jati, ukurannya 140x100 cm, tingginya 75 cm, sepuluh
laci, dengan harga Rp. 100.000,- “. Pembeli pun berkata, “Saya beli meja dengan sifat tersebut dengan
harga Rp. 100.000,-”. Dia membayar uangnya sewaktu akad itu juga, tetapi mejanya belum ada. Jadi,
salam ini merupakan jual beli utang dari pihak penjual dan kontan dari pihak pembeli karena uangnya
telah dibayarkan sewaktu akad.
Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara bank dan nasabah, dan antara bank
dan pemasok (suplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan. Dewan pengawas syariah Rajhi Banking
dan Investment Corporation telah menetapkan fatwa yang membolehkan praktik salam paralel dengan
syarat pelaksanaan transaksi salam kedua tidak bergantung pada pelaksanaan akad salam yang pertama.
Beberapa ulama kontemporer memberikan catatan atas transaksi salam paralel, terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus. Hal demikian diduga akan
menjurus kepada riba.
23. Jelaskan perbedaan prinsip investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan skema masyarakat ?
Mudharabah (Trustee Profit Sharing) Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa
seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik
modal. Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah bertindak sebagai
mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak mudharabah. Mudharib menerima
dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
(profit).

1
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar
memperoleh keuntungan

(profit).

2
Musyarakah Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu di mana
masing- masing pihak memberikan konstribusi dana (expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dari resiko akan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan .
Maka bisa di simpulkan bahwa Musyarakah adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana. Keuntungan atau
kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sejak awal.
24. Jelaskan perbedaan antara prinsip sewa dengan skema ijarah dan prinsip sewa dengan skema ijarah
muntahiya bittamlik ?
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak
milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Pada dasarnya, ijarah didefinisikansebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa
dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barangatau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Skema Pembiayaan Ijarah
Keterangan :
1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek ijarah, dari
supplier/penjual/pemilik.
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek ijarah, tariff ijarah,
periode ijarah, dan biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaanijarah ditandatangani. Nasabah
wajib menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4) Bank menyerahkan barang objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setelah periode
ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut kepada bank.
5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’ wal ijarah), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah
tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat disewakan kembali.
6) Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah paralel), setelah periode
ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik.
Al-bai’ wal ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad al-bai’dan akad ijarah
muntahia bittamlik (IMBT). Al-bai’ merupakan akad jual-beli, sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara
sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah diakhir masa sewa. Dalam ijarah mintahia bittamlik,
pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:
1) Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa
sewa.
2) Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir
masa sewa.
Pilihan untuk menjual barang diakhir masa sewa (alternatif 1) biasanya diambil bila kemampuan financial
penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai
sewayangsudah dibayarkan sampai akhir periode sewa belum mencukupi harga beli untuk menutupi
kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu

1
diakhir periode.

2
25. Dalam kondisi apakah skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik cocok digunakan ?
Pengertian Ijarah : Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu. Pengertian IMBT (Ijarah Muntahiyah bit
Tamlik) : Ijarah yang berakhir dengan kepemilikan.
Contoh Ijarah seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya, membutuhkan
alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada Bank syariah untuk menyewa alat2
berat itu. Maka nasabah akan membayar sewa alat2 berat tersebut kepada Bank syariah.
Contoh IMBT Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya, membutuhkan
alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada Bank syariah untuk menyewa alat2
berat itu.Akan tetapi, jika ternyata alat-alat tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan
untuk membelinya, dia bisa melakukannya dengan ijarah muntahia bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan
tersebut dan pada akhir masa sewa, nasabah membelinya.

You might also like