You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIDRONEFROSIS”

DI SUSUN OLEH

NADYA RESIANA NOVIANTY

201710461011047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
A. Pengertian Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap


kandung kemih yang mengakibtakn penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter serta atrofi hebal pada parenkim ginjal. Obstruksi
pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik, sehingga tekanan
diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan baik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi
disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal
yang rusak (Smeltzer & Brenda, 2011).

B. Etiologi Hidronefrosis
Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur Uretra (penyempitan atau pengerutan lumen uretra)
3) Batu ginjal
4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas kongenital
6) Tumor kandung kemih, atau pelvis
7) Kandung kemih neurogenic (hilangnya fungsi kandung kemih yang
normal akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya)
8) Ureterokel (berhubungan dengan duplikasi ginjal yang komplit)
9) Tuberculosis

C. Patofisiologi Hidronefrosis
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balika akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka
hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal
ang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat abses atau inflamasidekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal
ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau
kaku. Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin dipiala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi.
Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal
yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya
fungsi renal terganggu.

D. Manifestasi Klinis Hidronfrosis


1) Rasa sakit dipanggul dan punggung
2) Disuria ( buang air kecil sulit atau menyakitkan)
3) Menggigil
4) Demam
5) Nyeri tekan
6) Piuria (adanya nanah dalam urin)
7) Hematuria (adanya darah dalam urin)
8) Jika kedua ginjal terkena tanda dan gejala CKD akan timbul

E. Grade / Derajat Hidronefrosis


1) Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks.
Kaliks berbentuk blunting, atau tumpul
2) Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor.
Kaliks berbentuk flattening , atau mendatar
3) Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing,
atau menonjol
4) Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi oelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Serta adanya penipisan korteks calics berbentuk ballooning
atau menggembung (Nuari & Widayati, 2017).

F. Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan


komplikasi sebagai berikut:
1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi renovaskuler
4) Nefropati obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralitik

G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisis Piura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia
serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat
menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat
untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi
dapat bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi
sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan
hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan
dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik
dari ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik
pada CT Scan.
H. Penatalaksanaan Medis
1) Hidronefrosis akut : Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap
atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit) dan Jika terjadi penyumbatan total, infeksi
yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis
renalis untuk sementara waktu.
2) Hidronefrosis kronik : Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati
penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang
menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan
ujung-ujungnya disambungkan kembali, Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya
kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter
dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih
tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik dan Pelebaran uretra
dengan dilator.
3) Nefrotomi : Hal ini dilakukan jika hidronefrosis disebabkan karena
adnya obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan
ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan
adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis
yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan
memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang
(panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi
penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena
obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
4) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) : Merupakan suatu
tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan
batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area
ginjal. ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang dihantarkan
melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan batu ginjal
menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri
melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang
ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.
5) Nefrolitotomi : Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu
tindakan minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan
mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk
mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu
yang tinggi.
6) Stent Ureter : Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang
dirancang agar dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan
aliran urin pada penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal
yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter
sesudah pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak
dan lentur.
DAFTAR PUSTAKA
Nuari, N.A & Widayati, D. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Sleman : Deepublish
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract Obstruction.Available
from : URL : http://www.urology-textbook.com/hydronephrosis.html
[Diakses tanggal 15 Maret 2015]

Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL :


http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-
operasi.html [Diakses tanggal 15 Maret 2016]

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.

You might also like