ANALISIS TEGANGAN TARIK PADA STRUKTUR
BAJA AKIBAT ADANYA LUBANG UTK SAMBUNGAN
Oleh
INTISART
Pada struktur baja, batang tarik me-
xupakan elemen yang paling sederhana pe-
rencanaannya dibandingkan dengan elemen-
elemen yang lain. Pada umumnya, akibat
yang ditimbulkan oleh beban sentris te-
gangannya merata pada seluruh penampang,
sehingga tegangan tarik, diperoleh de-
ngan membagi gaya tarik yang bekerja de~
ngan luas penampangnya. Dan tegangan si-
sa (residual), lengkungan awal serta ke
tidak stabilannya dapat diabaikan kecua-
1i kelangsingannya yang perlu dibatasi,
Pada banyak kasus, batang tarik ti-
dak disambung atau dibebani secara sen-
tris, tetapi pada keadaan tertentu bah-
PENGANTAR.
Permasalahan.
Seirama dengan perkembangan negara
Indonesia, yang dewasa ini sedang ema -
suki REPELITA IV, maka disamping sektor
pertanian, sektor industri juga berkem-
bang dengan pesat. Untuk menduicang ber
kembangny Industri, konstruksi baja ti-
dak boleh ketinggalan, Di Indonesia sam-
pai tahun 1983 belum ada peraturan baja,
sehingga perencanaan struktur baja mengi
kuti peraturan pelbagai negara, antars
Jain Belanda (1CB 1972), amerika ( AISC~
1969 ), Inggris (BS 1449), Australia (as
1250) dan pemilihannya tergantung pada
perencana yang bersangkutan,
*) Anggota Staf Pengajar Jurusan
Teknik Sipil FT.UGM.
- 40 -
Ix, Bambang Supriyadi
kan menerima beban transversal, sehingga
terjadi kombinasi antara lentur dan ta~
rik, Pembuatan lobang untuk penyambungan,
nengakibatkan berkurangnya luas _penan-
pang batang. Pada sekitar lubang dan per
ubahan luas penampang yang mendadak akan
terjadi konsentrasi tegangan —setempat
yang cukup besar. Hal ini harus diperhi-
tungkan apabila sifat keliatan material
diragukan. Oleh karena itu akibat adanya
Jobang untuk penyambungan pada batang
tarik perlu diperhitungkan, agar dipero-
Jeh xonstruksi yang kuat, tidak terjadi
keruntuhan lelah akibat beban berulang
dan tidak menimbulkan kerugian baik har-
ta maupun jiwa manusia.
Senubangan dengan peraturan konstruk,
si baja yang konsepnya sudah mai disu-
sun sejak 1977 dan baru tahun 1983 dite~
tapkan sebagai Peraturan Perencanaan 8a-
ngunan Baja Indonesia, analisis tegangan
pada patang tarik akibat adanya lubang
untuk sambungan, kurang dijelaskan seca-
ra terperinci, namun persyaratan-persya-
ratannya sudah cukup jelas diberikan.
Oleh karena itu, perlu dibahas seca~
ra terperinci pengaruh adanya lobang un-
tuk Sambungan pada batang tarik, sebab
hal itu mengakibatkan timbulnya konsen -
trasi tegangan di-sekitar lubang, berka~
rangnya luas penampang, dan timbulnya mo
men lentur untuk penyambungan yang tidak
sentris
MEDIA TEKNIK Edisi No.1. Th.VI, Desember 1983 - Maret 1984yjauan Pustaka
Pemilihan penampang batang tarik pa-
ga struktur baja adalah yang paling se-
derhana dan sering ditemikan dalam peren
canaan. Karena kestabilan batang tarik,
problem untuk memilih penampang cukup de
fhgan menbagi beban yang bekerja . dengar
tegangan yang diijinkan (Tal1,1964). se~
belum dibebani, pada batang tarik sebe -
narnya telah terjadi tegangan sisa aki-
bat penbuatan di pabrik, karena itu, pa-
da penampang batang pada tempat - tempat
tertentu akan terjadi luluh sebelum
juluh tercapai, walaupun akhirnya beban
Juluh selalu dapat dicapai karena akan
terjadi redistribusi tegangan pada penan
pang tersebut (Trahair,1977).
