You are on page 1of 6

13%<1

)4
(6
n
u
tah ()7%>2
n
u
tah )50%
(7
n
u
tah
Gambar 5. Distribusi penderita berdasarkan waktu terjadinya adhesiProses terjadinya adhesi
berdasarkan kepustakaan dapat terjadi awal dan lanjut setelah operasihal ini ditentukan oleh
berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya adhesi pasca operasiseperti yang
dijelaskan pada tinjauan pustaka. Waktu terjadinya adhesi pasca operasi
berkisar dari 11 hari hingga 34 tahun. Pada penelitian ini timbulnya komplikasi dari
adhesi terbanyak setelah 2 tahunOperasi yang tersering menimbulkan adhesi pasca
operasi adalah laparotomi 6 orang(43%), sectio sesaria 4 orang (29%),
histerectomy 2 orang (14%), appendisectomy 2 orang(14%). Pada semua kasus adhesi
intraperitoneal pasca operasi dilakukan laparotomi adhesiolisis(release adhesion).

L 3%SC
)4
i(6
tm
ro
ap )29%H
(4 )14%A
y(2
m
rco
iste )14%
(2
m
iscto
d
n
e
p
Gambar 6. Distribusi penderita berdasarkan riwayat operasi sebelumnyaPenderita dengan
adhesi intraperitoneal umumnya terjadi setelah dilakukan manipulasi pada cavum
abdomen termasuk pada organ didalamnya. Berdasarkan kepustakaan operasi yangtersering
menimbulkan kejadian adhesi adalah laporotomy hal ini disebabkan teknik operasi
inimemungkinkan untuk dilakukannya manipulasi yang banyak pada usus, pembilasan /
pencucianusus pasca operasi yang kurang optimal, dan berbagai tindakan operator
yang dapat menjadi pemicu terjadinya adhesi.
IV. Kesimpulan.
Adhesi intraperitoneal pasca operasi kejadianya sama antara laki-laki
dan perempuan dengan
peak incidence
antara usia 30-50 tahun. Lokasi adhesi tersering pada ileum. Kondisi
operasi p e r t a m a d a n p e n a n g a n a n d u r a n t e o p e r a s i y a n g p e r t a m a a k a
n m e n e n t u k a n c e p a t t i d a k n y a terjadinya adhesi intraperitoneal pasca operasi.
V. Saran.
Dalam penelitian ini penderita tidak diikuti secara penuh melalui kontrol
p o l i k l i n i k postoperatif, sehingga keluhan-keluhan (termasuk rekurensi) penyakit primer baik
berupa adhesi berulang maupun komplikasi lainnya setelah dilakukan tindakan tidak
terdeteksi. Oleh
karenai t u p e r l u d i l a k u k a n m o n i t o r i n g b a h k a n o b s e r v a s i p r o s p e k t i f u n t u k m
e n i l a i k e b e r h a s i l a n pengobatan dan kemungkinan komplikasi adhesi yang
berulang setelah tindakan adhesiolisis.
DAFTAR PUSTAKA

1.Livingstone EH. Ileus Obstruction. In: Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, et
al,editors.
Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 1
st
ed.
New York: Springer-Verlag;2001. p.492-496.2.Jacocks A, Talavera F, Grosso MA, Zamboni
P, Geibel J, editors. Intestinal adhesion.Available
in:http://www.emedecine.com/med/topic2822.htm. Last Updated: April
12,2006.3 . S j a m s u h i d a j a t R , W i m d e J o n g , e d i t o r .
Lambung dan Duodenum dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi pertama.
Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 1997. hal.730-745.4.Doherty GM, Way LW. Ileus.
In: Doherty GM, Way LW, editors
. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 11
th
ed.
New York: Mc Graw Hill; 2003. p.553-555.5 . K a n n e J P , G u n n M , B l a c k m o r e C C ,
editors.
Delayed Gastric Perforation from Hydrochloric Acid Ingestion.
AJR, 2005 September; 185: 682-684.6 . J a k s o n B , G r e y J , e d i t o r s . A d h e s i . A v a i l a b l e
i n www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1876976/Last update : May 12 20097.Xafier
F, Zenisi P, Romien R B, editors. Adhesion Post Laparotomy. Available
in:http://www.humupd.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/7/6/577 Last Updated: April5,
2009.
ADHESIONS GEJALA:

Biasanya, pasien dengan adhesi benar-benar mengalami sedikit atau tidak ada gejala sama
sekali.

Namun, dalam kasus yang lebih parah, adhesi dapat menyebabkan rasa sakit dengan menarik
saraf, baik di dalam organ yang terikat oleh adhesi atau di dalam adhesi itu sendiri. Tanda dan
gejala lainnya termasuk:

- Adhesi di atas hati dapat menyebabkan rasa sakit dengan pernapasan dalam

- Adhesi usus dapat menyebabkan rasa sakit akibat obstruksi saat berolahraga atau saat
peregangan

- Adhesi yang melibatkan vagina atau rahim dapat menyebabkan rasa sakit saat bersenggama

- Nyeri panggul umum

- Hilang sebagian atau seluruh fungsi organ atau kematian jaringan pada kasus yang lebih parah

- Gangguan ovulasi bila indung telur terlibat

- Kehilangan kesuburan

- sumbatan usus

DIAGNOSIS ADHESIONS:

