You are on page 1of 17

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA II

VENTURIMETER

DOSEN PENGASUH :
Dra. Hj. Aisyah Azis, M.Pd

OLEH :

SARI WAHYUNI
1512440003
PEND FISIKA ICP

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari, kita selalu berhubungan
dengan berbagai macam alat pengalir. Pengukuran laju alir diperlukan
untuk menentukan jumlah bahan yang mengalir masuk dan keluar proses.
Pengukuran laju air ditentukan dengan mengukur kecepatan cairan
atau perubahan energy kinetiknya. Perbedaan tekanan yang terjadi pada saat
cairan melintasi pipa mempengaruhi kecepatan suatu aliran. Karena luas
penampang pipa sudah diketahui, kecepatan rata-rata merupakan indikasi dari
laju alirnya.
Salah satu alat yang menggunakan prinsip kerja tekanan yaitu
venturimeter. Venturimeter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran
yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk
menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah
pipa kapiler. Prinsipnya yaitu adanya perbedaan luas penampang yang akan
menyebabkan perbedaan tekanan dan akan berpengaruh pada ketinggian pipa
kapiler. Untuk membuktikan bahwa perbedaan luas penampang membuat
ketinggian fluida yang berbeda, kita akan melakukan suatu percobaan
menggunakan venturimeter.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan prinsip fluida dinamik dalam teknologi
4.1 Membuat dan menguji proyek sederhana yang menerapkan prinsip
dinamika fluida
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan antara luas penampang dengan laju aliran air
pada pipa ?
D. Tujuan
Untuk menghitung besarnya kecepatan alir zat cair/fluida pada pipa
berpenampang besar (A1) dan pipa berpenampang kecil (A2).
E. Manfaat Percobaan
Dengan adanya percobaan ini kita dapat mengaplikasikan persamaan
Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Fluida adalah zat yang dapat mengalir atau sering disebut dengan zat
alir.Contoh dari fluida adalah zat cair, udara dan gas. Fluida disebut juga sebagai
istilah yang menunjukan suatu wujud benda yang tidak mempunyai bentuk tetap
dan dapat mengalir.
Fluida tak bergerak adalah fluida dalam keadaan diam atau fluida statis.
Fluida tak bergerak misalnya zat cair yang terdapat didalam wadah.
a. Aliran Garis Lurus dan Persamaan Kontinuitas
Di dalam aliran tunak kecepatan v pada suatu titik tertentu adalah tetap.
Jika diperhatikan suatu titik P di dalam fluida, maka tiap partikel fluida yang
sampai pada titik P akan mempunyai laju dan arah yang sama. Begitu halnya
titik Q dan R. Jadi, jika diikuti gerak suatu partikel, akan didapatkan suatu
lingkungan yang disebut garis arus,seperti pada gambar di bawah
ini.Kecepatan partikel pada suatu titik mempunyai arah garis singgung dari
garis arus pada titik tersebut.

Jika kita mengambil beberapa buah garis arus sehingga membentuk suatu
tabung,seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar suatu tabung aliran


Batas dari sebuah tabung seperti ini terdiri dari garis-garis arus dan selalu
sejajar dengan kecepatan partikel-partikel fluida sehingga berlaku sebagai
suatu pipa yang tidak bocor.
Fluida yang masuk ke dalam suatu ujung akan keluar dari ujung yang
lain. Gerak fluida di dalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan
dinding tabung,meskipun besar.
Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir
selama satu detik yang melewati suatu penampungan luas.Untuk lebih
mengetahui mengenai debit kita bisa menggunakan selang dan menyalakan
kran, air akan mengalir melalui penampang ujung selang itu. Jika selama 5
detik air yang mengalir adalah lewat ujung selang adalah 10 m3, maka kita
katakan debit air adalah (10/5) m3/detik = 2 m3/detik
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑢𝑖𝑑𝑎
Debit = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Jika aliran fluida yang melalui pipa yang panjangnya L dengan kecepatan
v, luas penampang pipa adalah A. Selama t detik volume fluida yang
mengalir adalah V = AL, sedang jarak L ditempuh selama t = L/v detik maka
debit air adalah:

Dengan: V= volume fluida yang mengalir (m3)


t = waktu (s)
A= luas penampang (m2)
v = kecepatan aliran (m/s), dan
Q = debit aliran fluida (m3/s)
Debit merupakan laju aliran air, sebuah pipa dialiri air.Akan berbeda laju
aliran volume pada saat selang ditutup dengan jari dengan yang tidak ditutup.

