Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok F
PPDH Angkatan II Tahun 2017/2018
Periode 26 Februari – 25 Maret 2018
Dosen Pembimbing:
Drh Retno Wulansari, MS, Ph.D
Signalement
Nama : Wipol
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/Breed : DSH
Warna rambut : Three colors
Jenis kelamin : Betina
Umur : ± 1 tahun
Berat badan : 2.95 kg
Tanda Khusus : Tidak ada
Status Present
Perawatan : Baik
Habitus : Tulang punggung lurus
Tingkah laku : Gelisah, agresif
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Menumpu pada keempat kaki
Suhu tubuh : 38.5 oC
Frekuensi nadi : 144 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Gelisah
Pertulangan kepala : Simetris
Posisi tegak telinga : Tegak ke samping
Posisi kepala : Tegak, lebih tinggi dari tulang punggung
Palpasi
Turgor kulit : < 3 detik
Kondisi kulit : Buruk, ada lesio bengkak di kaki kanan depan
Hidung dan sinus-sinus : simetris, aliran udara bebas, tidak ada foeter ex
naso
Leher
Perototan : Tegas, simetris
Trachea : Teraba, cincin tidak berubah, tidak ada batuk
Esofagus : Tidak teraba
Ln. Retropharyngealis/
ln. Mandibularis : Ukuran tidak berubah, kenyal, tidak ada
perlekatan, sama dengan suhu tubuh, simetris
Telinga
Posisi : Tegak ke samping
Bau : Khas serumen
Permukaan : Halus, kotor
Krepitasi : Tidak ada
Reflek panggilan : Ada
Thoraks (sistem pernapasan)
Inspeksi
Bentuk rongga thorak : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme : Teratur
Intensitas : Dalam
Frekuensi : 24 kali/menit
Palpasi
Penekanan rongga thorak : Tidak ada refleks sakit
Palpasi intercostal : Tidak ada refleks sakit
Perkusi
Lapangan paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : Vesikular jelas
Suara ikutan antara inspirasi
dan ekspirasi : Tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada perubahan
Auskultasi
Frekuensi : 130 kali/menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : Tidak terdengar
Sinkron pulsus dan jantung : Sinkron
Auskultasi
Peristaltik usus : Terdengar
Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks sphincter ani : Ada
Kebersihan daerah perineal : Bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Ada penonjolan, ada pus
Perototan kaki belakang : Tegas dan simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada kelainan
Cara bergerak-berjalan : Koordinatif
Cara bergerak-berlari : Koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan : Tidak ada perubahan
Kaki kanan depan : Tidak ada perubahan
Kaki kiri depan : Tidak ada perubahan
Kaki kiri belakang : Tidak ada perubahan
Konsistensi pertulangan : Tegas
Reaksi saat palpasi : Sakit
Letak reaksi sakit : Kaki kanan bagian metakarpal
Panjang kaki depan ka/ki : Sama
Panjang kaki belakang ka/ki : Sama
Palpasi
Limfoglandula popliteus
Ukuran : Tidak ada perubahan
Konsistensi : Kenyal
Lobulasi : Jelas
Perlekatan/pertautan : Tidak ada perlekatan
Panas : Sama dengan suhu tubuh tubuh
Kesimetrisan ka/ki : Simetris
Kestabilan pelvis
Konformasi : Tegas
Kesimetrisan : Simetris
Tuber ischii : Tidak ada kelainan
Tuber coxae : Tidak ada kelainan
Diagnosis
Diagnosis yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan terhadap kucing
Wipol adalah abses pada metakarpal kanan.
Diferensial Diagnosis
Diagnosa banding untuk kasus abses adalah luka trauma dan tumor.
Terapi
Terapi yang diberikan pada kasus ini adalah dengan mengeluarkan pus
dan mengompres abses dengan Rivanol menggunakan kasa. Kemudian abses
diolesi dengan salep agatis. Pengobatan dilakukan sebanyak dua kali sehari pada
pagi dan sore hari.
Pembahasan
Pemeriksaan keadaan secara umum hewan berada dalam kondisi perawatan
dan gizi yang baik. Hal yang menjadi perhatian ssat inspeksi adalah terdapatnya
benjolan disertai pus pada kaki kanan depan daerah metakarpal. Diagnosa yang
diteguhkan pada kasus ini adalah abses. Abses adalah benjolan atau
pembengkakan di bawah kulit yang menyebabkan rasa sakit. Abses pada kucing
sering terjadi di sekitar kepala, kaki depan, ekor, atau sekitar pinggang
(Ramadhan et al. 2017).
Abses terbentuk karena terjadinya migrasi leukosit dengan inti polymap
dari kapiler menuju daerah yang bebas kuman, kemudian adanya membrane yang
lisis dari elemen - elemen jaringan akan menghasilkan rongga (Sudisma et al.
2006). Sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi
bakteri bergerak ke dalam rongga tersebut, setelah melawan bakteri, sel darah
putih akan mengalami kematian. Sel darah putih yang telah mati yang kemudian
disebut dengan abses ini mengisi rongga tersebut (Gunawan et al. 2016).
Abses yang sudah matang dapat ditandai dengan adanya tonjolan pada
kulit, berdinding tipis, lunak, elastis, biasanya berwarna oranye kemerahan
mengkilat, terdapat elevasi kulit, dan kerontokan rambut di sekitas tempat abses
(Gunawan et al. 2016). Terapi yang dilakukan pada kasus ini meliputi
pengeluaran pus dengan menekan bagian abses dan diseka dengan menggunakan
kasa. Kemudian luka dikompres dengan rivanol. Rivanol berfungsi sebagai
antiseptik yang juga dapat digunakan untuk mengempiskan abses. Abses
kemudian diberi salep agatis agar cepat mengering. Selain itu, salep agatis juga
mengandung chloramphenicol yang berfungsi sebagai antibiotic. Setelah terapi
dilakukan selama lima hari perkembangan luka mulai membaik. Tonjolan yang
ditemukan sudah mulai mengempis dan kemerahan sudah mulai hilang.
Daftar Pustaka
Gunawan IWNF, Luh MS, I Wayan W. 2016. Penanganan abses pada digiti I dengan
metode onychectomy. Universitas Udayana.
Ramadhan R, Indah FA, Dedy C. Sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing
Persia menggunakan metode certainty factor. Prosiding Seminar Ilmu Komputer
dan Teknologi Informasi. 2 (1): 263–269.
Sudisma IGN, Pemanyun GAG, Wardhita AAJ. Gorda IW. 2006. Ilmu bedah veteriner
dan teknik operasi.Denpasar (ID): Universitas Udayana.