Bergantung pada gejala klinis, sinar-x bisa mengungkapkan hambatan kecil yang disebabkan
oleh adhesi. Jika rasa sakit adalah satu-satunya gejala dan tidak ada bukti penyumbatan, banyak
tes lain yang bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis. Misalnya, memeriksa secara visual
bagian dalam tubuh dengan berbagai cakupan (endoskopi, kolonoskop, histeroskopi,
sigmoidoskop, proktoskop) dapat mengidentifikasi striktur yang mungkin terbentuk akibat
adhesi. Evaluasi MRI mungkin berguna dalam beberapa kasus. Dalam kasus di mana
diagnosisnya dipertanyakan, eksplorasi dan visualisasi videolaparoskopi bedah mungkin
merupakan pilihan terbaik untuk menentukan diagnosis definitif.
Pencegahan

Pada saat ini, tidak ada penyembuhan pasti untuk pencegahan perlengketan. Namun, penelitian
telah menunjukkan bahwa beberapa produk penghalang adhesi, seperti Sepra Film and
Intercede, dapat membantu dalam situasi tertentu.

A. GEJALA KLINIS Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain : 1. Nyeri abdomen Nyeri
abdomen biasanya yang bersifat cramping. Sifat cramping ini disebabkan periode
hiperpelistaltik usus. Dalam usahanya untuk menghilangkan sumbatan. Sifatnya difus dan
tak terlokalisir 2. Mual dan muntah Mual dan muntah biasanya muncul pada fase-fase awal
obstruksi waktu muncul muntah bervarisi, tergantung pada letak obstruksi.pada obstruksi
atas muntah basanya muncul lebih awal. Bahkan pada obstruksi kolon bila valvula iliosecal
kompeten muntah bisa muncul terlambat. Isi muntah dapat bilous pada letak tinggi dan feses
pada obstruksi letak rendah. 3. Perut distensi Distensi abdomen adalah penemuan klinis
terakhir pada ileus obstruksi. Dapat pula tidak terdapat terdapat tanda disertai ini. Yaitu pada
obstruksi usus level atas jika terjadi muntah dan mengkompresi sistem usus bagian
proksimal sumbatan. 4. Tidak bisa buang air besar (obstipasi) Obstipasi adalah merupakan
karakteristik obstruksi. Akan tetapi pasien dapat secara spontan flatus maupun defekasi
segera setelah obstruksi karena masih adanya feses dan gas segmen usus sebelah distal
obstruksi. Mual dan muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi
di bagian distal maka gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi
bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi 18
sangat dilatasi.Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare.
Kadang – kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai
gejala klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa
konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi. Pada
obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut
bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak
di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal)
maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan
kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis
takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat
meningkat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala
dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm contour
(gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat
hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik
(klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan
melemah dan hilang. Pada ileus paralitik, keadaan umum pasien tampak lemah hingga
dehidrasi, tidak dapat flatus maupun defekasi. Dapat disertai muntah dan perut terasa
kembung. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan meteorismus, suara usus (-), peristaltik
menghilang. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada
peritonitis. Perkusi timpani diseluruh lapang abdomen. A. DIAGNOSIS Diagnosis ileus
obstruktif ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan. Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada
penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan
menetap. Ileus obstruksi ditandai dengan gejala klinis berupa nyeri abdomen yang bersifat
kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri
perut dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak
menjalar. Pada saat 19
datang serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit dan terdengar semacam
“suara” dari dalam perut. Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan
muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah
distensi usus yang jelas (antibiotika). Pada umumnya persiapan penderita dapat sekali.
Muntah tidak proyektil dan berbau feculent, warna cairan muntah kecoklatan. Pada penderita
yang kurus /sedang dapat ditemukan dan contour atau darm steifung; biasanya nampak
jelas pada saat penderita mendapat serangan kolik. Pada saat itu, dalam pemeriksaan
bising usus dapat didengarkan bising usus yang kasar dan meninggi (borgorygmi dan
metalic sound). Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik
dapat membantu : 1. Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin
hebat. 2. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan acites. 3. Terdapat abdominal tenderness.
4. Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, tachycardihipotensi
atau syok. 5. Pada penmeriksaan fisik ditemukan pada ileus obstruktif yaitu: • Inspeksi :
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral
dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa
abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya. • Auskultasi : Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada
fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang. • • Perkusi : timpani, redup
hepar menghilang. Palpasi : Terkadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Anatomi peritoneum
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneumterdiri atas
dua bagian utama yailu
peritoneum parietal,
yang melapisi dinding ronggaabdominal dan
peritoneum
viseral yang menyelaputi semua organ yang bcrada di dalamrongga itu. Ruang yang bisa lerdapat
di antara dua lapis ini disebut rongga peritoneum ataucavum peritoneum. Normalnya terdapat 50
mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yangmemelihara permukaan peritoneum tetap licin.
Pada orang laki-laki peritoneum berupakantong tertutup; pada orang perempuan saluran telur
(tuba Fallopi) membuka masuk kedalam rongga peritoneum (Pierce, 2006).Dilihat secara
embriologi peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang
tetap bersifat epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang
rongga yaitucoelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding
enteron. Enterondidaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral
usus salingmendekat, sehingga mesodermtersebut kemudian menjadi peritonium. (Mansjoer,
2000)

You might also like