Gambar pipa panjang, luas penampang pipa A, panjang pipa L, fluida


mengalir dengan kecepatan v.
Selama waktu t maka volume fluida mengalir lewat pipa sebanyak V.
Debit fluida adalah Q = A.v. Tinjau fluida yang mengalir di dalam pipa
dengan luas penampang ujung-ujung pipa berbeda.Fluida mengalir dari kiri
masuk ke pipa dan keluar melalui penampang di sebelah kanan seperti
ditunjukan gambar di bawah ini.
Air memasuki pipa dengan kecepatan v1. Volume air yang masuk dalam
selang waktu Δt adalah:

Fluida tak termampatkan, dengan demikian bila ada v1 volume air yang
masuk pipa, sejumlah volume yang sama akan keluar dari pipa. Luas
penempang ujung pipa yang lain adalah A2.

Dengan demikian :

Persamaan ini disebut persamaan kontinuitas. Debit yang masuk pada


suatu penampang luasan sama dengan debit yang keluar pada luasan yang lain
meskipun luas penampangnya berbeda.

b. Persamaan Bernoulli
Asas bernoulli membicarakan hubungan antara tekanan,kelajuan aliran
air,dan ketinggian fluida tersebut untuk massa jenis yang tetap.Persamaan ini
menyatakan bahwa jumlah tekanan energi kinetis persatuan volume dan energi
potensial perstuan volume mempunyai nilai yang sama disetiap titik sepanjang
aliran.Pada pipa yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah maka
besarnya persamaan fluida yang mengalir dari pipa yang lebih tinggi ke pipa
yang lebih rendah adalah sebagai berikut :

Dimana: P1 = tekanan pada pipa I (tinggi)


P2 = tekanan pada pipa II (rendah)
ρ = massa jenis fluida
v1= kecepatan fluida pada pipa I
v2= kecepatan fluida pada pipa II
h1= ketinggian pipa I
h2 = ketinggian pipa II

c. Penerapan Prinsip Bernoulli dalam Kehidupan Sehari – hari


Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kecepatan
aliran zat cair.Dengan memasukkan venturimeter ke dalam aliran fluida
kecepatan aliran fluida dapat dihitung menggunakan persamaan Bernoulli
berdasarkan selisih ketinggian air atau selisih ketinggian raksa.Venturimeter
dibagi dua macam yaitu venturimeter tanpa manometer dan venturimeter
dengan manometer.
Venturimeter Tanpa Manometer (pipa U)

Air dengan massa jenis ρ mengalir memasuki pipa berpenampang besar


dengan kecepatan v1 menuju pipa berpenampang kecil dengan kecepatan v2
dimana v2 > v1. Terjadi perbedaan ketinggian air (h) pada kedua pipa vertikal.
Dalam hal ini berlaku h1 = h2 sehingga ρ g h1 = ρ g h2.
Berlaku persamaan Bernoulli sebagai berikut.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1. 2 buah pipa dengan diameter yang berbeda
2. 2 buah selang/sedotan transparan
3. Kran air
4. Mistar /meteran
5. Klem pipa
6. Paku
7. papan
8. Kayu balok
9. Wadah air
10. Air
B. Prosedur Kerja
1. Rangkai alat dan bahan seperti pada gambar berikut.

2. Meletakkan rangkaian pada posisi horizontal/datar.


3. Kran air di buka secara keseluruhan setelah itu menunggu sampai aliran
airnya konstan, kemudian diukur kenaikan air pada kedua pipa kapiler
untuk h1 dan h2
4. Kran air di kecilkan sedikit agar airnya sedikit melambat setelah itu di
tunggu sampai aliran airnya konstan kemudian diukur kenaikan air pada
kedua pipa kapiler untuk h1 dan h2
5. Kran air di kecilkan lagi sampai aliran airnya lambat setelah itu di
tunggu sampai aliran airnya konstan kemudian diukur kenaikan air pada
kedua pipa kapiler untuk h1 dan h2

C. Identifikasi Variabel
Variabel manipulasi : laju aliran air
Variabel kontrol : diameter pipa
Variabel respon : ketinggian air pada pipa kapiler

D. Definisi Operasional
1. Variabel manipulasi adalah laju air : mengatur keran air sebanyak tiga
keadaan (deras,sedang dan rendah)
2. Variabel respon adalah ketinnggian air pada pipa kapiler : tingginya air
yang diukur dengan menggunakan mistar atau meteran pada pipa kapiler.
3. Variabel kontrol adalah diameter pipa : diameternya diukur dengan
menggunakan jangka sorong, diameter yang sama digunakan untuk tiga
kali percobaan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Diameter pipa besar = 6 cm
Diameter pipa kecil = 2,5 cm
NST Jangka Sorong = 0,005 cm
NST Mistar = 0,1 cm
1
∆A = 2 0,005 cm = 0,0025 cm
1
∆h = 2 0,1 cm = 0,05 cm