CARA_PEMBCAHAN MASALAH,
Pengaruh adanya lubang pada batang -
tarik akan menyebabkan konsentrasi te-
gangan setempat, pengurangan luas pe-
nampang dan momen lentur, karena eksen -
trisitas oleh lubang-lubang _sambungan,
tersebut. Karena itu dalam analisa te-
gangan tarik perlu dipertimbangkan aki-
bat-akibat di atas. Gejala itu akan diu-
raikan satu persatu dibawah ini.
Konsentrasi ‘Tegangan.
_ lubang pada penampang batang tarik
akan mendmbulkan konsentrasi tegangan se
tempat. Menurut teori elastis diketahii
bahwa tegangan maksimal ditepi — lubang
adalah sekitar tiga kali tegangan tarik
rata-ratanya (G@mbar 1 a). Gambar 1 c.
menunjukkan hubungan antara faktor kon-
sentrasi tegangan (f maksimal : (rata~
ta) dan nilai banding antara jari
lubang dan lebar bersih (b )
batang. =
~jark
penampang
MEDIA TEKNIK Edisi No.1. Th.VI, Desember 1983 - Maret 1984
Apabila pada batang tarik telah terdapat
lengkangan awal, maka gaya axial yang
bekerja akan.menimbalkan momen — lentur
dan sumbu batang berpindah kearah garis
kerja gaya. Perpindahan lateral ini akan
meluruskan batang tersebat., sehingga mo
men lentur ini akan mengakibatkan ber-
‘tambahnya tegangan axial dalam batang.
. Karena lengkungan awal ini cumup kecil,
tegangan itu boleh diabaikan (Kasuma,'83) .
Pdanya lubang pada batang tarik akan
nimbulkan konsentrasi tegangan seten-
pat dan luas penampang batang akan ber-
yurang (Salmon dan Johnson.1974). Umum
nya¢lubang-lubang pada ujung batang ta-
rik sebagai tempat sambungan baut atau
paku-paku keling menjadikan gaya tidak
bekerja secara sentris, sehingga eksen -
‘trisitas ini akan menimbulkan momen len
tur tambahan (Ta1l,1964) . ~
We
ate
(mak = 30r
F
gaye tarik
(r= toganan rata-rata
(nak = togangan naksimaa
Ganbar 1 a. Te(Mfngan olastis
Ganbar 1a. Teffngen clastis
- 41 -a3
20 rz
3 |S
§ af ‘Uy
£ as .
3
& 2.0
8
eal
gs 4s
38
as
"° Sea oa Ge 08 to
ze,
r= jari-~jeri lupang
», = lebar bersih penampang batang
b = lebar penampang batang
Gambar_1 c.
i
tat
eee
We = tegangan luluh.
Gambar 1b. Kondisi Plastis
Konsentrasi tegangan setempat yang
diakibatkan oleh gaya-gaya statis biasa-
nya tidak berpengaruh terhadap kekuatan-
batang yang materialnya mempunyai sifat
keliatan yang baik. Akibat redistribusi
tegangan, jika sebagian serat penampang
telab luluh, bagiangyang sideh luluh a~
kan bertahan pada tigangan konstan T1 ,
hingga seluruh serat penampang tersebut
juga luluh (Gambar 1 b). akan tetapi pa-
~ 42 -
da pahan yang sifat keliatannya ("ducti~
LMity") diragukan, sehingsa ada kemungkin
an terjadinya keruntuhan getas — akibat
beban Ginanis ataa keruntwhan luluh aki-
bat beban berulang, maka konsentrasi te~
gangan ini harus diperhitunglan atau di
cegah untuk menjamin keananan styuktor.
Oleh karena itu, tegangan tarik yang ter
jadi pada keadaan seperti yang terakhir
ini dibatasi tidak boleh lebih besar da~
ri 0.75 x tegangan dasar ( sama dengan
tegangan luluh dibagi dengan faktor aman),
Tnas
Jika sepanjang batang tarik yang di
rencanakan terdapat lubang untuk sambung
an. (dekat baut atau paku keling), tegang
an tarik harus diperhitungkan berdasar ~
kan luas bersih penampang batang. :
Tr
a
Eh Qa.
hh
dengan Gr = tegangan tarik rata-rata,
gaya tarik pada batang,
was bereih penampang patang
R
°
‘tegangan tarik yang diijin-
kan.