Tabel Pengamatan

Laju Air
Ketinggian (h)
Deras Sedang Rendah
h1 (cm) 6 cm 10 cm 14,5 cm
h2 (cm) 1 cm 6,5 cm 14,2 cm
h= h1-h2 (cm) 5 cm 3,5 cm 0,3 cm

h1 = ketinggian air pada pipa I ( pipa berdiameter besar )


h2 = ketinggian air pada pipa II ( pipa berdiameter kecil )

B. Analisis Data
1. Analisis Perhitungan
R1 = ½ . D
= ½ 6 cm
= 3 cm

A1 = πr12
= 3,14 (3)2
= 28,26 cm2

R2 = ½ .D
= ½ 2,5
= 1,25 cm

A2 = πr12
= 3,14 (1,25)2
= 4,90625 cm
a. Untuk Percobaan Pertama I
𝑐𝑚
2𝑔ℎ 2 (9,8 𝑥 102 2 )5 𝑐𝑚
𝑠
V1 = √𝐴2 =√ 28,262 𝑐𝑚2
1− 1 −1
𝐴2 4,906252𝑐𝑚2
2

𝑐𝑚 𝑐𝑚2
19,6 𝑋 102 2 (5 𝑐𝑚) 2
=√ 𝑠
798,6276 = √ 98 𝑥10 𝑠2
−1 (33,1776)− 1
24,0713

2
98 𝑥 10 2 𝑐𝑚
𝑐𝑚2
=√ 𝑠2
= √3,0456 𝑥 102
32,1776 𝑠2

= 17,45 cm/s
= 17,45 x 10-2 m/s

𝐴1
V2 = 𝐴2 v1
28,26 𝑥 10−2 𝑚2
= 4,90625 𝑥 10−2 𝑚2 . 17,45 x 10-2 m/s
= 5,76 x 17,45 x 10-2 m/s
= 100,512 x 10-2 m/s

b. Untuk Percobaan kedua II

𝑐𝑚
2𝑔ℎ 2 (9,8 𝑥 102 2 )3,5 𝑐𝑚
𝑠
V1 = √𝐴2 =√ 28,262𝑐𝑚2
1− 1 −1
𝐴2 4,906252 𝑐𝑚2
2

𝑐𝑚 2
19,6 𝑋 102 2 (3,5 𝑐𝑚) 68,6 𝑥 10 2 𝑐𝑚
=√ 𝑠
798,6276 =√ 𝑠2
(33,1776)− 1
−1
24,0713

2
68,6 𝑥 10 2 𝑐𝑚
𝑐𝑚2
=√ 𝑠2
= √2,132 𝑥 102
32,1776 𝑠2

= 14,60 cm/s
= 14,60 x 10-2 m/s

𝐴1
V2 = 𝐴2 v1
28,26 𝑥 10−2 𝑚2
= 4,90625 𝑥 10−2 𝑚2 . 14,60 x 10-2 m/s
= 5,76 x 14,60 x 10-2 m/s
= 84,096 x 10-2 m/s
c. Untuk Percobaan ketiga III
𝑐𝑚
2𝑔ℎ 2 (9,8 𝑥 102 2 )0,3 𝑐𝑚
𝑠
V1 = √𝐴2 =√ 28,262𝑐𝑚2
1− 1 −1
𝐴2 4,90625 2𝑐𝑚2
2

𝑐𝑚 𝑐𝑚2
19,6 𝑋 102 2 (0,3 𝑐𝑚) 2
=√ 𝑠
798,6276 = √5,88 𝑥 10 𝑠2
−1 (33,1776)− 1
24,0713

2
5,88 𝑥 10 2 𝑐𝑚
𝑐𝑚2
=√ 𝑠2
= √0,1827 𝑥 102
32,1776 𝑠2

= 4,275 cm/s
= 4,275 x 10-2 m/s

𝐴1
V2 = 𝐴2 v1
28,26 𝑥 10−2 𝑚2
= 4,90625 𝑥 10−2 𝑚2 . 4,275 x 10-2 m/s
= 5,76 x 4,275 x 10-2 m/s
= 24,624 x 10-2 m/s

2. Analisis ketidakpastian
2𝑔ℎ
V1 = √𝐴2
1− 1
𝐴2
2

Rambat ralat dengan menggunakan persamaan :


𝑣 .𝑢∗ −𝑢.𝑣∗
𝑣 = (A12 . A22 ) – 1
𝑣2
𝑢 = 2 𝑔ℎ
𝜕𝑣 (A21 .A−2
2 )– 1) .2g−2gh 0
=| |
𝜕ℎ ((A21 .A−2
2 )– 1)
2

2𝑔
= (A2 .A−2 ) – 1
1 2

𝜕𝑣 (A21 .A−2 −2
2 )– 1).0 .2g. (A1 .A2 )− 0
=| 2 −2 2 |
𝜕𝐴1 ((A1 .A2 )– 1)
0−4 𝑔ℎ .A .A−2
1 2 −4 𝑔ℎ
= | (A4 .A−4 )+ | = |(A3 .A−2 )+ 1)|
1 1)
2 1 2
4 𝑔ℎ
= (A31 .A−2
2 )+ 1)

(A21 .A−2 2 −3
𝜕𝑣 2 )– 1).(0)−(2gh). (A1 .2A2 )− 0
=| |
𝜕𝐴2 ((A21 .A−2
2 )– 1)
2

0−4 𝑔ℎ .A21 .A−3


2
=| (A41 .A−4
|
2 )+ 1)
−4 𝑔ℎ
= |(A2 .A−1 )+ 1)|
1 2
4 𝑔ℎ
= (A2 .A−1 )+ 1)
1 2
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣
∆𝑣 2 = 𝜕ℎ ∆ℎ + ∆𝐴1 + 𝜕𝐴 ∆𝐴2
𝜕𝐴1 2
2𝑔 4 𝑔ℎ 4 𝑔ℎ
∆𝑣 2 = |(A2 .A−2 ) – 1| ∆ℎ+ |(A3 .A−2 )+ 1)| ∆𝐴1+|(A2 .A−1 )+ 1)| ∆𝐴2
1 2 1 2 1 2

a. Untuk percobaan pertama I


2𝑔 4 𝑔ℎ 4 𝑔ℎ
∆𝑣 2 = |(A2 .A−2 ) – 1| ∆ℎ+ |(A3 .A−2 )+ 1)| ∆𝐴1 +|(A2 .A−1 )+ 1)| ∆𝐴2
1 2 1 2 1 2

2 (9,8 𝑥 102 ) 4 (9,8 𝑥 102 )5 4 (9,8 𝑥 102 )5


∆v12 =| 28,262
| 0,05+| 28,263
| 0,0025+ | 28,262
| 0,0025
( )− 1 ( )+ 1 ( )+ 1
4,906252 4,906252 4,90625

19,60 𝑥 102 196 𝑥 102 196 𝑥 102


0,05 + 0,0025 + 163,7776 0,0025
=| 32,1776 938,59855 |

= 0,030455969 x 102 + 0,000522054 x 102 + 0,002991862 x 102


= 0,033969885 x 102
= √3,396988514
= 1,843092107
= 1,84 cm/s = 2 cm/s
∆v1 = 0,02 m/s
∆𝑉 0,02
KR = X 100% = 0,1745 X 100%
𝑉
= 0,11 X 100 %
= 11 %
DK = 100% - 11%
= 89%
PF = (v±∆v)v
= 0,1745±0,02 m/s
= 0,17±0,02 m/s

b. Untuk Percobaan kedua II


2 (9,8 𝑥 102 ) 4 (9,8 𝑥 102 )3,5 4 (9,8 𝑥 102 )3,5
∆v2=| 28,262
| 0,05+| 28,263
| 0,0025 +| 28,262
| 0,0025
( )− 1 ( )+ 1 ( )+ 1
4,906252 4,906252 4,90625

19,60 𝑥 102 137,2 𝑥 102 137,2 𝑥 102


0,05 + 0,0025 + 0,0025
=| 32,1776 938,59855 163,7776 |
= 0,030455969 x 102 + 0,000365438 x 102 + 0,002094303 x 102
= 0,03291571 x 102
= √3,291571
= 1,814268737
= 1,81 cm/s
= 0,0181 m/s
=0,02 m/s
∆𝑉 0,02
KR = X 100% = X 100%
𝑉 0,146
= 0,13 X 100 %
= 13 %
DK = 100% - 13%
= 87%
PF = (v±∆v)v
= 0,146±0,02 m/s
= 0,15±0,02 m/s

c. Untuk Percobaan ketiga III

2 (9,8 𝑥 102 ) 4 (9,8 𝑥 102 )0,3 4 (9,8 𝑥 102 )0,3


∆v2 =| 28,262
| 0,05+| 28,263
| 0,0025+| 28,262
| 0,0025
( )− 1 ( )+ 1 ( )+ 1
4,906252 4,906252 4,90625