Iuas bersih penampang batang dapat
dihitung berdasarkan luas penampang ba ~
tang utuh dikurangi dengan luas pengarun
-adanya lubang.
As
n
dengan A+ =
A-D
las penampang utuh
D = luas pengaruh adanya lubang
Besarnya D, tergantung pada jumlah
susunan ‘lubang.
dan
Berikut ini akan diuraikan hesarnya
D menurut jumlah dan susunan lubang yang
ditentukan berdagarkan penampang kritis~
nya.
MEDIA TEKNIK Edisi No.1, Th.VI, Desember 1983 - Maret 1984’
re to 6 ° 2
1B
Gambar 2 a, las Pengaruh adanya susunan
satu lubang sejajar-
Loe
Gambar 2 b. Luas Pengaruh adanya susunan
dua Iubang sejajar.
ct
Fe
¢ = jarak horisontal
gaya tarik
g = jarak vertikal lubang
.Gambar 2c. Luas Pengaruh adanya susunan
dua _lubang berselang seling.
Pada kasus lubang seperti pada gambar 2a
dan 2b, penampangkkritis batang adalah
potongan A - B, maka
D= Za.t. (le
dengan t = tebal batang
d = diameter lubang, yang
sebaiknya Giambi.
lebih besar dari ‘dia-
meter baut/paku. ke-
ling.
Dengan demikian :
A =A ~-Za.t.
‘a
untuk gambar 2 c, penampang kritis mung-
kin terjadi pada potongan A - B, atau
potongan A - C. Laas bersih penampang pa
da potongan A - B dapat dihitung dengan
runus (1d). Pada potongan A - C, menu ~
rat Cachrane besar luas pengaruh
2
peZae-F ot ae
a
setelah disubstitusikan dalam persamaan
1b, diperoleh
2
aea-Zat+iP.t an
tuas bersih penampang dari persamaan (1f)
dibandingkan luas bersih dari persamaan
(1 a), Laas terkecil menentukan penam -
pang kritisnya. Apabila nilai D untuk po
tongan A - B dan potongan A - C dari gam
ar 2c disamakan, akan diperoleh hubung
an antara s dengan g untuk berbagai dia~
meter lubang, yang memberikan luas ber-
sih penampang kritis yang sama besar, ya
itu: 3
2
sia
2at - Fae = ae
Ba.9 = s = 4.4.9
s =2Vag ag.
Apabila dipakai s¢2Vd.g, penampang kri
tis terjgdi pada potongan A - C dan bila
8} 2¥a.g, penampang kritis terjadi pada
potongan A ~ B,
‘MBDIA TEKNIK Edisi No.l. Th.WI, Desember 1983 - Maret 1984 743Momen lentur- tambahan
Pada unemaya penyambungan profil ba
ja, baik yang berbentuk siku, kanal,
maupun I dengan membaat lubang untuk ba-
ut atau paku keling, cukup sulit menjadi
kan gayanya bekerja secara sentris.
Cara penyambungan yang serving di
Jakukan terlukis pada gambar berikut ini.
re
i
1
,
Bae
I
i
1
profil siku profil T
(a) )
fete
>I Se
i
i
=I
profil kanal progil I
(c) (a)
Gambar 3. Penyambungan profil baja
Eksentrisitas sambungan pada ujuny ~
batang tarik ini akan menimbulkan ‘momen
lentuz. Tegangan lentur yang terjadi a-
kan memperbesar tegangan tarik yang dia~
kibatkan oleh gaya tarik aksial. Secara
teliti, pengaruh momen lentur ini dapat
diperhitungkan dengan rumus Interaksi se
bagai berikut : ~
alo t @a
Mx = momen lentur terhadap sumbu
x-x
My » momen lentur terhadap sunba
yry
~ 44+
Wx = modulus potongan pada sumbu x-x
Wy = modulus potongan pada sumka y-y
Nilai momen lentur tambahan dapat dihi
tung dengan menga}ikan gaya tarik dengan
eksentrisitas terhadap sumbu yang ber-
sangkutan.