19,60 𝑥 102 11,76 𝑥 102 11,76 𝑥 102


0,05 + 0,0025 + 0,0025
=| 32,1776 938,59855 163,7776 |

= 0,030455969 x 102 + 0,000031323 x 102 + 0,000179511 x 102


= 0,030666803 x 102
= √3,0666803
= 1,75
= 1,75 cm/s
= 0,0175 m/s
=0,02 m/s
∆𝑉 0,02
KR = X 100% = 0,04275 X 100%
𝑉
= 0,46 X 100 %
= 46 %
DK = 100% - 46%
= 54 %
PF = (v±∆v)v
= 0,04275±0,02 m/s
= 0,04±0,02 m/s
C. Pembahasan
Dalam percobaan ini di lakukan pengambilan data sebanyak 3 kali, dengan
cara yang berbeda , yaitu pada pengambilan data pertama air dengan kecepatan
yang sangat tinggi, yang kedua air dengan kecepatan yang sedang, dan yang
ketiga air dengan kecepatan yang lambat. Pada ketiga cara ini di peroleh data
yang berbeda yaitu pada cara pertama ketinggian air yang naik pada pipa kapiler
sebesar h1 – h2 = 5cm ,pada cara kedua h1 – h2 = 3,5 cm dan pada cara ketiga h1 –
h2 = 0,3 cm. Data yang di peroleh ini di pergunakan untuk menghitung kecepatan
air pada ketiga cara percobaan tersebut, yaitu pada percobaan cara pertama
kecepatan pada pipa yang besar sebagai v1 sebesar 17,45 x 10-2 m/s dan untuk
pipa yang kecil sebagai v2 sebesar 100,512 x 10-2 m/s . Pada percobaan cara kedua
kecepatan pipa yang besar sebagai v1 sebesar 14,60 x 10-2 m/s dan untuk pipa
yang kecil sebagai v2 sebesar 84,096 x 10-2 m/s. Pada percobaan cara ketiga
kecepatan pipa yang besar sebagai v1 sebesar 4,275 x 10-2 m/s dan pada pipa yang
kecil sebagai v2 sebesar 24,624 x 10-2 m/s. Dari hasil analisis data, diperoleh
bahwa kecepatan pada pipa yang berpenampang kecil lebih besar dibandingkan
kecepatan pada pipa yang berpenampang besar. Hal tersebut sudah sesuai dengan
teori. Dari hasil analisis ketidakpastian di peroleh bahwa pada percobaan dengan
ketiga cara tersebut ini hasil yang di peroleh cukup memuaskan di karenakan
ketidakpastian relatif yang di peroleh cukup kecil yaitu percobaan cara pertama
(cepat) nilai KR untuk v1 sebesar = 11 % , percobaan dengan cara kedua (sedang)
nilai KR untuk v1 sebesar = 13 % , namun percobaan dengan cara ketiga(lambat)
diperoleh nilai KR yang besar untuk v1 yaitu sebesar = 46 %. Hal ini
menggambarkan bahwa kesalahan dalam melakukan pengukuran pada percobaan
pertama dan percobaan kedua cukup sedikit, akan tetapi kesalahan dalam
melakukan pengukuran pada percobaan ketiga cukup besar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari data hasil percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa kecepatan alir air (v2 ) pada pipa berpenampang kecil (A2) lebih besar
daripada kecepatan alir air (v1 ) pada pipa berpenampang besar (A1). Semakin
besar luas penampang semakin lambat laju aliran air pada pipa dan semakin
kecil luas penampang semakin cepat laju aliran air pada pipa. Dan ketinggian
air pada pipa kapiler h1 lebih tinggi dari pada pipa kapiler h2 hal ini di
sebabkan P1 lebih besar dari P2.

B. Saran
Bagi mahasiswa yang ingin melakukan percobaan yang sama, diharapkan
untuk lebih memahami konsep materinya agar tidak mempersulit dalam
melakukan percobaan. Dan harus memahami dan mengetahui cara
menggunakan alat ukuran agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan
data.
DAFTAR PUSTAKA

Jamal, Drs.Abdul.dkk.2005. Pintar Fisika Sma .Jawa Timur: Gitamedia Press


http://Budisma.web.id/materi/smafisika-kelas-xi/fluida-dinamis-danpersamaan-
kontinuitas/ diambil tanggal 15 April 2018
http://fluidadinamis.blogspot.com/2011/04materi-pertemuan-ke-3.html diakses
tanggal 15 April 2018
http://sman1pangururan.sch.id/index.php?id=artikel&kode=116 diakses tanggal 15
April 2018

You might also like