Mx = F. €. (2 b)
dan *
My = Fee. 2)
y
dengan :
e, = eksentrisitas tha. sumbu x - x
= eksentrisitas thd. sumbu y - y
‘MEDIA TEKNIK Bdisi No.1. Th.VI, Desember 1983 — maret 1984Ladd
a
pEMBAHASAN
Dari uraian tersebut diatas terlihat
pahwa :
1, Konsentrasi tegangan setempat di te~
pi lubang akan menyebabkan sebagian
serat penampang mencapai lulub lebih
Aabula. Meskipun tegangannya dapat
bertahan pada nilai konstan 01 san-
pai semua serat mencapai luluh, na-
mun pada batang tarik yang sifat ke-
liatannya diragukan, perlu diperhi -
tungkan konsentrasi tegangan ini, a~
gar tegangan tarik yang terjadi ti-
dak melebihi 0,75 tegangan dasar.
Pengurangan luas penampang akibat
adanya lubang yang diperluxan untuk
menganalisis tegangan tariknya,perlu
memperhatikan jumlah dan susunan lu-
bangnya. Garis potongan yang menye_
babkan penampangnya kritislah yang
dipilin. Tegangan tarik, Y@%g diper-
oleh dengan membagi gaya tarik de-
ngan luas bersih penampang kritis,
tidak melebihi tegangan yang diijin—
kan
3. ‘Tegangan lentur, karena timbulnya mo
men lentur tanbahan akibat eksentris
itas sambungan, akan menanbah besar,
nya tegangan tarik yang diakibatkan
oleh gaya tarik aksial. Karena itu,
keduanya perlu Gisuperposisikan un-
tuk menentukan tegangan tarik yang
tidak boleh melebihi tegangan yang
diijinkan,
4. Dengan mempertimbangkan hal-hal yang
tertera pada hatir-butir 1,2, dan 3,
maka keamanan konstruksi lebih ter~
jamin, sehingga dapat dicegah bahaya
keruntuhan, kerusakan konstruksi dan
kerugian, baik harta maupun jiwa ma~
nusia.
ARDIA TEKNIK Edisi No.l. Th.VI, Desember 1983 ~ Maret 1984
KESIMPULAN
Mengingat batang tarik banyak dijum-
pai pala struktur baja dan penyambungan-
nya menggunakan baut atau paku keling ha
rus disertai dengan pembuatan lubang, ma,
ka untuk analisis tegangan tariknya per-
lu dipertimbangkan pengaruh-pengaruh lu~
bang tersebat. Dengan demikian dimensi
batang tarik yang diperoleh sudah cuksp
aman dan kuat, meskipan terjadi konsen -
trasi tegangan ditepi lubang, pengurang-
an luas- penampang, dan tambahan tegangan
lentur tambahan. Dengan langkah itu baha
ya keruntuhan, kerusakan konstruksi, dan
kertigian, baik harta maupun jiwa manusia
dapat dicegan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini pemmlis mengucap
kan banyak terima kasih kepada Bapak
Prof.Ir.A. Antono, Bapak.Prof.Dr.Ix. Ida
Bagus Agra dan Bapak Ketua Jurusan Tek
nik Sipil Ir. sutojo Tjokrodihandjo yang
telah memberikan berbagai petunjuk se -
hingga tulisan ini dapat tersusin dan
juga kepada Biro Penerbit Media ‘Teknik -
Fakultas Teknik UGM yang telah memberi -
kan kesempatan kepada pemulis untuk me -
nyampaikan tulisan ini dalam majalah Me-
dia Teknik.
= 45 -DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (DPMB), 1983, "Peraturan Perencanaan
Bangunan Baja Indonesia", DPMB, Bandung.
Kusuma, G.H., 1983, "Perencanaan Bangunan Baja", Short Cource Modern Design
In Steel Structures, Surabaya.
Salmon, C.G. and Johnson, J.E, 1974 “Steel Structures Design and Behaviour",
The Tan Chiang Book Co, Taipei.
Tall,L, 1974, “Structural Steel Design", 2nd ed, The Ranold Press Co., New,
York.
Treahair, N.S., 1977, "The Behaviour and Design of Steel Structures", Methuen
of Australia, Sydnye.
SESE E OSI EE tie
- 46 - MEDIA TEKNIK Edisi No.1. Th.vI, Desember 1983 ~ Haret 1984